• Tidak ada hasil yang ditemukan

DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam dokumen TUGAS IPK KELOMPOK 4 (Halaman 180-193)

A. Konsep Sehat dan Sakit

Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :

 Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya

 Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya

Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan sehat adalah:

1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

5. Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna

B. Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat

Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.

Indikator derajat kesehatan masyarakat secara umum dapat dilihat dari : 1). Umur harapan hidup (Life expectations) : Umur harapan hidup diharapkan meningkat pada tahun 1980 umur 50 tahun, pada tahun 2000 menjadi sekurang- kurangnya berumur 60 tahun.

2). Angka kematian bayi (infant mortality) dan balita menurun : PADA tahun 1980, angka kematian bayi sekitar 100/1000 kelahiran hidup, maka diharapkan pada tahun 2000 menjadi setinggi-tingginya 45/1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita

menurun dari 40/1000 balita saat ini menjadi setinggi-tingginya 15/1000 balita di masa yang akan datang.

3). Tingkat kecerdasan penduduk : Hal ini dapat diukur dengan tingkat pendidikan gologngan wanita diharapkan meningkat dengan penurunan angka buta huruf dari sekitar 50 % pada tahun 1977 menjadi sekitar 25 % pada tahun 2000. 4). Bayi lahir : Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan berat badang 2500 gram atau yang kurang yang dewasa ini adalah sekitar 14 % diharapkan akan turun menjadi setinggi-tingginya 7% pada masa yang akan datang

5). Angka kesakitan (Morbiditas) 1. Mortalitas

Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapar dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Angka kematian umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

a. Angka Kematian Bayi(AKB)

Dari kematian yang terdapat pada komunitas dapat diperoleh melalui survey, karen sebagian besar kematian terjadi dirumah, sedangkan data kematian pada fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB, tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan, diantaranya:

 Tersedianya berbagai fasilitas dan pelayanan masyarakat dengan tenaga medis yang terampil

 Kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan yang modern.

b. Angka Kematian Ibu(AKI)

Angka Kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang di catat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan besarnya kematian yang terjadi pada tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar karena belum memperhitungkan umur penduduk. d. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir(AHHWL)

Penurunan AKB sangat berpengaruh terhadap kenaikan angka harapan hidup waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyrakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan AHHWL. Meningkatnya angka harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidupdan derajat kesehatan masyarakat.

2. Morbiditas

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal masyarakat(community

based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data, baik dari Dinas

Kesehatan yang dalam hal ini bersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan(fasility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

a. Penyakit Menular i. Penyakit Malaria

Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dimana perkembangannya dipantau melalui Annual Parasite

Incidence (API).

Usaha pencegahan dan pemberantasannya: Tindakan-tindakan terhadap manusia,

 Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat agar mereka dapat terhindar dari penyakit malaria dengan usahanya sendiri.

 Pengobatan semua penderita untuk penyembuhan dan meniadakan sumber penularan

Tindakan-tindakan terhadap Plasmodium sp (sebagai vektornya)  Usaha untuk membasmi larva(jentik-jentik)

 Menggunakan larvacida, misalnya malarial

 Secara biologis dengan memelihara ikan pemakan jentik-jentik  Meniadakan air tergenang tempat bertelurnya nyamuk  Usaha untuk membunuh Imagonya,

 Dengan Insecticida, misalnya DDT, Pyrethrum, dsb

 Bila Anopheles sp bersentuhan dengan insectisida akan mati dalam waktu 24-28 jam

2). Penyakit TB(Tuberculosis) Paru

Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke-3 pentebab kematian. Selain menyerang paru-paru, TB dapat menyerang organ lain.

3). Penyakit HIV/AIDS

Perkembangan penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya penanggulangan terus dilakukan.

Secara stimulan, hal-hal yang dapat memperbesar tingkat resiko penyebab terjadinya HIV/AIDS:

 Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebabkan sentra-sentra ekonomi di Indonesia.

 Meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman.

 Meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan.

Saat ini, Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemic yang terkonsentrasi, yaitu danya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu.

4). Infeksi Saluran Pernafasan Akut(ISPA)

ISPA masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Upaya dalam rangka pemberantasan penyakit ISPA lebih difokuskan pda upaya penemuan dini dan tatalaksana kasusu yang cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan.

5). Penyakit Kusta

Meskipun Indonesia mencapai eliminasi kusta pada pertengahan 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salh satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dengan masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan negara dengan urutan ketiga penderita terbanyak di dunia.

b. Pencegahan terhadap penyakit menular 1). Pemberantasan Penyakit Tuberculosis

Indonesia telah mengembangkan dan memulai penerapan rencana pembangunan lima tahun untuk pemberantasan TB (2002-2006). Telah ada peningkatan marginal dalam kasus tingkat deteksi selama dua tahun terakhir hanya karena Pusat Kesehatan telah melaksanakan DOTS. Untuk memperbaiki hal ini, Badan Swasta dan Tempat Kesehatan Masyarakat lainnya harus terlibat dalam pelaksanaan DOTS. Kualitas pelaksanaan DOTS, terutama sistem pencatatan dan pelaporan, pada saat ini mengalami

beberapa kekurangan yang perlu diatasi dengan memperkuat dan meluruskan kegiatan DOTS di tingkat pusat, propinsi dan daerah. Agar dapat menyediakan dukungan teknis yang berkesinambungan untuk mengatasi hal ini, maka penting untuk memperkuat dukungan teknis dalam negeri dengan menambah staf di tingkat nasional dan lapangan.

Sasaran:

Memperbaiki pelaksanaan pelayanan DOTS di seluruh negeri dengan membentuk kemitraan yang efektif dengan provider kesehatan di sektor lain (publik-gabungan publik & publik - gabungan swasta), dan penyediaan dukungan teknis yang berkesinambungan.

2). Pemberantasan Penyakit Malaria

Malaria tetap menjadi salah satu penyakit menular yang utama di sebagian besar daerah di Indonesia. Ancaman yang muncul kembali telah terjadi di daerah-daerah pengawasan efektif sebelumnya. Angka kesakitan dan kematian Malaria secara bermakna mempengaruhi bagian-bagian yang lebih miskin di negara. Sebuah rencana pembangunan telah dikembangkan, bersama dengan meningkatnya pendanaan yang baru-baru ini disetujui melalui Global Fund untuk AIDS, TB dan Malaria, namun pelaksanaanya belum dimulai. Kini desentralisasi sedang berjalan yang memerintahkan pelaksanaan tanggung jawab di tingkat daerah dan propinsi. Unit Malaria di DepKes meneruskan kebutuhan untuk memperkuat fungsinya sebagai koordinator dari "Gebrak Malaria" dan GFATM. Kebijakan perawatan obat-obatan perlu terus diawasi dengan timbulnya kembali pola resistansi. Sasaran:

Meningkatkan dan memelihara kualitas dari komponen-komponen terpilih dan daerah-daerah yang terjangkau oleh rencana kerjasama "Gebrak Malaria" untuk dilaksanakan dibawah GFATM dan sumber donatur lainnya.

3). Pencegahan dan pemberantasan terhadap penykit menular lainnya

Infeksi Filariasis dan penularannya selalu terdapat di banyak daerah tanpa kegiatan pengawasan yang cukup. Proyek percobaan untuk ELF memperlihatkan hasil yang menjanjikan yang perlu ditingkatkan ke tingkat propinsi, sesuai dengan komitmen untuk target penghapusan global (Mekhong Plus).

Infeksi Dengue dan komplikasinya seperti demam berdarah terus meningkat di daerah kota dan pinggir kota dengan meningkatnya angka kesakitan namun menurunnya angka kematian yang menjanjikan. Partisipasi dan jaringan masyarakat diperlukan untuk memulai pengawasan dari penularan dengue (terutama di perkotaan) dan filariasis (terutama di pedesaan). Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada laporan yang mengancam. Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah utama yang memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk memperkuat pengawasan dan vaksin pencegahan.

Frambesia dan kusta adalah penyakit menular yang dapat diobati, namun dengan penularan utama yang terjadi di daerah yang miskin, terpencil, kurang pelayanannya, diperlukan kesadaran yang ditingkatkan dan dukungan dari pemerintah setempat, dan juga tingkat daerah. Helminthiasis yang sangat umum dan sangat endemis dengan pengaruh kesehatan yang kronik yang dapat secara luas ditingkatkan melalui pemberantasan cacing yang berulang-ulang secara masal, yang harus dikoordinasikan dengan perawatan ELF dimanapun memungkinkan.

Sasaran:

Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, anti-helminthiasis deworming, leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.

c. Status Gizi

1). Pengertian Status Gizi

 Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).  Menurut Almatsier (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

 Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, merupakan indeks yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk melihat terjadinya perubahan dalam waktu penduduk misalnya bulanan (Anonim, 2007).

 Menurut Ibnu Fajar dkk (2002), status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu.

2). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Faktor External

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:  Pendapatan

Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).

 Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).

 Budaya

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :  Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).  Kondisi Fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).

 Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

3). Penilaian Status Gizi

a). Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu :

 Antropometri Pengertian :

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan :

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

 Klinis Pengertian :

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.

Penggunaan :

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan

pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat hidup.

 Biokimia Pengertian :

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Penggunaan :

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

 Biofisik Pengertian :

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Penggunaan :

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Fajar, Ibnu dkk, 2002).

b). Secara tidak langsung

Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu :

 Survey Konsumsi Makan Pengertian :

Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

Penggunaan :

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

 Statistik Vital Pengertian :

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan :

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

 Faktor Ekologi Pengertian :

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Penggunaan :

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Fajar, Ibnu, dkk. 2002).

4). Sumber Penyakit(Agens)

Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor faali/fisiologis, genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasit.

a). Gizi

Unsur gizi swing diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, di samping akibat kelebihan zat gizi. Di bawah ini beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu.

b). Kimia dari Luar

Penyakit dapat muncul karena zat kimia dari luar seperti obat-obatan, bahan kimia yang terdapal dalam makanan, penambahan zat aditif dalam makanan yang berlebihan.

Agens yang berasal dari kimia dari dalam yang dihubungkan dengan metabolisme dalam tubuh seperti sistem hormonal (hormon tiroksin), kelebihan lemak, dan sebagainya.

d). Faktor Faali

Faktor faali dalam kondisi tertentu, seperti pada saat kehamilan, eklampsia pada waktu melahirkan dengan tanda-tanda bengkak atau kejang.

e). Genetis

Beberapa penyakit yang disebabkan karena faktor genetis seperti diabetes mellitus (kencing manis), kepala besar terdapat pada orang mongolid, buta warna, hemofill, dan albino.

f). Faktor Psikis

Faktor psikis yang dapat menimbulkan penyakit adalah tekanan darah tinggi dan tukak lambung yang disebabkan oleh perasaan tegang (stres). g). Tenaga dan Kekuatan Fisik

Sinar matahari, sinar radioaktif, dan lain-lain merupakan faktor tenaga dan kekuatan fisik yang dapat menimbulkan penyakit.

h). Faktor Biologis dan Parasit

Faktor biologis dan parasit (metazoa, bakteri, jamur) dapat menyebabkan penyak defisiensi gizi atau infeksi.

C. Faktor Utama Yang Menentukan Indikator-Indikator Derajat Kesehatan Masyarakat Menurut Hendrick L. Blumin, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: perilaku masyarakat, keadaan lingkungan,

keturunan/faktor keturunan, pelayanan kesehatan.

1.

Perilaku Masyarakat

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.

Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk

mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yangberpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan dua indikator, yaitu Persentase Rumah

Tangga ber-Perilaku Hidup Sehat(PHBS) dan Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.

a. PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :

1). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2). Memberi ASI ekslusif

3). Menimbang balita setiap bulan 4). Menggunakan air bersih

5). Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6). Menggunakan jamban sehat

7). Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu 8). Makan buah dan sayur setiap hari

9). Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10). Tidak merokok di dalam rumah

b. Posyandu Purnama dan Mandiri

Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana.

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata bentuk peranserta masyarakat antara lain muncul dan berkembangnya Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), misalnya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan.

Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan uatama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan P2 Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan beberapa indikator yang merupakan syarat dikatakan lingkungan itu bersih dan sehat.

a. Rumah Sehat

Kriteria utama sebuah rumah sehat adalah terdapatnya sirkulasi udara yang baik dan cukup serta pencahayaan yang baik. Kedua hal ini bisa didapatkan dengan cukupnya jumlah ventilasi dan jendela. Fungsi utama dari ventilasi adalah untuk menjaga agar sirkulasi udara berjalan dengan baik sehingga keseimbangan oksigen yang diperlukan penghuni rumah dapat terjaga dengan baik. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan tidak lancarnya sirkulasi udara sehingga akan membuat rumah menjadi pengap dan sesak.

b. Tempat-tempat Umum yang Sehat

Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pegunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai.

c. Rumah Tangga Menurut Sarana Pembuangan Air Besar Sarana pembuangan air besa dibedakan atas 4 macam, yaitu:

 Memakai jamban leher angsa  Jamban plengsengan

 Jamban cempung

 Dan tidak memakai jamban

3.

Keturunan/Faktor Genetik

Pengaruh sifat keturunan(genetik) yang ada pada diri manusia ada dua bentuk pemisalan:

1). Sifat dan kriteria yang nampak dalam bentuk kemampuan dan kesiapan

manusia, seperti: penyakit TBC, seorang anak yang dilahirkan dari orang tua yang berpenyakit demikian, akan berpotensi pula akan terserang penyakit tersebut. Akan tetapi jika anak tersebut sudah dipisahkan sejak lahirnya dan dipindahkan ke lingkungan yang sehat, maka memperoleh kesehatannya.

2). Anak yang dilahirkan melalui asal usul genetik yang baik, maka perkembangan anak tersebut nantinya akan beradaptasi dengan lingkungan dimana ia tinggal.

Dalam dokumen TUGAS IPK KELOMPOK 4 (Halaman 180-193)

Dokumen terkait