• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran “Kompas dan Radar Banten” (Analisis Framing Robert N. EntmanPada Koran Kompas dan Radar Banten Periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran “Kompas dan Radar Banten” (Analisis Framing Robert N. EntmanPada Koran Kompas dan Radar Banten Periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia

QZ8501 oleh Koran “Kompas dan Radar Banten”

(Analisis Framing Robert N. EntmanPada Koran Kompas dan Radar Banten Periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sarat mendapatkan gelar sarjana

Oleh :

Ichsan Adil Prayogi NIM : 6662111562

KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

5

Motto

"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung

halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri

orang, merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari

kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup

terasa setelah lelah berjuang"

(Imam Syafii)

Bismillah…

Skripsi ini kupersembahkan

Kepada orang tuaku Abi dan Umi

Dengan segala hormat dan cinta serta kasih

dan dua orang adik perempuanku

Ivani dan Nisrina, Yang telah melimpahkan

begitu banyak kasih sayang

Yang luar biasa hebat menjadi sumber

(6)

Ichsan Adil Prayogi 2015. NIM 6662111562. Skripsi. Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015). Pembimbing I Mia Dwianna W, S.Sos, M.Ikom., dan Pembimbing II Darwis Sagita, S.Ikom, M.Ikom.

Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengupas dan melihat lebih dalam sejauh mana Kompas dan Radar Banten mengkontruksi realitas berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia dan membingkainya kedalam berita. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pembingkaian berita koran Kompas dan Radar Banten mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, dan seperti apa Kompas dan Radar Banten memaknai dan membingkai berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Objek penelitian ini adalah kumpulan berita tentang pesawat Air Asia pada koran Kompas dan Radar Banten yang terbit selama dua pekan dari 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015, yang seluruh beritanya berjumlah 17 berita. Peneliti menganalisis dengan menggunakan metode analisis framing Robert Entman. Peneliti menggunakan empat perangkat Entman untuk menganalisis seluruh berita yang berkaitan dengan Air Asia, empat perangkat framing yang digunakan peneliti untuk melakukan analisis, yaitu : Definisi masalah (Define Problems), Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Causes), Membuat keputusan moral (Make Moral Judgement), Menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation). Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa koran Kompas dan Radar Banten memaknai dan membingkai peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 sebagai musibah alam dan kesalahan manajerial maskapai Air Asia.

(7)

7 ABSTRACT

Prayogi Ichsan Adil NIM 6662111562. 2015. Thesis. Framing Air Plane Crash News of Air Asia QZ8501 by Kompas newspaper and Radar Banten (Framing Analysis Robert N. Entman At Kompas newspaper and Radar Banten period

December 30 Desember to January 13 2015). The First advisor isMia Dwianna

W, S. Sos, M.Ikom., And the second advisor is Darwis Sagita, S.Ikom, M.Ikom.

This research is motivated to explore and see more in the extent of the Kompas and Radar Banten construct reality news about the plane crash of Air Asia and frame it into the news. This study aims to reveal the news framing and Radar Banten Kompas newspaper about the crash of Air Asia QZ8501, and what Kompas and Radar Banten interpret and frame the news of the plane crash Air Asia QZ8501. The object of this study is a collection of news about Air Asia on the Kompas and Radar Banten newspapers published during the two weeks December 30 2014 January 13 2015, the entire news totaling 17 news. Researchers analyzed using analytical methods Robert Entman framing. Researchers use four devices

Entman to analyze all the news pertaining to Air Asia, four framing device that is used by researchers for analysis, namely : Definition of the problem (Define Problems), Estimating the source of the problem (Diagnose Causes), Making moral decisions (Make Moral Judgement), Emphasizing the completion (Treatment Recommendation). From the results research can be seen that the newspaper Kompas and Radar Banten interpret, and frame the crash of Air Asia QZ8501 as natural disasters and managerial mistakes airline Air Asia.

(8)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang

berjudul Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman Pada

Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember – 13 Januari) pada

akhirnya dapat terselesaikan.

Skripsi ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan

Komunikasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dari sebuah dokumentasi

yang berupa kumpulan berita-berita yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah

yang terdiri dari lima bab yaitu, pendahuluan, deskripsi teori, metodologi

penelitian, hasil dan pembahasan, serta penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Terselesaikannya skripsi ini tidak mungkin lepas dari kuasa Allah SWT

dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, dengan diiringi rasa syukur kepada Allah SWT pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tuaku, Abi dan Umi yang telah mengasuh dan merawatku

dari kecil hingga saat ini, semoga aku bisa membalas jasa kalian.

2. Dua orang adik perempuanku, Ivani dan Nisrina, yang selalu memberikan

(9)

9

3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

4. Ibu Neka Fitrriyah, S.Sos., M.Si selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu

Komunikasi.

5. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Ikom., M.I.Kom selaku wakil ketua Jurusan

Program Studi Ilmu Komunikasi.

6. Bapak Rangga Galura Gumelar, Dipl.Ing(FH),.M.Si, selaku Dosen

Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis selama 8 semester, terima kasih ya pak 

7. Ibu Mia Dwianna W, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing 1 yang

telah membimbing penulis dan memberikan banyak saran yang sangat

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, terima kasih ya bu 

8. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom., M.I.Kom selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu membimbing penulis dan memberikan banyak

masukan yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi ini,

terima kasih ya pak 

9. Tetehku, Yuliana Samantha yang banyak membantu dan memberi

semangat dalam mengerjakan skripsi ini, terima kasih ya teh 

10.Seluruh teman-teman kelas 4E/J Jurnalistik Ilmu Komunikasi 2011,

semoga suatu hari kita dapat tertawa bersama lagi dan merasakan

hangatnya kebersamaan selama 4 sementer.

11.Seluruh anggota Imiki Cabang Banten, Khususnya Ketua Yadi dan Bunda

(10)

Indro, Tisna dan Hana.

13.Seluruh anggota HIMAKOM kabinet Ceria, khususnya Devi Fatmawati

yang telah menjadi partner divisi jurnalistik.

14.Bang Andi Winarto yang menjadi teman seperjuangan bimbigan skripsi.

15.Para sahabat penulis, Budi Sumitra, Deden Rahmat Fauzan, Dio

Hilmansyah, dan Nurhadi, terima kasih atas waktu dan canda tawanya,

semoga kita bisa tertawa bersama lagi suatu hari nanti.

16.Para anggota KKM 56 2014 yang merupakan teman serumah, selama

sebulan penuh, Debi, Fajri, Ninis (Emak), Ari, Hanif, Bagus, Rini, Eka,

Tanti, Mpess, Kiki, Nova, Maul, terima kasih atas canda tawa,

kebersamaannya dan waktunya yang selama sebulan penuh berjuang

bersama mengabdi di desa Kadugenep kecamatan Petir 

17.Para yunior penulis, Prima, Sunjana, Udin, Fhajar, dan Ridwan. Semoga

kalian cepat lulus ya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata

sempurna, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yamg membangun. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(11)

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...15

2.1 Komunikasi Massa………...15

2.2 Konsep dan Definisi Berita………..20

2.3 Klasifikasi Berita………..22

2.3.1 Jenis-Jenis Berita……….25

2.4 Tinjauan Analisis Bingkai (frame analysis)……….29

(12)

2.7 Kerangka Pemikiran……….43

2.8 Penelitian Sebelumnya……….49

BAB III METODELOGI PENELITIAN ………..52

3.1 Metode Penelitian ………52

3.2 Fokus Penelitian………...55

3.2.1 Waktu Penelitian ...55

3.3 Objek Penelitian………...55

3.4 Unit Analisis Data ………...55

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ………58

3.5.1 Tekhnik Pengumpulan Data………....58

3.5.1.1 Dokumentasi ...59

3.5.1.1.1 Tekhnik Dokumentasi………...59

3.6 Analisis Data………60

4.1 Deskripsi dan Objek Penelitian………65

4.1.1 Koran Kompas………....65

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kompas………....65

4.1.1.2 Struktur Organisasi Koran Kompas………...68

4.1.2 Koran Radar Banten……….………...69

4.1.2.1 Sejarah Singkat Radar Banten………69

4.1.2.2 Struktur Organisasi Koran Radar Banten………...72

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan……….73

(13)

13

4.2.1.1 “Pencarian Air Asia di 13 Area”………73

4.2.1.2 Penjelasan Elemen Framing………...76

4.2.1.3 “Kekompakan Percepat Pencarian”………...78

4.2.1.4 Penjelasan Elemen Framing………...80

4.2.1.5 “Tim SAR Terjang Cuaca Buruk”……….81

4.2.1.6 Penjelasan Elemen Framing………...83

4.2.1.7 “Lumpur Hambat Pencarian Kotak Hitam”………...85

4.2.1.8 Penjelasan Elemen Framing………...87

4.2.1.9 “Pencarian Dikejar Waktu”………88

4.2.1.10 Penjelasan Elemen Framing………...91

4.2.1.11 “Semua Mata Pun Tertuju ke Pangkalan Bun”………92

4.2.1.12 Penjelasan Elemen Framing……….94

4.2.1.13 “Melayani Mereka yang Berjibaku”………95

4.2.1.14 Penjelasan Elemen Framing……….97

4.2.1.15 “Sirnanya Sekat Kebangsaan Dalam Misi Kemanusiaan”……...99

4.2.1.16 Penjelasan Elemen Framing…..……….101

4.2.1.17 “Posisi Kotak Hitam Sudah Diketahui………...102

4.2.1.18 Penjelasan Elemen Framing………...103

4.2.2 Analisis Framing Pemberitaan Koran Radar Banten……….105

4.2.2.1 “Pesawat Masih Misterius”………..105

4.2.2.2 Penjelasan Elemen Framing……….107

4.2.2.3 “Siapkan 161 Peti Jenazah”……….109

4.2.2.4 Penjelasan Elemen Framing……….111

(14)

4.2.2.7 “Tiga Jenazah Terlilit Sabuk Pengaman”………116

4.2.2.8 Penjelasan Elemen Framing………....…….118

4.2.2.9 “Hanyut Hingga Perairan Banjarmasin”………..119

4.2.2.10 Penjelasan Elemen Framing………...121

4.2.2.11 “Black Box Air Asia Ditemukan”………..123

4.2.2.12 Penjelasan Elemen Framing………...125

4.2.2.13 “Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box”………...126

4.2.2.14 Penjelasan Elemen Framing………...128

4.2.2.15 “Seminggu Untuk Membaca Black Box”………...129

4.2.2.16 Penjelasan Elemen Framing………...131

4.3 Pembahasan………....133

4.3.1 Frame Koran Kompas : “Musibah Alam”………..133

4.3.2 Frame Koran Radar Banten : “Cuaca Buruk dan Kesalahan Manajerial”………...138

4.4 Perbandingan Frame Kompas dan Radar Banten………...142

4.4.1 Penjelasan Perbedaan Frame Antara Kompas dan Radar Banten……..142

BAB V PENUTUP………...145

5.1 Kesimpulan………...145

5.2 Saran………...146

Daftar Pustaka………..148

Lampiran………...150

(15)

15

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penjelasang Kerangka Framing Entman………....39

Tabel 2.2 Aspek Perbandingan....………...49

Tabel 3.1 Judul Berita Kompas………..57

Tabel 3.2 Judul Berita Radar Banten………..58

Tabel 3.3 Contoh Tabel Analisis………....61

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian………64

Tabel 4.1 Hasil Analisis Koran………..73

Tabel 4.2 Hasil Analisis Koran………..78

Tabel 4.3 Hasil Analisis Koran………..81

Tabel 4.4 Hasil Analisis Koran………..85

Tabel 4.5 Hasil Analisis Koran………..88

Tabel 4.6 Hasil Analisis Koran……….92

Tabel 4.7 Hasil Analisis Koran………..95

Tabel 4.8 Hasil Analisis Koran………..99

Tabel 4.9 Hasil Analisis Koran………....102

Tabel 4.10 Hasil Analisis Koran………..105

Tabel 4.11 Hasil Analisis Koran………..109

Tabel 4.12 Hasil Analisis Koran………..112

Tabel 4.13 Hasil Analisis Koran………..116

Tabel 4.14 Hasil Analisis Koran………..119

Tabel 4.15 Hasil Analisis Koran ……….123

Tabel 4.16 Hasil Analisis Koran………..126

Tabel 4.17 Hasil Analisis Koran………..…129

(16)
(17)

17

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Ditinjau dari ilmu komunikasi, fenomena pembingkaian berita pada

sebuah media merupakan hal yang penting, mengingat sebuah berita akan

dibangun dari sebuah fakta atau peristiwa, dengan bagaimana wartawan dan

media tersebut membingkai beritanya. Bagaimana wartawan dan media tempat

wartaran bekerja melihat sebuah fakta atau peristiwa, dengan membingkainya

mereka akan menampilkan berita akan menjadi sepeti apa dan bagaimana ketika

ditampilkan kepada khalayak.

Ketika ada dua media yang mengemas bingkai berita yang berbeda, dan

menampilkan sudut pandang yang tentunya akan berbeda pula dalam

menampilkan konteks pemberitaan yang berbeda pula kepada khalayak. Sebagai

contoh, berita tentang kecelakaan pesawat. Ketika ada sebuah kecelakaan pesawat

yang menelan korban jiwa yang banyak, maka media-media di Indonesia

(termasuk media cetak) akan dengan serentak mengangkat peristiwa tersebut,

namun head line yang ditampilkan setiap media akan berbeda-beda. Perbedaan

head line berita terjadi karena setiap media memiliki bingkai berita yang tidak

(18)

berita ini akan menampilkan penulisan berita yang berbeda ketika ditampilkan

kepada khalayak.

Sisi mana yang dianggap penting dan perlu untuk ditampilkan kepada

khalayak dan sisi mana yang dianggap tidak penting sehingga tidak perlu

ditampilkan kepada khalayak, ini semua dipengaruhi oleh bagaimana suatu media

menyusun beritanya. Ketika peristiwa kecelakaan pesawat terjadi, suatu media

cenderung akan memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menampilkan

beritanya kepada khalayak. Ada media yang mengangkat head line yang

memberikan intisari isi berita, bahwakecelakaan pesawat ini murni akibat cuaca

yang buruk.

Ada juga media yang mengangkat bahwa ini merupakan kesalahan dari

pihak maskapai penerbangan yang memiliki manajemen yang buruk dalam

mengatur jadwal peberbangan dan tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya

cuaca buruk, sehingga kecelakaan ini bisa terjadi. Perbedaan ini bisa dapat terlihat

dari bagaimana Kompas dan Radar Banten dalam memberitakan kecelakaan

pesawat Air Asia QZ8501. Mengapa kedua koran ini dapat memberitakan konteks

yang berbeda mengenai kecelakaan pesawat Air Asia?

Tentunya peneliti mengasumsikan dari bagaimana kedua media ini

membingkai berita tersebut disebabkan pembingkaian yang dipengaruhi oleh visi,

misi dan ideologi pada setiap medai. Fenomena pembingkain pemberitaan ini juga

yang membuat sebuah berita layak untuk dijual atau tidak. Bagaimana media

mengemasnya dan memberikannya kepada khalayak, tentu akan dipengaruh oleh

(19)

beritanya, jika berkaitan dengan hajat hidup orang banyak maka berita tersebut

akan layak untuk dijual.

Media tidak bisa memungkiri bahwa keuntungan dari berita yang

diangkatnya akan menjadi eksistensi media tersebut untuk bertahan dan tetap

menjadi kepercayaan khalayak dalam mengakses berita. Kebutuhan khalayak

terhadap berita akan menjadi keberlangsungan apakah sebuah media mampu

bertahan atau tidak. Media berskala nasional seperti Kompas tentu memiliki

tampilan yang berbeda dalam menampilkan pemberitaan kepada khalayak dengan

media lokal seperti Radar Banten.

Visi, misi dan ideologi masing-masing media akan mempengaruhi

bagaimana media tersebut menampilkan beritanya kepada khalayak. Kompas yang

mempunyai tag line “amanat hari nurani rakyat” akan menampilkan pemberitaan

yang berbeda mengenai kecelakaan pesawat air asia dengan apa yang ditampilkan

Radar Banten. Pemberitaan media yang bermacam-macam dalam menanggapi

sebuah kejadian dan peristiwa ini antara lain dipengaruhi oleh ideologi, visi, dan

misi yang dianut dan dipegang oleh media tersebut.

Ketiga hal inilah yang menjadi pembeda suatu media dengan media lain

dalam membingkai sebuah berita dan kemudian menampilkannya kepada

khalayak. Untuk melihat bagaimana perbedaan satu media dengan media lain

dalam memaknai kejadian dan peristiwa serta mengkontruksi menjadi sebuah

berita, perlu dilakukan analisis teks media pada berita atau pemberitaan yang

(20)

Melalui analisis bingkai (frame analysis) yang secara sederhana dapat

menggambarkan sebuah realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja)

dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses kontruksi.

Analisis framing (frame anaylsis) termasuk kedalam paradigma kontruksionis.

Paradigma ini mempunyai pandangan tersendiri terhadap sebuah media dan teks

berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 15: 2000). Disini realitas sosial dipahami

dan dikontruksi dengan makna tertentu oleh media, kejadian dan peristiwa dapat

dimaknai dengan bentukan tertentu.

Fakta dari sebuah kejadian atau peristiwa adalah hasil dari sebuah

kontruksi. Menurut kaum kontruksionis tidak ada realitas yang bersifat objektif,

realitas itu pastilah bersifat subjektif, mengapa demikian, karena tidak lain realitas

dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Pandangan wartawan terhadap sebuah

peristiwa akan melebur ketika media tempat dimana ia bekerja mempunyai sisi

lain yang lebih ditonjolkan sesuai kebutuhan khalayak medianya.

Media tempat wartawan bekerja akan “berusaha” mengambil sisi

independen dan objektif dari hasil liputan yang wartawan lakukan. Perlu kita

ketahui tidak ada wartawan yang sepenuhnya independen dan objektif ketika

menulis sebuah peristiwa kedalam berita, karena sisi subjektif wartawan pasti

akan ikut terbawa pada hasil tulisan yang dibuatnya. Realitas tercipta lewat

kontruksi, melainkan melalui sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak

ada realitas yang besrsifat objektif, karena realitas itu tercipta oleh kontruksi dan

pandangan tertentu (Eriyanto, 22: 2012). Realitas bisa saja berbeda-beda,

(21)

Wartawan mempunyai pandangan berbeda dengan media yang

mengkontruksi wartawan. beritanya. Pandangan wartawan dan bingkai media ini

akan dengan sendirinya melebur menjadi satu ketika sudah menjadi berita yang

akan ditampilkan kepada khalayak.

Maka dalam pandangan kontruksionis tidak ada realitas yang tercipta

melalui sisi objektif, karena realitas dapat tercipta melalui bagaimana wartawan

melihat sebuah peristiwa dengan sudut pandangnya. Bagaimana wartawan melihat

sebuah peristiwa dan mengangkatnya kedalam tulisan dan menghasilkan berita,

itulah yang menjadi realitas dalam pandangan kontruksionis. Apa yang wartawan

kontruksi dan pahami dalam sebuah peristiwa itulah yang menjadi fakta.

Fakta atau realita dibentuk oleh kontruksi beritanya melalui pandangan

wartawan, yang berarti padangannya bersifat internal. Secara harfiah pandangan

kontruksionis berpendapat fakta merupakan kontruksi atas realitas, kebenaran

suatu fakta bersifat relatif, berlaku sampai konteks tertentu. Semua elemen

tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana

peristiwa dimaknai dan ditampilkan.

Dari paradigma kontruksionis ini nanti bisa dilihat bagaimana media

membingkai beritanya. Analisi framinglah yang akan mengantarkan bagaimana

media membingkai media dan menyampaikannya kepada khalayak. Dengan

menganalisis beberapa berita pada sebuah media dengan priode waktu yang sudah

ditentukan, maka akan nampak bingkai berita dari suatu media tentang sebuah

(22)

Misalnya, musibah kecelakaan pesawat Air Asia bisa saja dipahami dan

dimaknai sebagai sebuah kecelakaan murni yang harus dimaklumi akibat cuaca

yang buruk. Hampir sebagian besar media yang ada di Indonesia, khsusnya media

elektronik seperti televisi menekankan bahwa awan coloumbus adalah menjadi

penyebab utama kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Ilustrasi yang diekspose

“apa kabar Indonesia” di TV One pada 5 Januari 2015 pukul 06.00 WIB,

memperlihatkan bagaimana awan columbus yang semula tidak ada, tiba-tiba

muncul yang akhirnya membuat pesawat air asia hilang dari pantauan radar

selama beberapa hari, hingga kemudian diketahui mengalami kecelakaan.

Pemberitaan media yang paling sering dan sama dari waktu ke waktu yang

akan lebih mudah diingat oleh rakyat Indonesia. Walaupun terdapat beberapa

indikasi setiap media berbeda dalam menampilkan konteks kecelakaan pesawat

air asia, pembingkaian dari media dengan tampilan berita yang sama dan

terus-terusan akan lebih mengena dan lebih mudah diingat oleh rakyat Indonesia

mengenai kecelakaan pesawat ini.

Hingga pada akhirnya indikasi-indikasi dari berbagai media mengenai

penyebab akan mengkerucut menjadi satu. Setelah mengkerucut, akan dengan

sendirinya terbentuk sebuah kesimpulan tentang kecelakaan pesawat bertipe

ZQ8501 ini, dan kesimpulan itu akan dengan mudah diterima dan dikenang dalam

benak rakyat Indonesia, dan hanya kesimpulan itu saja yang akan disepakati

menjadi penyebab utama kecelakan pesawat bertipe QZ8501 ini.

Perbedaaan media dalam menampilkan pemberitaan kepada khalayak ini

(23)

cara apa realitas itu ditiadakan dan ditampilkan, hal inilah yang menjadi pusat

perhatian dari analisis bingkai (frame analysis). Praktisnya, analisis ini digunakan

untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan bahkan

dipaksakan oleh media.

Penonjolan atau pemaksaan aspek tertentu dari realitas tersebut haruslah

dicermati dan ditelaah lebih jauh. Ini karena penekanan dan pemaksaan aspek

tertentu dari realitas tersebut akan membuat hanya bagian tertentu saja yang lebih

bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.

Sedangkan aspek yang tidak perlu untuk ditampilkan kepada khalayak akan lebih

mudah untuk dihilangkan dan dilupakan sehingga hanya menjadi spekulasi sesaat

yang tidak bermakna apa-apa bagi khalayak. Sepertinya, penonjolan dan

pemaksaan aspek ini tentu akan diikuti oleh akibat lain, kita kemudian akan

melupakan aspek lain yang bisa jadi jauh lebih berarti dan berguna dalam

menggambarkan fakta yang ada.

Bingkai pemberitaan kecelakaan pesawat air asia dalam media elektronik

maupun cetak di Indonesia, rata-rata memperlihatkan sebuah penonjolan aspek

“keperihatinan” akan “musibah air asia” dipenghujung 2014. Aspek

“keperihatinan” dan “musibah air asia” ini bisa dilihat pada Kompas TV diacara

“Kompas Pagi” periode 30 Desember mengedepankan aksi “kepedulian” Presiden

Joko Widodo dalam memantau upaya pencarian langsung tim Basarnas dan TNI

melalui jalur udara.

“Kompas pagi” juga membahas isi berita Koran Kompas pada tanggal

(24)

narasumbernya. Kebanyakan televisi-televisi nasional juga melakukan hal yang

hampir serupa dengan melakukan wawancara langsung dengan keluarga korban.

Bahkan Metro TV di “Metro Malam” pada 12 Januari 2015, memperlihatkan

“drama” penyelamatan salah satu korban oleh Basarnas kepada keluarga korban

ketika sedang diwawancara.

Ada tiga pertanyaan yang hampir sama dan seolah menjadi kesepakatan

bersama para media elektronik di Indonesia dalam mewawancari keluarga korban

pesawat air asia. Apakah sebelumnya ada firasat. Bagaimana perasaan bapak/ibu

sekarang. Bagaimana hubungan korban dengan para tetangga, baik. Tiga

pertanyaan ini seolah memperlihatkan rasa iba dan keprihatinan media mengenai

peristiwa kecelakaan Air Asia. Media-media televisi Indonesia memperlihatkan

dan memberikan kesimpulan kepada khalayak bahwa kecelakaan ini merupakan

musibah akhir tahun yang harus diterima dengan legowo dan lapang dada.

Bingkai pemberitaan ini tentu sangat berbeda dengan media internasional

seperti CNN yang mengemukakan tiga pertanyaan yang sangat berbeda, yaitu

“seperti apa langkah-langkan evakuasi yang ideal” “Kenapa hanya sedikit jenazah

para korban yang ditemukan” “Apakah korban perlu mengajukan tuntutan

hukum”. Perbandingan media-media televisi di Indonesia dengan CNN

memperlihatkan bagaimana sebuah aspek yang ditonjolkan dan dikesampingkan.

Media-media televisi di Indonesia menonjolkan aspek “keprihatian” tentang

kecelakaan pesawat tipe QZ8501 ini. Sedangkan CNN menonjolkan aspek

(25)

Satu hal yang pasti menjadi dasar mengapa media-media televisi nasional

dan CNN bisa berbeda dalam menonjolkan aspek mengenai kecelakaan air asia,

yaitu karena keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda dalam membingkai

berita atas fakta yang dipahami mengenai kecelakaan air asia. Lantas, bagaimana

dengan media cetak seperti koran membingkai pemberitaan kecelakaan air asia.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana media membingkai sebuah

fakta kedalam sebuah tulisan seperti berita, apakah dalam berita itu ada bagian

yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang selalu diajukan pada paradigma penelitian analisis

bingkai (frame analysis) ini tentu saja menggeser paradigma dalam penelitian

analisis isi kuantitatif (content analysis).

Dalam analisis ini isi kuantitatif, pertanyaan yang sering diajukan, seperti,

apa saja yang diberitakan oleh media dalam peristiwa kecelakaan pesawat Air

Asia. Tetapi dalam analisis bingkai (frame analysis), yang ditekankan adalah

bagaimana peristiwa kecelakaan pesawat ini dibingkai? sisi mana yang ditekankan

(cenderung dipaksakan) dan sisi mana yang dilupakan? (cenderung sengaja

dihilangkan).

Bukan maksud penulis ingin mengekerdilkan Analisi Isi Kuantitatif

(content analysis), dan menunjukkan keunggulan analisis bingkai (frame

analysis), tapi ini yang menjadi alasan kenapa penulis lebih cenderung

menggunakan analisis bingkai (Frame Analysis), karena penulis lebih ingin

(26)

Banten mengkontruksi realitas berita mengenasi kecelakaan pesawat Air Asia dan

membingkainya kedalam sebuah berita.

Alasan kenapa penulis memilih kedua media untuk di analisa, karena

kedua media cetak ini yaitu Kompas dan Radar Banten memiliki isi pemberitaan

yang sedikit berbeda satu sama lain mengenai kecelakaan air asia. Kompas lebih

sering membuat berita yang mengatasnamakan musibah mengenai peristiwa air

asia. Tulisan besar berwarna putih berlatar merah “Musibah air asia” sering

muncul ditengah tulisan berita yang diangkat Kompas mengenai kecelakaan

pesawat ini.

Selain itu, Kompas dan Radar Banten merupakan media nasional dan lokal

yang cukup aktif dalam memberitakan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501.

Kompas sebagai media cetak berskala nasional yang sudah berumur 50 tahun

dalam industri media cetak di Indonesia, dan Radar Banten sebagai media lokal

terkemuka di Banten, tentu memiliki sudut pandang masing-masing dalam

membingkai pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Asumsi, ada

aspek yang ditonjolkan cenderung dipaksakan dan dikesampingkan, ini bisa

dijawab dengan analisis framing. Aspek apa yang cenderung dihilangkan oleh

Kompas selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 – 13Januari

2015) mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, hingga koran yang

memiliki Tag Line “Amanat Hati Nurani Rakyat,” menghasilkan frekuensi dua

hingga tiga berita khusus untuk membahas kecelakaan pesawat bertipe QZ8501

ini pada halaman pertama, yang diterbitkan setiap harinya selama kurun waktu

(27)

Begitu pula dengan Radar Banten. Media lokal di Banten ini cukup aktif

dalam mengabarkan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Tercatat, selama dua

pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 - 13 Januari 2015) Radar Banten

sering menempatkan kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini sebagai headline

beritanya. Koran yang memiliki Tag Line “Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggan

Banten,” ini rata-rata dua kali menampilkan berita mengenai kecelakaan pesawat

Air Asia QZ8501 pada halaman pertamanya.

Aspek apa saja yang ditonjolkan bahkan cenderung dipaksakan dan aspek

apa yang dikesampingkan bahkan cenderung dihilangkan oleh Radar Banten

selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 – 13Januaru 2015)

mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, hingga menghasilkan dua berita

pada halaman pertama, selama empat belas hari.

Lalu, Adakah pebedaan mencolok yang ditampilkan kedua media ini

dalam membingkai pemberitaan dan menampilkan berita kepada khalayak

mengenai kecelakaan pesawat air asia QZ8501. Bertolak dari latar belakang

masalah diatas maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul Pembingkain

Berita Pesawat Air Asia pada Koran “Kompas dan Radar Banten” (Analisis Framing Robert N. Entman oleh Koran Kompasdan Radar Banten periode

(28)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air

Asia QZ801 pada Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis

Framing Robert N. Entman pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015).”

1.3 Identifikasi Masalah

Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana Define Problems (Pendefinisian masalah)

pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang

ditampilkan Koran Kompas dan Radar Banten?

2. Bagaimana Diagnose Causes (Memperkirakan sumber

masalah) pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia

QZ8501yang disusun Koran Kompas dan Radar Banten?

3. Bagaimana Make Moral Judgement (membuat keputusan

moral) berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang

(29)

4. Bagaimana Treatment Recommendation (menekankan

penyelesaian) dalam berita kecelakaan pesawat Air Asia

QZ8501yang ditawarkan Koran Kompas dan Radar Banten

kepada pembaca?

5. Bagaimana perbedaan pembingkain berita kecelakaan pesawat

Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten?

1.4 Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah, rumusan dan identifikasi masalah

yang telah dijelaskan penulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan pendefinisian masalah (define problems) dalam

pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501,

2. Menjelaskan sumber masalah (diagnose causes), pemberitaan

kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501,

3. Menjelaskan keputusan moral (make moral judgement) pemberitaan

kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501,

4. Menjelaskan penekanan penyelesaian (treatment recomendation)

pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang ditampilkan

Koran Kompas dan Koran Radar Banten dan,

5. Menjelaskan perbedaan antara kedua media tersebut dalam

membingkai kecelakaan pesawat Air Asia ini, itulah yang menjadi

(30)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

1. Untuk peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kegunaan pengetahuan bagi penulis dalam kajian Ilmu Komunikasi,

khususnya pendekatan Frame Analysis (Analisis Bingkai).

2. Untuk Universitas, Fakultas FISIP dan Jurusan Ilmu Komunikasi,

hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan untuk

memperkenalkan paradigma penelitian yang cenderung “masih baru”

bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi, dan memberikan pengetahuan

kepada mahasiswanya dalam mempelajari ilmu komunikasi

khususnya konsentrasi junalistik.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti

selanjutnya sehingga dapat membantu perkembangan dalam bidang

Ilmu Komunikasi Khususnya Mahasiswa konsentrasi Jurnalistik

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Komunikasi Massa

Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan

dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi

melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi

media massa (mass media communication). Media massa dalam

cakupan pengertian komunikasi massa itu adalah surat kabar (koran),

majalah, radio, dan televisi. Menurut Onong Uchjana Effendy

(2006:22), ciri lain dari komunikasi massa terdapat lima unsur,

diantaranya : Pertama, Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah

(One way Traffic). Adanya ruang dan waktu yang memposisikan

komunikator untuk tidak bisa menerima respon langsung atau tertunda

dari komunikan. Oleh karena itu, umumnya komunikator pada

komunikasi massa senantiasa melakukan persiapan guna mencapai

proses komunikasi yang efektif. Artinya sekali pesan itu disampaikan

maka tidak ada proses langsung untuk memperbaiki pesan yang sudah

disampikannya itu. Dengan demikian pesan komunikasi selain harus

jelas dapat dibaca jika salurannya media cetak, dan dapat didengar bisa

(32)

tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikasi yang menjadi

sasaran komunikasi.

Kedua, Komunikasi pada Media Massa lebih Melembaga. Pada

proses kegiatan komunikasi massa seorang komunikator tidak

memiliki kebebasan individual untuk menyebarluaskan pesan

komunikasinya. Seorang komunikator tidak bisa bertindak atas nama

diri sendiri. Sebagai konsekuesnsi dari sifat komunikator yang

melembaga itu, maka perannya dalam proses komunikasi ditunjang

oleh orang lain, kemunculannya dalam media kominimasi “tidak

sendirian”, melainkan bersama orang lain. Tulisan seorang wartawan

surat kabar, misalnya tidak mungkin dapat dibaca khayalak, apabila

tidak didukung oleh pekerjaan Redaktur Pelaksana, Layouter, dan

Editor.

Ketiga, Pesan Komunikasi Massa Bersifat Umum. Pesan yang

disampaikan pada proses komunikasi massa bersifat umum (public),

pesan itu mahir untuk semua golongan. Apabila pesan itu muncul

untuk satu kepentingan atau golongan saja, maka proses penyebaran

pesan daam kegiatan komunikasi seperti itu tidak bisa dikatakan

sebagai bentuk komunikasi massa.

Keempat, Media yang Digunakannya Menimbulkan

Keserempakan. Pada unsur keempat ini komunikasi massa bersifat

(33)

33

yang disebarluaskan itu. Misalnya, pengumuman pemerintah tentang

kenaikan bahan bakar minyak atau kenaikan tarif dasar listrik yang

disiarkan melalui televisi, maka saat itu pula serentak seluruh khalayak

dalam jangkauan frekuensi televisi itu dapat menerima pesan yang

disebarulaskan.

Kelima, Komunikan pada Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Karena salah satu cirinya bersifat umum, maka khalayak yang

menerima pesan itupun akan beragam. Sifat pesan yang disebarkan

secara serantak itu, membuat khalayak yang menerima pesan itu pun

beranekaragam (heterogen). Dalam keberadaannya seara

terpencar-pencar, diaman satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak terdapat

kontak, masing-masing berbeda dalam berbagai hal. Heterogenitas

khalayak yang seperti itulah menjadi kesulitan untuk komunikator

dalam menebarkan pesannya melalui media massa, karena setiap

individu dan khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi.

Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak

mungkin untuk memenuhinya. Satu-satunya cara untuk mendekati

keinginan khalayak terpenuhi ialah dengan mengelompokkan menurut

jenis kelamin, usia, pekerjaan, kebudayaan, kesenangan (hobi), dan

lain-lain.

Definisi komunikasi massa menurut peneliti komunikasi yaitu

(34)

mengemukakan bahwa suatu pola komunikasi bisa didefinisikan

sebagai komunikasi massa jika mencakup lima hal. Pertama,

Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern

untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada

khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media

modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau

gabungan diantra media tersebut.

Kedua, Komunikator dalam komunikasi massa dalam

menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian

dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama

lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang

membedakan pula dengan jenis komunikasi massa yang lain. Bahkan

pengiriman dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain,

Isi pesan pada komunikasi massa harus milik publik. Artinya bahwa

pesan ini bisa didapatkan, diterima dan menyangkut kepentingan publik

pada umumnya, karena itu diartikan milik publik.

Ketiga, Sebagai sumber, komunikator media massa biasanya

organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan

kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga.

Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan

(35)

35

Keempat, Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis

informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan

dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum

disiarkan oleh media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar

pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah

individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan

dalam mebatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah

seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain

dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.

Kelima, Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.

Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung.

Misalnya, dalam komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini

umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan

lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang

bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang

luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis

komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu.

Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada

waktu yang tak terbatas.

Dari pengertian komunikasi massa diatas menurut dua referensi

buku, maka penulis mendefinisikan bahwa komunikasi massa adalah

(36)

televisi, radio) dan bersifat satu arah yang ditujukan kepada khalayak

luas. Keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi

lain ialah komunikasi massa mampu mengatasi hambatan ruang dan

waktu. Salah satu ciri dari komunikasi masa adalah pesan yang

disampaikan merupakan pesan yang mengandung kebutuhan dan

kepentingan publik, seperti berita. Berita juga merupakan hasil dari

komunikasi massa, maka penulis akan menjelaskan apa itu berita, dan

apa hubungannya dengan penelitian ini.

2.2Konsep dan Definisi Berita

Berita adalah sebuah informasi yang penting untuk dan menarik

perhatiaan serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M.

Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini,

kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi yang penting, masih baru

dan harus secepatnya disampaikan kepada khalyak (Erol Jonathan

dalam Mirza, 2006:68-69) pada Sumadiria (2008: 64).

Doug Newsom dan James A. Woller dalam Media Writing : News

for the Mass Media (1985: 11) dalam Sumadiria (2008: 64)

mengemukakan, dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang

ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.

Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi

(37)

37

Definisi lain yang dikumpulkan oleh Assegaf (1983:23-24) pada

Sumadiria (2008: 64) diharapkan bisa memberikan pengertian dan

pemahaman yang lebih luas lagi kepada kita mengenai berita. Dean M.

Lyle Spencer misalnya, dalam News Writing menyatakan, berita adalah

suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik sebagian

besar pembaca. Michael V. Charnley dalam Reporting (1965) dalam

Sumadiria (2008: 64) menegaskan, berita adalah laporan tercepat

mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau

kedua-duanya bagi sejumlah besar penduduk.

Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing pada

Sumadiria (2008:64) menulis, berita adalah sesuatu yang termasa dan

dipilih oleh wartawan dan dimuat oleh surat kabar, karena dia menarik

minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena

dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.

William S. Maulsby dalam Getting the News pada Sumadiria

(2008:64) menegaskan, berita bisa didefinisikan sebagai suatu secara

benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting

dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat

kabar yang memuat berita tersebut.

Dalam definisi jurnalistik, seperti dikutip Assegaf (1984:54)

dikatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa,

yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat

(38)

penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi

human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan.

Sedangkan menurut Sumadiria (2008:65), Berita adalah laporan

tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan

penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti

surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet.Dari beberapa

definisi berita diatas penulis mendefinisikan bahwa berita adalah

sebuah laporan cepat kejadian yang disampaikan oleh wartawan

mengenai fakta yang menarik, penting dan perlu untuk diketahui oleh

khalayak luas.

Berita dapat disalurkan melalui media massa cetak dan elektronik

seperti surat kabar, radio, televisi dan media on line seperti internet.

Tak ada media tanpa berita seperti halnya tak ada berita tanpa media.

Berita tampil sebagai kebutuhan masyarakat di seluruh dunia.

Penelitian ini menganalisis pemberitaan tentang kecelakaan pesawat,

maka penulis akan mengklasifikasikan kategori-kategori berita, agar

bisa dilihat kecelakaan pesawat itu masuk dalam kategori berita apa.

2.3Klasisfikasi Berita

Berita dapat dikalsifikasikan kedalam dua kategori yaitu berita

berat Hard News dan berita ringan Soft News. Hard News adalah

(39)

39

menyita perhatian seperti bencana alam, kebakaran, kecelakaan,

kerusuhan dan pembunuhan. Soft News adalah berita yang merujuk

pada peristiwa yang lebih bertumpu pada pada unsur-unsur

ketertarikan manusiawi (human interest), seperti pesta pernikahan

bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di

kalangan remaja.

Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi

peristiwanya, ditempat terbuka (outdoor news) danditempat tertutup

(indoor news). Berita tentang sidang kabinet, seminar,

pengadilanberlangsung ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya

masuk kategori berita ringan (soft news). Disebut ringan karena berita

tersebut tidak sampai menggucangkan perhatian serta tidak

menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat. Berita tentang

bencana alam, kerusuhan, peperangan terjadi ditempat terbuka. Berita

jenis ini umumnya masuk kategori berita (hard news).

Tentu saja, tidak setiap berita yang terjadi ditempat terbuka

termasuk hard news. Banyak sekali berita yang terjadi di tempat

terbuka masuk kategori soft news. Begitu pula, tidak sedikit peristiwa

yang terjadi di ditempat tertutup digolongkan hard news seperti

pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, penyanderaan. Singkat kata,

hard news atau soft news hanya menunjuk pada kualitas berita, dan

bukan pada lokasi berita.Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa

(40)

adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya,

seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.

Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news.

Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita.

(news engineering). Proses penciptaan atau perekayasaan berita itu

dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat redaksi,

diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pemimpin

redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam interaksi

dan konfirmasi di lapangan. Semuanya melalui prosedur manajemen

peliputan yang baku, jelas, terstruktur, dan terukur.Berita tak terduga

adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak

diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung perkantoran

terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak

sekolah disandera, atau terjadi ledakan bom dipusat keramaian.

Selebihnya, berita juga bisa dilihat menurut materi isinya yang

beraneka ragam.Menurut Sumadiria (2008: 67) berita dapat

dikelompokan kedalam menjadi berita penyataan pendapat, ide atau

gagasan (talking news), berita ekonomi (economic news), berita

keuangan (financial news), berita politik (political news), berita sosial

kemasyarakatan (social news), berita pendidikan (education news),

berita hukum dan keadilan (law and justice news), berita olah raga

(sport news), berita kriminal (crime news), berita bencana strategi

(41)

41

(scientifict news), berita hiburan (entertainment news), dan berita

tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human

interest news).

Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita, sangat

penting bagi setiap reporter, editor, dan bahkan para perencana dan

konsultan media (media planner) sebagai salah satu pijakan dasar

dalam proses perencanaan (planning), peliputan (getting), penulisan

(writing), dan pelaporan serta pemuatan, penyiaran, atau penayangan

berita (reporting andpublishing). Pada akhirnya, tahapan-tahapan

pekerjaan jurnalisitik itu sangat diperlukan dalam kerangka

pembentukan, penetapan dan pengembangan manajemen media massa

(mass media management) secara profesional dan visioner.

Berdasarkan penjelasan berita diatas, maka pemberitaan kecelakaan

pesawat air asia yang penulis teliti termasuk kedalam straight news

(berita langsung) dan jika dikaitkan beritanya termasuk kedalam berita

sosial kemasyarakatan (social news) dan berita bencana.

2.3.1 Jenis-jenis Berita

Menurut Sumadiria (2008: 68), berita dikelompokan kedalam tiga

kelompok yaitu, elementary, intermediate, dan advance. Berita

elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita

(42)

news report). Berita intermediate ,eliputi pelaporan berita interpretatif

(interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature

story report). Sedangkan kelompok advence menunjuk pada pelaoran

mendalam (depth reporting), pelaporan penyidikan (investigative

reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).

Berikut adalah definisi serta perbedaan dari delapan jenis-jenis

berita yang disebutkan diatas pada Sumadiria (2008: 69), Pertama,

Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu

peristiwa. Berita memiliki nilai peyajian objektif tentang fakta-fakta

yang dapat dibuktikan. Berita jenis ini dengan unsur-unsur

5W+1H.Kedua, Depth news report merupakan laporan yang sedikit

berbeda dengan straight news report. Jenis laporan ini memerlukan

pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata

masih tetap besar

Ketiga, Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta

yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita

menyeluruh merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan

yang terdapat dalam berita langsung (straight news). Berita

menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu

dalam suatu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya

(43)

43

Keempat, Interpretative report lebih dari sekedar staight news dan

depth news. Berita intepretatif biasanya memfokuskan sebuah isu,

masalah, atau peristiwa-peritiwa kontroversial. Laporan interpretatif

biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Intinya

interpretatif bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa

tersebut.

Kelima, Feature story berbeda dengan straight news, depth news

atau interpretative news. Dalam laporan-laporan berita tersebut,

reporter menyajikan informasi yang penting untuk para pembacanya.

Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading

experience) yang lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan

humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.

Keenam, Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat

mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal

atau aktual. Pelaporan mendalam dalam tradisi pers indonesia sering

disajikan dalam rubrik khusus seperti laporan utama, bahasan utama,

fokus. Pelaporan mendalam ditulis dengan beberapa judul untuk

menghindari kejenuhan pembaca.

Ketujuh, Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh

berbeda laporan interpretatif. Namun, dalam laporan investigatif, para

(44)

tersebunyi demi tujuan. Pelaksanaanya sering ilegal dan tidak tidak

etis.

Kedelapan, Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang

diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta

dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi

pendapat umum. Para penulis editorial bukan bekerja untuk dirinya

sendiri, melainkan untuk surat kabar dan majalah. Seperti halnya

petugas informasi, penulis editorial mungkin akan diberi intruksi

sebelum menulis.

Dari delapan jenis beria diatas penulis mendefinisikan bahwa

setiap penulisan berita memiliki karateristik dan tipenya

masing-masing. Itulah yang membuatnya berbeda satu sama lain ketika

pengguna media membaca berita di surat kabar, majalah atau

produk-produk jurnalistik lainnya. Akan ada rubrik-rubrik yang tersedia di

koran atau majalah yang nantinya akan mengelompokkan jenis-jenis

berita yang ditampilkan.

Adapun berita tentang kecelakaan pesawat air asia QZ8501 yang

penulis teliti di dua media yaitu Kompas dan Radar Banten termasuk

kedalam jenis berita comprehensive news, kenapa? Karena kedua

media yang penulis teliti memberitakan kecelakaan pesawat ini dengan

(45)

45

hampir selama priode tersebut Kompas dan Radar Banten mengisi

halaman pertamanya dengan berita mengenai kecelakaan air asia.

2.4Tinjauan Analisis Bingkai (frame analysis)

Analisis framing adalah sebuah metode yang dilakukan untuk

melihat bagaimana media mengkontruksi realitas dan menjadikannya

sebuah berita atau pemberitaan. Peristiwa dipahami dan ditulis

kedalam menjadi berita bukan untuk sesuatu yang taken for granted

(Eriyanto, 2012: 7). Sebaliknya wartawan yang menulis berita, dan

media yang menyampaikan berita yang ditulis wartawan kepada

khalayak ramai.

Maka secara aktif wartawan dan media yang membentuk realitas.

Dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah

bagaimana realitas/peristiwa dikontruksi oleh media. Lebih spesifik,

bagaimana media membingkai peristiwa dalam kontruksi

tertentu(Eriyanto, 2012: 7). Sehingga yang menjadi titik perhatian

bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan

bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.

Pada Analisis bingkai (frame analysis) yang dilihat adalah

bagaimana cara media memaknai, memahami, membingkai

(46)

berusaha mengerti (vertethen) dan menafsirkan makna dari suatu teks

dengan jalan menguraikan bagaimana media membingkai isu. Framing

dapat digunakan untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas

peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap

realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” inilah yang nanti akan

sangat berpengaruh pada hasil akhir dari kontruksi realitas (Eriyanto,

2012: 10-11).

Intinya Analisis Framing adalah analisis yang dipakai untuk

melihat bagaimana media mengkontruksi realitas. Analisis Framing

juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan

dibingkai oleh media. Sebut saja peristiwa kecelakaan pesawat Air

Asia QZ8501. Ada media yang memberitakan dan mengontruksi

realitas peristiwa kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 tersebut sebagai

sebuah kecelakaan atau “musibah” besar yang seolah seluruh

masyarakat Indonesia, khususnya para keluarga korban yang menjadi

korban kecelakaan pesawat ini harus “maklum” dan menerima dengan

“lapang dada” atas kecelakaan Air Asia QZ8501.

Ada media yang yang memberitakan kecelakaan pesawat ini

sebagai dampak dari awan coloumbusseperti ilustrasi yang

diperlihatkan oleh TV One pada acara “Apa Kabar Indonesia Pagi”

pada 31 Desember 2015, sehingga pihak maskapai penerbangan Air

Asia tidak bisa disalahkan dalam kasus ini. Ada pula media yang

(47)

47

seperti yang diberitakan acara “Kompas Pagi” pada 30 Desember

2015, bahwa musibah ini perlu “direnungi” dengan tangisan dan bahan

pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam kecelakaan ini.

Disini terlihat, bagaimana sebuah peristiwa yang sama mampu

ditafsirkan berbeda dengan tampilan berita yang berbeda pula

tentunya. Mengapa berbeda? Perbedaan itu terjadi karena peristiwa

tersebut dipahami dan dibingkai secara berbeda oleh media. Ada dua

esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa

dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan

bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis.

Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar

untuk mendukung gagasan (Eriyanto, 2012: 11).

Analisis Bingkai (frame analysis) adalah analisis yang

memusatkan perhatian padabagaimana media mengemas dan

membingkai berita. Proses itu umumnya dilakukan dengan memilih

peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek teretentu

dari peristiwa lewat bantuan kata, aksentuasi kalimat, gambar, dan

perangkat lainnya.

Pada dasarnya framinng adalah metode untuk melihat cara

bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu

tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita

(48)

dari kontruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai

untuk melihat bagaimana media mengkonruksi realitas (Eriyanto,

2012: 11). Anaslisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana

peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.

Pada intinya Ada dua esensi utama dari analisis framing. Pertama,

bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana

yang diliput wartawan dan dimuat media untuk dijadikan berita, dan

mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini

berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk

mendukung gagasan. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis

framing mempunyai karateristik yang berbeda dibandingkan dengan

analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan

adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara

dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah

pembentukan pesan dari teks. Framing terutama melihat bagaimana

pesan/peristiwa dikontuksi oleh media.Analisis Framing sebagai

sebuah metode analisis isi media, memang terbilang baru (Eriyanto,

2012: 11-12).

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu

dibentuk dan dikontruksi oleh media. Proses pembentukan dan

kontruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari

realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal (Eriyanto, 2012:

(49)

49

tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang

tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi

terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.

Framing merupakan sebuah cara untuk melihat lebih detail

bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut

dilakukan dengan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan

aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu

realitas/peristiwa (Eriyanto, 2012: 77). Di sini media menyeleksi,

menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. Framing

membuat dunia lebih diketahui dan dimengerti. Realitas yang

kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu

(Eriyanto, 2012: 77). Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian,

membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti.

Penelitian yang disusun penulis menggunakan analisis ini. Oleh

karena penulis akan menjelaskan lebih lanjut tentang analisis framing,

bagaimana penggunaannya terhadap analisis media khususnya berita,

dan model analisis framing siapa yang digunakan penulis dalam

meneliti pemberitaan kecelakaan pesawat air asia pada dua media

yang diangkat peulis menjadi objek penelitian

Selanjutnya,maka penulis akan menjelaskan analisis framing siapa

(50)

menggambarkan kerangka berfikir dari model framing yang penulis

gunakan dalam penelitian ini.

2.5Model Framing Robert N. Entman

Konsep Framing Robert E. Entman, digunakan untuk

menggambarkan proses seleksi realitas oleh media. Framing dapat

dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks

yang khas (Eriyanto, 2012: 20), sehingga isu tertentu mendapatkan

alokasi lebih besar dari pada isu yang lain.

Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi

ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh

pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan untuk

membuat informasi lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah

diingat oleh khalayak.Entman melihat framing dalam dua dimensi

besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek

tertentu dari realitas/isu(Eriyanto, 2012: 20). Penonjolan adalah proses

membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti,

atau lebih diingat oleh khalayak.

Informasi yang menonjol kemungkinan lebih diterima oleh

khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam memori dibandingkan

dengan yang disajikan secara biasa. Bentuk penonjolan tersebut bisa

(51)

51

dibandingkan yang lain, lebih mencolok (Eriyanto, 2012: 20),

melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau

dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak.

Dengan benntuk seperti itu, sebuah ide/gagasan/informasi lebih

mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan

karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Dikarenakan

kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima,

kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh

peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang

dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut

dikontruksi dalam pikiran khalayak.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan

penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu.

Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih

bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak,

pada Robert N. Entman (Framing: Toward Clarification of a

Fractured Paradigm, 53) dalam Eriyanto (2012: 221).

Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok

mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan

mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam

praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu dan

(52)

dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Eriyanto, 2012: 221),

penempatan yang mencolok (menempatkan di-head line depan atau

bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung

dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika

menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap

simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain.

Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari

kontruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif

atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan atau media dimana

wartawan bekerja, ketika menseleksi isu, menulis berita, dan

menampilkannya kepada khalayak. Cara pandang atau perspektif itu

pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang

ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita

tersebut.

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada

pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam

suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap

peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto, 2012: 222). Pemberian definisi

merupakan arti lain dari Define Problems (Pendefinisian masalah)

pada kerangka framing Entman, lalu penjelasan merupakan arti lain

dari Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

(53)

53

dijelasnkan secara rinci menegani frame berita atau wacana yang

diteliti.

Selanjutnya evaluasi juga arti lain dari Make moral

judgement(membuat keputusan moral) pada framing Entman, dan

terakhir rekomendasi juga merupakan arti lain dari framing Entman

yang terakhir yaitu Treatment Recommendation (Menekankan

penyelesaian). Arti lain ini dibuat untuk mempermudah penjelasan

tentang konsep dan teori dari framing model Robert N. Entman.

Adapun kerangka teori framing Robert N. Entman jika disusun dan

(54)

Gambar 2.1 Kerangka Framing Robert N Entman

Framing  Seleksi Isu

 Penonjolan aspek tertentu dari isu

Berita/Pemberitaan

Defining Problems

Pendefinisian Masalah

Diagnose Causes

Memperkirakan Sumber Masalah

Make Moral Judgement

Membuat Keputusan Moral

Treatment Recommendation

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Framing Robert N Entman
Aspek PerbandinganTabel 2.2
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Komunikasi Krisis Oleh Media Massa dalam Insiden Kecelakaan Tur Penerbangan Sukhoi Superjet 200 di Indonesia (Analisis Framing dalam Surat Kabar Harian Koran Tempo

dari ulasan yang dilakukan oleh SKH Koran Tempo dan

Seperti halnya pada harian Jawa Pos dan Kompas, dimana kedua harian ini memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyeleksi suatu isu dan menulis berita mengenai Muktamar