• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Implementasi (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam aspek

2. Draenase

Draenase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, draenase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Draenase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Fungsi Draenase

a. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehigga lahan dapat difungsikan secara optimal.

b. Sebagai pengendali air kepermukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air/banjir.

c. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

d. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan, bangunan yang ada.

58

e. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir

Macam-macam Draenase

1. Menurut Sejarah Terbentuknya a. Draenase Alamiah

Draenase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

b. Draenase Buatan

Draenase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.

2. Menurut Letak Bangunan a. Draenase Permukaan Tanah

Saluran draenase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.

b. Draenase Bawah Permukaan Tanah

Saluran draenase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa),

59

dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.

3. Menurut Fungsi

a. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain – lain.

b. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

4. Menurut Konstruksi

a. Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

b. Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di kota/permukiman.

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dibutuhkan masyarakat dan dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta merupakan komponen penting dalam perencanaan suatu daerah serta cukup membantu kelancaran aliran beberapa macam air kotor

60

yang dapat mengganggu kesehatatan/lingkungan, dimana drainase merupakan salah satu program nasional pemberdayaan masyarakat untuk membantu kelancaran aliran agar tidak membuat genangan yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya kesehatan terganggu.

Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh KPMD Desa Julumate’ne bahwa :

“Dalam aspek pembangunan fisik lingkungan, selain program pengerasan jalan program pelaksanaan pembuatan drainase juga dilakukan untuk membantu proses pengaliran air yang menimbulkan terjadinya genangan air dan banjir. Program ini merupakan program yang sudah cukup lama sehingga profesionalitas pelaksana program dan pihak–pihak yang ada didalamnya seharusnya sudah sangat teruji dan kompeten dalam mensukseskan program drainase ini”. (Hasil wawancara dengan informan HMS, 20 Juli 2014)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Program nasional pemberdayaan masyarakat tidak hanya melakukan pekerjaan pengerasan jalan akan tetapi program nasional pemberdayaan masyarakat melakukan pekerjaan pembuatan drainase yang dapat membantu proses pengaliran air kotor yang dapat menimbulkan terganggunya kesehatan dan lingkungan masyarakat.

C. Peran Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan.

Peranan pada hakekatnya adalah merupakan suatu fungsi status pada orang-orang tertentu atau dan lembaga dalam menjalankan suatu fungsinya seperti halnya pemberdayaan dan pembangunan, apabila telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam statusnya sebagai Lembaga pemberdayaan msyarakat, maka pada hakekatnya mereka telah menjalankan peranannya. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa tidak berarti peranan

61

tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan saja, akan tetapi dapat dilihat pula dari aspek hasilnya, apabila betul-betul berkualitas atau bermanfaat secara maksimal atau tidak. Oleh karena itu peranan merupakan fungsi dari suatu status, mulai dari tahap awal sampai akhir suatu kegiatan, dalam hal ini hasil atau manfaat suatu peran yang dijalankan. Proses pembangunan yang dilaksanakan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

1. Peran pemerintah Desa terhadap Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan.

Dalam program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan pelaksanaannya dimulai dengan musyawarah desa (musdes) perencanaan yang merupakan pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok atau dusun.

Musyawarah ini bertujuan untuk mengesahkan usulan-usulan masyarakat tentang kegiatan di desa nantinya. Dalam musyawarah ini tentu hadir para pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Kecamatan maupun Desa serta para tokoh masyarakat.

Perencanaan dalam kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sangat penting dimana diperencanaan inilah dimulai semua kegiatan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaaan nantinya di desa

62

yang mencakup pembangunan sarana dan prasarana. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Kepala Desa Julumate’ne bahwa:

“Musyawarah ini sangat penting karena dsinilah kita akan tahu kegiatan-kegiatan apa saja yang akan nantinya dilakukan oleh para pelaku PNPM di desa dan juga masyarakat bebas mengeluarkan usulan, terkait sarana dan prasarana apa yang paling diperlukan oleh masyarakat. Sehingga tidak adanya kegiatan yang salah sasaran dan seharusnya tidak perlu dibangun tetapi dipaksakan dibangun. Yang kita utamakan adalah apa yang paling penting bagi masyarakat, contohnya jika masyarakat perlu jalan tani jangan kita kerjakan pembuatan sumur bor begitupun sebaliknya (Hasil wawancara dengan BSR, 19 Juli 2014)”.

Musyawarah desa perencanaan sangat penting karena pada musyawarah ini dikumpulkan pemerintah desa, para tokoh agama dan para tokoh masyarakat, yang nantinya akan melihat usulan-usulan apa yang nantinya menjadi prioritas utama untuk dikerjakan oleh para pelaku PNPM-Perdesaan nantinya.

Hal yang sama juga dikemukakan Ketua Unit Pengelola Kegiatan dalam penjelesannya sebagai berikut:

“Musyawarah desa perencanaan adalah awal dari segala kegiatan PNPM di desa. Disnilah proses pengawasan itu dimulai dimana masyarakat sangat perlu mencatat dan memperhatikan usulan apa yang disepakati nantinya di desa, sehingga nantinya tidak ada penyalahgunaan amanah yang diberikan oleh masyarakat melalui usulan kegiatan tersebut (Hasil wawancara dengan HRN, 22 juli 2014)”

Kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa musyawarah desa perencanaan sangat penting karena dsinilah awal dari segala kegiatan PNPM di desa nantinya. Pengawasan terhadap program ini juga dimulai dari musyawarah ini dimana bagaimana usulan masyarakat tidak berubah dan tidak melalui tekanan.

63

2. Peran pemerintah Desa terhadap Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ini yang paling penting dimana pada tahap inilah akan menjamin kualitas baik tadaknya suata bangunan yang berhubungan pekerjaan pembangunan fisik yang sudah dikerjakan atau dilaksanakan di desa, yang telah disepekati pada musyawarah desa perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD) penetapan usulan agar pelaksanaan implementasi pembangunan fisik, pemberian bantuan yang berupa pemberdayaan ekonomi serta pemberdayaan sosial tidak keluar dari apa yang telah direncanakan sebelum program berjalan.

Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Kepala Desa julumate’ne bahwa:

“Proses pelaksanaan program PNPM sangat diperlukan kerja sama yang baik antara semua pihak. Karena bisa saja terjadi tumpang tindih kepentingan didalamnya, padahal program ini sangat berguna dan penting bagi masyarakat sehingga pihak-pihak terkait dalam program ini perlu saling bekerja sama dan bekerja untuk mensukseskannya, karena setiap bulan kita rapat untuk membahas hal-hal apa saja yang akan dijalankan program ini dan bagaimana dampak yang akan kesejahteraan masyarakat nantinya yang akan merasakannya”. (Hasil wawancara dengan BSR, 24 Juli 2014)

Yang dimaksud pengertian kerjasama adalah pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Wujud dari kerjasama bisa merupakan kerja kelompok ataupun kerja yang mencakup skala luas. Sehingga kerja sama yang dimaksudkan

64

hasil wawancara di atas adalah kerja sama semua pihak terkait sehubungan pelaksanaan program ini mencakup pelaku di kecamatan, desa, masyarakat. Semuanya bekerja sesuai tugas pokok dan kewenangan masing-masing seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Oleh karena itu setiap bulan pemerintah melakukan rapat rutin dengan menghadirkan semua pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dan perwakilan masyarakat guna untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pelaksanaan pekerjaan dan untuk menjadikan ukuran program yang terlaksana, sehingga kendala-kendala yang terkait pelaksanaan program ini bisa teratasi dengan cepat.

Hal yang sama dipertegas oleh Fasilitator Tehnik Kecamatan dalam penegasannya sebagai berikut:

“Disnilah dapat dilihat cara kerja para pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan dalam hal pekerjaan fisik, karena proses ini langsung menyentuh ke masyarakat disini dapat dilihat bagaimana proses dan cara kerja para pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat apakah sesuai dengan usulan yang diberikan oleh masyarakat sebelumnya (Hasil wawancara dengan SHR, 26 Juli 2014)”.

Cara kerja disini bagaimana pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di desa yaitu Tim Pelaksana Kegiatan melakukan pekerjaan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah disepakati oleh masyarakat. Pengawasan dalam pekerjaan fisik ini sangat perlu mengingat gampangnya terjadi penyalahgunaan dana pekerjaan yang mengakibatkan kualitas pekerjaan tidak memenuhi standar sehingga masyarakat kurang bisa menikmati dalam waktu lama hasil

65

pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ini.

Hal ini senada juga di ungkapkan oleh Tim Pelaksana Kegiatan, dalam komentarnya sebagai berikut:

“Proses pelaksanaan ini adalah yang terpenting karena selama tahap pelaksanaan ini dapat dilihat langsung oleh masyarakat di desa kami.

Pekerjaan fisik ini juga bisa menjadi tolak ukur keberhasilan PNPM dalam mengawal usulan masyarakat yang telah disepakati dalam musyawarah desa sebelumnya. Jangan sampai terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya sehingga menimbulkan kekecewaan dalam masyarakat (hasil wawancara dengan AMR, 24 Juli 2014)”.

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan sangat perlunya proses pengawasan pada tahap ini karena dalam proses ini dapat dilihat langsung oleh masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya. Di tahap inilah dibuktikan sendiri oleh masyarakat apakah usulan kegiatan yang sebelumnya dimusyawarahkan dapat dilaksanakan.

Berikut hasil kutipan wawancara dengan UPK Kecamatan seperti berikut ini:

“Proses pelaksanaan ini yang paling menguras tenaga dan pikiran dimana semuanya harus disiapkan secara cermat, karena bisa saja terjadi kesalahan prosedur oleh para pelaku PNPM di desa yang tentu nantinya membuat hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan (Hasil wawancara dengan HRN, 04 Agustus 2014)”.

Pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di desa tentunya harus selalu fokus dalam tahap ini karena dsinilah puncak program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan, yang menentukan hasilnya nanti apakah bisa diterima

66

oleh masyarakat atau tidak sehingga menentukan berhasil tidaknya program ini nantinya.

Begitupun hasil wawancara dengan Fasilitator Kecamatan Bontolempangan berikut ini:

“Pelaksanaan PNPM di desa pada pekerjaan fisik memerlukan konsentrasi dan fokus yang penuh, karena proses ini membutuhkan tenaga dan pikiran yang lebih demi suksesnya pekerjaan fisik.

Walaupun kadang-kadang terjadi kesalahan yang mendasar. Hal ini juga tidak bisa dihindari karena kita sebagai manusia tidak luput dari kesalahan (Hasil wawancara dengan HKM, 06 Agustus 2014)”.

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sangat fokus dalam pekerjaan fisik dimana para TPK harus mengerti tentang bobot serta volume pekerjaan fisik tersebut dan membuat laporan terperinci mengenai pekerjaan yang meliputi pemakaian bahan-bahan, pemilihan suplayer atau pemasok bahan untuk pekerjaan fisik tersebut yang nantinya dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

3. Peran pemerintah Desa terhadap Pengawasan PNPM Mandiri Perdesaan Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus dilaksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya sesuai dengan semestinya atau tidak. Selain itu Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan pembandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang nyata telah di capai dengan hasil-hasil yang seharusnya di capai. Dengan kata lain, hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan atau ketidakcocokan serta

67

mengevaluasi sebab-sebabnya. Akan tetapi kalau di terjemahkan begitu saja istilah controlling dari bahasa Inggris, maka pengertiannya lebih luas dari pengawasan yaitu dapat diartikan sebagai pengendalian, padahal kedua istilah ini berbeda karena dalam pengendalian terdapat unsur korektif.

Sesuai hasil wawancara dengan Bapak kepala Desa Julumate’ne yang mengatakan bahwa :

“Kami selaku pemerintah desa melakukan pengawasan yang menyeluruh terhadap program-program yang dilakukan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sehingga program yang dilakukan berjalan secara efektif dan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya”. ( Hasil wawancara dengan BSR, 22 Juli 2014)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah desa melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap kegiatan yang dilakukan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan agar semua proses dapat berjalan dengan baik tanpa ada penyimpangan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan pemberdayaan yang dilasanakan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.

4. Peran pemerintah Desa terhadap Pemeliharaan PNPM Mandiri Perdesaan Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas sarana dan prasarana serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang diperlukan supaya terdapat suatu keadaan yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pemeliharaan pembangunan fisik lingkungan yang dilaksanakan mengacu pada tingkat

68

kerusakan sarana dan prasarana untuk menangani kerusakan/ masalah yang mengakibatkan fungsi prasarana terganggu.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fasilitator Tehnik Kecamatan Bontolempangan.

“Proses pemeliharaan program PNPM sangat diperlukan kerja sama yang baik antara semua pihak. Karena program ini sangat berguna dan penting bagi masyarakat sehingga pihak-pihak terkait dalam program ini perlu saling bekerja sama dan memelihara agar program yang sudah dikerjakan dapat selalu dinikmati dan dirasakan dalam jangka panjang”. (Hasil wawancara dengan SHR, 11 Agustus 2014).

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan itu sangat diperlukan kerja sama oleh semua pihak baik dalam implementasi hasil program yang dilaksanakan program nasional pemberdayaan masyarakat mupun bukan, agar dapat selalu menjaga ketahanan serta keberlanjutan agar program tetap bisa di nikmati dan dipergunakan untuk membantu kelancaran aktivitas sehari-hari.

69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dalam aspek pembangunan fisik lingkungan mencakup:

(a) pengerasan jalan, yang dilakukan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah disepakati oleh pemerintah dan masyarakat sehingga menguntungkan bagi penggunakan jalan menjalankan aktivitas sehari, tentunya keberhasilan tersebut terjadi karna tidak terlepas dari kerjasama yang di bangun kedua belah pihak antara pemerintah dan masyarakat itu sendiri, (b) Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dibutuhkan masyarakat dan dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat serta merupakan komponen penting dalam perencanaan suatu daerah serta cukup membantu kelancaran aliran beberapa macam air kotor yang dapat mengganggu kesehatatan/lingkungan, dimana drainase merupakan salah satu program nasional pemberdayaan masyarakat untuk membantu kelancaran aliran agar tidak membuat genangan yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya kesehatan terganggu.

2. Peranan Pemerintah dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dapat dilakukan melalui empat tahap yaitu : (a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan, (c) Pengawasaan, dan (d)

70

Pemeliharaan. Melalui empat tahap tersebut pemerintah desa dan masyarakat bekerja sama, tidak semata-mata hanya memperhatikan implementasi program akan tetapi mulai pada saat perencanaan sampai pada tahap pemeliharaan, dan juga penetapan prioritas usulan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan serta kecakapan dan keterampilan bagi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di desa dalam penyusunan administrasi dan penyelesaian pelaksanaan pembangunan fisik lingkungan.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut ini:

1. Masih terjadi komunikasi dan kerja sama yang kurang lancar dan lambatnya informasi yang datang dari pihak-pihak yang terkait sehingga mendapat pandangan negatif dari berbagai pihak. Perlunya diwujudkan komunikasi yang baik dan pertemuan-pertemuan serta pembagian tugas yang jelas antara kedua pihak sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan didalamnya.

2. Faktor kurangnya pengetahuan teknik dalam pelaksanaan pekerjaan fisik yang bersentuhan dengan masyarakat sangat perlu ditingkatkan, karena ini berhubungan langsung dengan infrastruktur yang setiap hari digunakan oleh masyarakat.

3. Masih perlu ditingkatkan peran pemerintah dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan, serta

71

perlu ditingkatkannya kecakapan dan keterampilan bagi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam penyusunan administrasi dan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan fisik setiap program PNPM tersebut.

72

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bittner, (1986). Pengantar Sistem dan Teknologi Informasi. Alih Bahasa Hastha Dewa Putranta

David berry, 1995. Pokok pokok pikiran dalam sosiologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ekowati dkk, (2005). Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Kebijakan atau Program, Surakarta: Pustaka Cakra.

Edward III dkk, ( dalam subarsono Ag, 2012). Analisis Kebijakan Publik.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Harsono, Hanifah, (2002). Implementasi Kebijakan dan Politik. Yogyakarta : Rinheka Karsa

Hasan Iqbal, (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta. Ghalia Indonesia.

Hendarso, (2005). Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta. Kencana

Kadji, (2008). Impementasi Kebijakan Publik dalam Perspektif Realitas, Yogyakarta : Cahaya Abadi.

Miles, Mathew B dan A. Huberman, (1992). Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Moleong Lexy, J. (2002). “Metode Penelitian Kualitatif” PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Nurdin, Usman, (2004). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada

Nugroho. (2003). Kebijakan Publik : formulasi, implementasi, dan evaluasi.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Skripsi, (2013). Makassar : FISIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Redaksi Sinar Grafika, (1992). Tiga Undang-Undang Dasar, Cet. II; Jakarta:

Sinar Grafika

73

Satori, (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.

Soekanto, (2009). Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers Jakarta Setiawan, Guntur. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan .

Bandung : Remaja Rosdakarya Offset.

Soerjono soekanto, 2002. Teori Peranan, Jakarta : Bumi Aksara Soekanto, (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : CV. Rajawali

Sutoro Eko, (2002). Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi kaltim, Samarinda, Desember 2002.

Tim Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan.

Petujuk teknis operasional PNPM Mandiri. Jakarta: departemen dalam negeri direktorat jenderal pemberdayaan masyarakat dan desa, 2008.

Tim Pengembangan Simpadu PNPM Mandiri, Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Ultrech, E. (1979). Pengantar Tata Hukum Indonesia. Jakarta : Ikhtiar

Usman, Nurdin. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada

Widjaja, Haw, (2007). Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Ed. I, Jakarta: PT.

Radjawali Grafindo Pustaka.

Wahab, S. (2005). Analisis Kebijakasanaan: Dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi aksara

Widjaja, (2003). Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh,Ed.I; Jakarta: Radjawali Pers.

Winarno, (2012). Kebijakan publik, teori, proses, dan studi kasus, Yogyakarta : Caps.

Yuwono P. Budi, (2012). Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri, Jakarta : Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah desa.

74

Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 Bab IV pasal 11 Tentang pemerintah desa.

Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.

Undang Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1.

75

76

Foto 0% perkerasan jalan lingkar Desa Dusun Barua

Foto 100% perkerasan jalan lingkar Desa Dusun Barua

77

Foto 100% perkerasan jalan tani

Foto 100% perkerasan jalan lingkar lapangan Dusun Bontomate’ne

78

Foto 50% perkerasan jalan lingkar Desa Dusun Bontomarannu

Foto 100% perkerasan jalan lingkar Desa Dusun Bontomarannu

79

Foto 100% pembuatan draenase

RIWAYAT HIDUP

Sudirman. Lahir di Bontomate’ne pada tanggal 23 April 1989 Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi selatan. Penulis merupakan anak terakhir dari 2 ( dua ) bersaudara dari pasangan Bapak H. Amir dan Ibu Hj. Sahria.

Penulis memulai pendidikan di SD Inpres Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa pada tahun 1998 dan tamat tahun 2004. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada SMP Negeri 1 Bontolempangan pada tahun 2004 dan tamat tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan pada SMA Negeri 1 Bontomarannu pada tahun 2007 dan Tamat pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan pada tahun 2010 dan tamat pada tahun 2014.

Dokumen terkait