1
Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia
QZ8501 oleh Koran “Kompas dan Radar Banten”
(Analisis Framing Robert N. EntmanPada Koran Kompas dan Radar Banten Periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi sarat mendapatkan gelar sarjana
Oleh :
Ichsan Adil Prayogi NIM : 6662111562
KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
5
Motto
"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung
halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri
orang, merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari
kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup
terasa setelah lelah berjuang"
(Imam Syafii)
Bismillah…
Skripsi ini kupersembahkan
Kepada orang tuaku Abi dan Umi
Dengan segala hormat dan cinta serta kasih
dan dua orang adik perempuanku
Ivani dan Nisrina, Yang telah melimpahkan
begitu banyak kasih sayang
Yang luar biasa hebat menjadi sumber
Ichsan Adil Prayogi 2015. NIM 6662111562. Skripsi. Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015). Pembimbing I Mia Dwianna W, S.Sos, M.Ikom., dan Pembimbing II Darwis Sagita, S.Ikom, M.Ikom.
Penelitian ini dilatarbelakangi untuk mengupas dan melihat lebih dalam sejauh mana Kompas dan Radar Banten mengkontruksi realitas berita mengenai kecelakaan pesawat Air Asia dan membingkainya kedalam berita. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pembingkaian berita koran Kompas dan Radar Banten mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, dan seperti apa Kompas dan Radar Banten memaknai dan membingkai berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Objek penelitian ini adalah kumpulan berita tentang pesawat Air Asia pada koran Kompas dan Radar Banten yang terbit selama dua pekan dari 30 Desember 2014 hingga 13 Januari 2015, yang seluruh beritanya berjumlah 17 berita. Peneliti menganalisis dengan menggunakan metode analisis framing Robert Entman. Peneliti menggunakan empat perangkat Entman untuk menganalisis seluruh berita yang berkaitan dengan Air Asia, empat perangkat framing yang digunakan peneliti untuk melakukan analisis, yaitu : Definisi masalah (Define Problems), Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Causes), Membuat keputusan moral (Make Moral Judgement), Menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation). Dari hasil penelitian peneliti menyimpulkan bahwa koran Kompas dan Radar Banten memaknai dan membingkai peristiwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 sebagai musibah alam dan kesalahan manajerial maskapai Air Asia.
7 ABSTRACT
Prayogi Ichsan Adil NIM 6662111562. 2015. Thesis. Framing Air Plane Crash News of Air Asia QZ8501 by Kompas newspaper and Radar Banten (Framing Analysis Robert N. Entman At Kompas newspaper and Radar Banten period
December 30 Desember to January 13 2015). The First advisor isMia Dwianna
W, S. Sos, M.Ikom., And the second advisor is Darwis Sagita, S.Ikom, M.Ikom.
This research is motivated to explore and see more in the extent of the Kompas and Radar Banten construct reality news about the plane crash of Air Asia and frame it into the news. This study aims to reveal the news framing and Radar Banten Kompas newspaper about the crash of Air Asia QZ8501, and what Kompas and Radar Banten interpret and frame the news of the plane crash Air Asia QZ8501. The object of this study is a collection of news about Air Asia on the Kompas and Radar Banten newspapers published during the two weeks December 30 2014 January 13 2015, the entire news totaling 17 news. Researchers analyzed using analytical methods Robert Entman framing. Researchers use four devices
Entman to analyze all the news pertaining to Air Asia, four framing device that is used by researchers for analysis, namely : Definition of the problem (Define Problems), Estimating the source of the problem (Diagnose Causes), Making moral decisions (Make Moral Judgement), Emphasizing the completion (Treatment Recommendation). From the results research can be seen that the newspaper Kompas and Radar Banten interpret, and frame the crash of Air Asia QZ8501 as natural disasters and managerial mistakes airline Air Asia.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis Framing Robert N. Entman Pada
Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember – 13 Januari) pada
akhirnya dapat terselesaikan.
Skripsi ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan
Komunikasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Skripsi ini merupakan hasil penelitian dari sebuah dokumentasi
yang berupa kumpulan berita-berita yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah
yang terdiri dari lima bab yaitu, pendahuluan, deskripsi teori, metodologi
penelitian, hasil dan pembahasan, serta penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Terselesaikannya skripsi ini tidak mungkin lepas dari kuasa Allah SWT
dan bantuan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, dengan diiringi rasa syukur kepada Allah SWT pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tuaku, Abi dan Umi yang telah mengasuh dan merawatku
dari kecil hingga saat ini, semoga aku bisa membalas jasa kalian.
2. Dua orang adik perempuanku, Ivani dan Nisrina, yang selalu memberikan
9
3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
4. Ibu Neka Fitrriyah, S.Sos., M.Si selaku ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Komunikasi.
5. Ibu Puspita Asri Praceka, S.Ikom., M.I.Kom selaku wakil ketua Jurusan
Program Studi Ilmu Komunikasi.
6. Bapak Rangga Galura Gumelar, Dipl.Ing(FH),.M.Si, selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis selama 8 semester, terima kasih ya pak 
7. Ibu Mia Dwianna W, S.Sos., M.I.Kom selaku dosen pembimbing 1 yang
telah membimbing penulis dan memberikan banyak saran yang sangat
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, terima kasih ya bu 
8. Bapak Darwis Sagita, S.Ikom., M.I.Kom selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu membimbing penulis dan memberikan banyak
masukan yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi ini,
terima kasih ya pak 
9. Tetehku, Yuliana Samantha yang banyak membantu dan memberi
semangat dalam mengerjakan skripsi ini, terima kasih ya teh 
10.Seluruh teman-teman kelas 4E/J Jurnalistik Ilmu Komunikasi 2011,
semoga suatu hari kita dapat tertawa bersama lagi dan merasakan
hangatnya kebersamaan selama 4 sementer.
11.Seluruh anggota Imiki Cabang Banten, Khususnya Ketua Yadi dan Bunda
Indro, Tisna dan Hana.
13.Seluruh anggota HIMAKOM kabinet Ceria, khususnya Devi Fatmawati
yang telah menjadi partner divisi jurnalistik.
14.Bang Andi Winarto yang menjadi teman seperjuangan bimbigan skripsi.
15.Para sahabat penulis, Budi Sumitra, Deden Rahmat Fauzan, Dio
Hilmansyah, dan Nurhadi, terima kasih atas waktu dan canda tawanya,
semoga kita bisa tertawa bersama lagi suatu hari nanti.
16.Para anggota KKM 56 2014 yang merupakan teman serumah, selama
sebulan penuh, Debi, Fajri, Ninis (Emak), Ari, Hanif, Bagus, Rini, Eka,
Tanti, Mpess, Kiki, Nova, Maul, terima kasih atas canda tawa,
kebersamaannya dan waktunya yang selama sebulan penuh berjuang
bersama mengabdi di desa Kadugenep kecamatan Petir 
17.Para yunior penulis, Prima, Sunjana, Udin, Fhajar, dan Ridwan. Semoga
kalian cepat lulus ya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kata
sempurna, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yamg membangun. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...15
2.1 Komunikasi Massa………...15
2.2 Konsep dan Definisi Berita………..20
2.3 Klasifikasi Berita………..22
2.3.1 Jenis-Jenis Berita……….25
2.4 Tinjauan Analisis Bingkai (frame analysis)……….29
2.7 Kerangka Pemikiran……….43
2.8 Penelitian Sebelumnya……….49
BAB III METODELOGI PENELITIAN ………..52
3.1 Metode Penelitian ………52
3.2 Fokus Penelitian………...55
3.2.1 Waktu Penelitian ...55
3.3 Objek Penelitian………...55
3.4 Unit Analisis Data ………...55
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ………58
3.5.1 Tekhnik Pengumpulan Data………....58
3.5.1.1 Dokumentasi ...59
3.5.1.1.1 Tekhnik Dokumentasi………...59
3.6 Analisis Data………60
4.1 Deskripsi dan Objek Penelitian………65
4.1.1 Koran Kompas………....65
4.1.1.1 Sejarah Singkat Kompas………....65
4.1.1.2 Struktur Organisasi Koran Kompas………...68
4.1.2 Koran Radar Banten……….………...69
4.1.2.1 Sejarah Singkat Radar Banten………69
4.1.2.2 Struktur Organisasi Koran Radar Banten………...72
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan……….73
13
4.2.1.1 “Pencarian Air Asia di 13 Area”………73
4.2.1.2 Penjelasan Elemen Framing………...76
4.2.1.3 “Kekompakan Percepat Pencarian”………...78
4.2.1.4 Penjelasan Elemen Framing………...80
4.2.1.5 “Tim SAR Terjang Cuaca Buruk”……….81
4.2.1.6 Penjelasan Elemen Framing………...83
4.2.1.7 “Lumpur Hambat Pencarian Kotak Hitam”………...85
4.2.1.8 Penjelasan Elemen Framing………...87
4.2.1.9 “Pencarian Dikejar Waktu”………88
4.2.1.10 Penjelasan Elemen Framing………...91
4.2.1.11 “Semua Mata Pun Tertuju ke Pangkalan Bun”………92
4.2.1.12 Penjelasan Elemen Framing……….94
4.2.1.13 “Melayani Mereka yang Berjibaku”………95
4.2.1.14 Penjelasan Elemen Framing……….97
4.2.1.15 “Sirnanya Sekat Kebangsaan Dalam Misi Kemanusiaan”……...99
4.2.1.16 Penjelasan Elemen Framing…..……….101
4.2.1.17 “Posisi Kotak Hitam Sudah Diketahui………...102
4.2.1.18 Penjelasan Elemen Framing………...103
4.2.2 Analisis Framing Pemberitaan Koran Radar Banten……….105
4.2.2.1 “Pesawat Masih Misterius”………..105
4.2.2.2 Penjelasan Elemen Framing……….107
4.2.2.3 “Siapkan 161 Peti Jenazah”……….109
4.2.2.4 Penjelasan Elemen Framing……….111
4.2.2.7 “Tiga Jenazah Terlilit Sabuk Pengaman”………116
4.2.2.8 Penjelasan Elemen Framing………....…….118
4.2.2.9 “Hanyut Hingga Perairan Banjarmasin”………..119
4.2.2.10 Penjelasan Elemen Framing………...121
4.2.2.11 “Black Box Air Asia Ditemukan”………..123
4.2.2.12 Penjelasan Elemen Framing………...125
4.2.2.13 “Tiga Kapal Tangkap Sinyal Black Box”………...126
4.2.2.14 Penjelasan Elemen Framing………...128
4.2.2.15 “Seminggu Untuk Membaca Black Box”………...129
4.2.2.16 Penjelasan Elemen Framing………...131
4.3 Pembahasan………....133
4.3.1 Frame Koran Kompas : “Musibah Alam”………..133
4.3.2 Frame Koran Radar Banten : “Cuaca Buruk dan Kesalahan Manajerial”………...138
4.4 Perbandingan Frame Kompas dan Radar Banten………...142
4.4.1 Penjelasan Perbedaan Frame Antara Kompas dan Radar Banten……..142
BAB V PENUTUP………...145
5.1 Kesimpulan………...145
5.2 Saran………...146
Daftar Pustaka………..148
Lampiran………...150
15
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penjelasang Kerangka Framing Entman………....39
Tabel 2.2 Aspek Perbandingan....………...49
Tabel 3.1 Judul Berita Kompas………..57
Tabel 3.2 Judul Berita Radar Banten………..58
Tabel 3.3 Contoh Tabel Analisis………....61
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian………64
Tabel 4.1 Hasil Analisis Koran………..73
Tabel 4.2 Hasil Analisis Koran………..78
Tabel 4.3 Hasil Analisis Koran………..81
Tabel 4.4 Hasil Analisis Koran………..85
Tabel 4.5 Hasil Analisis Koran………..88
Tabel 4.6 Hasil Analisis Koran……….92
Tabel 4.7 Hasil Analisis Koran………..95
Tabel 4.8 Hasil Analisis Koran………..99
Tabel 4.9 Hasil Analisis Koran………....102
Tabel 4.10 Hasil Analisis Koran………..105
Tabel 4.11 Hasil Analisis Koran………..109
Tabel 4.12 Hasil Analisis Koran………..112
Tabel 4.13 Hasil Analisis Koran………..116
Tabel 4.14 Hasil Analisis Koran………..119
Tabel 4.15 Hasil Analisis Koran ……….123
Tabel 4.16 Hasil Analisis Koran………..126
Tabel 4.17 Hasil Analisis Koran………..…129
17
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari ilmu komunikasi, fenomena pembingkaian berita pada
sebuah media merupakan hal yang penting, mengingat sebuah berita akan
dibangun dari sebuah fakta atau peristiwa, dengan bagaimana wartawan dan
media tersebut membingkai beritanya. Bagaimana wartawan dan media tempat
wartaran bekerja melihat sebuah fakta atau peristiwa, dengan membingkainya
mereka akan menampilkan berita akan menjadi sepeti apa dan bagaimana ketika
ditampilkan kepada khalayak.
Ketika ada dua media yang mengemas bingkai berita yang berbeda, dan
menampilkan sudut pandang yang tentunya akan berbeda pula dalam
menampilkan konteks pemberitaan yang berbeda pula kepada khalayak. Sebagai
contoh, berita tentang kecelakaan pesawat. Ketika ada sebuah kecelakaan pesawat
yang menelan korban jiwa yang banyak, maka media-media di Indonesia
(termasuk media cetak) akan dengan serentak mengangkat peristiwa tersebut,
namun head line yang ditampilkan setiap media akan berbeda-beda. Perbedaan
head line berita terjadi karena setiap media memiliki bingkai berita yang tidak
berita ini akan menampilkan penulisan berita yang berbeda ketika ditampilkan
kepada khalayak.
Sisi mana yang dianggap penting dan perlu untuk ditampilkan kepada
khalayak dan sisi mana yang dianggap tidak penting sehingga tidak perlu
ditampilkan kepada khalayak, ini semua dipengaruhi oleh bagaimana suatu media
menyusun beritanya. Ketika peristiwa kecelakaan pesawat terjadi, suatu media
cenderung akan memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menampilkan
beritanya kepada khalayak. Ada media yang mengangkat head line yang
memberikan intisari isi berita, bahwakecelakaan pesawat ini murni akibat cuaca
yang buruk.
Ada juga media yang mengangkat bahwa ini merupakan kesalahan dari
pihak maskapai penerbangan yang memiliki manajemen yang buruk dalam
mengatur jadwal peberbangan dan tidak mempertimbangkan kemungkinan adanya
cuaca buruk, sehingga kecelakaan ini bisa terjadi. Perbedaan ini bisa dapat terlihat
dari bagaimana Kompas dan Radar Banten dalam memberitakan kecelakaan
pesawat Air Asia QZ8501. Mengapa kedua koran ini dapat memberitakan konteks
yang berbeda mengenai kecelakaan pesawat Air Asia?
Tentunya peneliti mengasumsikan dari bagaimana kedua media ini
membingkai berita tersebut disebabkan pembingkaian yang dipengaruhi oleh visi,
misi dan ideologi pada setiap medai. Fenomena pembingkain pemberitaan ini juga
yang membuat sebuah berita layak untuk dijual atau tidak. Bagaimana media
mengemasnya dan memberikannya kepada khalayak, tentu akan dipengaruh oleh
beritanya, jika berkaitan dengan hajat hidup orang banyak maka berita tersebut
akan layak untuk dijual.
Media tidak bisa memungkiri bahwa keuntungan dari berita yang
diangkatnya akan menjadi eksistensi media tersebut untuk bertahan dan tetap
menjadi kepercayaan khalayak dalam mengakses berita. Kebutuhan khalayak
terhadap berita akan menjadi keberlangsungan apakah sebuah media mampu
bertahan atau tidak. Media berskala nasional seperti Kompas tentu memiliki
tampilan yang berbeda dalam menampilkan pemberitaan kepada khalayak dengan
media lokal seperti Radar Banten.
Visi, misi dan ideologi masing-masing media akan mempengaruhi
bagaimana media tersebut menampilkan beritanya kepada khalayak. Kompas yang
mempunyai tag line “amanat hari nurani rakyat” akan menampilkan pemberitaan
yang berbeda mengenai kecelakaan pesawat air asia dengan apa yang ditampilkan
Radar Banten. Pemberitaan media yang bermacam-macam dalam menanggapi
sebuah kejadian dan peristiwa ini antara lain dipengaruhi oleh ideologi, visi, dan
misi yang dianut dan dipegang oleh media tersebut.
Ketiga hal inilah yang menjadi pembeda suatu media dengan media lain
dalam membingkai sebuah berita dan kemudian menampilkannya kepada
khalayak. Untuk melihat bagaimana perbedaan satu media dengan media lain
dalam memaknai kejadian dan peristiwa serta mengkontruksi menjadi sebuah
berita, perlu dilakukan analisis teks media pada berita atau pemberitaan yang
Melalui analisis bingkai (frame analysis) yang secara sederhana dapat
menggambarkan sebuah realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja)
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses kontruksi.
Analisis framing (frame anaylsis) termasuk kedalam paradigma kontruksionis.
Paradigma ini mempunyai pandangan tersendiri terhadap sebuah media dan teks
berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 15: 2000). Disini realitas sosial dipahami
dan dikontruksi dengan makna tertentu oleh media, kejadian dan peristiwa dapat
dimaknai dengan bentukan tertentu.
Fakta dari sebuah kejadian atau peristiwa adalah hasil dari sebuah
kontruksi. Menurut kaum kontruksionis tidak ada realitas yang bersifat objektif,
realitas itu pastilah bersifat subjektif, mengapa demikian, karena tidak lain realitas
dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Pandangan wartawan terhadap sebuah
peristiwa akan melebur ketika media tempat dimana ia bekerja mempunyai sisi
lain yang lebih ditonjolkan sesuai kebutuhan khalayak medianya.
Media tempat wartawan bekerja akan “berusaha” mengambil sisi
independen dan objektif dari hasil liputan yang wartawan lakukan. Perlu kita
ketahui tidak ada wartawan yang sepenuhnya independen dan objektif ketika
menulis sebuah peristiwa kedalam berita, karena sisi subjektif wartawan pasti
akan ikut terbawa pada hasil tulisan yang dibuatnya. Realitas tercipta lewat
kontruksi, melainkan melalui sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak
ada realitas yang besrsifat objektif, karena realitas itu tercipta oleh kontruksi dan
pandangan tertentu (Eriyanto, 22: 2012). Realitas bisa saja berbeda-beda,
Wartawan mempunyai pandangan berbeda dengan media yang
mengkontruksi wartawan. beritanya. Pandangan wartawan dan bingkai media ini
akan dengan sendirinya melebur menjadi satu ketika sudah menjadi berita yang
akan ditampilkan kepada khalayak.
Maka dalam pandangan kontruksionis tidak ada realitas yang tercipta
melalui sisi objektif, karena realitas dapat tercipta melalui bagaimana wartawan
melihat sebuah peristiwa dengan sudut pandangnya. Bagaimana wartawan melihat
sebuah peristiwa dan mengangkatnya kedalam tulisan dan menghasilkan berita,
itulah yang menjadi realitas dalam pandangan kontruksionis. Apa yang wartawan
kontruksi dan pahami dalam sebuah peristiwa itulah yang menjadi fakta.
Fakta atau realita dibentuk oleh kontruksi beritanya melalui pandangan
wartawan, yang berarti padangannya bersifat internal. Secara harfiah pandangan
kontruksionis berpendapat fakta merupakan kontruksi atas realitas, kebenaran
suatu fakta bersifat relatif, berlaku sampai konteks tertentu. Semua elemen
tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana
peristiwa dimaknai dan ditampilkan.
Dari paradigma kontruksionis ini nanti bisa dilihat bagaimana media
membingkai beritanya. Analisi framinglah yang akan mengantarkan bagaimana
media membingkai media dan menyampaikannya kepada khalayak. Dengan
menganalisis beberapa berita pada sebuah media dengan priode waktu yang sudah
ditentukan, maka akan nampak bingkai berita dari suatu media tentang sebuah
Misalnya, musibah kecelakaan pesawat Air Asia bisa saja dipahami dan
dimaknai sebagai sebuah kecelakaan murni yang harus dimaklumi akibat cuaca
yang buruk. Hampir sebagian besar media yang ada di Indonesia, khsusnya media
elektronik seperti televisi menekankan bahwa awan coloumbus adalah menjadi
penyebab utama kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini. Ilustrasi yang diekspose
“apa kabar Indonesia” di TV One pada 5 Januari 2015 pukul 06.00 WIB,
memperlihatkan bagaimana awan columbus yang semula tidak ada, tiba-tiba
muncul yang akhirnya membuat pesawat air asia hilang dari pantauan radar
selama beberapa hari, hingga kemudian diketahui mengalami kecelakaan.
Pemberitaan media yang paling sering dan sama dari waktu ke waktu yang
akan lebih mudah diingat oleh rakyat Indonesia. Walaupun terdapat beberapa
indikasi setiap media berbeda dalam menampilkan konteks kecelakaan pesawat
air asia, pembingkaian dari media dengan tampilan berita yang sama dan
terus-terusan akan lebih mengena dan lebih mudah diingat oleh rakyat Indonesia
mengenai kecelakaan pesawat ini.
Hingga pada akhirnya indikasi-indikasi dari berbagai media mengenai
penyebab akan mengkerucut menjadi satu. Setelah mengkerucut, akan dengan
sendirinya terbentuk sebuah kesimpulan tentang kecelakaan pesawat bertipe
ZQ8501 ini, dan kesimpulan itu akan dengan mudah diterima dan dikenang dalam
benak rakyat Indonesia, dan hanya kesimpulan itu saja yang akan disepakati
menjadi penyebab utama kecelakan pesawat bertipe QZ8501 ini.
Perbedaaan media dalam menampilkan pemberitaan kepada khalayak ini
cara apa realitas itu ditiadakan dan ditampilkan, hal inilah yang menjadi pusat
perhatian dari analisis bingkai (frame analysis). Praktisnya, analisis ini digunakan
untuk melihat bagaimana aspek tertentu ditonjolkan atau ditekankan bahkan
dipaksakan oleh media.
Penonjolan atau pemaksaan aspek tertentu dari realitas tersebut haruslah
dicermati dan ditelaah lebih jauh. Ini karena penekanan dan pemaksaan aspek
tertentu dari realitas tersebut akan membuat hanya bagian tertentu saja yang lebih
bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.
Sedangkan aspek yang tidak perlu untuk ditampilkan kepada khalayak akan lebih
mudah untuk dihilangkan dan dilupakan sehingga hanya menjadi spekulasi sesaat
yang tidak bermakna apa-apa bagi khalayak. Sepertinya, penonjolan dan
pemaksaan aspek ini tentu akan diikuti oleh akibat lain, kita kemudian akan
melupakan aspek lain yang bisa jadi jauh lebih berarti dan berguna dalam
menggambarkan fakta yang ada.
Bingkai pemberitaan kecelakaan pesawat air asia dalam media elektronik
maupun cetak di Indonesia, rata-rata memperlihatkan sebuah penonjolan aspek
“keperihatinan” akan “musibah air asia” dipenghujung 2014. Aspek
“keperihatinan” dan “musibah air asia” ini bisa dilihat pada Kompas TV diacara
“Kompas Pagi” periode 30 Desember mengedepankan aksi “kepedulian” Presiden
Joko Widodo dalam memantau upaya pencarian langsung tim Basarnas dan TNI
melalui jalur udara.
“Kompas pagi” juga membahas isi berita Koran Kompas pada tanggal
narasumbernya. Kebanyakan televisi-televisi nasional juga melakukan hal yang
hampir serupa dengan melakukan wawancara langsung dengan keluarga korban.
Bahkan Metro TV di “Metro Malam” pada 12 Januari 2015, memperlihatkan
“drama” penyelamatan salah satu korban oleh Basarnas kepada keluarga korban
ketika sedang diwawancara.
Ada tiga pertanyaan yang hampir sama dan seolah menjadi kesepakatan
bersama para media elektronik di Indonesia dalam mewawancari keluarga korban
pesawat air asia. Apakah sebelumnya ada firasat. Bagaimana perasaan bapak/ibu
sekarang. Bagaimana hubungan korban dengan para tetangga, baik. Tiga
pertanyaan ini seolah memperlihatkan rasa iba dan keprihatinan media mengenai
peristiwa kecelakaan Air Asia. Media-media televisi Indonesia memperlihatkan
dan memberikan kesimpulan kepada khalayak bahwa kecelakaan ini merupakan
musibah akhir tahun yang harus diterima dengan legowo dan lapang dada.
Bingkai pemberitaan ini tentu sangat berbeda dengan media internasional
seperti CNN yang mengemukakan tiga pertanyaan yang sangat berbeda, yaitu
“seperti apa langkah-langkan evakuasi yang ideal” “Kenapa hanya sedikit jenazah
para korban yang ditemukan” “Apakah korban perlu mengajukan tuntutan
hukum”. Perbandingan media-media televisi di Indonesia dengan CNN
memperlihatkan bagaimana sebuah aspek yang ditonjolkan dan dikesampingkan.
Media-media televisi di Indonesia menonjolkan aspek “keprihatian” tentang
kecelakaan pesawat tipe QZ8501 ini. Sedangkan CNN menonjolkan aspek
Satu hal yang pasti menjadi dasar mengapa media-media televisi nasional
dan CNN bisa berbeda dalam menonjolkan aspek mengenai kecelakaan air asia,
yaitu karena keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda dalam membingkai
berita atas fakta yang dipahami mengenai kecelakaan air asia. Lantas, bagaimana
dengan media cetak seperti koran membingkai pemberitaan kecelakaan air asia.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana media membingkai sebuah
fakta kedalam sebuah tulisan seperti berita, apakah dalam berita itu ada bagian
yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan.
Pertanyaan-pertanyaan yang selalu diajukan pada paradigma penelitian analisis
bingkai (frame analysis) ini tentu saja menggeser paradigma dalam penelitian
analisis isi kuantitatif (content analysis).
Dalam analisis ini isi kuantitatif, pertanyaan yang sering diajukan, seperti,
apa saja yang diberitakan oleh media dalam peristiwa kecelakaan pesawat Air
Asia. Tetapi dalam analisis bingkai (frame analysis), yang ditekankan adalah
bagaimana peristiwa kecelakaan pesawat ini dibingkai? sisi mana yang ditekankan
(cenderung dipaksakan) dan sisi mana yang dilupakan? (cenderung sengaja
dihilangkan).
Bukan maksud penulis ingin mengekerdilkan Analisi Isi Kuantitatif
(content analysis), dan menunjukkan keunggulan analisis bingkai (frame
analysis), tapi ini yang menjadi alasan kenapa penulis lebih cenderung
menggunakan analisis bingkai (Frame Analysis), karena penulis lebih ingin
Banten mengkontruksi realitas berita mengenasi kecelakaan pesawat Air Asia dan
membingkainya kedalam sebuah berita.
Alasan kenapa penulis memilih kedua media untuk di analisa, karena
kedua media cetak ini yaitu Kompas dan Radar Banten memiliki isi pemberitaan
yang sedikit berbeda satu sama lain mengenai kecelakaan air asia. Kompas lebih
sering membuat berita yang mengatasnamakan musibah mengenai peristiwa air
asia. Tulisan besar berwarna putih berlatar merah “Musibah air asia” sering
muncul ditengah tulisan berita yang diangkat Kompas mengenai kecelakaan
pesawat ini.
Selain itu, Kompas dan Radar Banten merupakan media nasional dan lokal
yang cukup aktif dalam memberitakan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501.
Kompas sebagai media cetak berskala nasional yang sudah berumur 50 tahun
dalam industri media cetak di Indonesia, dan Radar Banten sebagai media lokal
terkemuka di Banten, tentu memiliki sudut pandang masing-masing dalam
membingkai pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Asumsi, ada
aspek yang ditonjolkan cenderung dipaksakan dan dikesampingkan, ini bisa
dijawab dengan analisis framing. Aspek apa yang cenderung dihilangkan oleh
Kompas selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 – 13Januari
2015) mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, hingga koran yang
memiliki Tag Line “Amanat Hati Nurani Rakyat,” menghasilkan frekuensi dua
hingga tiga berita khusus untuk membahas kecelakaan pesawat bertipe QZ8501
ini pada halaman pertama, yang diterbitkan setiap harinya selama kurun waktu
Begitu pula dengan Radar Banten. Media lokal di Banten ini cukup aktif
dalam mengabarkan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Tercatat, selama dua
pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 - 13 Januari 2015) Radar Banten
sering menempatkan kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 ini sebagai headline
beritanya. Koran yang memiliki Tag Line “Aspirasi, Suara Hati dan Kebanggan
Banten,” ini rata-rata dua kali menampilkan berita mengenai kecelakaan pesawat
Air Asia QZ8501 pada halaman pertamanya.
Aspek apa saja yang ditonjolkan bahkan cenderung dipaksakan dan aspek
apa yang dikesampingkan bahkan cenderung dihilangkan oleh Radar Banten
selama dua pekan periode pemberitaan (30 Desember 2014 – 13Januaru 2015)
mengenai kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501, hingga menghasilkan dua berita
pada halaman pertama, selama empat belas hari.
Lalu, Adakah pebedaan mencolok yang ditampilkan kedua media ini
dalam membingkai pemberitaan dan menampilkan berita kepada khalayak
mengenai kecelakaan pesawat air asia QZ8501. Bertolak dari latar belakang
masalah diatas maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul Pembingkain
Berita Pesawat Air Asia pada Koran “Kompas dan Radar Banten” (Analisis Framing Robert N. Entman oleh Koran Kompasdan Radar Banten periode
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Pembingkaian Berita Kecelakaan Pesawat Air
Asia QZ801 pada Koran Kompas dan Radar Banten (Analisis
Framing Robert N. Entman pada Koran Kompas dan Radar Banten periode 30 Desember 2014 – 13 Januari 2015).”
1.3 Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Define Problems (Pendefinisian masalah)
pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang
ditampilkan Koran Kompas dan Radar Banten?
2. Bagaimana Diagnose Causes (Memperkirakan sumber
masalah) pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia
QZ8501yang disusun Koran Kompas dan Radar Banten?
3. Bagaimana Make Moral Judgement (membuat keputusan
moral) berita kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang
4. Bagaimana Treatment Recommendation (menekankan
penyelesaian) dalam berita kecelakaan pesawat Air Asia
QZ8501yang ditawarkan Koran Kompas dan Radar Banten
kepada pembaca?
5. Bagaimana perbedaan pembingkain berita kecelakaan pesawat
Air Asia QZ8501 oleh Koran Kompas dan Radar Banten?
1.4 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang masalah, rumusan dan identifikasi masalah
yang telah dijelaskan penulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan pendefinisian masalah (define problems) dalam
pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501,
2. Menjelaskan sumber masalah (diagnose causes), pemberitaan
kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501,
3. Menjelaskan keputusan moral (make moral judgement) pemberitaan
kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501,
4. Menjelaskan penekanan penyelesaian (treatment recomendation)
pemberitaan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501yang ditampilkan
Koran Kompas dan Koran Radar Banten dan,
5. Menjelaskan perbedaan antara kedua media tersebut dalam
membingkai kecelakaan pesawat Air Asia ini, itulah yang menjadi
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Akademis
1. Untuk peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan pengetahuan bagi penulis dalam kajian Ilmu Komunikasi,
khususnya pendekatan Frame Analysis (Analisis Bingkai).
2. Untuk Universitas, Fakultas FISIP dan Jurusan Ilmu Komunikasi,
hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
memperkenalkan paradigma penelitian yang cenderung “masih baru”
bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi, dan memberikan pengetahuan
kepada mahasiswanya dalam mempelajari ilmu komunikasi
khususnya konsentrasi junalistik.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti-peneliti
selanjutnya sehingga dapat membantu perkembangan dalam bidang
Ilmu Komunikasi Khususnya Mahasiswa konsentrasi Jurnalistik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Komunikasi Massa
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksudkan
dengan komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi
melalui media massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi
media massa (mass media communication). Media massa dalam
cakupan pengertian komunikasi massa itu adalah surat kabar (koran),
majalah, radio, dan televisi. Menurut Onong Uchjana Effendy
(2006:22), ciri lain dari komunikasi massa terdapat lima unsur,
diantaranya : Pertama, Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah
(One way Traffic). Adanya ruang dan waktu yang memposisikan
komunikator untuk tidak bisa menerima respon langsung atau tertunda
dari komunikan. Oleh karena itu, umumnya komunikator pada
komunikasi massa senantiasa melakukan persiapan guna mencapai
proses komunikasi yang efektif. Artinya sekali pesan itu disampaikan
maka tidak ada proses langsung untuk memperbaiki pesan yang sudah
disampikannya itu. Dengan demikian pesan komunikasi selain harus
jelas dapat dibaca jika salurannya media cetak, dan dapat didengar bisa
tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikasi yang menjadi
sasaran komunikasi.
Kedua, Komunikasi pada Media Massa lebih Melembaga. Pada
proses kegiatan komunikasi massa seorang komunikator tidak
memiliki kebebasan individual untuk menyebarluaskan pesan
komunikasinya. Seorang komunikator tidak bisa bertindak atas nama
diri sendiri. Sebagai konsekuesnsi dari sifat komunikator yang
melembaga itu, maka perannya dalam proses komunikasi ditunjang
oleh orang lain, kemunculannya dalam media kominimasi “tidak
sendirian”, melainkan bersama orang lain. Tulisan seorang wartawan
surat kabar, misalnya tidak mungkin dapat dibaca khayalak, apabila
tidak didukung oleh pekerjaan Redaktur Pelaksana, Layouter, dan
Editor.
Ketiga, Pesan Komunikasi Massa Bersifat Umum. Pesan yang
disampaikan pada proses komunikasi massa bersifat umum (public),
pesan itu mahir untuk semua golongan. Apabila pesan itu muncul
untuk satu kepentingan atau golongan saja, maka proses penyebaran
pesan daam kegiatan komunikasi seperti itu tidak bisa dikatakan
sebagai bentuk komunikasi massa.
Keempat, Media yang Digunakannya Menimbulkan
Keserempakan. Pada unsur keempat ini komunikasi massa bersifat
33
yang disebarluaskan itu. Misalnya, pengumuman pemerintah tentang
kenaikan bahan bakar minyak atau kenaikan tarif dasar listrik yang
disiarkan melalui televisi, maka saat itu pula serentak seluruh khalayak
dalam jangkauan frekuensi televisi itu dapat menerima pesan yang
disebarulaskan.
Kelima, Komunikan pada Komunikasi Massa Bersifat Heterogen
Karena salah satu cirinya bersifat umum, maka khalayak yang
menerima pesan itupun akan beragam. Sifat pesan yang disebarkan
secara serantak itu, membuat khalayak yang menerima pesan itu pun
beranekaragam (heterogen). Dalam keberadaannya seara
terpencar-pencar, diaman satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak terdapat
kontak, masing-masing berbeda dalam berbagai hal. Heterogenitas
khalayak yang seperti itulah menjadi kesulitan untuk komunikator
dalam menebarkan pesannya melalui media massa, karena setiap
individu dan khalayak itu menghendaki agar keinginannya terpenuhi.
Bagi para pengelola media massa adalah suatu hal yang tidak
mungkin untuk memenuhinya. Satu-satunya cara untuk mendekati
keinginan khalayak terpenuhi ialah dengan mengelompokkan menurut
jenis kelamin, usia, pekerjaan, kebudayaan, kesenangan (hobi), dan
lain-lain.
Definisi komunikasi massa menurut peneliti komunikasi yaitu
mengemukakan bahwa suatu pola komunikasi bisa didefinisikan
sebagai komunikasi massa jika mencakup lima hal. Pertama,
Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern
untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada
khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media
modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau
gabungan diantra media tersebut.
Kedua, Komunikator dalam komunikasi massa dalam
menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian
dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama
lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang
membedakan pula dengan jenis komunikasi massa yang lain. Bahkan
pengiriman dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain,
Isi pesan pada komunikasi massa harus milik publik. Artinya bahwa
pesan ini bisa didapatkan, diterima dan menyangkut kepentingan publik
pada umumnya, karena itu diartikan milik publik.
Ketiga, Sebagai sumber, komunikator media massa biasanya
organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan
kata lain, komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga.
Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan
35
Keempat, Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis
informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan
dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum
disiarkan oleh media massa. Ini berbeda dengan komunikasi antar
pribadi, kelompok atau publik dimana yang mengontrol bukan sejumlah
individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan
dalam mebatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah
seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain
dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.
Kelima, Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.
Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung.
Misalnya, dalam komunikasi antarpersona. Dalam komunikasi ini
umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan
lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).
Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang
bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang
luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis
komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu.
Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada
waktu yang tak terbatas.
Dari pengertian komunikasi massa diatas menurut dua referensi
buku, maka penulis mendefinisikan bahwa komunikasi massa adalah
televisi, radio) dan bersifat satu arah yang ditujukan kepada khalayak
luas. Keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi
lain ialah komunikasi massa mampu mengatasi hambatan ruang dan
waktu. Salah satu ciri dari komunikasi masa adalah pesan yang
disampaikan merupakan pesan yang mengandung kebutuhan dan
kepentingan publik, seperti berita. Berita juga merupakan hasil dari
komunikasi massa, maka penulis akan menjelaskan apa itu berita, dan
apa hubungannya dengan penelitian ini.
2.2Konsep dan Definisi Berita
Berita adalah sebuah informasi yang penting untuk dan menarik
perhatiaan serta minat khalayak pendengar. Charnley dan James M.
Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini,
kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi yang penting, masih baru
dan harus secepatnya disampaikan kepada khalyak (Erol Jonathan
dalam Mirza, 2006:68-69) pada Sumadiria (2008: 64).
Doug Newsom dan James A. Woller dalam Media Writing : News
for the Mass Media (1985: 11) dalam Sumadiria (2008: 64)
mengemukakan, dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang
ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat.
Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi
37
Definisi lain yang dikumpulkan oleh Assegaf (1983:23-24) pada
Sumadiria (2008: 64) diharapkan bisa memberikan pengertian dan
pemahaman yang lebih luas lagi kepada kita mengenai berita. Dean M.
Lyle Spencer misalnya, dalam News Writing menyatakan, berita adalah
suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik sebagian
besar pembaca. Michael V. Charnley dalam Reporting (1965) dalam
Sumadiria (2008: 64) menegaskan, berita adalah laporan tercepat
mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau
kedua-duanya bagi sejumlah besar penduduk.
Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing pada
Sumadiria (2008:64) menulis, berita adalah sesuatu yang termasa dan
dipilih oleh wartawan dan dimuat oleh surat kabar, karena dia menarik
minat atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena
dia dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.
William S. Maulsby dalam Getting the News pada Sumadiria
(2008:64) menegaskan, berita bisa didefinisikan sebagai suatu secara
benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting
dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat
kabar yang memuat berita tersebut.
Dalam definisi jurnalistik, seperti dikutip Assegaf (1984:54)
dikatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa,
yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat
penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi
human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan.
Sedangkan menurut Sumadiria (2008:65), Berita adalah laporan
tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan
penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti
surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet.Dari beberapa
definisi berita diatas penulis mendefinisikan bahwa berita adalah
sebuah laporan cepat kejadian yang disampaikan oleh wartawan
mengenai fakta yang menarik, penting dan perlu untuk diketahui oleh
khalayak luas.
Berita dapat disalurkan melalui media massa cetak dan elektronik
seperti surat kabar, radio, televisi dan media on line seperti internet.
Tak ada media tanpa berita seperti halnya tak ada berita tanpa media.
Berita tampil sebagai kebutuhan masyarakat di seluruh dunia.
Penelitian ini menganalisis pemberitaan tentang kecelakaan pesawat,
maka penulis akan mengklasifikasikan kategori-kategori berita, agar
bisa dilihat kecelakaan pesawat itu masuk dalam kategori berita apa.
2.3Klasisfikasi Berita
Berita dapat dikalsifikasikan kedalam dua kategori yaitu berita
berat Hard News dan berita ringan Soft News. Hard News adalah
39
menyita perhatian seperti bencana alam, kebakaran, kecelakaan,
kerusuhan dan pembunuhan. Soft News adalah berita yang merujuk
pada peristiwa yang lebih bertumpu pada pada unsur-unsur
ketertarikan manusiawi (human interest), seperti pesta pernikahan
bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di
kalangan remaja.
Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi
peristiwanya, ditempat terbuka (outdoor news) danditempat tertutup
(indoor news). Berita tentang sidang kabinet, seminar,
pengadilanberlangsung ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya
masuk kategori berita ringan (soft news). Disebut ringan karena berita
tersebut tidak sampai menggucangkan perhatian serta tidak
menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat. Berita tentang
bencana alam, kerusuhan, peperangan terjadi ditempat terbuka. Berita
jenis ini umumnya masuk kategori berita (hard news).
Tentu saja, tidak setiap berita yang terjadi ditempat terbuka
termasuk hard news. Banyak sekali berita yang terjadi di tempat
terbuka masuk kategori soft news. Begitu pula, tidak sedikit peristiwa
yang terjadi di ditempat tertutup digolongkan hard news seperti
pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, penyanderaan. Singkat kata,
hard news atau soft news hanya menunjuk pada kualitas berita, dan
bukan pada lokasi berita.Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa
adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya,
seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.
Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news.
Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita.
(news engineering). Proses penciptaan atau perekayasaan berita itu
dilakukan melalui tahapan perencanaan di ruang rapat redaksi,
diusulkan dalam rapat proyeksi, dikonsultasikan dengan pemimpin
redaksi, dilanjutkan dengan observasi, serta ditegaskan dalam interaksi
dan konfirmasi di lapangan. Semuanya melalui prosedur manajemen
peliputan yang baku, jelas, terstruktur, dan terukur.Berita tak terduga
adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak
diketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung perkantoran
terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak, anak-anak
sekolah disandera, atau terjadi ledakan bom dipusat keramaian.
Selebihnya, berita juga bisa dilihat menurut materi isinya yang
beraneka ragam.Menurut Sumadiria (2008: 67) berita dapat
dikelompokan kedalam menjadi berita penyataan pendapat, ide atau
gagasan (talking news), berita ekonomi (economic news), berita
keuangan (financial news), berita politik (political news), berita sosial
kemasyarakatan (social news), berita pendidikan (education news),
berita hukum dan keadilan (law and justice news), berita olah raga
(sport news), berita kriminal (crime news), berita bencana strategi
41
(scientifict news), berita hiburan (entertainment news), dan berita
tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human
interest news).
Pengetahuan dan pemahaman tentang klasifikasi berita, sangat
penting bagi setiap reporter, editor, dan bahkan para perencana dan
konsultan media (media planner) sebagai salah satu pijakan dasar
dalam proses perencanaan (planning), peliputan (getting), penulisan
(writing), dan pelaporan serta pemuatan, penyiaran, atau penayangan
berita (reporting andpublishing). Pada akhirnya, tahapan-tahapan
pekerjaan jurnalisitik itu sangat diperlukan dalam kerangka
pembentukan, penetapan dan pengembangan manajemen media massa
(mass media management) secara profesional dan visioner.
Berdasarkan penjelasan berita diatas, maka pemberitaan kecelakaan
pesawat air asia yang penulis teliti termasuk kedalam straight news
(berita langsung) dan jika dikaitkan beritanya termasuk kedalam berita
sosial kemasyarakatan (social news) dan berita bencana.
2.3.1 Jenis-jenis Berita
Menurut Sumadiria (2008: 68), berita dikelompokan kedalam tiga
kelompok yaitu, elementary, intermediate, dan advance. Berita
elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita
news report). Berita intermediate ,eliputi pelaporan berita interpretatif
(interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature
story report). Sedangkan kelompok advence menunjuk pada pelaoran
mendalam (depth reporting), pelaporan penyidikan (investigative
reporting), dan penulisan tajuk rencana (editorial writing).
Berikut adalah definisi serta perbedaan dari delapan jenis-jenis
berita yang disebutkan diatas pada Sumadiria (2008: 69), Pertama,
Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa. Berita memiliki nilai peyajian objektif tentang fakta-fakta
yang dapat dibuktikan. Berita jenis ini dengan unsur-unsur
5W+1H.Kedua, Depth news report merupakan laporan yang sedikit
berbeda dengan straight news report. Jenis laporan ini memerlukan
pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata
masih tetap besar
Ketiga, Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta
yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita
menyeluruh merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan
yang terdapat dalam berita langsung (straight news). Berita
menyeluruh, mencoba menggabungkan berbagai serpihan fakta itu
dalam suatu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya
43
Keempat, Interpretative report lebih dari sekedar staight news dan
depth news. Berita intepretatif biasanya memfokuskan sebuah isu,
masalah, atau peristiwa-peritiwa kontroversial. Laporan interpretatif
biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. Intinya
interpretatif bersifat bertanya, apa makna sebenarnya dari peristiwa
tersebut.
Kelima, Feature story berbeda dengan straight news, depth news
atau interpretative news. Dalam laporan-laporan berita tersebut,
reporter menyajikan informasi yang penting untuk para pembacanya.
Penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading
experience) yang lebih bergantung pada gaya (style) penulisan dan
humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.
Keenam, Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal
atau aktual. Pelaporan mendalam dalam tradisi pers indonesia sering
disajikan dalam rubrik khusus seperti laporan utama, bahasan utama,
fokus. Pelaporan mendalam ditulis dengan beberapa judul untuk
menghindari kejenuhan pembaca.
Ketujuh, Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh
berbeda laporan interpretatif. Namun, dalam laporan investigatif, para
tersebunyi demi tujuan. Pelaksanaanya sering ilegal dan tidak tidak
etis.
Kedelapan, Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang
diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta
dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi
pendapat umum. Para penulis editorial bukan bekerja untuk dirinya
sendiri, melainkan untuk surat kabar dan majalah. Seperti halnya
petugas informasi, penulis editorial mungkin akan diberi intruksi
sebelum menulis.
Dari delapan jenis beria diatas penulis mendefinisikan bahwa
setiap penulisan berita memiliki karateristik dan tipenya
masing-masing. Itulah yang membuatnya berbeda satu sama lain ketika
pengguna media membaca berita di surat kabar, majalah atau
produk-produk jurnalistik lainnya. Akan ada rubrik-rubrik yang tersedia di
koran atau majalah yang nantinya akan mengelompokkan jenis-jenis
berita yang ditampilkan.
Adapun berita tentang kecelakaan pesawat air asia QZ8501 yang
penulis teliti di dua media yaitu Kompas dan Radar Banten termasuk
kedalam jenis berita comprehensive news, kenapa? Karena kedua
media yang penulis teliti memberitakan kecelakaan pesawat ini dengan
45
hampir selama priode tersebut Kompas dan Radar Banten mengisi
halaman pertamanya dengan berita mengenai kecelakaan air asia.
2.4Tinjauan Analisis Bingkai (frame analysis)
Analisis framing adalah sebuah metode yang dilakukan untuk
melihat bagaimana media mengkontruksi realitas dan menjadikannya
sebuah berita atau pemberitaan. Peristiwa dipahami dan ditulis
kedalam menjadi berita bukan untuk sesuatu yang taken for granted
(Eriyanto, 2012: 7). Sebaliknya wartawan yang menulis berita, dan
media yang menyampaikan berita yang ditulis wartawan kepada
khalayak ramai.
Maka secara aktif wartawan dan media yang membentuk realitas.
Dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah
bagaimana realitas/peristiwa dikontruksi oleh media. Lebih spesifik,
bagaimana media membingkai peristiwa dalam kontruksi
tertentu(Eriyanto, 2012: 7). Sehingga yang menjadi titik perhatian
bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan
bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.
Pada Analisis bingkai (frame analysis) yang dilihat adalah
bagaimana cara media memaknai, memahami, membingkai
berusaha mengerti (vertethen) dan menafsirkan makna dari suatu teks
dengan jalan menguraikan bagaimana media membingkai isu. Framing
dapat digunakan untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas
peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap
realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” inilah yang nanti akan
sangat berpengaruh pada hasil akhir dari kontruksi realitas (Eriyanto,
2012: 10-11).
Intinya Analisis Framing adalah analisis yang dipakai untuk
melihat bagaimana media mengkontruksi realitas. Analisis Framing
juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan
dibingkai oleh media. Sebut saja peristiwa kecelakaan pesawat Air
Asia QZ8501. Ada media yang memberitakan dan mengontruksi
realitas peristiwa kecelakaan pesawat bertipe QZ8501 tersebut sebagai
sebuah kecelakaan atau “musibah” besar yang seolah seluruh
masyarakat Indonesia, khususnya para keluarga korban yang menjadi
korban kecelakaan pesawat ini harus “maklum” dan menerima dengan
“lapang dada” atas kecelakaan Air Asia QZ8501.
Ada media yang yang memberitakan kecelakaan pesawat ini
sebagai dampak dari awan coloumbusseperti ilustrasi yang
diperlihatkan oleh TV One pada acara “Apa Kabar Indonesia Pagi”
pada 31 Desember 2015, sehingga pihak maskapai penerbangan Air
Asia tidak bisa disalahkan dalam kasus ini. Ada pula media yang
47
seperti yang diberitakan acara “Kompas Pagi” pada 30 Desember
2015, bahwa musibah ini perlu “direnungi” dengan tangisan dan bahan
pembelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam kecelakaan ini.
Disini terlihat, bagaimana sebuah peristiwa yang sama mampu
ditafsirkan berbeda dengan tampilan berita yang berbeda pula
tentunya. Mengapa berbeda? Perbedaan itu terjadi karena peristiwa
tersebut dipahami dan dibingkai secara berbeda oleh media. Ada dua
esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa
dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan
bagian mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis.
Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar
untuk mendukung gagasan (Eriyanto, 2012: 11).
Analisis Bingkai (frame analysis) adalah analisis yang
memusatkan perhatian padabagaimana media mengemas dan
membingkai berita. Proses itu umumnya dilakukan dengan memilih
peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek teretentu
dari peristiwa lewat bantuan kata, aksentuasi kalimat, gambar, dan
perangkat lainnya.
Pada dasarnya framinng adalah metode untuk melihat cara
bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu
tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita
dari kontruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai
untuk melihat bagaimana media mengkonruksi realitas (Eriyanto,
2012: 11). Anaslisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana
peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.
Pada intinya Ada dua esensi utama dari analisis framing. Pertama,
bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana
yang diliput wartawan dan dimuat media untuk dijadikan berita, dan
mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini
berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk
mendukung gagasan. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis
framing mempunyai karateristik yang berbeda dibandingkan dengan
analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan
adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara
dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah
pembentukan pesan dari teks. Framing terutama melihat bagaimana
pesan/peristiwa dikontuksi oleh media.Analisis Framing sebagai
sebuah metode analisis isi media, memang terbilang baru (Eriyanto,
2012: 11-12).
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu
dibentuk dan dikontruksi oleh media. Proses pembentukan dan
kontruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari
realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal (Eriyanto, 2012:
49
tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang
tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi
terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.
Framing merupakan sebuah cara untuk melihat lebih detail
bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut
dilakukan dengan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan
aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu
realitas/peristiwa (Eriyanto, 2012: 77). Di sini media menyeleksi,
menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari
peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. Framing
membuat dunia lebih diketahui dan dimengerti. Realitas yang
kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu
(Eriyanto, 2012: 77). Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian,
membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti.
Penelitian yang disusun penulis menggunakan analisis ini. Oleh
karena penulis akan menjelaskan lebih lanjut tentang analisis framing,
bagaimana penggunaannya terhadap analisis media khususnya berita,
dan model analisis framing siapa yang digunakan penulis dalam
meneliti pemberitaan kecelakaan pesawat air asia pada dua media
yang diangkat peulis menjadi objek penelitian
Selanjutnya,maka penulis akan menjelaskan analisis framing siapa
menggambarkan kerangka berfikir dari model framing yang penulis
gunakan dalam penelitian ini.
2.5Model Framing Robert N. Entman
Konsep Framing Robert E. Entman, digunakan untuk
menggambarkan proses seleksi realitas oleh media. Framing dapat
dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks
yang khas (Eriyanto, 2012: 20), sehingga isu tertentu mendapatkan
alokasi lebih besar dari pada isu yang lain.
Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi
ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan/dianggap penting oleh
pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan untuk
membuat informasi lebih jelas, lebih bermakna, atau lebih mudah
diingat oleh khalayak.Entman melihat framing dalam dua dimensi
besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek
tertentu dari realitas/isu(Eriyanto, 2012: 20). Penonjolan adalah proses
membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti,
atau lebih diingat oleh khalayak.
Informasi yang menonjol kemungkinan lebih diterima oleh
khalayak, lebih terasa dan tersimpan dalam memori dibandingkan
dengan yang disajikan secara biasa. Bentuk penonjolan tersebut bisa
51
dibandingkan yang lain, lebih mencolok (Eriyanto, 2012: 20),
melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau
dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak.
Dengan benntuk seperti itu, sebuah ide/gagasan/informasi lebih
mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan
karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Dikarenakan
kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima,
kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh
peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang
dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut
dikontruksi dalam pikiran khalayak.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu.
Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih
bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak,
pada Robert N. Entman (Framing: Toward Clarification of a
Fractured Paradigm, 53) dalam Eriyanto (2012: 221).
Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan
mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam
praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu dan
dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Eriyanto, 2012: 221),
penempatan yang mencolok (menempatkan di-head line depan atau
bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung
dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika
menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap
simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain.
Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari
kontruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif
atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan atau media dimana
wartawan bekerja, ketika menseleksi isu, menulis berita, dan
menampilkannya kepada khalayak. Cara pandang atau perspektif itu
pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang
ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita
tersebut.
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam
suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap
peristiwa yang diwacanakan (Eriyanto, 2012: 222). Pemberian definisi
merupakan arti lain dari Define Problems (Pendefinisian masalah)
pada kerangka framing Entman, lalu penjelasan merupakan arti lain
dari Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah)
53
dijelasnkan secara rinci menegani frame berita atau wacana yang
diteliti.
Selanjutnya evaluasi juga arti lain dari Make moral
judgement(membuat keputusan moral) pada framing Entman, dan
terakhir rekomendasi juga merupakan arti lain dari framing Entman
yang terakhir yaitu Treatment Recommendation (Menekankan
penyelesaian). Arti lain ini dibuat untuk mempermudah penjelasan
tentang konsep dan teori dari framing model Robert N. Entman.
Adapun kerangka teori framing Robert N. Entman jika disusun dan
Gambar 2.1 Kerangka Framing Robert N Entman
Framing  Seleksi Isu
 Penonjolan aspek tertentu dari isu
Berita/Pemberitaan
Defining Problems
Pendefinisian Masalah
Diagnose Causes
Memperkirakan Sumber Masalah
Make Moral Judgement
Membuat Keputusan Moral
Treatment Recommendation