• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAMINAN HARI TUA JAMINAN KEMATIANJAMINAN PENSIUN

1. Desain Program

a. Cakupan semesta untuk melindungi seluruh pekerja, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia berdasarkan prinsip asuransi sosial.

b. Penyelenggaraan program JKK bertujuan untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja.

2. Manfaat

a. Pelayanan kesehatan akibat kecelakaan kerja

y Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan medis harus memenuhi azas

kemanusiaan dan azas keadilan.

y Daftar penyakit akibat kerja dan kriteria kecelakaan kerja dapat diperluas, mencakup kasus- kasus yang terjadi di seluruh kelompok tenaga kerja.

y Manfaat pelayanan meliputi pengobatan kuratif, promotif, dan preventif, serta rehabilitatif. y Pengangkutan korban kecelakaan kerja dari tempat kejadian ke fasilitas kesehatan dan rujukan

antar fasilitas kesehatan hendaknya masuk dalam daftar manfaat pelayanan kesehatan. y Manfaat pelayanan kesehatan dalam JKK perlu diintegrasikan dengan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja. b. Santunan

Peraturan Pemerintah mengatur lebih lanjut tentang besarnya santunan, penerima santunan, dan tatacara pembayaran santunan.

KONDISI YANG AKAN DICAPAI KONDISI SEBELUM 1 JANUARI 2014

30 Kegiatan (Tabel 6.2)

• Fragmentasi penyelenggaraan program jaminan sosial (peraturan, iuran dan manfaat, tata kelola) berdasarkan jenis profesi.

• Penyelenggaraan oleh badan penyelenggara BUMN berbentuk PT (Persero) berorientasi keuntungan dan manfaat bagi pemegang saham.

• Penyelenggaraan universal: - Satu payung hukum - Prinsip ekuitas dan asuransi

sosial

- Iuran dan manfaat sama - Iuran pekerja penerima upah

% dari gaji

- Iuran pekerja bukan penerima upah nominal - Manfaat adalah manfaat

DASAR

• Penyelenggaraan oleh BPJS, badan hukum publik berbasis nirlaba, yang bertanggung jawab kepada Presiden.

3. Iuran

a. Iuran jaminan kecelakaan kerja ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja, dimana untuk pekerja penerima upah ditetapkan dalam bentuk persentase dari upah dan dibayar oleh pemberi kerja. Bagi pekerja bukan penerima upah, iuran dibayar dalam bentuk nominal rupiah oleh pekerja yang bersangkutan.

b. Besarnya iuran untuk setiap kelompok kerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

6.1.2 Konsensus yang Disepakati

Untuk mencapai sasaran yang diinginkan diperlukan sejumlah konsensus. Beberapa konsensus penting yang sudah dilakukan dan dicapai kesepakatan antara lain:

Rancangan desain program JKK SJSN akan menerapkan skema multi pilar.

• Program JKK SJSN akan memberikan manfaat dasar

• Manfaat tambahan sukarela dapat dibeli/diperoleh dari penyelenggara lain diluar BPJS sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu Rancangan Program Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN akan

mempertimbangkan sinergi dengan Program Jaminan Kesehatan Nasional

6.1.3 Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan

1. Melakukan analisis keuangan dan pemodelan sebagai dasar pertimbangan opsi desain program yang diusulkan untuk melihat dampak keuangan masing-masing opsi terhadap keberlanjutan program serta keuangannya dalam jangka pendek dan jangka panjang.

2. Koordinasi manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN dengan manfaat Jaminan Kesehatan harus dibangun dan diatur dalam Peraturan Pemerintah untuk menjamin akses Peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja SJSN terhadap pelayanan kesehatan.

3. Membangun Kantor Aktuaris Negara yang merupakan bagian dari Kementerian Keuangan dengan unit yang menangani program-program SJSN

6.2

PROGRAM JAMINAN HARI TUA (JHT)

6.2.1 Kondisi yang Akan Dicapai

UU SJSN yang berlaku saat ini tidak secara eksplisit mengubah sistem dana pensiun swasta. Bagian ini hanya akan membahas program Jaminan Hari Tua SJSN, karena program JHT Jamsostek akan ditutup dan asset dari program tersebut dialihkan ke program JHT SJSN.

1. Desain Program

Program Jaminan Hari Tua SJSN merupakan program iuran pasti, dimana manfaat sama dengan saldo rekening pada saat pembayaran. BPJS Ketenagakerjaan diperbolehkan untuk membebankan biaya ke Dana Jaminan Hari Tua SJSN untuk layanan administrasi dan investasi. Biaya-biaya tersebut dirancang hanya untuk menutupi biaya operasional dan tidak dimaksudkan untuk menghasilkan keuntungan bagi BPJS Ketenagakerjaan sebagai administrator program. Pemerintah menetapkan tingkat iuran, tingkat biaya, dan besar manfaat. Pembayaran manfaat Jaminan Hari Tua SJSN kepada peserta pada saat peserta masih bekerja dan sebelum pemutusan hubungan kerja diperbolehkan meskipun aturannya berbeda dari aturan pembayaran untuk program JHT Jamsostek.

2. Manfaat

Tujuan utama dari program Jaminan Hari Tua SJSN adalah untuk memberikan pembayaran sekaligus (lumsum) kepada pekerja pada saat mereka pensiun. Manfaat sama dengan saldo rekening dan umumnya dibayarkan pada saat pensiun, cacat tetap atau meninggal dunia. UU SJSN juga mencakup ketentuan yang memungkinkan sebagian saldo rekening dapat diambil apabila pekerja telah mengiur selama 10 tahun atau lebih.

Manfaat dari program Jaminan Hari Tua SJSN berbeda dari program JHT Jamsostek secara signifikan dalam beberapa hal.

y UU SJSN memungkinkan sebagian dari saldo rekening dibayarkan apabila telah mengiur sekurang-kurangnya selama 10 tahun, namun penjelasan undang-undang menyatakan bahwa setiap penarikan tersebut harus dimaksukkan dalam persiapan untuk pensiun.

y Manfaat adalah sama dengan saldo rekening berdasarkan hasil investasi yang sebenarnya, yang konsisten dengan praktek di sebagian besar negara di seluruh dunia. Kesimpulan ini didasarkan pada Pasal 37 ayat (2) UU SJSN yang menyatakan bahwa jumlah manfaat dari program Jaminan Hari Tua SJSN merupakan jumlah akumulasi iuran yang telah dibayarkan ditambah hasil investasi. Dalam program JHT Jamsostek saat ini, hasil investasi yang dikreditkan ke rekening masing-masing ditetapkan oleh PT. Jamsostek (Persero) setiap tahun dan tidak sama dengan hasil investasi yang sebenarnya.

3. Iuran

Tingkat iuran merupakan persentase dari gaji untuk pekerja penerima upah dan berupa nominal tetap dalam rupiah untuk pekerja bukan penerima upah.

6.2.2 Konsensus yang telah Disepakati

Untuk mencapai sasaran yang diinginkan diperlukan sejumlah konsensus. Beberapa konsensus penting yang sudah dilakukan dan dicapai kesepakatan antara lain:

Rancangan desain program Jaminan Hari Tua SJSN akan menerapkan skema multi pilar.

• Program Jaminan Hari Tua SJSN akan memberikan manfaat dasar

• Manfaat tambahan sukarela dapat dibeli/diperoleh dari penyelenggara lain diluar BPJS sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu

Iuran pekerja bukan penerima upah ke Program Jaminan Hari Tua SJSN bisa lebih besar dari pekerja penerima upah agar manfaat yang diterima dari Program Jaminan Hari Tua SJSN bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka pasca pensiun. Hal ini dipertimbangkan mengingat pekerja bukan penerima upah tidak bisa berpartisipasi dalam Program Jaminan Pensiun SJSN

Kedepannya akan dipertimbangkan konversi kepada produk anuitas sebagai alternatif pembayaran Program Jaminan Hari Tua SJSN untuk menjamin keberlanjutan pembayaran manfaat terutama untuk pekerja bukan penerima upah yang tidak berpartisipasi dalam program Jaminan Pensiun SJSN

Dilakukan harmonisasi antara program pesangon dan penghargaan masa kerja dibawah UU Ketenagakerjaan dengan Program Jaminan Pensiun SJSN dan Program Jaminan Hari Tua SJSN

Akan dibuat usulan untuk pemberian insentif pajak dari pemerintah untuk konversi manfaat Jaminan Hari Tua SJSN ke dalam produk anuitas

Rancangan Program Jaminan Hari Tua SJSN dan Jaminan Pensiun SJSN akan mempertimbangkan Manfaat Jaminan Hari Tua SJSN dan Manfaat Jaminan Pensiun SJSN sebagai satu produk yang mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memberikan penghasilan pasca pensiun

• Akan dicari keseimbangan antara Manfaat Jaminan Pensiun SJSN dan Manfaat Jaminan Hari Tua SJSN sesuai dengan kebutuhannya (pertimbangan antara manfaat Jaminan Hari Tua SJSN lumsum yang lebih besar dengan manfaat Jaminan Pensiun SJSN bulanan yang kecil atau sebaliknya)

6.2.3 Langkah-langkah yang Perlu Dilakukan

1. Melakukan analisis keuangan dan pemodelan sebagai dasar pertimbangan opsi desain