• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI DESA JULUMATE NE KECAMATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI DESA JULUMATE NE KECAMATAN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

PERDESAAN DI DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA

SUDIRMAN

Nomor stambuk: 105640084010

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

PERANAN PEMERINTAH DESA DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI

PERDESAAN DI DESA JULUMATE’NE KECAMATAN BONTOLEMPANGAN KABUPATEN GOWA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan oleh SUDIRMAN

Nomor stambuk : 105640084010

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

PERSETUJUAN

Judul proposal Penelitian : Peranan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa Nama Mahasiswa : Sudirman

Nomor Stambuk : 10564 00840 10 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Muhammad Idris, M.Si Drs. Muhammad Tahir, M.Si

Mengetahui :

Dekan

Fisipol Unismuh Makassar

Dr.H.Muhlis Madani, M.Si

Ketua

Jurusan Ilmu Pemerintahan

A. Luhur Prianto, S.IP, M.Si

(4)

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor : 1589/FSP/A.1-VIII/XVIII/35/2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di Makassar pada hari Sabtu tanggal 18 bulan Oktober tahun 2014.

TIM PENILAI

Ketua, Sekretaris,

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si

Penguji:

1. Abdul Kadir Adys, SH, MM ( )

2. Dra. Hj. St. Nurmaeta, MM ( )

3. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si ( )

4. Drs. Muhammad Tahir, M.Si ( )

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Sudirman Nomor Stambuk : 10564 00840 10 Program studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditilis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Juli 2014 Yang Menyatakan,

Sudirman

(6)

ABSTRAK

SUDIRMAN. Peranan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa (dibimbing oleh Muhammad Idris dan Muhammad Tahir).

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini bagaimana Peranan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dan peranan Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM-Mandiri Perdesaan.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan menjelaskan peranan pemerintah desa dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat (pnpm) mandiri perdesaan. Informan dalam penelitian ini adalah Fasilitator Kecamatan, Fasilitator Teknik Kecamatan, Ketua UPK Kecamatan, Kepala Desa Julumate’ne, Tim Pelaksana Kegiatan, KPMD dan Masyarakat desa julumate’ne jadi jumlah keseluruhan 8 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, obserpasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi dalam kegiatan PNPM-Mandiri Perdesaan sudah efektif, dimana diperencanaan inilah dimulai semua kegiatan PNPM nantinya di desa yang mencakup pembangunan sarana dan prasarana terutama yang langsung berhubungan dengan pembangunan fisik lingkungan. Impleementasi program dapat dilihat dan bagaimana cara kerja para pelaku PNPM-Perdesaan terutama dalam hal pekerjaan fisik, karena proses ini langsung menyentuh ke masyarakat disini juga dapat dilihat hasilnya dan bagaimana proses dan cara kerja pelaku PNPM apakah sesuai dengan usulan yang diberikan oleh masyarakat pada saat penetapan usulan, Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dalam aspek pembangunan fisik lingkungan mencakup : (a) pengerasan jalan, (b) Drainase.

( 2 ) Peranan Pemerintah dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dapat dilakukan melalui empat tahap yaitu (a) Perencanaan, (b) Pelaksanaan, (c) Pengawasaan, dan (d) Pemeliharaan.

Melalui empat tahap tersebut pemerintah desa dan masyarakat bekerja sama, tidak semata-mata hanya memperhatikan implementasi program akan tetapi mulai pada saat perencanaan sampai pada tahap pemeliharaan, dan juga penetapan prioritas usulan dalam pelaksanaan program Mandiri Perdesaan serta kecakapan dan keterampilan bagi Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa dalam penyusunan administrasi dan penyelesaian pelaksanaan pembangunan fisik lingkungan.

Kata Kunci : Peranan, Implementasi, Pemberdayaan Masyarakat.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah AWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Secara khusus hendak penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orangtua tercinta dan terkasih Ayahanda H. Amir dan ibunda tercinta Hj. Sahria serta kuluarga besar yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan, merawat, memberikan pendidikan sampai pada jenjang saat ini, mendoakan, memberikan semangat dan motivasi serta bantuan baik moril maupun materil, dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan kepada saya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat Bapak Drs. H. Muhammad idris, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Muhammad Tahir, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

(8)

diselesaikan dengan baik. Tak lupa pula penulis sampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak A. Luhur Prianto S.IP, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Kakak tercinta yaitu Haslindah, Amd. Kep beserta suaminya Nurdin, SH yang senantiasa mendukung dan mendoakan serta memberikan semangat dan motivasi yang tinggi untuk bisa meraih cita-cita.

5. Segenap Dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Segenap Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan pelayanan administrasi dengan baik.

7. Pemerintah Desa Julumate’ne dan seluruh pelaku PNPM atas bantuannya selama pembuatan skripsi ini.

8. Sahabat – sahabatku Hidayatullah, Dewi Ariani, Suriani, Syahrul dan yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang selalu menemani, merasakan suka duka penyusunan skripsi dan membantu serta berjuang bersama-sama dalam proses penyusunan skripsi ini. Teman-teman Co2, anak Ip Kelas.D

(9)

angkatan 2010 yang sama-sama berjuang dalam meraih cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah SWT. Dan oleh karena itu demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Sungguminasa, Juli 2014

Sudirman

(10)

DAFTARISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Penerimaan Tim ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata pengantar ... vi

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan penelitian ... 6

D. Kegunaan penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peranan ... 8

B. Konsep dan Teori Kebijakan ... 9

C. Konsep Pemerintahan Desa ... 10

D. Pengertian dan Konsep Implementasi ... 13

E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat ... 18

F. Kerangka pikir ... 20

G. Fokus Penelitian ... 22

H. Definisi Fokus ... 22

(11)

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi penelitian ... 30

B. Jenis dan Tipe penelitian ... 30

C. Sumber data ... 31

D. Informan Penelitian ... 31

E. Teknik pengumpulan data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Pengabsahan data ... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 36

1. Sejarah singkat Kabupaten Gowa ... 36

2.

Profil Desa Julumate’ne ... 39

3.

Profil program nasional pemberdayaan masyarakat ... 43

4.

Karakteristik Informan ... 47

B. Implementasi (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam aspek Pembangunan Fisik Lingkungan ... 49

1. Perkerasan jalan ... 54

2. Draenase ... 57

C. Peranan Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan ... 60

1. Peranan Pemerintah terhadap Perencanaan PNPM-MP ... 61

2. Peranan Pemerintah terhadap Pelaksanaan PNPM-MP ... 63

(12)

3. Peranan Pemerintah terhadap Pengawasan PNPM-MP ... 66

4. Peranan Pemerintah terhadap Pemeliharaan PNPM-MP ... 67

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 75

(13)

DAFTAR TABEL

Daftar Judul Tabel

Tabel 1 : Keadaan informan ... 32

Tabel 2 : Bupati Gowa Dari Tahun 1957 sampai sekarang ... 38

Tabel 3 : Keadaan Jumlah Penduduk ... 41

Tabel 4 : Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 42

Table 5 : Keadaan sektor jalan dan jembatan ... 42

Tabel 6 : Keadaan informan menurut Tingkat Umur ... 48

Tabel 7 : Keadaan informan menurut Tingkat Pendidikan ... 48

Table 8 : Keadaan informan menurut jenis kelamin ... 49

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebanyak 1.083.400 orang atau 14,11 persen dari total penduduk di Sulawesi Selatan adalah penduduk miskin (sumber BPS: 2008). Rendahnya akses terhadap pelayananan prasarana dasar seperti jalan dan jembatan, air minum, irigasi dan sebagainya, merupakan salah satu penyebab kemiskinan di perdesaan. Untuk mengurangi pertumbuhan kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan serta meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin perdesaan, maka pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri Perdesaan).

Sebagai upaya mendukung penanggulangan kemiskinan di daerah perdesaan, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah melaksanakan berbagai program. Di antaranya, Program Kompensasi Pengurangan Subsidi-Bahan Bakar Minyak di bidang Infrastruktur Perdesaan (PKPS-BBM IP) pada tahun 2005, Rural Infratructure Support (RISP) pada tahun 2006, Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Rural Infrastruktur Support Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau yang dikenal dengan RIS-PNPM Mandiri, merupakan program pemberdayaan masyarakat yang berada di bawah payung Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM). Program ini berupaya untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik

(15)

2

secara individu maupun kelompok melalui partisipasi dalam memecahkan berbagai permasalahan yang terkait kemiskinan dan ketertinggalan desanya sebagai upaya peningkatkan kualitas kehidupan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) merupakan program berbasis pemberdayaan yang bantuannya meliputi memfasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan identifikasi permasalahan kemiskinan, menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur dalam implementasi perdesaan.

Upaya pelaksanaan Progran Nasional Pemberdayaan Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) akan terus ditingkatkan, terutama dalam meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran stekholder dalam pelaksanaan program. Hal-hal tersebut dilakukan melalui:

1. Peningkatan kepekaan dan kesadaran di semua tingkatan melalui pelaksanaan Kesadaran publik Berkampanye ( Public Awareness Campaign ) yang optimal.

2. Peningkatan kapasitas penyelenggara melalui pelatihan yang akan diintegrasikan ke dalam system penyelenggaraan program dan dikelola oleh Tim Desain Pelatihan dan Manajemen atau National Training Design and Management Team (NTDMT).

3. Pemantauan kinerja yang akan dilakukan secara berjenjang dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten, sampai ke tingkat terendah di desa.

(16)

3

4. Peningkatan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pelaksanaan program khususnya peran serta perempuan dan masyarakat kelompok miskin, terutama dalam proses pengambilan keputusan.

5. Penilaian kinerja yang dikaitkan dengan sistem, penghargaan, dan sanksi bagi penyelenggara program, dari tingkat provinsi, kabupaten, sampai tingkat perdesaan berdasarkan kinerja dalam pelaksanaan program dan penguatan mekanisme serta implementasi penang anan pengaduan.

Pengentasan kemiskinan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak dahulu hingga sekarang, tidak ada satu negarapun yang menginginkan rakyatnya mengalami kemiskinan. Karena itu sejalan dengan komitmen nasional, kemiskinan merupakan masalah pokok yang penanganannya harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan bidang kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea ke empat yang berbunyi:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,

(17)

4

dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” (Redaksi Sinar Grafika 1992)

Berdasarkan undang-undang dasar tresebut, maka penanganan kemiskinan adalah tanggung jawab bersama yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, berkelanjutan, dan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan berdasarkan keadilan sosial agar masyarakat mencapai kemakmuran.

Pada umumnya kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kebutuhan akan sumber daya manusia, namun kita tidak boleh berdalih bahwa belum siap untuk melibatkan masyarakat dalam program peningkatan pembangunan inprastruktur perdesaan. (Haw. Widjaja 2007)

Guna meningkatkan efektifitas peningkatan kesejahteraan masyarakat, mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Peberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP). Program Nasional Peberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) adalah merupakan kelanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Di antara keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektifitas dan partisipasi masyarakat.

Secara umum Program Nasional Peberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan kemandirian dengan melibatkan unsur masyarakat

(18)

5

mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. (Jakarta:

2008)

Melalui proses partisifatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kewenangan pengolaan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai kapasitasnya.

Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung agar program peningkatan kesejahteraan berjalan tepat sasaran. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorentasi pada kepentingan masyarakat yang kurang sejahtera.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) diluncurkan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan skala yang demikian besar baik dari sisi cakupan wilayah maupun dana yang dikelola, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan membutuhkan data dan informasi yang akurat untuk memastikan program berjalan tepat sasaran. Salah satu cara yang digunakan untuk melakukan pemantauan adalah dengan melibatkan masyarakat setempat agar mendapatkan data yang akurat dan valid.

Secara khusus pada tingkat masyarakat di Desa Julumate’ne Kec.

Bontolempangan Kab. Gowa masih memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, karena menganggap bahwa masih ada penyimpangan-

(19)

6

penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ini. Selain itu masyarakat masih beranggapan bahwa program tersebut masih belum efektif. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil atau memilih judul tentang

“Peranan Pemerintah Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Mmasyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah pokok yang menjadi rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana implementasi Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM) Mandiri Perdesaan Aspek Pembangunan Fisik Lingkungan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.?

2. Bagaimana Peranan Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan Aspek Pembangunan Fisik Lingkungan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kaupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi PNPM Mandiri Perdesaan Aspek Pembangunan Fisik Lingkungan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

(20)

7

2. Untuk mengetahui Peranan Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan Aspek Pembangunan Fisik Lingkungan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kaupaten Gowa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di bidang pemberdayaan dan pembangunan.

2. Secara praktis :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemanfaatan pemberdayaan dan pembangunan Desa.

b. Bahan masukan bagi evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa.

c. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap Peranan Pemerintah desa dalam Implementasi PNPM Manadiri Perdesaan.

(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Peranan

Peranan berasal dari kata peran. “ Peranan pada hakekatnya adalah merupakan suatu fungsi status pada orang-orang tertentu atau dan lembaga dalam menjalankan suatu fungsinya seperti halnya pemberdayaan dan pembangunan, apabila telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam statusnya sebagai Lembaga pemberdayaan msyarakat, maka pada hakekatnya mereka telah menjalankan peranannya ”.

Menurut Grass dkk, ( dalam David Berry 1995) mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu.

Menurut Soekanto (2002), bahwa peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Berdasarkan dua pengertian di atas, peranan adalah perangkat harapan- harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat atau lingkungannya kepadanya.

(22)

9

B. Konsep dan Teori Kebijakan

Kebijakan adalah sebuah kegiatan pemahaman manusia mengenai pemecahan masalah. Kebijakan dibuat untuk dapat membuat solusi akan problematika manusia yang bermacam-macam. Pemerintah merupakan lembaga tinggi negara yang merupakan pengambil alih kebijakan bagi rakyatnya, akan tetapi kadang kala kebijakan tersebut dapat diterima dan kadang kala pun ditolak oleh masyarakat. Dalam literatur kepustakaan yang sudah diketahui oleh umum, kata kebijakan diterjemahkan dari bahasa Inggris yaitu policy.

Sesuai dengan arti yang luas policy mempunyai dua aspek pokok.

Pertama, policy merupakan praktika sosial, ia bukan event yang tunggal atau terisolir. dengan demikian sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian dalam masyarakat. Kedua, policy merupakan dorongan atau incentive bagi pihak-pihak yang sudah bersepakat menentukan tujuan bersama

tersebut untuk bersama-sama bekerja secara rasional. Maka dari dua aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa policy disatu pihak dapat berbentuk suatu usaha yang kompleks dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat, di lain pihak policy merupakan suatu teknik atau cara untuk mengatasi konflik dan menimbulkan insentif. Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijaksanaan seringkali disamakan pengertiannya dengan policy. Hal tersebut barangkali dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah policy ke dalam Bahasa Indonesia.

(23)

10

Charles O. Janes (dalam Winarno 2012), istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), program, keputusan (decisions), standard, proposal, dan grand design.

Menurut Nugroho (2003), bahwa Kebijakan merupakan kesepakatan bersama dari berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat dan sudah disahkan oleh masyarakat itu sendiri melalui lembaga yang berwenang untuk dilaksanakan.

C. Konsep Pemerintahan Desa

Pengertian Pemerintahan Desa, yaitu suatu kesatuan pemerintahan yang terdapat dalam Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat, sesuai perturan perundang- undangan yang berlaku dengan tujuan perlindungan dan kesejahteraan masyarakat melalui pembuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan. Atau suatu kebulatan atau keseluran proses atau kegiatan berupa antara lain proses pembentukan atau penggabungan desa, pemilihan kepala desa, peraturan desa, kewenangan, keuangan desa dan lain-lain yang terdiri dari berbagai komponen badan publik seperti Perangkat Desa, Badan Pemusyawaratan Desa, dan Lembaga Kemasyarakatan Desa.

Pemerintah desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah desa dimaknai sebagai kesatuan masyarakat

(24)

11

hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai pemerintah desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Undang-Undang nomor 32 tahun 2004, mengakui otonomi yang dimiliki oleh pemerintah desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kepada desa melalui pemerintah desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan tertentu. Sebagai perwujudan demokrasi sesuai dalam ketentuan UU No. 32 Tahun 2004 maka pemerintahan dalam tatanan pemerintah desa dibentuk Badan Pesmusyawaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang disesuaikan dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengatur dan pengontrol dalam penyelenggaraan pemerintah desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peratuan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Pegertian pemerintah desa adalah kepala desa beserta perangkat desa dan anggota badan permusyawaratan desa. Kepala desa pada sasarnya

(25)

12

bertanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggungjawabannya disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat. Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawabannya namun tetap harus memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan Permusyawaratan Desa untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggungjawaban dimaksud. Dan sesuai dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 Bab IV pasal 11 pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Kemudian sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yaitu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.

(26)

13

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.

Menurut Widjaja (2003) “Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa, landasan pemikiran dalam mengenai Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”.

D. Pengertian dan Konsep Implementasi

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Implementasi kebijakan yang menempatkan kebijakan dalam pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran dan bagaimana sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, sosial dan lain-lainnya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan. Kalau di ibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang

(27)

14

telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna dari sisi perancang dan rancangan itu.

Implementasi program atau kebijakan merupakan salah satu tahap yang penting dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan.

Mazmanian dan Sabatier (dalam Kadji 2008), memberikan makna implementasi adalah upaya untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan suatu fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat atau dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-

Wahab dalam Setyadi (2005) mengutip pendapat para pakar yang menyatakan bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan administrative yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan social yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak negative maupun positif, dengan demikian dalam mencapai keberhasilan implemetasi, diperlukan kesamaan pandangan tujuan yang hendak dicapai dan komitmen semua pihak utnuk memberikan dukungan. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan, dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau

(28)

15

penerapan kebijakan dengan desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memerikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi ( Ekowati, dkk 2005 ).

Menurut Edward III dkk, ( dalam Subarsono : 2012 ) menjelaskan bahwa terdapat empat variable kritis dalam implementasi kebijakan publik atau program diantaranya, komunikasi atau kejelasan informasi, konsistensi informasi (communications), ketersediaan sumberdaya dalam jumlah dan mutu tertentu (resources), sikap dan komitment dari pelaksana program atau kebijakan birokrat (disposition), dan struktur birokrasi atau standar operasi yang mengatur tata kerja dan tata laksana (bureaucratic strucuture).

Variabel-variabel tersebut saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan.

a. Komunikasi (communications): berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada organisasi dan atau publik, ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari para pelaku yang terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksana kebijakan. Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Bagi suatu organisasi, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh 3 (tiga) indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi dan kejelasan komunikasi. Faktor komunikasi

(29)

16

dianggap penting, karena dalam proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan selalu berurusan dengan permasalahan “bagaimana hubungan yang dilakukan”.

b. Ketersediaan sumberdaya (resources): berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk melaksanakan kebijakan yaitu :

1. Sumber daya manusia: merupakan aktor penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan dan merupakan potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seseorang meliputi fisik maupun non fisik berupa kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar belakang pengalaman, keahlian, keterampilan dan hubungan personal.

2. Informasi: merupakan sumberdaya kedua yang penting dalam implementasi kebijakan. Informasi yang disampaikan atau diterima haruslah jelas sehingga dapat mempermudah atau memperlancar pelaksanaan kebijakan atau program.

3. Kewenangan: hak untuk mengambil keputusan, hak untuk mengarahkan pekerjaan orang lain dan hak untuk memberi perintah.

4. Sarana dan prasarana: merupakan alat pendukung dan pelaksana suatu kegiatan. Sarana dan prasarana dapat juga disebut dengan perlengkapan yang dimiliki oleh organisasi dalam membantu para pekerja di dalam pelaksanaan kegiatan mereka.

5. Pendanaan: membiayai operasional implementasi kebijakan tersebut, informasi yang relevan, dan yang mencukupi tentang bagaimana cara mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kerelaan atau kesanggupan

(30)

17

dari berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan tersebut. Hal ini dimaksud agar para implementator tidak melakukan kesalahan dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut.

c. Sikap dan komitment dari pelaksana program (disposition): berhubungan dengan kesediaan dari para implementor untuk menyelesaikan kebijakan publik tersebut. Kecakapan saja tidak mencukupi tanpa kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Disposisi menjaga konsistensi tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan atau dukungan yang telah ditetapkan.

d. Struktur birokrasi (bureaucratic strucuture).: berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan public. Struktur birokrasi menjelaskan susunan tugas dan para pelaksana kebijakan, memecahkannya dalam rincian tugas serta menetapkan prosedur standar operasi.

Nurdin, Usman, (2004) mengemukakan bahwa ”Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Jadi implementasi mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Nurdin, Usman (2002), “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi

(31)

18

bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Menurut Guntur Setiawan (2004) “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Menurut Hanifah Harsono (2002) “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

E. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemberian kesempatan kerja yang seluas-luasnya bagi penduduk baik untuk kategori kaya, menengah, terutama warga miskin untuk melakukan kegiatan sosial ekonomi yang produktif, sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih besar.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya diarahkan untuk meningkatkan akses hidup sejahtera bagi individu, keluarga dan kelompok masyarakat terhadap sumber daya untuk melakukan proses produksi dan kesempatan berusaha. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan berbagai upaya untuk memotivasi dalam bentuk antara lain bantuan modal dan pengembangan sumber daya manusia

.

(32)

19

Menurut Sutoro, (2002) Pemberdayaan sebagai proses pengembangan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pemberdayaan masyarakat dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri.

Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara.

Pemberian layanan publik (kesehatan, 2 pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya)kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara.

Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan.

Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ). Inti pengertian pemberdayaan

(33)

20

masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

F. Kerangka Pikir

Implementasi kebijakan yang menempatkan kebijakan dalam pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran dan bagaimana sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, sosial dan lain-lainnya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan.

Dalam proses pemerintahan dan pembangunan di negara berkembang pemerintah mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Kedudukan yang strategis ini berkaitan dengan fungsinya selaku “pelayan publik” termasuk dalam hal ini bagaimana inplementasi program – program pemperdayaan masyarakat tidak terlepas dari peran pemerintah baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta pemeliharaan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan keterangan kongkret, dimana perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat ke masa yang akan datang. Tidak terlepas dari itu perencanaan mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha, baik dari segi pembangunan fisik linkungan, pemberdayaan ekonomi serta

(34)

21

pemberdayaan sosial itu sendiri yang dapat menghambat tingkat kemajuan kesejahteraan masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD) penetapan usulan agar pelaksanaan implementasi pembangunan fisik, pemberian bantuan yang berupa pemberdayaan ekonomi serta pemberdayaan sosial tidak keluar dari apa yang telah direncanakan sebelum program berjalan.

Pengawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh Tim Kordinasi pada berbagai tingkatan dan Tim Pelaksana terhadap kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan dan pengawasan yang dilakukan oleh aparat fungsional dalam mekanisme pengawasan pembangunan, pemberdayaan Ekonomi dan pemberdayaan Sosial apa sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas sarana dan prasarana serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan supaya terdapat suatu keadaan yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pemeliharaan pembangunan fisik lingkungan yang dilaksanakan mengacu pada tingkat kerusakan sarana prasarana yang ada untuk menangani tingkat kerusakan/ masalah yang mengakibatkan fungsi prasarana terganggu. Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir seperti pada bagan dibawa ini:

(35)

22

KERANGKA PIKIR

G. Fokus Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan memfokus pada dua aspek, yaitu:

1. Implementasi PNPM mandiri perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

2. Peranan Pemerintah Desa dalam Implementasi PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan Kaupaten Gowa.

H. Definisi Fokus

Fokus Penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit

Program Pembangunan Fisik lingkungan.

 Perkerasan Jalan

 Draenase

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa

Julumate’ne

Peran Pemerintah :

 Perencanaan

 Pelaksanaan

 Pengawasan

 Pemeliharaan Implementasi Program

PNPM Mandiri Perdesaan

(36)

23

untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah.

1. Peranan Pemerintah

Peranan pada hakekatnya adalah merupakan suatu fungsi status pada orang-orang tertentu atau dan lembaga dalam menjalankan suatu fungsinya seperti halnya pemberdayaan dan pembangunan, apabila telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam statusnya sebagai Lembaga pemberdayaan msyarakat, maka pada hakekatnya mereka telah menjalankan peranannya. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa tidak berarti peranan tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan saja, akan tetapi dapat dilihat pula dari aspek hasilnya, apabila betul-betul berkualitas atau bermanfaat secara maksimal atau tidak. Oleh karena itu peranan merupakan fungsi dari suatu status, mulai dari tahap awal sampai akhir suatu kegiatan, dalam hal ini hasil atau manfaat suatu peran yang dijalankan. Proses pembangunan yang dilaksanakan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan di kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.

2. Implementasi

Implementasi kebijakan ialah menempatkan kebijakan dalam pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu kebijakan, bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran dan bagaimana

(37)

24

sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, social, ekonomi dan lain-lain sebagainya) berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan yang akan dijalankan. Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasil yang direncanakan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat karena rancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu. Maka implementasi juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah diusulkan dan sampai apa yang direncanakan pada saat penggalian gagasan dilakukan guna untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang dengan perencanaan awal atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-siaan antara rancangan dengan implementasi. Rancangan dan impelemntasi adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guruserta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti untuk memahami perancangan dengan baik dan benar.

(38)

25

3. Konsep PNPM Mandiri Perdesaan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang mendukung program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan yang wilayah kerja dan target sasarannya adalah masyarakat perdesaan. Program nasional pemberdayaan Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998- 2007.

4. Perkerasan Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawahpermukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,jalan lori, dan jalan kabel.

5. Draenase

Draenase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, Baik yang terbentuk dengan secara alami maupun yang dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, draenase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur jalannya suplai air demi pencegahan terjadinya banjir.

(39)

26

6. Perencanaan

Secara umum perencanaan dapat dikategorikan sebagai perencanaan di desa, di kecamatan dan di kabupaten. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahapan penggalian gagasan sampai dengan musyawarah desa perencanaan atau dikenal dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa (MMDD) perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan Musyawarah Antar Desa (MAD) prioritas usulan sampai dengan (MAD) menetapkan usulan. Perencanaan kegiatan di kabupaten adalah perencanaan koodinatif, dimulai dari keterlibatan utusan kecamatan dalam forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sampai dengan Musrembang Kabupaten.

7. Pelaksanaan

Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan yang tetap mengacu pada prinsip dan mekanisme program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, maka perlu adanya persiapan pelaksanaan yang matang dan terencana. Persiapan pelaksanaan ini lebih ditujukan kepada penyiapan aspek sumber daya manusia, termasuk masyarakat, Tim Pelaksana Kegiatan, Unit Pengelola Kegiatan, dan seluruh pelaku program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan lainnya. Karena itu, Tim Pelaksana Kegiatan dan Unit Pengelola Kegiatan perlu mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan yang didanai program nasional pemberdayaan masyarakat Mandiri Perdesaan, Pelatihan Unit Pengelola Kegiatan, Tim

(40)

27

Pelaksana Kegiatan dan pelaku desa lainnya dilakukan dalam masa setelah penandatanganan SPPB oleh Camat, sampai dengan masa persiapan pelaksanaan.

Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan musyawarah antar desa penetapan usulan dan susunan Desa informasi hasil MAD serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan itu perlu diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut:

1) Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga pelaksanaan keputusan dan tanggung jawab ada pada masyarakat.

2) Masyarakat desa mendapat prioritas untuk turut bekerja dalam melaksanakan kegiatan, terutama bagi rumah tangga miskin.

3) Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh masyarakat sendiri, masyarakat dapat mendatangkan tenaga terampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam musdes, dan kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam Rencana Anggaran Bangunan.

4) Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai hasil yang memuaskan serta selesai tepat waktu.

Untuk penyaluran dana Program Nasional Pemberdayaan Mandiri (PNPM) Mandiri Perdesaan, mengikuti proses dan prosedur yang diatur dalam surat edaran direktur jenderal perbendaharaan, Departemen Keuangan.

(41)

28

8. Pengawasan

Pengawasan adalah merupakan proses kegiatan yang terus-menerus dilaksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya sesuai dengan semestinya atau tidak. Pengawasan yang dimaksud dalam hal ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh Tim Kordinasi, para pelaku kegiatan proram pada berbagai tingkatan dan Tim Pelaksana terhadap kegiatan Program PNPM Mandiri Perdesaan sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta pemeliharaan.

9. Kesejahteraan sosial

Kesejahteraan sosial mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia baik secara kelompok maupun secara individu untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, sedangkan menurut rumusan Undang Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah: “Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin, yang memungki nkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi sertakewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

(42)

29

10. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan mengacu pada tingkat kerusakan prasarana, sebagai berikut:

a) Pemeliharaan Rutin

Untuk menangani kerusakan/ masalah ringan yang mengakibatkan fungsi prasarana terganggu (seperti genangan air di jalan, bahu jalan tergerus air hujan, pedel ada yang lepas, kotoran/sampah, dll). Pemeliharaan Rutin dilaksanakan tiap (2 / 3 / 4 ) minggu sekali dengan swadaya (gotong royong)

b) Pemeliharaan Berkala atau Periodik

Untuk menangani kerusakan-kerusakan / masalah sedang , yang mengakibatkan kualitas prasarana terganggu / rusak (cat lepas, endapan lumpur di selokan, tebing longsor, plesteran rusak, pasangan batu retak, dll.). Pemeliharaan berkala dilaksanakan tiap ( 4 / 5 / 6 ) bulan sekali dengan swadaya dan iuran.

c. Pemeliharaan Darurat

Untuk menangani kerusakan-kerusakan masalah berat yang terjadi akibat bencana alam yang mengakibatkan fungsi maupun kwalitas prasarana terganggu / rusak berat (bangunan rusak berat/

runtuh, batu pokok jalan lepas, dinding atau tembok pecah, pasangan batu pecah, dll.).

(43)

30

BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September tahun 2014. Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan kabupaten gowa. Penelitian dilakukan di Desa Julumate’ne karena Desa Julumate’ne merupakan salah tempat pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Perdesaan. Pembangunan fisik lingkungan merupakan salah satu program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan.

B. Jenis dan Tipe penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan gambar.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana pertanyaan ”bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang akan di angkat atau di teliti, oleh sebab itu untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian di klasifikasikan sehingga dapat di ambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah

(44)

31

C. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dimana peneliti dapat memperoleh data-data yang diperlukan. Data merupakan keterangan-keterangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap. Atau suatu fakta yang digambarkan lewat angka, simbol, kode, dll. (Iqbal Hasan, 2002).

Pada penelitian ini data-data diperoleh melalui dua sumber yaitu : 1) Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan- catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi catatan, laporan serta arsip yang berhubungan dengan fokus penelitian.

D. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. (2) Informan biasa, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. (3) Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso dalam Suyanto, 2005).

Dari penjelasan yang sudah diterangkan diatas, maka peneliti

(45)

32

Purposive Sampling merupakan penentuan informan tidak didasarkan atas

strata, kedudukan, pedoman, atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Yang menjadi informan penelitian ini yaitu hanya mengambil dua jenis informan yaitu informan kunci dan informan biasa yang diambil dari Tim Pelaksana Kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan dan masyarakat yang melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Perdesaan di Desa Julumate’ne Kecamatan Bontolempangan kabupaten Gowa, kemudian yang dimaksudkan kedua jenis informan tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel 1 : Keadaan informan menurut jenis informan

No Informan Penelitian Jumlah

Informan kunci

1. Fasilitator Kecamatan 1 orang

2. Fasilitator Teknik Kecamatan 1 orang

3. Ketua UPK Kecamatan 1 orang

4. Kepala Desa 1 orang

5. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) 1 orang

6. KPMD 1 orang

Informan biasa

7. Masyarakat yang melakukan pekerjaan PNPM 2 orang

Jumlah 8 orang

Sumber : RPJM-Desa Julumate’ne

(46)

33

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam peneliti ini, meliputi :

1. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tidak tersruktur atau terbuka yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak manggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.

2. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti melalui hasil pengamatan secara langsung pada objek penelitian mengenai peran pemerintah desa dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di desa julumate’ne kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pencatatan, meringkas maupun menganalisis data dari bahan- bahan tertulis yang berhubungan dengan obyek yang diteliti seperti dokumen-dokumen, buku-buku, surat kabar, majalah, atau dapat juga berupa gambar. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data

(47)

34

secara jelas dan konkrit tentang peran pemerintah desa dalam implementasi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan di desa julumate’ne kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian diproses lebih lanjut dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, kemudian diinterprestasikan menjadi seperangkat informasi sebagai hasil penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran secara jelas dan sederhana agar lebih mudah dimengerti dan dipahami. Teknik analisis data yang digunakan model interaktif (interactive model),

G. Pengabsahan Data

Validasi data sangat mendukung hasil akhir dari suatu penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa denagan menggunakan teknik triangulasi.

Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi diartikan sebagai etknik pngumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan dan sumber data yang telah ada. Adapun beberapa macam bentuk teknik pengumpulan data adalah :

1. Tiangulasi sumber data

Tiangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Dalam hal ini, untuk menguji kredibilitas data tentang Peranan Pemerintah

(48)

35

Desa Dalam Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, maka pengumpulan data dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada kepala desa, pengelola, pelaksana serta pelaku dalam hal ini masyarat.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dalam hal ini bermakna sebagai data yang diperoleh dari satu sumber yang ada dengan menggunakan metrode atau teknik tertentu, termasuk dilakukannya uji keakuratan data atau ketidak akuratan data yang sudah ada.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi metode yang berkenaan dengan waktu pengumpulan data. Waktu juga sering mempengaruhi tingkat kredibilitas data, dimana data yang dikumpulkan melalui teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak kegiatan dan masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid.

(49)

36 35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Sejarah singkat Kabupaten Gowa

Sebelum Kerajaan Gowa terbentuk, terdapat 9 (sembilan) Negeri atau Daerah yang masing-masing dikepalai oleh seorang penguasa yang merupakan Raja Kecil. Negeri ini ialah Tombolo, Lakiung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling dan Sero. Pada suatu waktu Paccallayya bersama Raja-Raja kecil itu masygul karena tidak mempunyai raja, sehingga mereka mengadakan perundingan dan sepakat memohon kepada Dewata agar menurunkan seorang wakilnya untuk memerintah Gowa. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1320 (Hasil Seminar Mencari Hari Jadi Gowa) dengan diangkatnya Tumanurung menjadi Raja Gowa maka kedudukan sembilan raja kecil itu mengalami perubahan, kedaulatan mereka dalam daerahnya masing-masing dan berada di bawah pemerintahan Tumanurung Bainea selaku Raja Gowa Pertama yang bergelar Karaeng Sombaya Ri Gowa. Raja kecil hanya merupakan Kasuwiyang Salapanga (Sembilan Pengabdi), kemudian lembaga ini berubah menjadi Bate Salapang (Sembilan Pemegang Bendera). Pada tahun 1320 Kerajaan Gowa terwujud atas persetujuan kelompok kaum yang disebut Kasuwiyang-Kasuwiyang dan merupakan kerajaan kecil yang terdiri dari 9 Kasuwiyang yaitu Kasuwiyang Tombolo, Lakiyung, Samata, Parang-parang, Data, Agang Je’ne, Bisei, Kalling, dan Sero.

(50)

37

Di masa kepemimpinan Karaeng Tumapa’risi Kallonna tersebutlah nama Daeng Pamatte selaku Tumailalang yang merangkap sebagai Syahbandar, telah berhasil menciptakan aksara Makassar yang terdiri dari 18 huruf yang disebut Lontara Turiolo. Pada tahun 1051 H atau tahun 1605 M, Dato Ribandang menyebarkan Agama Islam di Kerajaan Gowa dan tepatnya pada tanggal 9 Jumadil Awal tahun 1051 H atau 20 September 1605 M, Raja I Mangerangi Daeng Manrabia menyatakan masuk agama Islam dan mendapat gelar Sultan Alauddin. Ini kemudian diikuti oleh Raja Tallo I Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Katangka dengan gelar Sultan Awwalul Islam dan beliaulah yang mempermaklumkan shalat Jum’at untuk pertama kalinya.

Raja I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Muhammad Bakir Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke XVI dengan gelar Ayam Jantan dari Timur, memproklamirkan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan maritim yang memiliki armada perang yang tangguh dan kerajaan terkuat di Kawasan Indonesia Timur.

Akibat peperangan yang terus menerus antara Kerajaan Gowa dengan VOC mengakibatkan jatuhnya kerugian dari kedua belah pihak, oleh Sultan Hasanuddin melalui pertimbangan kearifan dan kemanusiaan guna menghindari banyaknya kerugian dan pengorbanan rakyat, maka dengan hati yang berat menerima permintaan damai VOC. Dalam sejarah berdirinya Kerajaan Gowa, mulai dari Raja Tumanurung Bainea sampai dengan setelah era Raja Sultan Hasanuddin telah mengalami 36 kali

(51)

38

pergantian Somba (raja). Pada tahun 1950 berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950 Daerah Gowa terbentuk sebagai Daerah Swapraja dari 30 daerah Swapraja lainnya dalam pembentukan 13 Daerah Indonesia Bagian Timur. Sejarah Pemerintahan Daerah Gowa berkembang sesuai dengan sistem pemerintahan negara. Setelah Indonesia Timur bubar dan negara berubah menjadi sistem Pemerintahan Parlemen berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1950 dan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1957, maka daerah Makassar bubar. Pada tanggal 17 Januari 1957 ditetapkan berdirinya kembali Daerah Gowa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ditetapkan sebagai daerah Tingkat II . Sela njutnya dengan berlakunya Undang-undang Nomor 1 tahun 1957 tentang Pemerintahan Daerah untuk seluruh wilayah Indonesia tanggal 18 Januari 1957 telah dibentuk Daerah – daerah Tingkat II.

Tabel 2 : Bupati Gowa Dari Tahun 1957 sampai sekarang

No Nama Bupati Periode

1. Andi Idjo Karaeng Lalolang 1957 – 1960

2. Andi Tau 1960 – 1967

3. H. M. Yasin Limpo Karetaker

4. Andi Bachtiar Kareteker

5. K. S. MasÕud 1967 – 1976

6. H. Muhammad Arif Sirajuddin 1976 – 1984

7. H. A. Kadir Dalle 1984 – 1989

8. H. A. Azis Umar 1989 – 1994

9. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si 1994 – 2002 10. Drs. H. Hasbullah Djabar, M.Si 2002 – 2004

11. H. Andi Baso Machmud Karetaker

12. H. Ichsan Yasin Limpo, SH 2005 sampai sekarang

(52)

39

2. Profil Desa Julumate’ne a. Keadaan Geografi

Desa julumate’ne merupakan daerah pegunungan/lereng yang terletak di wilayah kecamatan bontolempangan kabupaten gowa.Desa julumate’ne berbatasan sebelah utara dengan elurahan Sapaya (kec.Bungaya),sebelah timur dengan Desa Bontolempangan, sebelah selatan dengan kec.Biringbulu, sebelah barat berbatasan Desa Ulujangan.Dengan luas +_ 16,18 km2,jarak dari ibukota Kecamatan Bontolempangan : 8 km.

Desa julumate’ne sebelumnya hanya sebuah wilayah RK/RW dengan nama Bontomate’ne yang merupakan wilayah dari dusun lemoa desa bontolempangan pada tahun 1965 s/d 1988.Kemudian dibentuk menjadi dusun/lingkungan yang membawahi 3 (tiga) RW/RK yaitu : RK Bontomate’ne,RK Barua,RK Pammolongan.

Pada tahun 1989 kampung gallaran ulujangan juga dipisahkan dari desa Sapaya sehingga pada tanggal 28 Desember 1989 dibentuklah Desa persiapan julumate’ne yang membawahi 3 wilayah Dusun Bontomate’ne,Dusun Barua,dan Dusun Ulujangan,pusat pemerintahan Desa Julumate’ne berousat di Dusun Julumate’ne sebagai ibu kota desa.

Pada tahun 1992 Desa persiapan Julumate’ne resmi jadi desa Defenitif melalui pemilihan langsung dengan kepala desa pertama hasil pemilihan pada waktu itu adalah : Muhammad.S.yang

Gambar

Tabel 1 : Keadaan informan menurut jenis informan
Tabel 2 : Bupati Gowa Dari Tahun 1957 sampai sekarang
Tabel 3 : Keadaan Jumlah Penduduk.
Tabel 4 : Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penyaluran kredit perbankan mengalami variasi setiap saat hal ini diduga disebabkan oleh faktor internal atau kondisi spesifik perbankan dan kondisi eksternal berupa kondidi

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.2, angka buta aksara pemuda yang berumur 30-35 tahun lebih tinggi dibanding yang berumur 25-29 tahun, begitu juga angka buta aksara pada kelompok

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari pembuatan plastik biodegradable dari pati limbah kulit garut yang berasal dari agroindustri rumah tangga

Dengan demikian, bahasa dan media adalah asumsi dari teori interaksionisme yang bisa dikonfirmasi sebagai proses komunikasi dalam mengintegrasi masyarakat yang

Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu; (2) norms ; yakni berbagai

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Suatu bangunan yang didirikan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai wujud bahwa penyelenggaraan proyek konstruksi bangunan telah dijalankan sesuai

Dalam melaksanakan tugas pokoknya itu, PPATK menganggap perlu kerja sama dengan Penyedia Jasa Keuangan untuk mendeteksi kegiatan pencucian uang karena Penyedia