• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN DEIKSIS BAHASA MANDARIN YANG TERDAPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN DEIKSIS BAHASA MANDARIN YANG TERDAPAT"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN DEIKSIS BAHASA MANDARIN YANG TERDAPAT PADA FILM THE MONKEY KING 2

《西游记二》电影指示的使用(“xīyóu jì èr” diànyǐng zhǐshì de shǐyòng)

SKRIPSI

OLEH:

IKHWANA LAIREN RISKA 130710086

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Penggunaan Deiksis Bahasa Mandarin yang Terdapat pada Film The Monkey King 2”. In this way writer trying to analyze the form of deixis and the use of deixis, and grouping of deixises found in The Monkey King 2 movie. The purpose of this research is to discover what types of deixis are exists in The Monkey King 2 movie and to analyze how the use of deixis. The data source of this research is the text that became the conversation dialogue in The Monkey King 2 movie. In this research, the process of data collection using the simak method and catat technique. To analyze the shape of deixis is used referral pad method with PUP (Determining Elementary Element) as the basic technique and HBS (Connect Compare Equate) as the advanced technique. The results of this research show that there are five types of Chinese deixis on The Monkey King 2 movie, that is; person deixis, place deixis, times deixis, discourses deixis, and social deixis. In addition, the results of this research show that the use of deixis is closely related to the context of speech. The meaning of a deixic word can be known when considering and knowing the context of the speech.

Keywords: deixis in Mandarin, The Monkey King 2 movie, pragmatics

(3)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penggunaan Deiksis Bahasa Mandarin yang Terdapat pada Film The Monkey King 2”. Dalam hal ini penulis berusaha menganalisis bentuk deiksis dan penggunaan deiksis, serta mengelompokkan jenis-jenis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2. Tujuan dari karya tulis ini ialah untuk menemukan jenis deiksis apa saja yang terdapat pada film The Monkey King 2 dan untuk menjelaskan bagaimana analisis penggunaan deiksis tersebut. Data dalam penelitian ini ialah teks yang menjadi dialog percakapan pada film The Monkey King 2. Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik catat. Untuk menganalisis bentuk deiksis digunakan metode padan referensial dengan teknik dasar PUP (Pilah Unsur Penentu) dan teknik lanjutan teknik HBS (Hubung Banding Menyamakan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima jenis deiksis bahasa Mandarin pada film The Monkey King 2 yaitu; deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan deiksis sangat berhubungan dengan konteks tuturan. Makna dari suatu kata yang bersifat deiksis dapat diketahui apabila memperhatikan dan mengetahui konteks tuturannya.

Kata kunci : deiksis bahasa Mandarin, film The Monkey King 2, pragmatik

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat perlindungan-Nya dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan di Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi dengan judul

“Penggunaan Deiksis Bahasa Mandarin yang Terdapat pada film The Monkey King 2”. Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu persyaratan ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan, semangat, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak kepada penulis. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.D., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Dra. Heristina Dewi, M.Pd., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

5. Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.

6. Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.

7. Dr. Gustianingsih, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing l yang telah bersedia menjadi pembimbing penulis dan telah banyak memberikan masukan dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

(5)

8. T. Kasa Rullah Adha, S.S., MTCSOL., selaku Dosen Pembimbing ll yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

9. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberi perhatian terhadap nilai-nilai dalam perkuliahan saya.

10. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan telah memberikan ilmu kepada penulis selama di perkuliahan.

11. Orangtua penulis, yaitu Ayah dan Ibu, terima kasih telah memberikan dukungan terhadap saya, baik dukungan moral maupun doa, yang telah mendidik saya sedari kecil hingga saat ini sehingga saya terbekali ilmu dan dapat menyelesaikan perkuliahan di Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat, kesehatan dan rezeki kepada orangtua saya.

12. Adik-adik saya Ikhnawan Laidin Riski, Ahmad Tio Wandana, dan Shofia Ilham, yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada adik-adik saya.

13. Buchari Herza yang telah memberikan banyak waktu, dukungan, motivasi, dan perhatian kepada penulis. Terimakasih banyak, semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan kesehatan kepada nya.

14. Sahabat dekat saya Indria Dhea Adha, Wynona Namira dan Nyimas Razanah Yusrina, yang juga sedang berjuang dengan penulis, terimakasih banyak atas dukungan dan semangatnya, semoga persahabatan kita terjaga sampai tua nanti.

15. Seluruh teman-teman mahasiswa Stambuk 2013 di Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih atas kerjasama yang telah terbina selama lebih kurang empat tahun menuntut ilmu bersama.

(6)

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang disajikan masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis sekali lagi mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 25 Januari 2018 Penulis,

Ikhwana Lairen Riska NIM 130710086

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Konsep ... 9

2.2.1 Deiksis ... 9

2.2.2 Deiksis dalam Bahasa Mandarin ... 10

2.2.3 Film ... 10

2.2.3.1 Pengertian Film ... 10

2.2.3.2 Sejarah Film ... 11

2.2.3.3 Jenis-Jenis Film ... 13

2.2.4 Hubungan Deiksis dengan Film ... 15

2.3 Landasan Teori ... 16

2.3.1 Pragmatik ... 16

2.3.2 Deiksis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Data dan Sumber Data ... 19

3.2 Lokasi Penelitian ... 19

(8)

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

3.5 Metode dan Penyajian Hasil Analisis Data ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil Penelitian ... 23

4.1.1 Jenis Deiksis yang Terdapat pada Film The Monkey King 2 ... 23

4.1.1.1 Deiksis persona ... 25

4.1.1.2 Deiksis Tempat ... 27

4.1.1.3 Deiksis Waktu ... 27

4.1.1.4 Deiksis Wacana ... 27

4.1.1.5 Deiksis Sosial ... 28

4.1.2 Analisis Deiksis yang Terdapat pada Film The Monkey King 2 ... 28

4.1.2.1 Analisis Deiksis Persona ... 28

4.1.2.2 Analisis Deiksis Tempat ... 41

4.1.2.3 Analisis Deiksis Waktu ... 46

4.1.2.4 Analisis Deiksis Wacana ... 52

4.1.2.5 Analisis Deiksis Sosial ... 56

4.2 Pembahasan ... 60

4.2.1 Deiksis Persona ... 60

4.2.1.1 Deiksis Persona Pertama ... 60

4.2.1.2 Deiksis Persona Kedua ... 62

4.2.1.3 Deiksis Persona Ketiga ... 64

4.2.2 Deiksis Tempat ... 66

4.2.3 Deiksis Waktu ... 68

4.2.4 Deiksis Wacana ... 70

4.2.5 Deiksis Sosial ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Simpulan ... 74

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76 Lampiran. Daftar Sampel Data Deiksis yang Terdapat pada Film The Monkey

King 2

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nama dan Peran pada Film The Monkey King 2 ... 4 Tabel 4.1 Jumlah Data Deiksis Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis ... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 ... 21

Gambar 4.1 ... 29

Gambar 4.2 ... 30

Gambar 4.3 ... 31

Gambar 4.4 ... 32

Gambar 4.5 ... 34

Gambar 4.6 ... 35

Gambar 4.7 ... 36

Gambar 4.8 ... 38

Gambar 4.9 ... 39

Gambar 4.10 ... 40

Gambar 4.11 ... 41

Gambar 4.12 ... 43

Gambar 4.13 ... 44

Gambar 4.14 ... 45

Gambar 4.15 ... 46

Gambar 4.16 ... 47

Gambar 4.17 ... 49

Gambar 4.18 ... 50

Gambar 4.19 ... 51

Gambar 4.20 ... 52

Gambar 4.21 ... 53

Gambar 4.22 ... 54

Gambar 4.23 ... 55

Gambar 4.24 ... 56

Gambar 4.25 ... 57

Gambar 4.26 ... 59

Gambar 4.27 ... 60

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa berperan penting dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial.

Kehidupan tak pernah lepas dari kegiatan berbahasa. Kegiatan berbahasa adalah kegiatan mengungkapkan lambang-lambang atau bunyi bahasa untuk menyampaikan makna-makna dalam lambang atau bunyi tersebut kepada lawan bicara dalam komunikasi lisan atau pembaca dalam komunikasi tulisan.

Chaer (2007: 30) menyebutkan bahwa bahasa adalah alat verbal untuk komunikasi. Menurut Crystal (dalam Chaer 2007: 30), bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi III (2005: 88) disebutkan bahwa:

1. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota satu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri;

2. Bahasa merupakan percakapan (perkataan) yang baik.

Komunikasi akan berjalan dengan lancar apabila sasaran bahasa yang digunakan tepat. Artinya bahasa itu dipergunakan sesuai dengan situasi dan kondisi penutur dan sifat penuturan itu dilaksanakan. Hal ini sangat bergantung pada faktor penentu dalam tindak bahasa atau tindak tutur, yaitu lawan bicara, tujuan pembicara, masalah yang dibicarakan, dan situasi. Penggunaan bahasa seperti inilah yang disebut pragmatik.

(12)

Pragmatik mencakup pembahasan mengenai deiksis, praanggapan, tindak tutur, dan implikatur percakapan. Di sini penulis mengambil penggunaan deiksis sebagai topik dari kajian pragmatik. Penulis memilih deiksis sebagai topik penelitian karena penulis melihat banyaknya makna yang terkandung pada satu kalimat sehingga membuat suatu kalimat atau ujaran menjadi rancu sehingga menyebabkan penerima ujaran mengalami kesulitan dalam memaknai suatu ujaran, dan tentunya itu perlu untuk diteliti.

Dalam berbahasa, kita sering menggunakan kata-kata atau frasa-frasa yang rujukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tegantung pada siapa yang menjadi pembicara, waktu tindak tutur terjadi atau tempat dimana dituturkannya kata-kata itu. Dalam bidang linguistik terdapat istilah rujukan atau sering disebut referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kepada kata, frase atau ungkapan yang akan diberikan. Rujukan semacam itu oleh Nababan (dalam Utama, 2012: 1) disebut deiksis.

Deiksis adalah salah satu kajian pragmatik yang membahas tentang pemaknaan suatu kalimat dari suatu bahasa. Pemaknaan suatu kalimat haruslah sesuai dengan konteksnya. Penerima bahasa akan mengalami kesulitan dalam pemaknaan suatu kalimat dalam bahasa apabila terdapat pemakaian kata yang tidak teratur sehingga menyebabkan kerancuan dan kesulitan dalam memahami suatu kalimat.

Deiksis juga dapat diartikan sebagai sifat dari sebuah ujaran. Untuk menentukan suatu kata atau ujaran bersifat deiksis harus membutuhkan pemahaman. Maksud dari harus membutuhkan pemahaman adalah harus mengetahui konteks yang menentukan maksud dari pembicara. Satu kata yang sama tetapi terdapat pada dua kalimat yang memiliki konteks yang berbeda maka

(13)

makna dari kata yang sama tersebut juga pasti berbeda. Contoh konteks yang mempengaruhi makna suatu ujaran ialah waktu, seperti: malam. Misalnya pada kalimat (a) Saya akan datang ke rumahmu besok malam, dan pada kalimat (b) Musang adalah binatang malam. Kata malam pada kalimat (b) tidak bersifat deiksis, namun dalam kalimat (a) kata malam bersifat deiksis. Hal seperti ini lah yang membuat penulis bersemangat untuk membahas topik penggunaan deiksis.Dalam kajian pragmatik, deiksis dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu 1) deiksis persona, 2) deiksis tempat, 3) deiksis waktu, 4) deiksis wacana, dan 5) deiksis sosial.

Dari penjelasan mengenai deiksis di atas, penulis terdorong untuk mengambil objek pada teks dialog yang terdapat pada film asal Hongkong yang berjudul The Monkey King 2. Film ini diangkat berdasarkan novel klasik Journey to the West karya Wu Cheng’en. Film inimerupakan film yang bersifat aksi fantasi.

Film ini berkisah tentang Raja Kera Sun Wukong yang telah bebas dari hukumannya di Gunung Lima Jari. Wukong mendapatkan kesempatan untuk menebus kesalahannya setelah ditahan kurang lebih 500 tahun. Syarat utamanya adalah menemani perjalanan Biksu Tang Sanzang yang diperintahkan Dewi Kwan Im untuk mencari kitab suci di India. Dalam perjalanannya, Biksu Tang Sanzang ditemani ketiga muridnya yakni Sun Wu Kong, Zhu Bajie dan Sha Wujing yang melindunginya dari siluman jahat yang ingin mengagalkan perjalanan mereka ke Barat. Berikut pembagian nama dan peran pada film The Monkey King 2;

Tabel 1.1 Nama dan Peran pada Film The Monkey King 2

(14)

Nama Peran

Cheang Pou-soi Sutradara

Kiefer Liu Produser

Aaron Kwok Sebagai Sun Wukong, Raja Kera

Gong Li Sebagai Baigujing

Feng Shaofeng Sebagai Tang Sanzang Xiaoshenyang Sebagai Zhu Bajie

Him Law Sebagai Sha Wujing

Penulis mengambil objek kajian berupa teks dialog berbahasa Mandarin di film tersebut disebabkan karena pada teks dialog tersebut terdapat kalimat-kalimat bahasa Mandarin yang di dalamnya terdapat kata-kata yang bersifat deiksis.

Penggunaan deiksis dalam setiap kata dalam teks dialog tersebut mengacu pada konteks tuturan tersebut. Ketika dalam kalimat atau pun tuturan ditemukan kata deiksis belum tentu itu dapat bersifat atau bermakna deiksis. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui suatu tuturan itu langsung atau tidak langsung dapat dilihat dari pemakaian deiksis tersebut. Deiksis ini perlu diteliti agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap penafsiran makna dalam tuturan yang mengandung kata deiksis.

Penulis memilih untuk meneliti sebuah film karena penulis menganggap film mempunyai kelebihan dalam menyampaikan pesan melalui audio dan visual dibandingkan media lainnya, sehingga penulis dapat melihat bagaimana pesan motivasi yang digambarkan melalui adegan-adegan dan dialog pada film tersebut.

(15)

Penulis juga memilih film The Monkey King 2 sebagai objek penelitian karena selain ceritanya menarik, film tersebut juga sudah sangat banyak dikenal di masyarakat umum, baik pada kalangan tua, muda, maupun anak-anak, sehingga menurut penulis penelitian yang melibatkan film tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk dibaca oleh khalayak umum.

Sejalan dengan permasalahan ini penulis menulis judul penelitian skripsi ini yaitu “Penggunaan Deiksis Bahasa Mandarin yang Terdapat pada Film The Monkey King 2”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis pilih maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa saja jenis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2?

2. Bagaimana analisis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2?

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut.

1. Pengelompokan deiksis berdasarkan kelima jenisnya, yaitu: deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, deiksis sosial.

2. Penjelasan mengenai deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2.

3. Deiksis dalam kajian pragmatik.

(16)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan jenis-jenis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2.

2. Menganalisis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoretis

1. Bermanfaat dalam bidang linguistik, khususnya pada bidang ilmu pragmatik yaitu mengenai penggunaan deiksis dalam bentukbahasa Mandarin pada film Tiongkok.

2. Menambah wawasan mengenai wujud dan jenis deiksis dalam film Tiongkok.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam memahami bentuk deiksis terutama dalam bahasa Mandarin.

2. Memberi motivasi kepada peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian mengenai deiksis.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini penulis memaparkan enam tinjauan pustaka yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang relevan dengan ini ialah :

Hasibuan (2011) Mahasiswa Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan disertasinya yang berjudul “Deiksis dalam Bahasa Mandailing”. Di dalam penelitian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa bahasa Mandailing mengenal deiksis persona (personal deixis), deiksis tempat (spacial deixis), deiksis waktu (temporal deixis), deiksis sosial (social deixis), dan deiksis wacana (discourse deixis). Kontribusi penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah terdapat pada metode yang digunakan adalah sama dengan penelitian ini, yaitu metode kualitatif.

Simanjuntak (2011) Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan, dalam skripsinya yang berjudul

“Deiksis Persona dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Penelitian ini memfokuskan pada bentuk deiksis persona dalam novel Laskar Pelangi.

Kontribusi penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah teori yang digunakan.

Pada kedua penelitian ini menggunakan teori Pragmatik dan juga metode yang digunakan adalah metode padan dan teknik pilah unsur penentu.

Rahman (2012) Mahasiswa Pascasarjana Linguistik Universitas Gadjah Mada, dalam tesisnya yang berjudul “Deiksis dalam Bahasa Jerman”.Dalam penelitian tersebut peneliti mendeskripsikan masalah deiksis dalam bahasa Jerman.

(18)

Peneliti tersebut menjelaskan mengenai tiga macam deiksis yang ada dalam bahasa Jerman, yaitu (1) bentuk dan fungsi deiksis persona bahasa Jerman; (2) bentuk dan fungsi deiksis lokatif bahasa Jerman; dan (3) bentuk dan fungsi deiksis waktu bahasa Jerman. Kontribusi penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah memiliki persamaan pada metode penelitiannya yaitu menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif.

Mahardhika (2013) Mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, dalam jurnalnya yang berjudul

“Penggunaan Deiksis pada Rubrik Cerkak dalam Majalah Penjebar Semangat”. Di dalam penelitian tersebut, jenis deiksis yang dipaparkan ialah jenis deiksis dalam- tuturan dan deiksis luar-tuturan saja. Berdasarkan data yang telah diperoleh, ditemukan deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, anafora, katafora dan deiksis sosial. Kontribusi penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif dan memiliki persamaan pada objek penelitian yaitu penelitian mengenai penggunaan deiksis yang terdapat pada suatu karya sastra.

Merentek (2016) Mahasiswi jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sam Ratulangi, Manado, dalam jurnal skripsinya yang berjudul

“Deiksis dalam Film Cinderella: Analisis Pragmatik”. Penelitian tersebut memfokuskan pada bentuk dan makna deiksis yang terdapat pada film Cinderella berdasarkan teori dari Stephen C. Levinson (1983). Kontribusi penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah teori yang digunakan. Pada kedua penelitian ini menggunakan teori dari Stephen C. Levinson (1983) dan juga kedua penelitian ini menggunakan film sebagai sumber data penelitian.

(19)

Noberty (2016) Mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dalam skripsinya yang berjudul “Fenomena Deiksis pada Rubrik Kolom di Harian Jawa Pos Edisi September-Desember 2015”. Penelitian tersebut berfokus pada wujud dan maksud fenomena deiksis pada rubrik kolom di harian Jawa Pos edisi September-Desember 2015. Kontribusi penelitian tersebut dengan penelitian ini ialah kedua penelitian ini sama-sama termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dan metode pengumpulan data pada kedua penelitian ini ialah metode simak dengan menggunakan teknik catat.

2.2 Konsep 2.2.1 Deiksis

Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti “menunjukkan atau menunjuk” (Yule, dalam Mustika, 2012: 6). Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu. Itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya:

dia, disini, sekarang. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat dipahami dengan tegas. Waktu juga merupakan jenis deiksis. Misalnya “kemarin” hanya dapat di rujuk dari situasinya.

Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat dengan konteksnya.

Contohnya dalam kalimat “saya bersama dia”, informasi dari kata ganti “saya”

dan “dia” hanya dapat di telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang hanya diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang disebut deiksis.

Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata

(20)

seperti saya, sini, sekarang, adalah kata-kata deiksis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang, baru dapat diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan.

2.2.2 Deiksis dalam Bahasa Mandarin

Deiksis bahasa Mandarin adalah kata-kata dalam bentuk bahasa Mandarin yang mengandung sifat deiksis atau kata, frasa, atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung siapa yang menjadi pembicara dan waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut. Contohnya sebagai berikut.

Bentuk Tuturan (1) : 唐三藏 : “你还住在这儿?”

Táng Sānzàng : “Nǐ hái zhù zài zhè'er?”

Tang Sanzang : “Mengapa kau tinggal di sini ?”

Kutipan dialog di atas merupakan dialog pada durasi 00:08:47 pada film The Monkey King 2. Penutur pada dialog tersebut adalah biksu Tang Sanzang dan mitra tuturnya adalah nenek tua jelmaan Bai Gujing. Kata 这儿 (zhè'er) pada tuturan (1) merujuk pada rumah gubuk yang ditempati oleh nenek jelmaan Bai Gujing. Pada saat ujaran berlangsung, Biksu Tang bertanya kepada nenek jelmaan Bai Gujing bahwasannya mengapa nenek tersebut tinggal di rumah itu.

2.2.3 Film

2.2.3.1 Pengertian Film

Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang kontinu. Atau film adalah serangkaian gambar

(21)

yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal. Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengejar yang mengkombenasikan dua macam indera pada saat yang sama.

Film yang dimaksudkan di sini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan, atau penyuluhan. Banyak hal-hal yang dapat dijelaskan melalui film, antara lain tentang proses yang terjadi dalam tubuh kita atau yang terjadi dalam suatu industri, kejadian-kejadian dalam alam, tata cara kehidupan di negara asing, berbagai industri dan pertambangan, mengajarkan suatu ketrampilan, sejarah kehidupan orang-orang besar, dan sebagainya.

2.2.3.2 Sejarah Film

Hubungan masyarakat dengan film memiliki sejarah yang cukup panjang.

Hal ini dibuktikan oleh ahli komunikasi Oey Hong Lee, yang menyatakan bahwa film merupakan alat komunikasi massa yang muncul kedua di dunia setelah surat kabar, mempunyai masa pertumbuhannya pada akhir abad ke-19. Pada awal perkembangannya, film tidak seperti surat kabar yang mengalami unsur-unsur teknik, politik, ekonomi, sosial, dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada masa pertumbuhannya pada abad ke-18 dan permulaan abad ke-19.

Oey Hong Lee menambahkan bahwa film menncapai puncaknya di antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Namun, kemudian merosot tajam setelah tahun 1945, seiring dengan munculnya medium televisi.

Ketika pada tahun 1903 kepada publik Amerika Serikat diperkenalkan

(22)

sebuah film karya Edwin S. Porter yang berjudul “The Great Train Robbery”, para pengunjung bioskop dibuat terperanjat. Mereka bukan saja seolah-olah melihat kenyataan, tetapi seakan-akan tersangkut dalam kejadian yang digambarkan pada layar bioskop itu. Film yang hanya berlangsung selama 11 menit ini benar-benar sukses. Film “The Great Train Robbery” bersama nama pembuatnya, yaitu Edwin S. Porter terkenal ke mana-mana dan tercatat dalam sejarah film (Effendy, dalam Rochmawati, 2016: 51). Namun, film ini bukan yang pertama sebab setahun sebelumnya, yahun 1902, Edwin S. Porter juga telah membuat film yang berjudul “The Life of an American Fireman”, dan Ferdinand Zecca di Perancis pada tahun 1901 membuat film yang berjudul “The Story of Crime”. Tetapi film “The Great Train Robbery” lebih terkenal dan dianggap film cerita yangpertama.

Pada tahun 1913 seorang sutradara Amerika, David Wark Griffith, telah membuat film berjudul “Birth of a Nation” dan pada tahun 1916 film

“Intolerance”, yang keduanya berlangsung masing-masing selama kurang lebih tiga jam. Ia oleh sementara orang dianggap sebagai penemu “grammar” dari pembuatan film. Dari kedua filmnya itu tampak hal-hal yang baru dalam editing dan gerakan-gerakan kamera yang bersifat dramatis, meskipun harus diakui bahwa di antaranya ada yang merupakan penyempurnaan dari apa yang telah diperkenalkan oleh Porter dalam filmnya “The Great Train Robbery”.

Film tersebut adalah film bisu, akan tetapi cukup mempesona dan berpengaruh kepada jiwa penonton. Orang-orang yang berkecimpung dalam perfilman menyadari bahwa film bisu belum merupakan tujuannya. Pada tahun

(23)

1927 di Broadway Amerika Serikat muncul lah film bicara yang pertama meskipun dalam keadaan belum sempurna sebagaimana dicita-citakan. Menurut sejarah perfilman di Indonesia, fim pertama di negeri ini berjudul “Lely Van Java”

yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang yang bernama David.

Film ini disusul oleh “Eulis Atjih” produksi Krueger Corporation pada tahun 1927/1928sampai pada tahun 1930 film yang disajikan masih merupakan film bisu, dan yang mengusahakannya adalah orang-orang Belanda dan Cina.

2.2.3.3 Jenis-JenisFilm

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya yakni, naratif (cerita) dan non naratif (non cerita).

Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental yang memiliki konsep relism (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep formalism (abstrak).

Sementara film fiksi berada persis di tengah-tengah dua kutub tersebut. Anda nantinya akan mengetahui jika ternyata film fiksi berada persis ditengah-tengah dua kutub tersebut. Anda nantinya akan mengetahui jika ternyata film fiksi bisa mempengaruhi film dokumenter atau film eksperimental baik secara naratif maupun sinematik.

1) FilmDokumenter

Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter behubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun

(24)

memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya,film dokumenter juga memiliki tokoh protagonis dan antagonis, konflik, serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempecayai fakta-fakta yang di sajikan. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, social, ekonomi, politik (propaganda), dan lain sebagainya.

2) FilmFiksi

Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita fim juga terikat hukum kausalita. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan serta pola pengembangan cerita yang jelas.

3) FilmEksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar industri film utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan.

Mereka umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya sejak awal hingga akhir. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Film eksperimental juga umumnya tidak bercerita tentang apapun bahkan kadang menentang kausalitas, seperti yang dilakukan para sineas surealis dan dada. Film-film eksperimental

(25)

umumnya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami. Halini disebabkan karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.Beberapa jenis film diatas merupakan perkembangan yang luar biasa dalam seni drama yang memasuki dunia perfilman yang semakin mengalami kemajuan. Film yang syarat dengan simbol-simbol, tanda-tanda, atau ikon-ikon akan cenderung menjadi film yang penuh tafsir. Film memiliki kemajuan secara teknis juga mekanis, ada jiwa dan nuansa didalamnya yang dihidupkan oleh cerita dan skenario yang memikat. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan film The Monkey King 2 termasuk di dalam jenis film fiksi.

2.2.4 Hubungan Deiksis dengan Film

Di dalam sebuah film terdapat tokoh-tokoh pemain yang berperan. Tokoh- tokoh tersebut menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi sehingga dapat menyampaikan maksud dan makna-makna kepada penonton. Di dalam sebuah film terdapat dialog yang sudah disiapkan untuk dituturkan oleh masing- masing pemeran dalam film. Di dalam dialog tersebut terdapat berbagai macam kata yang bersifat deiksis. Maka hubungan deiksis dengan film sangat lah jelas ada karena di dalam film The Monkey King 2terdapat dialog-dialog yang dituturkan oleh tokoh-tokoh dalam film.

(26)

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini merupakan penelitian pragmatik yang mengkaji tulisan pada film The Monkey King 2. Teori yang digunakan untuk menjadi pisau analisis penelitian yang berjudul “Penggunaan Deiksis Bahasa Mandarin pada Film The Monkey King 2” yaitu teori pragmatik dan deiksis. Teori pragmatik dan deiksis digunakan sebagai acuan dasar untuk menganalisis data yang ditemukan pada film The Monkey King 2. Paparan mengenai teori-teori tersebut adalah sebagai berikut.

2.3.1 Pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan konteks yang menjadi dasar penentuan pemahamannya (Levinson dalam Merentek, 2016: 2).

Levinson juga menambahkan bahwa pragmatik mencakup bahasan tentang pranggapan, tindak tutur, implikatur percakapan, aspek-aspek struktur wacana dan deiksis. Parker (dalam Merentek, 2016: 2) menyatakan perbedaannya semantik ialah studi tentang makna yang berkaitan dengan makna kata atau makna leksikal yakni makna bebas akan konteks sedangkan makna dalam pragmatik yakni terikat konteks, tujuan dari pembicara atau perasaan pembicara.

Deiksis merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu deitikos, yang artinya ‘menunjuk’ melalui bahasa. Segala bentuk linguistik yang digunakan untuk mencapai hal ini ‘menunjuk’ disebut ekspresi deiksis. Ketika kita melihat sebuah benda dan bertanya “apa itu?”, kita akan menggunakan ekspresi deiksis

‘itu’ untuk menunjukkan sesuatu dalam konteks langsung (Yule, dalam Merentek, 2016: 3). Deiksis adalah kata-kata yang mengambil makna dari situasi ujaran (persona, waktu, dan tempat) saat kata-kata itu digunakan. Menurut Levinson

(27)

(dalam Merentek, 2016: 3) hubungan antara bahasa dan konteks yang tercermin terdapat di dalam struktur bahasa itu sendiri. Konteks pada ilmu pragmatik memiliki peran yang sangat penting karena ilmu pragmatik merupakan kajian makna tuturan berdasarkan konteks tuturan. Konteks adalah pengetahuan yang melatarbelakangi tuturan yang sama dimiliki dan dipahami oleh penutur dan mitra tutur sehingga mitra tutur mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh penutur ketika melakukan tuturan. Konteks sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman ketika melakukan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.

2.3.2 Deiksis

Penelitian ini menggunakan teori dari Levinson (1983). Levinson (dalam Merentek, 2016: 6) mengatakan bahwa deiksis merupakan suatu cara yang sangat mudah untuk diteliti, hubungan antara bahasa dan konteks yang tercermin terdapat di dalam struktur bahasa itu sendiri. Levinson (dalam Merentek 2016: 6) membagi deiksis menjadi lima jenis, yaitu:

1. Deiksis persona

Deiksis persona yakni pemberian bentuk menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa saat ujaran tersebut diucapkan. Deiksis persona terbagi atas tiga kategori yaitu: a) Kategori persona pertama, yakni kategori rujukan penutur kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya (aku, saya, kami, kita), b) Kategori persona kedua, yakni pemberian bentuk rujukan penutur kepada seseorang atau lebih yang melibatkan dirinya (kamu, anda, kalian), c) Kategori persona ketiga, yakni pemberian bentuk rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu (dia, mereka).

(28)

2. Deiksis tempat

Deiksis tempat yakni pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa (sana, sini).

3. Deiksis waktu

Deiksis waktu yakni pemberian bentuk pada rentang wakktu tertentu saat suatu ujaran diujarkan (hari ini, sekarang, setahun kemudian, malam ini, 500 tahun yang lalu).

4. Deiksis wacana

Deiksis wacana yakni rujukan pada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau sedang dikembangkan (itu, ini, begitu).

5. Deiksis Sosial

Deiksis sosial yakni pemberian bentuk menurut perbedaan sosial yang merujuk pada peran peserta, khususnya aspek-aspek hubungan sosial antara pembicara dan pendengar atau pembicara dengan beberapa rujukan (tuan, nyonya, Yang Mulia).

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data

Data didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari proses pengamatan atau observasi. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari film The Monkey King 2karya Kiefer Liu yang berdurasi 120 menit yang dirilis pada tanggal 8 Februari 2016 di Hongkong. Data dalam penelitian ini berupa kalimat dalam bahasa Mandarin yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang di dalamnya berupa deiksis.

Sumber data dalam penelitian ini adalah film The Monkey King 2. Film ini dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini karena di dalam film tersebut memiliki dialog dan percakapan antartokoh sehingga memungkinkan adanya deiksis. Film The Monkey King 2 merupakan salah satu karya sastra yang di dalamnya terdapat jenis-jenis deiksis, dan deiksis tersebut tidak dapat diketahui bila tidak memperhatikan konteksnya.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam rangka memperoleh data dan informasi yang digunakan untuk penelitian ini, penulis melakukan pengamatan pada film The Monkey King 2 ini di rumah penulis sendiri tepatnya di Jl. Klumpang Gg. Sumber Waras, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Sudaryanto (dalam Pranita, 2015: 29) dibagi menjadi dua, yaitu metode simak dan metode cakap. Metode simak adalah metode

(30)

yang digunakan dalam penelitian bahasa dengan cara menyimak penggunaan bahasa pada objek yang akan diteliti. Metode yang kedua yang dikemukakan oleh Sudaryanto adalah metode cakap. Metode ini digunakan dalam penelitian bahasa yang objek kajiannya berupa percakapan antara penanya dan narasumber.

Metode simak digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam penilitian ini. Penulis sekaligus peneliti hanya terlibat sebagai pemerhati apa yang dikatakan oleh orang-orang yang terlibat dalam dialog. Metode simak dipilih karena objek yang diteliti berupa bahasa yang sifatnya teks. Dalam penelitian yang menggunakan metode penelitian simak ini harus disertai dengan teknik catat, yang berarti peneliti mencatat data yang dinilai tepat dalam kajian deiksis bahasa pada kartu data. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Simak

Menyimak adalah langkah awal yang dilakukan dengan memperlihatkan dan mempelajari dengan seksama objek yang diteliti yaitu teks percakapan atau dialog antar tokoh pada film The Monkey King 2. Setelah itu dipilih kalimat mana saja yang di dalamnya terdapat kata yang bersifat deiksis.

2. Mencatat

Pencatatan dilakukan setelah data yang berupa kalimat-kalimat yang di dalamnya terdapat kata-kata yang bersifat deiksis yang dinilai cukup untuk dijadikan data penelitian. Data kemudian dicatat dalam kartu data untuk dianalisis.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini yaitu: pertama, mendeskripsikan jenis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2; kedua, menganalisis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2. Semua tujuan dicapai menggunakan

(31)

metode dan teknik yang sama yaitu metode padan referensial. Sudaryanto (dalam Fitrati, 2014: 42) mengemukakan bahwa alat penentu dari metode padan referensial adalah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referen bahasa.

Teknik dasar dalam metode padan referensial yang digunakan adalah pilah unsur penentu (PUP). Realisasi dalam penelitian, data dipilih oleh peneliti, lalu data yang relevan dibedakan dengan jalan memberikan cetakan tebal. Data yang telah terpilah menggunakan teknik dasar PUP, dianalisis kembali menggunakan teknik lanjutan hubung banding menyamakan (HBS). Dalam hal ini, deiksis yang ditemukan dalam film The Monkey King 2 dibandingkan kembali dengan referennya dengan bantuan dialog dan adegan. Perhatikan contoh analisis deiksis berikut ini.

Gambar 3.1: Sun Wukong gembira ketika Tang Sanzang mengatakan tidak perlu ditemani oleh nya. (durasi 00:07:54)

Bentuk Tuturan (2) : 孙悟空 : “那我可以走了。”

Sūn Wùkōng : “Nà wǒ kěyǐ zǒu le.”

Sun Wukong : ”Kalau begitu aku pergi.“

Konteks tuturan : Siang hari di pegunungan Lima Jari. Terdapat tokoh Sun Wukong dan biksu Tang Sanzang. Situasi pada gambar 3.1

(32)

adalah Sun Wukong baru saja bebas dari hukumannya yaitu terkurung di dalam gua gunung dan ia bebas berkat biksu Tang Sanzang yang menarik kain busuk di dalam gua tersebut. Kemudian ia diperintahkan dewi Kuan In untuk menemani biksu Tang Sanzang mencari kitab suci.

Namun biksu Tang Sanzang tidak memaksa Sun Wukong untuk menemaninya dan Sun Wukong gembira ketika biksu Tang Sanzang berkata tidak perlu ditemani olehnya.

Analisis : Kata 我 (wǒ) pada tuturan (1) merujuk pada diri penutur yaitu Sun Wukong yang baru saja mendengar biksu Tang Sanzang yang berkata bahwa biksu Tang Sanzang tidak perlu ditemani oleh Sun Wukong.

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dapat disajikan melalui dua cara, yaitu metode formal dan informal (Sudaryanto, dalam Fitrati, 2014:42). Dalam penelitian ini digunakan metode informal, yaitu menggunakan kata-kata sebagai penjelasan dari analisis data. Hasil data yang telah dianalisis juga akan penulis sajikan.

(33)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah pada skripsi yang berjudul “Penggunaan Deiksis Bahasa Mandarin yang Terdapat pada Film The Monkey King 2”, maka penulis membagi sub bab hasil penelitian ini menjadi dua yakni, 1) jenis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2, dan 2) analisis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2.

4.1.1 Jenis Deiksis yang Terdapat pada Film The Monkey King 2

Levinson (dalam Merentek, 2016: 6) mengatakan bahwa deiksis merupakan suatu cara yang sangat mudah untuk diteliti, hubungan antara bahasa dan konteks yang tercermin terdapat di dalam struktur bahasa itu sendiri. Levinson (dalam Marentek, 2016: 6) membagi deiksis menjadi lima jenis, yaitu: deiksis persona (kategori persona pertama, kategori persona kedua, dan kategori persona ketiga), deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Deiksis persona

Deiksis persona yakni pemberian bentuk menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa saat ujaran tersebut diucapkan. Deiksis persona terbagi atas tiga kategori yaitu: a) Kategori persona pertama, yakni kategori rujukan penutur kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya (aku, saya, kami, kita), b) Kategori persona kedua, yakni pemberian bentuk rujukan penutur kepada seseorang atau lebih yang melibatkan dirinya (kamu, anda, kalian), c) Kategori persona ketiga,

(34)

yakni pemberian bentuk rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu (dia, mereka).

2. Deiksis tempat

Deiksis tempat yakni pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa (sana, sini).

3. Deiksis waktu

Deiksis waktu yakni pemberian bentuk pada rentang wakktu tertentu saat suatu ujaran diujarkan (hari ini, sekarang, malam ini, setahun kemudian, 500 tahun yang lalu).

4. Deiksis wacana

Deiksis wacana yakni rujukan pada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau sedang dikembangkan (itu, ini, begitu).

5. Deiksis Sosial

Deiksis sosial yakni pemberian bentuk menurut perbedaan sosial yang merujuk pada peran peserta, khususnya aspek-aspek hubungan sosial antara pembicara dan pendengar atau pembicara dengan beberapa rujukan (tuan, nyonya, Yang Mulia).

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menemukan kelima deiksis yang dinyatakan oleh Levinson. Berikut penjelasan hasil perolehan data deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2.

(35)

Tabel 4.1 Jumlah Data Deiksis Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis

No. Jenis Deiksis Jumlah Data

1. Deiksis Persona 489

2. Deiksis Tempat 11

3. Deiksis Waktu 17

4. Deiksis Wacana 8

5. Deiksis Sosial 12

Berdasarkan tabel 4.1 jumlah data deiksis yang ditemukan adalah 537 deiksis yang terdiri dari 489 data deiksis persona yang terbagi atas kategori persona pertama, kategori persona kedua, dan kategori persona ketiga, 11 data deiksis tempat, 17 data deiksis waktu, 8 data deiksis wacana, dan 12 data deiksis sosial.

4.1.1.1 Deiksis Persona

Pada deiksis persona ini dibedakan atas tiga kategori, yaitu persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Setiap kategori ini dibagi atas persona tunggal dan persona jamak.

1. Deiksis Persona Pertama Tunggal

Pada penelitian ini, data deiksis persona pertama tunggal yang ditemukan oleh penulis yaitu: 我 (wǒ) yangdapat bermakna sebagai saya/aku pada bahasa Mandarin.

(36)

2. Deiksis Persona Pertama Jamak

Pada penelitian ini, data deiksis persona pertama jamak yang ditemukan oleh penulis yaitu: 我们 (wǒmen) yang dapat bermakna sebagai kami/kita dalam bahasa Mandarin.

3. Deiksis Persona Kedua Tunggal

Pada penelitian ini, data deiksis persona kedua tunggal yang ditemukan oleh penulis yaitu: 1) 你 (nǐ)yang bermakna sebagai kamu dalam bahasa Mandarin, 2) 您 (nǐn) yang dapat bermakna sebagai anda dalam bahasa Mandarin.

4. Deiksis Persona Kedua Jamak

Pada penelitian ini, data deiksis persona kedua jamak yang ditemukan oleh penulis yaitu: 你们 (nǐmen)yang bermakna sebagai kalian dalam bahasa Mandarin.

5. Deiksis Persona Ketiga Tunggal

Pada penelitian ini, data deiksis persona ketiga tunggal yang ditemukan oleh penulis yaitu: 1) 他 (tā)yang bermakna sebagai dia pada laki-laki dalam bahasa

Mandarin, 2) 她 (tā) yang bermakna sebagai dia pada perempuan dalam bahasa Mandarin. Kedua kata tersebut memiliki perbedaan pada penulisannya namun memiliki persamaan pada pelafalan atau pengucapan.

6. Deiksis Persona Ketiga Jamak

Pada penelitian ini, data deiksis persona ketiga jamak yang ditemukan oleh penulis yaitu: 1) 他 们 (tāmen)yang bermakna sebagai mereka pada laki-laki keseluruhannya atau beberapa perempuan dan beberapa laki-laki, 2) 她 们 (tāmen)yang bermakna sebagai mereka pada perempuan keseluruhannya. Kedua

(37)

kata tersebut memiliki perbedaan pada penulisannya namun memiliki persamaan pada pelafalan atau pengucapan.

4.1.1.2 Deiksis Tempat

Pada penelitian ini deiksis tempat yang ditemukan oleh penulis yakni: 1) 那 (nà)yang bermakna sebagai sana dalam bahasa Mandarin, 2) 这里 (zhèlǐ) yang bermakna sebagai sini dalam bahasa Mandarin, 3) 这儿 (zhè'er)yang bermakna sini dalam bahasa Mandarin, 4) 那里(nàlǐ) yang bermakna sana dalam bahasa

Mandarin.

4.1.1.3 Deiksis Waktu

Pada penelitian ini deiksis waktu yang ditemukan oleh penulis yakni: 1) 今 天 (jīntiān) yang bermakna sebagai hari ini dalam bahasa Mandarin, 2) 一年以后 (yī nián yǐhòu) yang bermakna sebagai setahun kemudian dalam bahasa Mandarin, 3) 现在 (xiànzài) yang bermakna sebagai sekarang dalam bahasa Mandarin, 4) 今 晚(jīn wǎn) yang bermakna sebagai malam ini dalam bahasa Mandarin, dan 5) 五 百年前 (wǔbǎi nián qián) yang bermakna sebagai 500 tahun yang lalu dalam bahasa Mandarin.

4.1.1.4 Deiksis Wacana

Pada penelitian ini deiksis wacana yang ditemukan oleh penulis yakni: 1) 这 (zhè) yang dapat bermakna sebagai itu dalam bahasa Mandarin, 2) 这 (zhè) yang dapat bermakna sebagai ini dalam bahasa Mandarin, 3) 那里 (nàlǐ) yang dapat bermakna sebagai itu dalam bahasa mandarin, 4) 那 (nà) yang dapat bermakna sebagai begitu dalam bahasa Mandarin.

4.1.1.5 Deiksis Sosial

(38)

Pada penelitian ini deiksis sosial yang ditemukan oleh penulis yakni: 1)尊驾 (zūn jià)yang dapat bermakna sebagai tuan dalam bahasa Mandarin, 2) 夫人 (fūrén) yang bermakna sebagai nyonya dalam bahasa Mandarin, 3)陛下(bìxià yang bermakna sebagai Yang Mulia dalam bahasa Mandarin.

4.1.2 Analisis Deiksis yang Terdapat pada film The Monkey King 2

Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu;

analisis deiksis yang terdapat pada film The Monkey King 2. Analisis dimulai dengan klasifikasi kategori deiksis dalam bahasa Mandarin dengan menunjukkan bentuk tuturan yang terdapat dalam film The Monkey King 2. Setelah itu bentuk tuturan dianalisis dari segi sudut pandang Pragmatik Levinson dalam bentuk konteks tuturan. Berikut analisis data deiksis bahasa Mandarin pada film The Monkey King 2.

4.1.2.1 Analisis Deiksis Persona

Pada deiksis persona ini dibedakan atas tiga kategori, yaitu persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. Setiap kategori ini dibagi atas persona tunggal dan persona jamak. Berikut analisis data deiksis persona pada film The Monkey King 2.

(39)

1. Deiksis Persona Pertama Tunggal

Gambar 4.1: Sun Wukong gembira ketika Tang Sanzang mengatakan tidak perlu ditemani oleh nya. (Durasi 00:07:54)

Bentuk Tuturan (3) : 孙悟空 : “那我可以走了。”

Sūn Wùkōng : “Nà wǒ kěyǐ zǒu le.”

Sun Wukong : “Kalau begitu aku pergi.”

Konteks tuturan : Siang hari di pegunungan Lima Jari. Terdapat tokoh Sun Wukong dan biksu Tang Sanzang. Situasi pada gambar 4.1 adalah Sun Wukong baru saja bebas dari hukumannya yaitu terkurung di dalam gua gunung dan ia bebas berkat biksu Tang Sanzang yang menarik kain busuk di dalam gua tersebut. Kemudian ia diperintahkan dewi Kuan In untuk menemani biksu Tang Sanzang mencari kitab suci.

Namun biksu Tang Sanzang tidak memaksa Sun Wukong untuk menemaninya dan Sun Wukong gembira ketika biksu Tang Sanzang berkata tidak perlu ditemani olehnya.

Analisis : Kata 我 (wǒ) yang bermakna saya/akupada tuturan (3) merujuk pada diri penutur yaitu Sun Wukong yang baru

(40)

saja mendengar biksu Tang Sanzang yang berkata bahwa biksu Tang Sanzang tidak perlu ditemani oleh nya.

2. Deiksis Persona Pertama Jamak

Gambar 4.2: Zhu Bajie mengajak Sun Wukong untuk kembali menolong Biksu Tang Sanzang. (Durasi 01:28:24)

Bentuk Tuturan (4) : 猪八戒 : “只要我们师徒几人拧成一股绳。”

Zhū Bājiè : “Zhǐyào wǒmen shī tú jǐ rén níng chéngyī gǔshéng..”

Zhu Bajie : “Jika kita berempat bergabung dan bersatu..”

Konteks tuturan : Sore hari di suatu hutan tempat Sun Wukong berada.

Terdapat tokoh Zhu Bajie beserta kera-kera yaitu teman- teman dari Sun Wukong. Situasi pada gambar 4.2 adalah Zhu Bajie sedang mencari Sun Wukong dan sedang membujuk Sun Wukong untuk kembali bersama biksu Tang Sanzang, Zhu Bajie, dan Sha Wujing. Pada gambar 4.2 Zhu Bajie mengira bahwa Sun Wukong berada di

(41)

tempat itu padahal tidak. Yang mendengar Zhu Bajie berbicara hanya kera-kera yang ada di sana.

Analisis : Kata 我们 (wǒmen) yang bermakna kitapada tuturan (4) merujuk pada diri penutur yaitu Zhu Bajie dan juga sasarannya yaitu Sun Wukong, Sha Wujing, dan biksu Tang Sanzang. Meskipun Zhu Bajie hanya bermaksud berbicara dengan Sun Wukong, namun kata 我们 (wǒmen) yang dituturkannya tersebut berhubungan dengan konteks pertuturan yaitu Zhu Bajie membujuk Sun Wukong untuk kembali bersama biksu Tang Sanzang, Zhu Bajie, dan Sha Wujing.

Gambar 4.3: Zhu Bajie berkata kepada Sun Wukong bahwa ia dan Sha Wujing sedang menunggu pengambil kitab suci. (Durasi 00:27:20)

Bentuk Tuturan (5) : 猪八戒 : “我们两个受观音菩萨的指点。”

Zhū Bājiè : “Wǒmen liǎng gè shòu guānyīn púsà de zhǐdiǎn.”

Zhu Bajie : “Kami berdua sedang menunggu pengambil kitab suci.”

(42)

Konteks tuturan : Di atas tebing tinggi terdapat tokoh Zhu Bajie, Sha Wujing, Sun Wukong, dan biksu Tang Sanzang. Situasi pada gambar 4.3 adalah Zhu Bajie sedang berdiri di samping Sha Wujing dan berhadapan dengan Sun Wukong. Penutur pada tuturan (5) yakni Zhu Bajia dan mira tuturnya adalah Sun Wukong.

Analisis : Kata 我们 (wǒmen) yang bermakna kamipada tuturan (5) merujuk pada diri penutur yaitu Zhu Bajie dan juga orang sasarannya yaitu Sha Wujing. Kata 我们 (wǒmen) yang dituturkannya tersebut berhubungan dengan kata 我们两 个 (wǒmen liǎng gè) yang bermakna “kami berdua” yang dituturkan oleh Zhu Bajie, dan terdapat Sha Wujing yang sedang berdiri di samping Zhu Bajie.

3. Deiksis Persona Kedua Tunggal

Gambar 4.4: Bai Gujing datang ke istana Raja dan bertemu dengan Biksu Tang Sanzang. (Durasi 00:57:21)

Bentuk Tuturan (6) : 白骨精 : “你要帮这个老家伙把我给降了?”

(43)

Bái Gǔjīng : “Nǐ yào bāng zhège lǎo jiāhuo bǎ wǒ gěi jiàngle?”

Bai Gujing :“Kau mau membantu dia untuk mengusirku?”

Konteks tuturan : Di dalam istana Raja Lautan awan terdapat tokoh Raja Lautan Awan, Bai Gujing, Zhu Bajie, Sha Wujing, Sun Wukong, dan biksu Tang Sanzang. Situasi pada gambar 4.4 adalah Bai Gujing sedang marah besar sebab Raja Lautan Awan baru saja menceritakan kebohongan tentang dirinya kepada biksu Tang Sanzang dan ketiga muridnya agar Biksu Tang Sanzang dan ketiga muridnya mau mengusir Bai Gujing dari dunia. Lalu dalam keadaan marah, Bai Gujing berhadapan dengan biksu dan bertanya apakah biksu mau membantu Raja Lautan Awan untuk mengusirnya.

Analisis : Kata 你 (nǐ)pada tuturan (6) merujuk pada orang yang sedang diajak berbicara oleh Bai Gujing yaitu biksu Tang Sanzang, sebab Bai Gujing sedang berhadapan dengan biksu Tang Sanzang dan menuturkan kata 你 (nǐ) yang artinya kau/kamu.

(44)

Gambar 4.5: Biksu Tang Sanzang meminta maaf kepada nenek tua jelmaan Bai Gujing. (Durasi 00:34:40)

Bentuk Tuturan (7) : 唐三藏 : “恐怕您是误会了。”

Táng Sānzàng : “Kǒngpà nín shì wùhuìle.”

Tang Sanzang : “Saya takutnya anda salah sangka.”

Konteks tuturan : Siang hari di dalam rumah gubuk nenek tua jelmaan Bai Gujing terdapat tokoh nenek tua alias Bai Gujing, biksu Tang Sanzang, Zhu Bajie, Sha Wujing, dan Sun Wukong.

Situasi pada gambar 4.5 adalah biksu Tang Sanzang sedang meminta maaf kepada nenek tua sebab sudah membuat nenek tua tersebut terkejut dan takut. Biksu Tang Sanzang tidak mengetahui bahwa nenek tersebut adalah siluman Bai Gujing yang sengaja menyamar untuk membunuh Biksu Tang dan ketiga muridnya.

Analisis : Kata 您 (nín)yang bermaknaandapada tuturan (7) merujuk kepada orang yang sedang diajak bicara oleh biksu Tang Sanzang yaitu nenek tua jelmaan Bai Gujing. Oleh karena pada situasi di mana Biksu Tang Sanzang dan ketiga

(45)

muridnya tidak mengetahui bahwa nenek tersebut adalah jelmaan dari siluman jahat yaitu Bai Gujing, maka biksu Tang Sanzang menyebut nenek tersebut dengan sapaan 您 (nǐn) untuk menunjukkan rasa kesopanan terhadap nenek tersebutkarena nenek tersebut adalah orang yang belum mereka kenal dan berumur lebih tua dari biksu Tang Sanzang dan ketiga muridnya.

4. Deiksis Persona Kedua Jamak

Gambar 4.6: Nenek tua jelmaan Bai Gujing menanyakan kepada Tang Sanzang dan ketiga muridnya apakah sudah lapar. (durasi 00:35:38)

Bentuk Tuturan (8) : 白骨精 : “你们是不是饿了?”

Bái Gǔjīng : “Nǐmen shì bùshì èle?”

Bai Gujing : “Apakah kalian sudah lapar?”

Konteks tuturan : Siang hari di dalam rumah gubuk nenek tua jelmaan Bai Gujing terdapat tokoh nenek tua alias Bai Gujing, biksu Tang Sanzang, Zhu Bajie, Sha Wujing, dan Sun Wukong.

Situasi pada gambar 4.6 adalah nenek tua jelmaan Bai Gujing yang sedang berdiri di belakang Zhu Bajie

(46)

bertanya kepada Biksu Tang Sanzang dan keempat muridnya apakah mereka sudah lapar dan menyuruh mereka masuk ke dalam rumahnya.

Analisis : Kata 你们 (nǐmen) yang bermaknakalianpada tuturan (8) merujuk kepada orang yang sedang diajak bicara oleh nenek tua jelmaan Bai Gujing yaitu biksu Tang, Sun Wukong, Zhu Bajie dan Sha Wujing sebab hanya mereka berempat yang datang ke rumah nenek tersebut dan pada saat itu hanya mereka bertiga yang sedang berdiri bersama nenek tua alias Bai Gujing.

5. Deiksis Persona Ketiga Tunggal

Gambar 4.7: Sun Wukong berupaya meyakinkan Biksu Tang Sanzang bahwa perempuan itu adalah siluman. (Durasi 01:14:17)

Bentuk Tuturan (9) : 孙悟空 : “她是妖怪!”

Sūn Wùkōng : “Tā shì yāoguài!”

Sun Wukong : “Dia itu siluman!”

(47)

Konteks tuturan : Siang hari di sebuah pasar terdapat tokoh biksu Tang Sanzang, Sun Wukong, Zhu Bajie, Sha Wujing, gadis kecil jelmaan dari anak buah Bai Gujing yaitu seorang siluman jahat, dan Bai Gujing yang menyamar sebagai ibu dari gadis kecil tersebut. Situasi pada gambar 4.7 adalah kericuhan yang terjadi ketika Sun Wukong hendak membunuh gadis kecil tersebut sedangkan biksu Tang melarang Sun Wukong untuk membunuhnya karena biksu Tang tidak mengetahui penyamaran dari siluman jahat tersebut. Sun Wukong berusaha meyakinkan biksu Tang bahwa gadis kecil tersebut adalah seorang siluman jahat.

Analisis : Kata 她 (tā) yang bermaknadiapada tuturan (9) merujuk kepada orang yang dimaksud oleh Sun Wukong yaitu gadis kecil jelmaan dari siluman jahat. Sun Wukong menyebut gadis kecil tersebut dengan sapaan 她 (tā) disebabkan karena orang tersebut berjenis kelamin perempuan.

(48)

Gambar 4.8: Bajie bertanya kepada Wukong apakah Wukong membiarkan Biksu Tang Sanzang pergi menemui Bai Gujing sendirian. (Durasi 01:03:47)

Bentuk Tuturan (10) : 猪八戒 : “让他一个人去啊?”

Zhū Bājiè : “Ràng tā yīgè rén qù a?”

Zhu Bajie : “Kau membiarkan dia pergi sendirian?”

Konteks tuturan : Malam hari di sebuah kamar tepatnya di dalam istana Raja Lautan Awan. Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang, Sun Wukong, Zhu Bajie, dan Sha Wujing. Situasi pada gambar 4.8 adalah Sun Wukong, Zhu Bajie, dan Sha Wujing sedang beristirahat di atas tempat tidur sambil berbincang mengenai percakapan yang baru saja dibicarakan oleh Sun Wukong dan biksu Tang yaitu mengenai Bai Gujing yang meminta biksu Tang menemuinya sendirian.

Analisis : Kata 他 (tā) yang bermaknadiapada tuturan (10) merujuk kepada orang yang dimaksud oleh Zhu Bajie yaitu biksu Tang Sanzang. Zhu Bajie menyebut biksu Tang dengan

(49)

sapaan 他 (tā) disebabkan karena biksu Tang adalah seorang laki-laki.

6. Deiksis Persona Ketiga Jamak

Gambar 4.9: Sun Wukong berupaya meyakinkan Biksu Tang Sanzang bahwa perempuan-perempuan itu adalah siluman. (Durasi 01:17:57)

Bentuk tuturan (11) : 孙悟空 : “她们是妖怪幻化而来。”

Sūn Wùkōng : “Tāmen shì yāoguài huànhuà ér lái.”

Sun Wukong : “Mereka jelmaan dari siluman.”

Konteks tuturan : Siang hari di sebuah pasar terdapat tokoh biksu Tang Sanzang, Sun Wukong, Zhu Bajie, Sha Wujing, gadis kecil jelmaan dari anak buah Bai Gujing yaitu seorang siluman jahat, dan Bai Gujing yang menyamar sebagai ibu dari gadis kecil tersebut. Situasi pada gambar 4.9 adalah kericuhan yang terjadi ketika Sun Wukong membunuh gadis kecil tersebut beserta ibunya sedangkan biksu Tang melarang Sun Wukong untuk membunuhnya karena biksu Tang tidak mengetahui penyamaran dari siluman-siluman jahat tersebut. Sun Wukong berusaha meyakinkan biksu

(50)

Tang bahwa gadis kecil beserta ibunya tersebut adalah jelmaan siluman-siluman jahat.

Analisis : Kata 她们 (tāmen) yang bermaknamerekapada tuturan (11) merujuk kepada orang-orang yang dimaksud oleh Sun Wukong yaitu gadis kecil dan ibunya yang keduanya adalah jelmaan dari siluman jahat. Sun Wukong menyebut mereka dengan sapaan 她们 (tāmen) disebabkan karena keduanya berjenis perempuan.

Gambar 4.10: Nenek tua jelmaan Bai Gujing bercerita tentang masa lalunya yang kelam kepada Biksu Tang Sanzang. (Durasi 00:40:50)

Bentuk Tuturan (12) : 白骨精 : “是我把噩运带给他们的。”

Báigǔjīng : “Shì wǒ bǎ èyùn dài gěi tāmen de.”

Bai Gujing : “Bahwa aku membawa bencana pada desa mereka.”

Konteks tuturan : Siang hari di dalam rumah gubuk nenek tua jelmaan Bai Gujing. Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang dan nenek tua jelmaan Bai Gujing. Situasi pada gambar 4.10 adalah nenek tua jelmaan Bai Gujing sedang bercerita kepada

(51)

biksu Tang Sanzang tentang masa lalunya yang kelam yaitu pada saat ia diterlantarkan oleh orang-orang di desa yang dulu pernah ia tempati.

Analisis : Kata 他们 (tāmen) yang bermaknamerekapada tuturan (12) merujuk kepada orang-orang yang dimaksud oleh nenek tua jelmaan Bai Gujing yaitu orang-orang desa yang dulu pernah menelantarkannya. Nenek tua tersebut menyebut mereka dengan sapaan 他们 (tāmen) disebabkan karena orang-orang desa yang dimaksud berbentuk umum yang mungkin berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

4.1.2.2 Analisis Deiksis Tempat

Pada penelitian ini, peneliti sekaligus penulis menemukan bentuk deiksis tempat yaitu: sana (那), sini (这里), sini (这儿), dan sana (那里). Berikut analisis deiksis tempat yang ditemukan pada film The Monkey King 2.

1. Sana (那)

Gambar 4.11: Biksu Tang Sanzang berbicara dengan Sun Wukong tentang jalan menuju ke tempat kitab suci berada. (Durasi 00:11:22)

(52)

Bentuk Tuturan (13) : 唐三藏 : “你想这样一下飞过去那肯定是不 行的。”

Táng sānzàng : “Nǐ xiǎng zhèyàng yīxià fēi guòqù nà kěndìng shì bùxíng de.”

Tang Sanzang : “Tidak ada jalan terbang kesana dengan satu serangan seperti ini yang kau inginkan.”

Konteks tuturan : Siang hari di pegunungan Lima Jari. Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang dan Sun Wukong. Situasi pada gambar 4.11 adalah biksu Tang sedang berbicara kepada Sun Wukong mengenai jalan menuju ke tempat kitab suci berada. Sun Wukong ditugaskan oleh dewi Kuan In untuk menemani biksu Tang dalam perjalanan mencari kitab suci.

Analisis : Kata 那 (nà) yang bermaknasanapada tuturan (13) merujuk kepada tempat dimana kitab suci berada. Biksu Tang Sanzang menuturkan kata 那 (nà) disebabkan karena jarak tempat yang dimaksud penutur sangat jauh dari penutur.

(53)

2. Sini (这里)

Gambar 4.12: Bai Gujing kesal dan marah atas kedatangan Sun Wukong yang ingin mengacaukannya. (Durasi 01:05:00)

Bentuk Tuturan (14) : 唐三藏 : “你不要在这里胡闹。”

Táng Sānzàng : “Nǐ bùyào zài zhèlǐ húnào.”

Tang Sanzang : “Kau jangan main-main di sini.”

Konteks tuturan : Malam hari di kediaman Bai Gujing. Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang, Bai Gujing, dan Sun Wukong. Situasi pada gambar 4.12 adalah Sun Wukong yang menyamar sebagai biksu Tang Sanzang tiba-tiba muncul disaat Biksu Tang dan Bai Gujing sedang serius berbicara. Sun Wukong menyamar dan datang ke tempat itu untuk mengacaukan rencana busuk Bai Gujing, lalu biksu Tang menegur Sun Wukong untuk tidak mengganggu pembicaraan mereka.

Analisis : Kata 这 里 (zhèlǐ)yang bermaknasinipada tuturan (14) merujuk kepada tempat dimana Biksu Tang Sanzang sedang berbicara dengan Bai Gujing. Biksu Tang Sanzang

(54)

menuturkan kata 这 里 (zhèlǐ) disebabkan karena jarak tempat yang dimaksud penutur dekat dengan penutur.

3. Sini (这儿)

Gambar 4.13: Biksu Tang Sanzang datang sendirian menemui Bai Gujing.

(Durasi 01:04:42)

Bentuk Tuturan (15) : 唐三藏 : “我来这儿。”

Táng Sānzàng : “Wǒ lái zhè'er..”

Tang Sanzang : “Aku di sini..”

Konteks tuturan : Malam hari di kediaman Bai Gujing. Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang dan Bai Gujing. Situasi pada gambar 4.12 adalah Biksu Tang sedang berbicara dengan Bai Gujing mengenai maksud dari kedatangan biksu Tang.

Analisis : Kata 这 儿 (zhè'er)yang bermaknasinipada tuturan (15) merujuk kepada tempat dimana Biksu Tang Sanzang sedang berbicara dengan Bai Gujing. Biksu Tang Sanzang menuturkan kata 这 儿 (zhè'er) disebabkan karena jarak tempat yang dimaksud penutur dekat dengan penutur.

(55)

4. Sana (那里)

Gambar 4.14: Nenek tua jelmaan Bai Gujing bercerita tentang masa lalunya yang kelam kepada Biksu Tang Sanzang. (Durasi 00:40:39)

Bentuk Tuturan (16) : 白骨精 :“那里闹了饥荒死了很多人。”

Bái Gǔjīng : “Nàlǐ nàole jīhuang sǐle hěnduō rén.”

Bai Guzing : “Banyak orang-orang kelaparan di sana dan meninggal dunia.”

Konteks tuturan : Siang hari di rumah gubuk nenek tua jelmaan Bai Gujing.

Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang dan Bai Gujing.

Situasi pada gambar 4.14 adalah nenek tua jelmaan Bai Gujing sedang bercerita kepada biksu Tang Sanzang tentang masa lalunya yang kelam yaitu pada saat ia diterlantarkan oleh orang-orang di desa yang dulu pernah ia tempati.

Analisis : Kata 那 里 (nàlǐ) yang bermaknasanapada tuturan (16) merujuk kepada desa dimana nenek tua jelmaan Bai Gujing diterlantarkan oleh orang-orang desa tersebut.

Nenek tua jelmaan Bai Gujing menuturkan kata 那里 (nàlǐ)

(56)

disebabkan karena jarak tempat yang dimaksud penutur sangat jauh dari penutur dan lawan bicara.

4.1.2.3 Analisis Deiksis Waktu

Pada penelitian ini, peneliti sekaligus penulis menemukan bentuk deiksis tempat yaitu: 今天 (hari ini), 一年以后 (setahun kemudian),现在 (sekarang),今晚 (malam ini), dan 五百年前 (500 tahun yang lalu). Berikut analisis deiksis waktu yang ditemukan pada film The Monkey King 2.

1. Hari ini (今天)

Gambar 4.15: Bapak pedagang toko obat sedang bertanya kepada putrinya tentang pendapatan mereka pada hari itu. (Durasi 00:14:44) Bentuk Tuturan (17) : 商药物 :“今天赚了几个钱儿啊?”

Yàowù shāng : “Jīntiān zhuànle jǐ gè qián er a?”

Pedagang obat : “Berapa yang kita dapatkan hari ini?”

Konteks tuturan : Malam hari di rumah pedagang obat terdapat tokoh seorang bapak pedagang obat bersama putrinya. Situasi pada gambar 4.15 adalah bapak pedagang obat dan putrinya sedang hendak menutup toko mereka. Bapak

(57)

tersebut menanyakan pendapatan mereka pada hari itu kepada putrinya.

Analisis : Kata 今天 (jīntiān) yang bermaknahari inipada tuturan (17) merujuk kepada hari dimana pertuturan tersebut sedang berlangsung. Bapak penjual obat bertanya kepada putrinya dengan menuturkan kata 今 天 (jīntiān) disebabkan karena ia belum mengetahui hasil pendapatan mereka pada hari itu juga, bukan hari kemarin atau lusa.

2. Setahun Kemudian (一年以后)

Gambar 4.16: Nenek tua jelmaan Bai Gujing menceritakan kehidupan masa lalunya yang kelam kepada Biksu Tang Sanzang. (Durasi 00:40:38)

(58)

Bentuk Tuturan (18) : 白骨精 :一年以后那里闹了饥荒死了很多人。

Bái Gǔ jīn g : Yī nián yǐhòu nàlǐ nàole jīhuang sǐle hěnduō rén.

Bai Guzing : Setahun kemudian banyak orang-orang kelaparan dan meninggal dunia di sana.

Konteks tuturan : Siang hari di rumah gubuk nenek tua jelmaan Bai Gujing.

Terdapat tokoh biksu Tang Sanzang dan Bai Gujing.

Situasi pada gambar 4.16 adalah nenek tua jelmaan Bai Gujing sedang bercerita kepada biksu Tang Sanzang tentang masa lalunya yang kelam yaitu pada saat ia diterlantarkan oleh orang-orang di desa yang dulu pernah ia tempati.

Analisis : Kata 一年以后 (yī nián yǐhòu ) yang bermaknasetahun kemudian pada tuturan (18) merujuk kepada 501 tahun yang lalu sejak dituturkannya kata 一 年以后 (yī nián yǐhòu) kepada biksu Tang Sanzang. Penulis menyimpulkan waktu tersebut disebabkan pada tuturan sebelumnya yang diucapkan oleh nenek tersebut yaitu

“500 tahun yang lalu”, kemudian ia berkata “setahun kemudian”, maka kesimpulannya waktu setahun kemudian yang dimaksud adalah 501 tahun yang lalu.

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Data Deiksis Berdasarkan Jenis-jenis Deiksis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah daun bungkus ( Smilax rotundifolia ) mengandung senyawa

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilakukan terhadap data dimensi Kampanye, diperoleh kesimpulan bahwa skor total dimensi Kampanye di seluruh Indonesia

Dengan demikian informasi rencana pembelian kembali saham ( buyback ) diterima oleh pasar dan dipandang sebagai good news ditandai dengan adanya perubahan harga saham yang

Metode analisis penelitian ini menggunkan analisis linier berganda.Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1) variabel sistem penggajian

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil dari analisis statistika inferensial terdapat bukti bahwa desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, yang

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Intellectual Capital , Working Capital Turnover dan Current Ratio terhadap

Remdamasis mokslo duomenimis, dialektinis materializmas įrodo, kad atskirybės, ypatingybės ir bendrybės kategorijos atspindi žmogaus sąmo­ nėje atskira, ypatinga ir