BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi dan Objek Penelitian
4.1.1 Koran Kompas
4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Koran Kompas
Ide awal penerbitan harian Kompas datang dari Jenderal Ahmad Yani yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel dan independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, Auwjong Peng Koen atau lebih dikenal dengan Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama.
Sebelum penerbitan Harian Kompas, telah ada sebelumnya harian Star Weekly dan majalah Intisari. Intisari terbit 17 Agustus 1963, seperti Star Weekly, ia hitam-putih dan telanjang, tanpa kulit muka. Ukurannya 14 x 17,5 cm dengan tebal 128 halaman, logo "Intisari"-nya sama dengan logo rubrik senama yang diasuh Ojong di Star Weekly. Edisi perdana yang dicetak 10.000 eksemplar ternyata laris manis.
Kira-kira dua tahun umur Intisari, Ojong dan Jakob menerbitkan Harian Kompas. Saat itu, hubungan antara Intisari dan Kompas mirip-mirip Star Weekly dan Keng Po. Saling membantu, berkantor sama
anti komunis yang diberangus oleh pemerintah saat Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat besar pengaruhnya di pemerintahan. Pengurus Yayasan : I.J. Kasimo (Ketua), Frans Seda (Wakil Ketua), F.C. Palaunsuka (Penulis I), Jakob Oetama (Penulis II), dan Auwjong Peng Koen (bendahara) bertemu dengan Presiden Soekarno. Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Namun, usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas sebagai media pencari fakta dari segala penjuru.
Sifat harian Kompas adalah independen, menggali sumber berita sendiri serta mengimbangi secara aktif pengaruh komunis dengan tetap berpegang pada kebenaran, kecermatan sesuai profesi dan moral pemberitaan. Sesuai sifat Auwjong yang selalu merencanakan segala sesuatunya dengan cermat, kelahiran Kompas dipersiapkan dengan matang.
Kompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi minggunya mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi tiga halaman bagian, yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, serta berita bisnis dan
83
keuangan serta bagian berita olaharaga.
Kompas sebagai sebuah media tentu memiliki visi dan misi. Kompas memiliki visi yang merupakan hal yang ingin dicapai oleh Kompas dalam keberadaannya sebagai media. Adapun visi harian Kompas yaitu “menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan bermartabat serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan”.
Misi memiliki arti yaitu merupakan langkah yang ditempuh suatu institusi atau badan dalam mencapai tujuannya. Misi Kompas adalah “mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat secara profesional sekaligus memberi arah pada perubahan (trendsetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya”.
Kompas sebagai sebuah media mengemban motto “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Motto ini merupakan hasil pilihan dan perenungan yang matang, timbul dari keprihatinan, penghargaan dari nasib hati nurani rakyat yang pada saat itu tersumbat akibat dimanipulasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Harian Kompas menganut falsafah bahwa seluruh kegiatan yang akan diambil harus didasarkan kepada nilai-nilai dasarnya dan dengan mengikuti nilai-nilai dasar tersebut berfungsi untuk memuaskan pelanggan.
Adapun nilai-nilai dasar yang dianut oleh harian Kompas, antara lain, Mengutamakan watak baik, Profesionalisme, Semangat kerja tim,
kerja– penerima proses selanjutnya) dan Tanggung jawab sosial.
4.1.1.2 Struktur Organisasi Koran Kompas
Pemimpin Umum : Jakob Oetama
Waki Pemimpin Umum : Prasetyo, St. Sularto
Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Trias Kuncahyono, Taufik H. Mihardja
Redaktur Senior : Ninok Leksono
Redaktur Pelaksana : Budiman Tanuredjo
Wakil Redaktur Pelaksana : Andi Suruji, James
Sekretaris Redaksi : Retno Bintarti, M. Nasir
Pemimpin Perusahaan : Lukas Widjaja
85
4.1.2 Koran Radar Banten
4.1.2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Koran Radar Banten
Koran Radar Banten merupakan salah satu dari tiga Koran local yang terbit di provinsi Banten. Terbit pertama kali pada tanggal 2 Juni 2000 dengan nama Harian Banten yang dikelola oleh PT Wahana Semesta Banten dan berada di bawah naungan Jawa Pos Group. Munculnya koran lokal seperti Radar Banten, adalah sebuah keniscayaan sejarah, seiring dibukanya kran kebebasan pers di Indonesia pasca runtuhnya Rezim Orde Baru, yang dimulai dengan disahkanyya UU Pokok Pers No. 40 Tahun 1999.
Fenomena munculnya Koran-koran lokal, ini juga dilandasi oleh semangan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah. Pasca kebebasan pers, tak heran Koran-koran local pun bermunculan di hamper seantero negeri, terutama dipelopori oleh industri-industri media yang telah eksis di dunia persuratkabaran tanah air. Sebut saja dengan Jawa Pos. Koran terbesar di Jawa Timur ini menjadi “raja” media dengan menerbitkan puluhan Koran lokal di berbagai daerah di Indonesia.
Kemunculan Radar Banten di provinsi ke-30 ini bersamaan dengan semangat yang menggelora dari masyarakat Banten untuk memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi sendiri.
terbit di Kota Serang (cikal bakal ibukota Provinsi Banten kala itu). Sedangkan satu koran lagi, Radar Tangerang (juga berada dibawah nmanajemen Jawa Pos Group), sekalipun berada di wilayah Banten, namun komposisi berita dan peredarannya lebih terkonsentrasi di kawasan Tangerang.
Tentu menjadi sebuah keniscayaan jika Radar Banten pada masa-masa awal terbitnya banyak mengangkat topik berita seputar perjuangan pembentukan Provinsi Banten. Berbagai peristiwa penting perjuangan masyarakat Banten hingga terealisasinya provinsi ke-30 ini berhasil direkam oleh para wartawan Radar Banten dan menjadi liputan-liputan menarik serta ditunggu masyarakat. Maka, tak heran bila nama Radar Banten langsung melekat di hati masyarakat Banten, sehingga kemudian manajemen mengambil motto Radar Banten sebagai “Koran Kebanggaan Warga Banten”.
Radar Banten dalam operasional aktivitasnya didasarkan pada visi berikut :
Visi Sosial : Tampil menjadi koran lokal yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan, serta mendorong dinamisasi dan percepatan pembangunan di Provinsi Banten.
Visi Bisnis : Radar Banten sebagai koran yang probisnis. Radar Banten harus menjadi media paling efektif bagi para pebisnis di Banten
87
maupun luar Banten dalam mengenalkan produk-produknya di masyarakat. Dengan visi ini pula Radar Banten mendorong terwujudnya masyarakat yang berjiwa entrepreneur (wirausaha).
Radar Banten dilahirkan untuk berkiprah dan berperan serta dalam pembangunan bangsa dan Negara, khususnya di Provinsi Banten. Untuk menjalankan perannya iru, Radar Banten memiliki misi Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggaan Banten, dengan penjabaran sebagai berikut, Aspirasi. Sebagai penyebar informasi, Radar Banten harus tampil menjadi koran terpercaya dan berguna bagi masyarakat, menjadi media penghubung yang baik bagi semua pihak, baik pemerintah dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, serta pihak-pihak lain. Suara Hati. Segala isi pemberitaan Radar Banten, harus mencerminkan suara hari masyarakat Banten. Karena itu, wartawan dan karyawannya dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kondisi sosial masyarakat, dan harus merasa sebagai bagian dari masyarkat Banten. Kebanggan Banten. Radar Banten sebagai salah satu koran lokal di Banten harus tampil menjadi koran kebanggan warga Banten, dengan penyajian beritanya yang akurat, tepat, dan terpercaya, serta menaati kode etik jurnalistik dan sesuai dengan Undang-undang N0. 40 tahun 1999 tentang pers.
Komisaris
Komisarin Utama : HM. Alwi Hamu Komisaris : Lukman Setiawan Direksi
Direktur Utama : Priyo Susilo Direktur : H. Suparno Pemimpin Perusahaan : Diana Yulianti Pemimpin Redaksi : Mashudi Redaktur Pelaksana : Ahmad Lutfi Sekertaris Redaksi : Merizka Achmad
89