• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deiksis Persona Ketiga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Deiksis Persona

4.2.1.3 Deiksis Persona Ketiga

Deiksis persona ketiga ada dua jenis yaitu deiksis persona ketiga tunggal dan deiksis persona ketiga jamak. Dalam bahasa Indonesia, deiksis persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, -nya, dan beliau. Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya bentuk dia dan –nya yang dapat muncul. Deiksis persona ketiga tunggal beliau digunakan untuk menyatakan rasa hormat, yakni dipakai oleh orang yang lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang yang dibicarakan. Dari keempat deiksis persona ketiga tersebut, hanya dia, -nya dan beliau yang dapat digunakan untuk menyatakan milik. Selain itu, deiksis persona ketiga juga memiliki bentuk jamak yaitu kata mereka. Pada umumnya mereka hanya dipakai untuk insan.

Benda atau konsep yang jamak dinyatakan dengan cara yang lain; misalnya dengan mengulang nomina tersebut (reduplikasi) atau dengan mengubah sintaksisnya. Kata mereka tidak mempunyai variasi bentuk sehingga dalam posisi mana pun hanya bentuk itulah yang dipakai, misalnya usul mereka, rumah mereka

Berbeda halnya dalam bahasa Mandarin, deiksis persona ketiga tunggal memiliki bentuk yang lebih sederhana daripada bentuk deiksis persona ketiga tunggal dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Mandarin, deiksis persona ketiga

.

tunggal hanya terdiri atas dua bentuk yaitu 他 (tā) artinya dia pada laki-laki dan 她 (tā) artinya dia pada perempuan. Dua kata tersebut memiliki persamaan pada pengucapan dan dapat bermakna sebagai ia, dia, -nya, dan beliau. Hanya saja bentuk penulisannya berbeda dan penempatannya pada suatu kalimat harus sesuai pada fungsi dari kata tersebut. Jika orang yang dibicarakan adalah laki-laki, maka dalam kalimat harus menggunakan kata 他(tā) untuk menunjukkan orang yang dibicarakan tersebut. Sebaliknya, jika orang yang dibicarakan adalah perempuan, maka dalam kalimat harus menggunakan kata 她(tā)untuk menunjukkan orang yang sedang dibicarakan tersebut.

Selain itu, deiksis persona ketiga jamak juga ada terdapat dalam bahasa mandarin yaitu 他们(tāmen) artinya mereka pada laki-laki dan 她们(tāmen) artinya mereka pada perempuan. Dua kata tersebut memiliki persamaan pada pengucapan, akan tetapi memiliki sedikit perbedaan pada penulisannya.

Penempatan kata tersebut pada suatu kalimat harus sesuai pada fungsi dari kata tersebut. Jika orang-orang yang dibicarakan adalah laki-laki seluruhnya, maka kata yang digunakan adalah 他们 (tāmen). Jika orang-orang yang dibicarakan

adalah perempuan seluruhnya, maka kata yang digunakan adalah 她们(tāmen).

Namun, apabila orang-orang yang dibicarakan adalah laki-laki dan perempuan, maka kata yang digunakan adalah 他们(tāmen).

1. Dia (他 / 她)

Di dalam bahasa Mandarin, kata 他/她 (tā)digunakan untuk menyatakan diri orang ketiga tunggal, atau orang yang sedang dibicarakan oleh penutur dan mitra tutur yang berjumlah satu orang. Dalam bahasa Mandarin, kata 他 / 她 (tā)dapat

digunakan terhadap siapa saja orang yang dituju, tidak ada batasan umur maupun status sosial.

2. Mereka (他们 / 她们)

Di dalam bahasa Mandarin, kata 他 们 / 她 们 (tāmen)digunakan untuk menyatakan diri orang ketiga jamak, atau orang-orang yang sedang dibicarakan oleh penutur dan mitra tutur yang berjumlah lebih dari satu orang. Dalam bahasa Mandarin, kata 他们 / 她们 (tāmen)dapat digunakan terhadap orang-orang yang lebih muda maupun tua atau orang-orang yang lebih rendah status sosialnya maupun orang-orang yang lebih tinggi status sosialnya.

4.2.2 Deiksis Tempat

Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu. Dalam berbahasa, orang akan membedakan antara sini, situ, sana, kemari, dan sebagainya.Hal ini dikarenakan kata sini lokasinya dekat dengan si pembicara, situ lokasinya tidak dekat pembicara, sedangkansana lokasinya tidak dekat dari si pembicara dan tidak pula dekat dari pendengar. Dalam bahasa Mandarin, pemberian bentuk pada lokasi ruang atau tempat yaitu 这 (ini), 这里 (sini, kemari), 那 (itu/sana), 那儿 (sana), 那里 (situ/sana), 这儿 (sini, kemari), dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, bentuk deiksis tempat yang ditemukan adalah; sana (那), sini (这里), sini (这儿), dan sana (那里).

1. Sana (那)

Dalam bahasa Indonesia, kata sana digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau letak suatu benda. Kata sana merupakan penunjuk pada tempat yang jauh dari persona pertama dan persona kedua, tempatnya berada di jarak yang cukup jauh dari penutur. Begitu pula dalam bahasa Mandarin, kata 那 (nà) digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau letak yang jauh dari persona pertama dan persona kedua atau si penutur dan mitra tutur.

2. Sini (这里)

Dalam bahasa Indonesia, kata sini digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau letak suatu benda. Kata sini merupakan penunjuk pada tempat yang dekat dengan penutur. Begitu pula dalam bahasa Mandarin, kata 这里 (zhèlǐ) digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau letak yang dekat dengan penutur.

3. Sini (这儿)

Dalam bahasa Mandarin, selain kata 这里 (zhèlǐ), kata 这儿 (zhè'er) juga memiliki arti sini. Kata 这儿 (zhè'er) lebih sering dipakai di Tiongkok Utara seperti Beijing, sedangkan Taiwan lebih sering memakai kata 这里 (zhèlǐ). Kata 这儿 (zhè'er) juga digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau letak yang dekat dengan penutur.

4. Sana (那里)

Dalam bahasa Indonesia, kata sana digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau letak suatu benda. Kata sana merupakan penunjuk pada tempat yang jauh dari persona pertama dan persona kedua, tempatnya berada di jarak yang cukup jauh dari penutur. Dalam bahasa Mandarin, kata 那 里 (nàlǐ) juga

merupakan penunjuk pada letak/tempat/ruang/ yang jaraknya jauh dari persona pertama dan persona kedua.

4.2.3 Deiksis Waktu

Deiksis waktu merupakan deiksis yang merujuk pada suatu waktu yang dituju dapat diungkapkan dengan berbagai ragam kata seperti Minggu (yang) lalu, setahun (yang) lalu, dua tahun (yang) lalu, (bulan) April (yang) lalu, (hari) Kamis ini, bulan ini, tahun (nanti), kelak, sekarang, hari ini, dan sebagainya. Pada penelitian ini, penulis menemukan bentuk-bentuk deiksis waktu yakni 今天 (hari ini), 一年以后 (setahun kemudian), 现在 (sekarang), 今晚 (malam ini), dan 五百 年 前 (500 tahun yang lalu). Untuk mengetahui rujukan waktu pada sebuah tuturan harus diketahui konteks tuturan, kapan tuturan dilaksanakan, dan kapan peristiwa terkait terlaksana.

1. Hari ini (今天)

Dalam bahasa Indonesia, kata hari ini digunakan untuk menunjukkan hari yang sedang berlangsung. Kata hari ini merupakan penunjuk pada hari yang dituturkan oleh penutur dimana hari tersebut sedang berlangsung pada saat itu juga atau pada saat penutur tersebut berbicara. Kata hari ini dalam bahasa Mandarin adalah 今天 (jīntiān). Kata 今天 (jīntiān)juga merupakan penunjuk pada hari yang sedang berlangsung dalam bahasa Mandarin.

2. Setahun kemudian (一年以后)

Dalam bahasa Indonesia, kata setahun kemudian digunakan untuk menunjukkan waktu yang dimaksud oleh penutur yaitu waktu yang berjarak satu tahun setelah kejadian yang dimaksud terjadi. Kata setahun kemudian dalam bahasa Mandarin adalah 一年以后 (yī nián yǐhòu). Kata 一年以后 (yī nián yǐhòu)

juga merupakan penunjuk waktu yang berjarak satu tahun setelah tahun kejadian yang dimaksud terlaksana.

3. Sekarang (现在)

Dalam bahasa Indonesia, kata sekarang digunakan untuk menunjukkan waktu yang sedang dituturkan penutur yang terjadi pada saat pertuturan tersebut berlangsung. Kata sekarang dalam bahasa Mandarin adalah 现在 (xiànzài). Kata 现在 (xiànzài)juga merupakan penunjuk waktu yang sedang berlangsung pada saat kata tersebut dituturkan.

4. Malam ini (今晚)

Dalam bahasa Indonesia, kata malam ini digunakan untuk menunjukkan waktu yang sedang dituturkan penutur yang berlangsung pada malam hari saat pertuturan tersebut berlangsung. Kata malam ini dalam bahasa Mandarin adalah 今晚(jīn wǎn). Kata 今晚(jīn wǎn) juga merupakan penunjuk waktu yang sedang dituturkan penutur yang berlangsung pada malam hari saat pertuturan tersebut berlangsung.

5. 500 tahun yang lalu (五百年前)

Kata 500 tahun yang lalu digunakan untuk menunjukkan jangka waktu 500 tahun yang telah berlalu sejak dari dituturkannya kata 500 tahun yang lalu tersebut.

Kata 500 tahun yang lalu dalam bahasa Mandarin adalah 五百年前 (wǔbǎi nián qián). Kata 五百年前 (wǔbǎi nián qián) juga merupakan penunjuk waktu yang sedang dituturkan penutur yang bermaksud untuk menyatakan 500 tahun sebelum berlangsungnya tuturan tersebut.

4.2.4 Deiksis Wacana

Deiksis wacana ialah rujukan pada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau sedang dikembangkan (Nababan, 1987: 42). Deiksis wacana harus dirumuskan dengan lebih dahulu melihatnya di dalam wacana tertentu. Deiksis sini, misalnya, dapat mengacu kepada tempat yang dekat dengan penutur. Deiksis wacana tidak dapat dikatakan dengan cara begitu. Deiksis wacana adalah mengacu kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diperankan (sebelumnya) dan atau yang sedang dikembangkan (yang akan terjadi).

Deiksis wacana berhubungan dengan penggunaan ungkapan di dalam suatu ujaran untuk mengacu kepada suatu bagian wacana yang mengandung ujaran itu (termasuk ujaran itu sendiri). Kita juga dapat memasukkan ke dalam deiksis wacana sejumlah cara lain di mana sebuah ujaran mensinyalkan hubungan dengan teks yang mengelilinginya. Misalnya, karena wacana itu mengungkapkan waktu, maka wajar saja jika kata-kata deiksis waktu dapat dipakai untuk mengacu kepada bagian-bagian wacana tersebut. Begitulah, jika mempunyai deiksis waktu seperti Minggu, bulan berikut, awal tahun, maka untuk deiksis wacana kita dapat juga memakai bentuk akhir paragraf, bab berikut, awal paragraf, dan sebagai berikut.

Dalam bahasa Indonesia kata-kata demikian biasanya didahului dengan preposisi seperti di, pada, dalam.

Deiksis wacana mencakup anafora dan katafora. Anafora ialah penunjukan kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam wacana dengan pengulangan atau substitusi. Katafora ialah penunjukan ke sesuatu yang disebut kemudian. Bentuk-bentuk yang dipakai untuk mengungkapkan deiksis wacana itu adalah kata/frase ini, itu, yang terdahulu, yang berikut, yang pertama disebut,

begitulah, dan sebagainya. Pada penelitian ini, bentuk deiksis wacana yang ditemukan oleh peneliti yakni:这 zhè (itu),这 zhè (ini), 那里 nàlǐ (itu), dan 那 nà (begitu). Pada bahasa Mandarin, kata itu memiliki penulisan aksara yang berbeda-beda namun artinya tetap sama. Ada pula yang memiliki persamaan pada penulisan aksara tetapi artinya berbeda, seperti; begitu dan itu, kedua kata tersebut memiliki makna yang berbeda namun penulisan aksaranya sama yaitu 那 (nà).

1. Itu

Dalam bahasa Indonesia, kata itu biasa digunakan sebagai kata penunjuk.

Dalam pemakaian yang umum, kata itu digunakan untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. Dalam bahasa tulis terdapat konvensi/ketentuan yang lazim diikuti. Kata itu dalam bahasa Mandarin yang terdapat pada penelitian ini adala 这 (zhè) dan 那里(nàlǐ).

2. Ini

Dalam bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan sebagai kata penunjuk.

Dalam pemakaian yang umum, kata ini digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dekat dari pembicara. Dalam bahasa tulis terdapat konvensi/ketentuan yang lazim diikuti. Kata ini dalam bahasa Mandarin yang terdapat pada penelitian ini adalah 这 (zhè).

3. Begitu

Menurut asal-usulnya, kata begitu berasal dari kata bagai itu. Kata begitu mengacu ke bagian yang telah disebutkan. Kata begitu dalam bahasa Mandarin yang terdapat pada penelitian ini adalah 那 (nà).

4.2.5 Deiksis Sosial

Deiksis sosial berhubungan dengan aspek-asek kalimat yang mencerminkan kenyataan-kenyataan tertentu tentang situasi sosial ketika tindak tutur terjadi.

Deiksis sosial menunjukkan perbedaan-perbedaan sosial (perbedaan yang disebabkan oleh faktor-faktor sosial seperti jenis kelamin, usia, kedudukan didalam masyarakat, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya yang ada para partisipan dalam sebuah komunikasi verbal yang nyata, terutama yang berhubungan dengan segi hubungan peran antara penutur dan petutur, atau penutur dengan topik atau acuan lainnya. Dapat dikatakan bahwa deiksis sosial itu adalah deiksis yang disamping mengacu keadaan referen tertentu, juga mengandung konotasi sosial tertentu, khususnya pada deiksis persona. Dalam bahasa Indonesia hal itu tampak, misalnya dalam penggunaan kata sapaan saudara, Tuan, Nyonya, dan sebagainya, dan deiksis persona bagipenutur sepertihambadanpenggunaan nama diri. Dalam penelitian ini, deiksis sosial yang ditemukan adalah Tuan(尊驾), Nyonya (夫人), dan Yang Mulia (陛下).

1. Tuan (尊驾)

Dalam bahasa Indonesia, kata tuan digunakan sebagai kata ganti penunjuk orang yang digunakan kepada lawan bicara yang lebih tua, berstatus sosial lebih tinggi maupun kepada lawan bicara yang baru dikenal yang berjenis kelamin laki-laki. Kata tuan dalam bahasa Mandarin yang terdapat pada penelitian ini adalah 尊驾 (zūn jià).

2. Nyonya (夫人)

Dalam bahasa Indonesia, kata nyonya digunakan sebagai kata ganti penunjuk orang yang digunakan kepada lawan bicara yang lebih tua, berstatus

sosial lebih tinggi maupun kepada lawan bicara yang baru dikenal yang berjenis kelamin perempuan. Kata nyonya dalam bahasa Mandarin yang terdapat pada penelitian ini adalah 夫人 (fūrén).

3. Yang Mulia (陛下)

Dalam bahasa Indonesia, kata Yang Mulia digunakan sebagai kata ganti penunjuk orang yang digunakan kepada lawan bicara yang berstatus sosial lebih tinggi atau sebagai pemimpin. Kata Yang Mulia dalam bahasa Mandarin yang terdapat pada penelitian ini adalah 陛下 (bìxià).

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis sekaligus peneliti, penulis menarik kesimpulan bahwa deiksis bahasa Mandarin yang terdapat pada film The Monkey King 2 ada lima jenis yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Berdasarkan intensitas penggunaan deiksis dalam film The Monkey King 2, deiksis persona lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan deiksis lainnya.

Pada hasil analisis data deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2, analisis dimulai dengan klasifikasi kategori deiksis dalam bahasa Mandarin dengan menunjukkan bentuk tuturan yang terdapat dalam film The Monkey King 2. Setelah itu bentuk tuturan dianalisis dari segi sudut pandang Pragmatik Levinson dalam bentuk konteks tuturan. Pada hasil analisis data deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2, penulis menarik kesimpulan bahwa suatu kata yang referennya tidak tetap dalam suatu tuturan dapat diketahui maknanya apabila memperhatikan konteks tuturan tersebut. Apabila tidak mengetahui konteks tuturannya maka makna dari suatu tuturan tidak dapat diketahui dengan pasti.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menyampaikan bebrapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi kepentingan pihak-pihak terkait. Saran tersebut ditujukan untuk 1) pelajar/mahasiswa, 2)

guru/dosen, dan 3) peneliti lanjutan. Ketiga saran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1) Bagi Pelajar/Mahasiswa

Pelajar/mahasiswa sebagai manusia berpengetahuan tinggi harus memahami penggunaan bahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk kaidah-kaidah kebahasaan yang sesuai, khususnya dalam hal penggunaan deiksis di dalam kehidupan sehari-hari.

2) Bagi Guru/Dosen

Peran aktif dari dunia pendidikan dalam menjaga kelestarian bahasa sangat diperlukan. Oleh karena itu, guru/dosen hendaknya memberi pengetahuan yang lebih terhadap penggunaan bahasa yang baik dan benar, khususnya dalam hal penggunaan deiksis dan kebenaran dalam menentukan makna dari suatu tuturan melalui konteks-konteks tuturan. Hasil penelitian dan

pembahasan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pengajaran deiksis. Pengajaran deiksis diterapkan melalui mata kuliah pragmatik pada ilmu bahasa.

3) Bagi Peneliti Lanjutan

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna. Penelitian ini merupakan penelitian murni bidang kebahasaan maka penulis berharap kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian mengenai jenis-jenis deiksis yang digunakan pada bahasa Indonesia ataupun bahasa asing serta maksud rujukan dapat dikaitkan dengan pembelajaran bahasa di sekolah maupun universitas.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B.Y. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik, Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchajana, 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti.

Fitrati, Rekha Della, 2014. Ungkapan Ajakan dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

George, Yule. 2006. Pragmatik (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasibuan, Namsyah Hot. 2011. Deiksis dalam Bahasa Mandailing. Medan:

Universitas Sumatera Utara

Kasebae, Nurfadilla. 2013. Deiksis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Banggai (Suatu Analisis Kontrastif). Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Mahardhika, Debiy Eryana. 2013. Penggunaan Deiksis pada Rubrik Cerkak dalam Majalah Penjebar Semangat. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Merentek, Silvia Hariyanti. 2016. Deiksis dalam Film Cinderella: Analisis Pragmatik.Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

PTRemaja Rosdakarya.

Mubarok, Ade Husni. 2017. Deixis Used in The Spiderwick Chronicles Movie.

Bali:Universitas Udayana.

Mustika, Heppy Leo. 2012. Analisis Deiksis Persona dalam Ujaran Bahasa Rusia (Suatu Tinjauan Pragmatik). Bandung: Universitas Padjajaran.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Noberty, Teresia. 2016. Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos Edisi September-Desember 2015. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Pratama, Rully. 2016. Bentuk dan Fungsi Deiksis dalam Film Comme Un Chef Karya Daniel Cohen. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Rahman, Yunanfathur. 2012. Deiksis dalam Bahasa Jerman.Yogyakarta:

UniversitasGajdah Mada.

Rochmawati,Warda Putri. 2016. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Film “The Miracle Worker”. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Simanjuntak, Dewi. 2011. Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Utama, Harits. 2012. Pemakaian Deiksis Persona dalam Bahasa Indonesia.

Bandung: Universitas Padjajaran.

Wahyuningsih, Zulaikha Tri. 2010. Pemakaian Deiksis Sosial dalam Tajuk Rencana Harian Kompas Edisi Januari – Februari 2010. Surakarta:

UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

LAMPIRAN

TABULASI DATA

DAFTAR SAMPEL DATA DEIKSIS YANG TERDAPAT PADA FILM THE MONKEY KING 2

No. Jenis Deiksis Bentuk Deiksis Durasi Bentuk Tuturan Maksud Bentuk Deiksis

DEIKSIS PERSONA 1.

Deiksis Persona l 我 (saya/aku/-ku/ku-) 00:04:02 “有字我不能胡扯啊。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada biksu Tang Sanzang sebagai penutur.

2. 00:04:05 “就赶紧给我扯。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

Sun Wukong sebagai penutur.

3. 00:07:42 “我不需要你保护。“ 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

biksu Tang Sanzang sebagai penutur.

4. 00:07:54 “那我可以走了。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

Sun Wukong sebagai penutur.

5. 00:08:38 “这是菩萨给我的。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

biksu Tang Sanzang sebagai penutur.

6. 00:08:39 “我也不知道是什么。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

biksu Tang Sanzang sebagai penutur.

7. 00:09:05 “我还得唱。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

biksu Tang Sanzang sebagai penutur.

8. 01:22:40 “我还没说完。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

Zhu Bajie sebagai penutur.

9. 01:26:33 “你还在度化我。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

Bai Gujing sebagai penutur.

10. 01:46:27 “我若不入地狱。” 我 pada tuturan tersebut merujuk pada

biksu Tang Sanzang sebagai penutur.

11.

我们(kita, kami)

00:02:58 “要不我们去救它?” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada biksu Tang Sanzang dan kedua prajuritnya.

12. 00:18:24 “我们实在王命难违。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

prajurit-prajurit Raja Lautan Awan.

13. 00:27:21 “我们两个受观音菩萨的指点。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

Zhu Bajie dan Sha Wujing.

14. 00:27:56 “我们句句说的是真话。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

Zhu Bajie dan Sha Wujing.

15. 00:28:43 “有人在看看我们。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

Sun Wukong, Tang Sanzang, Zhu Bajie dan Sha Wujing.

16. 00:28:56 “那我们是不是应该庆祝一下?” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

Bai Gujing dan ketiga anak buahnya.

17. 00:34:26 “别伤害我们。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

Sun Wukong, Tang Sanzang, Zhu Bajie dan Sha Wujing.

18. 00:34:49 “我们师徒四人途经此地。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada Sun Wukong, Tang Sanzang, Zhu Bajie dan Sha Wujing.

19. 00:36:56 “就放过我们吧。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

nenek tua dan kedua anak gadisnya.

20. 00:51:06 “我们两个人真的是很像。” 我们 pada tuturan tersebut merujuk pada

biksu Tang Sanzang dan Sun Wukong.

21.

Deiksis Persona ll 你(kamu, kau, -mu)

00:02:57 “那你想怎么办呢?” 你 pada tuturan tersebut merujuk pada prajurit pertama biksu Tang yang tidak disebutkan namanya pada film tersebut.

22. 00:03:26 “你和它都上有老下有小。” 你 pada tuturan tersebut merujuk pada

28. 00:09:19 “你稍徵忍耐一下。” 你 pada tuturan tersebut merujuk pada

你 pada tuturan tersebut merujuk pada biksu Tang Sanzang.

31. 您 (anda) 00:34:39 “恐怕您是了。” 您 pada tuturan tersebut merujuk pada

nenek tua jelmaan Bai Gujing.

32. 00:45:52 “吧您吓成这样。” 您 pada tuturan tersebut merujuk pada

nenek tua jelmaan Bai Gujing.

33. 你们 (kalian) 00:17:45 “你们做了这么多坏事。” 你们 pada tuturan tersebut merujuk pada

33. 你们 (kalian) 00:17:45 “你们做了这么多坏事。” 你们 pada tuturan tersebut merujuk pada

Dokumen terkait