• Tidak ada hasil yang ditemukan

dengan Sistem Penanganan Sampah

Oleh:

Sandhi Eko Bramono, S.T., MEnvEngSc.*

tasi ganda ini, biaya pengoperasian- pemeliharaan-perawatan gerobak sam- pah akan menjadi dua kali lipat pula.

Namun dampak ekonomi lainnya yang sesungguhnya perlu disadari ada- lah terdapat penambahan petugas sam- pah yang juga berarti turut membuka sejumlah lapangan kerja. Penyediaan gerobak sampah juga akan membuka peluang usaha tambahan bagi manufak- tur dan industri, khususnya yang ber- gerak sebagai penyedia material kayu, material baja, cat kayu, cat tembok, hingga penyedia produk sarung tangan, garu, pengki, dan tukang jahit untuk se- ragam petugas gerobak sampah. Hal- hal inilah yang seharusnya juga dapat menjadi suatu kajian bagi pemerintah. Bahwa seringkali efisiensi dalam pena- nganan suatu sarana infrastruktur di Indonesia (termasuk persampahan), adalah cukup rendah, namun cukup efektif. Dari segi investasi, hal ini dapat dikatakan sebagai suatu pemborosan, be- gitu pula dari segi biaya pengoperasian- pemeliharaan-perawatan. Namun dari segi dampak sosialnya, ada begitu banyak pelu- ang kerja yang terjadi di masyarakat, yang akhirnya berperan serta dalam mening- katkan taraf ekonomi dan penghidupan masyarakat lainnya.

Sistem Pengangkutan Sampah Sistem pengangkutan sampah dide- finisikan sebagai sistem pemindahan sampah dari TPS (Tempat Pembuangan Sementara) sampah ke IPS (Instalasi Pengolahan Sampah). Di Indonesia, hal ini umumnya dilakukan dengan meng- gunakan truk sampah.

Truk sampah umumnya dipilih de- ngan menggunakan material baja seba- gai material bak pengangkutnya. Hal ini akan membuka peluang usaha pula bagi manufaktur dan industri yang berkaitan dengan truk sampah. Dengan penyedia- an truk sampah, akan terdapat sejumlah dampak rantai ekonomi pula, seperti jumlah tenaga kerja yang terserap dalam indutri pembuatan truk sampah, bahkan hingga jumlah tenaga kerja yang terserap menjadi petugas truk sampah. Sekali lagi dengan mempertimbangkan jumlah petugas truk sampah yang bertugas, pada kenyataannya di lapang- an, sering ditemukan "petugas truk sampah tembakan" yang bekerja paruh waktu dengan petugas truk sampah yang sesungguhnya. Hal ini tentu sa- ngat mengurangi efisiensi sistem peng- angkutan sampah, karena akan sangat minimnya kualitas standar kerja yang akan diterapkan para "petugas truk

sampah tembakan" ini. Tentu mereka tidak terlatih untuk mengangkut sam- pah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tidak terlatih untuk mem- buang sampah di IPS sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, dan bahkan mungkin akan kurang bertanggung jawab terhadap kualitas penampung sampah di truknya yang sudah rusak dan berlubang. Namun hal ini seringkali terjadi di lapangan dan sulit peng- awasannya. Disadari atau tidak dis- adari, hal ini juga membuka lapangan kerja baru bagi para "petugas truk sam- pah tembakan" ini. Akan terdapat se- jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan di sana, memutar roda perekonomian mereka, dan akhirnya memberikan pe- ningkatan kualitas kesejahteraan mere- ka pula.

Sekali lagi, efisiensi dalam pe- nanganan suatu sarana infrastruktur di Indonesia (termasuk persampahan), adalah cukup rendah, namun cukup efektif. Pemborosan dari biaya investa- si, maupun biaya pengoperasian-peme- liharaan-perawatan akan meningkat pula.

Sistem Pengolahan Sampah Sistem pengolahan sampah didefini- sikan sebagai sistem pemrosesan sam- pah untuk menjadi suatu produk yang memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah jika dibuang ke lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan proses kon- versi sampah menjadi suatu produk yang lebih bermanfaat serta memiliki nilai ekonomis, dan harus memberikan dampak negatif lingkungan yang mi- nim.

Sampah yang diolah menjadi kom- pos, sudah barang tentu akan memberi- kan nilai eknomis bagi sampah itu sen- diri. Yang dapat segera dikerjakan ada- lah, masyarakat dapat diajarkan cara membuat kompos secara sederhana dan strategi pemasaran yang handal untuk dapat menjual kompos. Penggunaan produk pertanian organik yang sedang marak dewasa ini, juga dapat menjadi

O P I N I

pendorong baru terhadap pemanfaatan kompos ketimbang pupuk kimia. Dalam hal ini, sampah yang semula dianggap tidak ekonomis, dapat membuka la- pangan kerja baru bagi masyarakat un- tuk bisa menjual kompos. Dengan harga kompos yang lebih rendah ketimbang pupuk kimia, didukung dengan adanya pemasaran produk-produk pertanian organik, serta para petani yang mulai beralih dari pupuk kimia menjadi kom- pos, akhirnya akan menjadi suatu siner- gi positif untuk memutar roda per- ekonomian dari produk pengolahan sampah ini. Secara tidak langsung, kesederhanaan dalam proses pengom- posan, didukung pula oleh pemasaran kompos yang prima, akan melahirkan banyak jiwa kewirausahaan dalam masyarakat. Masyarakat menjadi ber- keinginan untuk bisa belajar bagaimana proses pembuatan kompos. Akan terbu- ka sejumlah peluang tenaga kerja bagi para pengajar untuk memberikan penyuluhan pembuatan kompos, ada sejumlah tenaga kerja yang terserap untuk memasarkan IPS yang menggu- nakan proses pengomposan, sejumlah tenaga kerja akan terserap untuk memasarkan kompos pada petani atau Dinas Pertamanan setempat untuk me- manfaatkan kompos, akan terserap sejumlah tenaga kerja untuk mengope- rasikan IPS yang menggunakan proses pengomposan, hingga akhirnya akan melahirkan banyak tenaga kerja berupa pedagang produk sayur-sayuran serta buah-buahan organik di berbagai ka- wasan. Hal tersebut merupakan contoh dari suatu pembukaan lapangan kerja baru dengan mengandalkan produk pengolahan sampah berupa kompos. Proses pengolahan lainnya juga dapat membuka lapangan kerja baru, yang spesifik terhadap setiap jenis proses pengolahan sampah.

Peran Serta Pemerintah

Dalam tinjauan kacamata ekonomi mikro, aspek pembukaan lapangan ker-

ja menjadi suatu hal yang sangat kru- sial. Pemanfaatan dan pendayagunaan nilai ekonomi dari suatu produk sarana infrastruktur, termasuk dalam hal ini persampahan, akan memberikan nilai tambah yang signifikan dari suatu in- vestasi yang ditanamkan. Seperti pada sistem pengumpulan sampah dan sis- tem pengangkutan sampah di Indonesia seperti yang tersebut di atas, seringkali sistem ditemukan berjalan tidak efisien, tidak mematuhi prosedur, namun efek- tif. Hal ini tentu harus sedikit demi sedikit dikurangi dan akhirnya dihi- langkan, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan anggaran yang disedi- akan. Peningkatan lapangan pekerjaan memang terjadi pada sistem tersebut, namun efisiensi yang terjadi juga sangat rendah. Pemerintah harus menyikapi- nya dengan memberikan penyuluhan yang baik kepada para petugas sampah, dengan tetap mempertimbangkan pem- bukaan lapangan kerja yang dapat di- alihkan dari sistem pengumpulan sam- pah dan sistem pengangkutan sampah, ke sistem pengolahan sampah. Pada sis- tem pengolahan sampah, akan terdapat peluang yang lebih besar dalam hal

penyerapan tenaga kerja. Produk-pro- duk pengolahan sampah umumnya me- miliki nilai jual yang baik, jika pemerin- tah juga menyediakan suatu penataan kelembagaan dan payung hukum yang tepat untuk memasarkannya. Dengan teknik pemasaran yang didukung oleh pemerintah, maka akan terbuka sejum- lah peluang baru di mana masyarakat dapat terlibat aktif di sana, yang akhirnya akan membuka berbagai pelu- ang kewirausahaan yang seluas-luas- nya. Dengan hal tersebut, maka diha- rapkan paradigma sampah sebagai pro- duk yang tidak memiliki nilai ekonomi, justru dapat diubah menjadi suatu pro- duk yang memiliki nilai ekonomi serta nilai jual, yang pada akhirnya akan membuka lapangan kerja baru untuk meningkatkan taraf hidup dan kese- jahteraan masyarakat. „

*)Penulis adalah praktisi bidang persampahan; alumnus program pascasarjana School of Civil and Environmental Engineering, UNSW, Australia; anggota InSWA (Indonesian Solid Waste Association) dan IATPI (Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia)

O P I N I

A

ir merupakan unsur terpenting bagi hidup manusia. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air akan mati dalam beberapa ha- ri. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air juga merupakan hal utama mulai dari budidaya pertanian, industri, pembangkit tenaga listrik, hingga trans- portasi. Karenanya, air seharusnya di- perlakukan sebagai bahan yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap pencemaran. Bukannya malah dihamburkan, dicemari, dan di- sia-siakan, sehingga hampir separuh penduduk dunia, menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh keku- rangan air atau oleh air yang tercemar.

Banyak orang memahami masalah pencemaran lingkungan akibat perin- dustrian tapi tetap tidak menyadari im-

plikasi lebih jauh dari itu. Industri se- sungguhnya menggunakan air jauh le- bih sedikit dibandingkan dengan irigasi. Namun dampaknya mungkin lebih pa- rah dipandang dari dua segi. Pertama, penggunaan air bagi industri tidak di- atur dalam kebijakan sumber daya air nasional sehingga cenderung berlebih- an dan tidak efisien.Kedua, pembuang- an limbah industri yang tidak diolah menyebabkan air permukaan atau air bawah tanah menjadi berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri se- ring dibuang tanpa melalui proses peng- olahan apapun.

Di sebagian wilayah Indonesia, ma- salah terbesar mengenai persediaan air minum bukan terletak pada kelangkaan air dibanding dengan jumlah penduduk,

melainkan dari kekeliruan menentukan kebijakan tentang air. Masyarakat dan pemerintah baru menyadari masalah tersebut lama setelah akibat yang tak di- kehendaki muncul. Jadi meskipun pe- nambahan investasi dalam sektor ini di- perlukan, penambahan itu perlu diser- tai dengan perubahan.

Konservasi sumber-sumber daya, penggunaan air secara efisien, dan pe- nyediaan layanan yang berkesinam- bungan, terjangkau dan diterima bagi setiap orang harus lebih diperhatikan, dan penggunaan teknologi yang mem- butuhkan subsidi besar yang akan ma- cet hanya dalam waktu singkat juga per- lu dibenahi. Teknologi manapun yang bisa memenuhi kriteria tersebut harus dianggap cocok.

Artinya, kalau tidak segera di- lakukan perubahan yang radikal dalam cara memanfaatkan air, mungkin suatu ketika air tidak lagi dapat digunakan tanpa pengolahan khusus yang biayanya melewati jangkauan sumber daya eko- nomi yang dimiliki negara. Oleh karena itu, dalam jangka panjang akan sangat penting memikirkannya dari segi peng- integrasian layanan-layanan lingkungan ke dalam suatu paket pengelolaan air, sanitasi, saluran, dan limbah padat yang komprehensif.

Perbaikan dan Efisiensi

Perbaikan pada efisiensi dalam pengoperasian dan pemulihan sumber air minum jauh lebih baik dan akan memberikan hasil yang lebih nyata dari- pada pengolahan pada akhir proses

WAWA S A N

Dokumen terkait