• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Riant Nugroho Dwidjowijoto *)

sualisasikan seperti berikut ini:

Dari gambar tersebut dapat dijelas- kan sebagai berikut. Pertama, dari ja- ringan pipa air minum tersier terdapat hidran (lama) yang mengarah ke kawa- san yang miskin. Hidran-hidran ini se- belumnya dimiliki dan dikelola secara individual dan dimanfaatkan untuk ke- pentingan individu atau belum dipergu- nakan untuk kepentingan sosial atau kepentingan bersama. Hidran-hidran baru dapat langsung dikelola dalam bentuk milik komunitas.

Kedua, kepemilikan hidran (lama) dialihkan dari individu kepada komuni- tas (RT, maksimum RW).

Ketiga, membangun bak penampu- ngan untuk menampung air dari hidran dengan tujuan agar volume air yang dis- uplai ke kawasan tersebut sesuai de- ngan keperluan/kebutuhan (bukan se- suai dengan kemauan). Misalnya, jika kawasan tersebut dihuni 100 rumah tangga miskin/sederhana dan setiap ru- mah tangga memerlukan 10 m3 per bu- lan, maka maksimum volume yang di- pasok ke bak penampungan adalah 1.000 m3 per bulan. Tujuannya agar ti- dak terjadi komersialisasi baru dari air minum di kawasan tersebut. Dengan demikian, di antara hidran dan bak pe- nampungan disediakan meteran yang sudah dipatok dengan kebutuhan mak- simum.

Keempat, dari bak penampungan, dibangun jaringan air minum ke setiap rumah tangga. Jaringan pipa ke rumah- rumah tangga dibiayai secara swadaya atau mendapatkan dana dari donor (se- perti yang sekarang dalam bentukgrant IBRD/ADB melalui pendekatan Output Based Aid.)

Kelima, pada masing-masing rumah tangga diberi pembatas volume agar semua rumah tangga memperoleh suplai air yang sama.

Keenam, dibentuk "manajemen pe- ngelolaan air minum" di kawasan terse- but yang diberi nama sebagai Lembaga, Unit, atau Badan, PENGELOLA AIR MINUM MANDIRI (PAM2).

Ketujuh, PAM2 dikelola oleh seo- rang "manajer" yang melakukan admin- istrasi usaha. Manajemen PAM2 akan mengelola distribusi air bersih ke setiap rumah tangga, dan menagih pemba- yaran kepada rumah tangga. Tatanan pengelolaan usaha secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Kedelapan, harga jual air minum ke- pada PAM2 harus di atas tarif sosial (5A), sehingga operator mendapat ke- naikan pendapatan, namun penjualan kepada masyarakat dapat pada tarif me- nengah (sampai di bawah tertinggi). Ja- di, dimungkinkan laba pengelolaan usa- ha oleh PAM2. Laba usaha diperguna- kan untuk honorarium "manajer" dan biaya pemeliharaan dan hasil usaha di- pergunakan untuk kepentingan komu-

nitas, dapat dibagi bersama, atau digu- nakan untuk subsidi pendidikan (bea- siswa) atau bantuan kesehatan (bagi mereka yang sakit), sehingga PAM2 akan juga membangun social trustdan jaminan sosial yang mandiri di ling- kungan masyarakat di mana terdapat PAM2.

Kesembilan, pembiayaan proyek di- lakukan secara kerja sama antara Pem- da, donor (Bank Dunia), dan pengelola air minum, khususnya mitra swasta yang memegang konsesi mendistri- busikan air minum DKI Jakarta. Model kerja sama dan pembiayaan ditata de- ngan dua pilihan model.

Dua Model Pembentukan

Untuk model yang pertama, dana pembentukan PAM2 dianggap sebagai "pinjaman" yang harus dikembalikan oleh PAM2 kepada proyek. Selanjutnya proyek akan "menggulirkan" pengem- balian tersebut untuk pembentukan PAM2 yang lain. Jadi, apabila pada ta- hap pertama dapat dibangun 10 PAM2, dengan model pengembalian 5 tahun, maka pada lima tahun berikutnya dapat dibuat PAM2 tanpa perlu subsidi atau dukungan pembiayaan yang baru kare- na dananya berasal dari pengembalian investasi PAM2 tahap pertama. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Untuk model kedua adalah model "hibah murni" di mana pembiayaan (da- ri donor, Pemda, dan swasta) dianggap

WAWA S A N

Operator hidran Bak penampungan Rumah penduduk hidran Bak penampungan Rumah penduduk PAM2 PAM2 Jaringan pipa Jaringan pipa Jaringan pipa Jaringan pipa Operator hidran Bak penampungan Rumah penduduk hidran Bak penampungan Rumah penduduk PAM2 PAM2 Operator hidran Bak penampungan Rumah penduduk hidran Bak penampungan Rumah penduduk hidran Bak penampungan Rumah penduduk PAM2 PAM2 Jaringan pipa Jaringan pipa Jaringan pipa Jaringan pipa PAM Jaya Air Minum PAM2 Rumah tangga Air bersih Air bersih tarif kepada operator (> Tarif 5A)

Lebih besar dari tarif yang dibayarkan kepada operator

Selisih harga dipergunakan untuk honor manajer/ pengelola, pengelolaan/ pemeliharaan, dan bagi hasil untuk seluruh warga peserta PAM Jaya Air Minum PAM2 Rumah tangga Rumah tangga Air bersih Air bersih tarif kepada operator (> Tarif 5A)

Lebih besar dari tarif yang dibayarkan kepada operator

Selisih harga dipergunakan untuk honor manajer/ pengelola, pengelolaan/ pemeliharaan, dan bagi hasil untuk seluruh warga peserta

Grant dari donor Dana Pemda (APBD)

Dana Kemitraan Pengelola Air Minum

(PAM, Palyja, TPJ)

Kelembagaan Proyek PAM2

PAM2 “A” PAM2 “B” PAM 2 “C" PAM2 “D” Pemda-Donor-Operator

Wakil Masyarakat Tahap Pertama Tahap kedua

Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Proses bisnis

Donor Pemerintah Swasta

Pinjaman Perbankan Swasta

•Administrasi proyek •Administrasi pengguliran dana •Pelatihan/capacity building •Pemandirian •Monitoring & Evaluasi •Pembangunan jaringan pipa

•Pembangunan bak penampungan •Pemasangan meter khusus

Grant dari donor Dana Pemda (APBD)

Dana Kemitraan Pengelola Air Minum

(PAM, Palyja, TPJ)

Kelembagaan Proyek PAM2

PAM2 “A” PAM2 “B” PAM 2 “C" PAM2 “D” Pemda-Donor-Operator

Wakil Masyarakat Tahap Pertama Tahap kedua

Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Proses bisnis

Donor Pemerintah Swasta

Pinjaman Perbankan Swasta

•Administrasi proyek •Administrasi pengguliran dana •Pelatihan/capacity building •Pemandirian •Monitoring & Evaluasi •Pembangunan jaringan pipa

•Pembangunan bak penampungan •Pemasangan meter khusus

sebagai hibah murni sehingga pengelola PAM2 tidak perlu untuk mengemba- likan. Model pengelolaannya dapat dili- hat sebagai berikut:

Pada kedua model ini dapat dicer- mati, bahwa "dimungkinkan" pihak per- bankan (lihat kotak paling kanan: Per- bankan) masuk membiayai proyek ini apabila memperoleh dukungan politik dan/atau jaminan dari pemerintah. Apabila model ini layak, maka bank akan dapat menilai dan mempertim- bangkan untuk memberikan pinjaman. Tentu saja, yang disasar adalah bank milik Pemda DKI Jakarta.

Pernah Dikembangkan

Beberapa catatan yang dapat diberi- kan di sini, pertama, model sudah per- nah dikembangkan dengan nama yang berbeda. Di bawah Departemen Kelaut- an RI, dikembangkan program yang mi- rip dengan nama kelembagaan "Badan Usaha Milik Rakyat" (BUMR). Pro- gramnya telah dilaksanakan di Kabupa- ten Lumajang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bengkalis. Model yang sama adalah "Unit Keuangan Mikro" yang di- kembangkan oleh Bappenas, dan pro- gram yang dikembangkan oleh Peme-

rintah Jerman di Indonesia melalui Pro- gram Promis/GTZ di Nusa Tenggara.

Kedua, untuk program hidran, diperlukan Perda atau Keputusan Gubernur DKI Jakarta yang melarang kepemilikan hidran secara perorangan dan harus dijadikan sebagai milik Pemda (PAM) yang dipinjamkan kepa- da masyarakat melalui lembaga PAM2.

Ketiga, terdapat sejumlah prasyarat atau kebutuhan untuk membangun lembaga PAM2, yaitu (1) Penyiapan in- frastruktur, mencakup pembangunan penampungan air minum dan pemba- ngunan jaringan pipanisasi di lingkung- an kelompok masyarakat peserta pro- gram PAM2; (2) Perkuatan Kapasitas Masyarakat (capacity building), menca- kup pelatihan manajemen dan sosiali- sasi kebijakan; (3) dukungan kebijakan publik di tingkat propinsi (Perda atau PerGub) dan lokal (Kelurahan).

Model Manajemen

Sebenarnya logika dari pendekatan PAM2 adalah menerapkan manajemen untuk pengelolaan usaha mikro di ting- kat masyarakat. Secara rinci, terdapat empat ciri di dalam pendekatan PAM2. Pertama, membangun institusi penge- lolaan distribusi air minum di tingkat komunitas kecil miskin yang bersifat bisnis dan mandiri. Kedua, model "ma- najemen bisnis" dan bukan "proyek bi- rokratik", sehingga value-nya adalah sustainability. Ketiga, pendekatan fo- kus kepada "output" dan "outcome" yang dapat dicapai daripada "input". Keempat, mengedepankan pembangun- an social capitalyaitu trust buildingda- lam membangun kecukupan ketersedia- an air minum/bersih untuk kawasan miskin

Model manajemen di dalam PAM2 sendiri disarankan terdiri dari Penga- was, yang terdiri dari tiga orang pemuka setempat (Lurah, Ketua RW, Ketua RT, kecuali ditetapkan yang lain), seorang manajer (dimungkinkan "pemilik lama" untuk menjadi manajer) dan tiga orang

staf: keuangan (merangkap administra- si), distribusi (mengecek jangan sampai ada masalah di dalam penyaluran air, termasuk mencegah tindak pencurian), dan pemeliharaan (termasuk menjaga keamanan).

Penutup

Nama "PAM2" dapat diartikan seba- gai "institusi PAM yang kedua" yakni institusi air minum yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri dan bekerja sama dengan PAM (Jaya). Model ini di- gagas untuk dapat dijadikan sebagai model yang mampu menjawab masalah ketersediaan dan keterjangkauan pela- yanan air bersih untuk masyarakat mis- kin Jakarta sekaligus dengan memba- ngun kelembagaan yang mandiri dan kuat (sustainable) di tingkat komunitas tersebut.

Pada saat ini Jakarta sedang mene- rima hibah dari Pemerintah Inggris me- lalui Bank Dunia yang disebut sebagai Program Output Based Aid (OBA). Dana sebanyak US $ 5 juta ini dirancang untuk membangun jaringan pelayanan air minum bagi kelompok miskin Jakarta, khususnya yang tinggal di kawasan Jakarta bagian utara yang tidak mempunyai substitusi air. Ba- rangkali, dengan program konvensio- nal, penyambungan langsung ke rumah, program ini hanya menyambung sam- pai 20.000 pelanggan. Namun, jika mempergunakan PAM2, barangkali bisa 10 kali 20.000. Mudah-mudahan, pen- dekatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif. „

*)Anggota Badan Regulator

Pelayanan Air Minum DKI Jakarta (Tulisan ini tidak mencerminkan pendapat dari BR PAM Jaya)

WAWA S A N

Grant dari donor Dana Pemda (APBD)

Dana Kemitraan Pengelola Air Minum

(PAM, Palyja, TPJ) Kelembagaan

Proyek PAM2

PAM2 “A” PAM2 “B” PAM 2 “C" PAM2 “D” Pemda-Donor-Operator

Wakil Masyarakat

Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Proses bisnis

Donor Pemerintah Swasta

•Administrasi proyek •Administrasi pengguliran dana •Pelatihan/capacity building •Pemandirian •Monitoring & Evaluasi

Pinjaman Perbankan Swasta

•Pembangunan jaringan pipa •Pembangunan bak penampungan •Pemasangan meter khusus

Grant dari donor Dana Pemda (APBD)

Dana Kemitraan Pengelola Air Minum

(PAM, Palyja, TPJ) Kelembagaan

Proyek PAM2

PAM2 “A” PAM2 “B” PAM 2 “C" PAM2 “D” Pemda-Donor-Operator

Wakil Masyarakat

Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Dana masyarakat Proses bisnis

Donor Pemerintah Swasta

•Administrasi proyek •Administrasi pengguliran dana •Pelatihan/capacity building •Pemandirian •Monitoring & Evaluasi

Pinjaman Perbankan Swasta

•Pembangunan jaringan pipa •Pembangunan bak penampungan •Pemasangan meter khusus

Manajer

Keuangan Distribusi Pemeliharaan

Pengawas

Manajer

Keuangan Distribusi Pemeliharaan

P

embangunan infrastruktur men- jadi salah satu agenda penting pembangunan saat ini. Hal ini dibuktikan dengan akan diseleng- garakannya hajatan besar yaitu In- frastructure Summit II tahun ini. Secara umum infrastuktur dapat di- bedakan menjadi infrastruktur ekonomi dan infrastruktur sosial. Infrastruktur ekonomi meliputi fasilitas-fasilitas fisik seperti jalan, pelabuhan, bandara, pem- bangkit listrik, sistem penyediaan air bersih dan pelayanan-pelayanan yang mengalir keluar dari fasilitas-fasilitas tersebut seperti air bersih dan sanitasi, listrik, transportasi dan sebagainya. Sedangkan infrastruktur sosial meliputi fasilitas-fasilitas sosial seperti sekolah, pusat kebudayaan, rumah sakit dan sebagainya.

Dalam konteks pembangunan infra- struktur ada dua hal penting yang perlu dilihat; pertama bahwa pembangunan infrastruktur saat ini tidak lagi didomi- nasi oleh sektor publik tetapi juga sek- tor swasta. Ada tiga faktor yang menye- babkan perubahan ini yaitu perubahan ideologi, kemajuan teknologi, dan krisis finansial. Kedua, bahwa pembangunan infrastruktur saat ini tidak melulu ditu- jukan untuk pencapaian tujuan-tujuan teknis seperti efisiensi operasional tetapi juga kaitannya dengan dampak terhadap kelompok sosial atau penda- patan tertentu, terutama terhadap kelompok masyarakat miskin. Dalam konteks liberalisasi ekonomi, ketersedi- aan infrastruktur berkontribusi ter- hadap peningkatan produktivitas ru- mah tangga dan dalam konteks yang le- bih luas akan meningkatkan pertum- buhan ekonomi dan mengurangi angka

kemiskinan. Kontribusi penyediaan infrastruktur terhadap pengurangan kemiskinan terjadi karena penyediaan lapangan kerja yang tersedia dengan adanya pembangunan infrastruktur dan perbaikan layanan yang terjangkau masyarakat miskin.

Secara umum di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, kon- disi infrastrukturnya masih mempri- hatinkan, terlebih setelah krisis ekono- mi. Penurunan kondisi tersebut terjadi seiring dengan keterbatasan pembi- ayaan yang dimiliki oleh pemerintah bagi pembangunan infrastruktur. Selain masalah pendanaan, pengaturan dan perawatan infrastruktur juga meng- alami penurunan akibat rendahnya ka- pasitas institusi publik baik di pusat maupun daerah dalam manajemen dan perawatan infrastruktur. Kondisi ini pada akhirnya membuat kelompok masyarakat miskin memperoleh efek marjinalisasi terbesar.

Penyediaan layanan yang tidak efi- sien, perawatan dan pelayanan yang bu- ruk, utang yang besar, restrukturisasi kebijakan ekonomi mendorong peru- bahan dalam penyediaan, pengelolaan dan pendanaan infrastuktur yang tidak lagi didominasi oleh sektor publik. Dalam kerangka inilah penyediaan infrastruktur mengalami pembaruan dari pendekatan penyediaan menjadi pendekatan permintaan. Secara lebih spesifik dalam konteks Indonesia, perubahan tersebut kemudian diimple- mentasikan dalam reformasi kerangka peraturan yang meliputi penyerahan commercially viable infrastructure

kepada sektor swasta dan pemerintah hanya berkonsentrasi pada pembangu- nan basic infrastructure, non commer- cially viabletetapi economically viable, desentralisasi, mengurangi monopoli sektor publik, korporatisasi, memben- tuk badan regulator, cost recovery, dan unbundling.

Kebijakan Infrastruktur Air Ber- sih

Seperti telah diungkapkan di atas bahwa kondisi pelayanan infrastruktur termasuk di Indonesia masih mempri- hatinkan, termasuk infrastruktur air bersih. Sebagai contoh, dari sekitar 306 PDAM yang ada di Indonesia hanya mampu melayani 33 juta (39 persen) penduduk perkotaan dan 9 juta (8 persen) penduduk perdesaan dengan kualitas air yang belum memenuhi stan- dar kualitas air minum, konsumsi air yang rendah (14 m3/bulan/rumah tang- ga), dan rata-rata kebocoran 40 persen. Dari sekian banyak PDAM tersebut hanya 9 persen dari total PDAM yang ada berada dalam kondisi sehat, se- dangkan sisanya dalam keadaan kurang sehat (31 persen), tidak sehat (32 persen), kritis (28 persen) dan utang PDAM saat ini mencapai Rp 4,032 trili- un.

Seiring dengan permasalahan yang dihadapi dan perubahan yang terjadi dalam kebijakan pembangunan infra- struktur, kebijakan pembangunan infra- struktur air bersih juga tidak terlepas dari dua hal penting yaitu agenda pe- ngurangan kemiskinan dan pening- katan partisipasi swasta dalam pemba- ngunan dan penyediaan layanan air bersih. Kedua hal ini sangat terkait erat

WAWA S A N

Kebijakan Infrastruktur Air

Dokumen terkait