• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data II

B.1. Identitas Responden II

I. Deskripsi data Responden II

Tabel 4. Deskripsi data responden II

1. Nama Responden II

2. Usia 23 tahun

3. Suku Batak Toba

4. Agama Kristen Protestan

5. Pendidikan terakhir S-1

6. Pekerjaan Mahasiswa

7. Pendapatan 1,5 juta/bulan

8. Hobby Memelihara hewan dan bermain musik

B.2. Rangkuman Hasil Observasi.

Untuk memahami lebih jelas mengenai keadaan tempat dilakukannya wawancara, peneliti akan menggambarkan terlebih dahulu bagaimana kondisi di sekeliling lingkungan tempat wawancara.

B.2.1. Observasi Lingkungan Taman Kampus Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Lokasi tempat dilakukan wawancara dengan responden II terletak di salah satu areal taman kampus Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Taman ini terletak di antara gedung kedua dan ketiga Fakultas Psikologi dan bersebarangan

dengan jalan keluar dari gedung Fakultas Kedokeran yang terletak di samping gedung Fakultas Psikologi.

Untuk mencapai taman ini peneliti melewati bagian depan gedung kedua fakultas, menyusuri lorong yang menuju ke belakang gedung. Setelah itu, menuruni dua anak tangga dan taman tersebut terletak di sebelah kanan jalan menuju gedung ketiga. Antara taman dan gedung kedua dan ketiga berbatasan dengan sebuah parit kecil.

Taman kampus ini terlihat sangat rindang karena dipenuhi oleh berbagai tanaman serta pohon yang tingginya berkisar 2-2,5 meter. Taman yang penuh dengan rerumputan ini diberikan jalan setapak berwarna putih yang terbuat dari semen. Selain adanya jalan setapak ini, di sekeliling taman ini dibuat semacam tempat diskusi mahasiswa yang dibangun menggunakan semen sehingga membentuk kursi dan meja. Antara tempat diskusi satu dengan yang lainnya terdapat semacam pot berukuran besar yang ditanami pohon dan tumbuhan. Beberapa dari tempat ini mempunyai atap sederhana serta satu pasang kursi tanpa dilengkapi sebuah meja, namun setiap tempat yang diperuntukkan untuk mahasiswa ini dilengkapi dengan sebuah tempat sampah.

Di samping kanan taman ini terdapat sebuah mesjid yang digunakan mahasiswa dan mahasiswa muslim Fakultas Psikologi untuk beribadah. Letak taman

yang berada di tengah antara gedung kedua dan ketiga, membuat segala kegiatan yang berada di taman ini dapat dilihat di lantai dua di kedua gedung tersebut.

B.2.2. Observasi Tempat Wawancara

Wawancara dilakukan di salah satu tempat diskusi yang terdapat di taman kampus Fakultas Psikologi. Tempat wawancara mempunyai luas sekitar 2 x 2 meter, beralaskan semen berwarna putih dan mempunyai dua kursi putih panjang yang saling berhadapan. Di tempat ini tidak mempunyai meja yang berada di antara ke dua kursi ini dan mempunyai atap yang berwarna biru.

Tempat dilakukannya wawancara mempunyai suasana yang teduh karena di samping kiri dan kanan terdapat pohon dan tanaman yang cabangnya menjulang menutupi lokasi wawancara. Di samping salah satu kursi tersebut, terdapat sebuah tempat sampah kecil berbentuk seperti tong dan berwarna merah. Di samping kiri tempat wawancara, terdapat jalan setapak untuk menyusuri taman kampus tersebut.

B.2.3. Observasi Wawancara

1. Wawancara I

Responden II adalah seorang pria yang memiliki tinggi 168 cm dan berkulit putih. Responden memiliki rambut keriting yang panjang untuk ukuran seorang laki-laki. Responden adalah salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pertemuan pertama mengenai wawancara penelitian ini bermula

dari pertanyaan peneliti tentang pengalaman responden dalam membeli barang. Setelah mengetahui bahwa kriteria yang dicari cocok dengan criteria Responden II, peneliti menanyakan kesediaan untuk melakukan wawancara mengenai pengalaman membeli Responden II. Dari pembicaraan singkat itu, peneliti mendapat jadwal wawancara lengkap dengan waktu bertemu.

Waktu wawancara dijadwalkan petang, mengingat kegiatan perkuliahan sudah selesai, sehingga tempat wawancara dapat dilakukan di taman kampus Fakultas Psikologi. Pada wawancara I ini, peneliti terlebih dahulu sampai di tempat sampai akhirnya 10 menit kemudian Responden II mengirim pesan singkat menanyakan posisi peneliti dan memberi tahu bahwa dia sudah berada di parkiran sepeda motor kampus. Peneliti pun membalas kalau peneliti sudah sampai dan sekitar 15 menit kemudian Responden II sampai di tempat wawancara.

Pada pertemuan awal tersebut, Responden memakai baju kaos kerah berwarna merah cerah dengan celana panjang dan memakai sandal. Kemudian Responden datang dan duduk berhadapan dengan peneliti. Setelah saling menanyakan kabar, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan tujuan wawancara, serta latar belakang penelitan yang sedang teliti. Kemudian peneliti menanyakan apakah ada pengalaman yang pernah dirasakan responden sesuai dengan kriteria yang dicari peneliti. Responden mengangguk namun dia mengatakan pengalaman tersebut sudah lama terjadi dan bertanya apakah itu tetap dapat dimasukkan ke kasus yang dicari peneliti. Peneliti balik bertanya apakah garis besar pembelian itu tetap

diingat oleh responden, responden mengangguk dan mampu menjawab hal-hal detail mengenai harga dan spesifikasi barang yang mungkin butuh waktu untuk mengingatnya kembali. Peneliti mengizinkan hal tersebut dan meminta izin untuk memulai wawancara I.

Sebelum wawancara I dimulai peneliti terlebih dahulu meminta kesediaan agar wawancara dapat direkam. Pada awalnya responden menolak, namun ketika peneliti mengatakan jika ada hal-hal yang sifatnya pribadi, informasi tersebut akan tetap dirahasiakan dan tidak dimasukkan ke dalam hasil laporan, akhirnya responden setuju akan pemakaian perekam suara. Perekam suara dipegang oleh peneliti agar kedua sumber suara tetap terdengar jelas di hasil rekaman. Selama wawancara, responden dan peneliti sama-sama menjaga kontak mata, namun beberapa kali responden melayangkan pandangan matanya ke arah kanan dan kiri peneliti dan juga beberapa kali responden masih berusaha mengingat pengalaman pembelian yang ditanyakan oleh peneliti. Bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh responden terkadang menggaruk-garuk kepala ketika berusaha mengingat suatu informasi.

Pada akhir wawancara, peneliti memberikan waktu pada responden untuk bertanya seputar topik pertanyaan. Responden menanyakan kriteria yang dicari peneliti serta latar belakang penelitan yang sedang dilakukan peneliti. Setelah sekitar lima menit melakukan tanya jawab, akhirnya peneliti meminta izin untuk mengakhiri wawancara.

Wawancara awal berjalan dengan baik. Peneliti menganggap tidak ada gangguan yang berarti yang ditemui selama wawancara berlangsung. Namun. Adanya mahasiwa yang melewati taman dan tempat wawancara terkadang mengganggu perhatian responden, terutama jika orang sedang lewat merupakan kenalan responden.

2. Wawancara II

Pada hari dan jam yang telah ditentukan. Peneliti mendapati bahwa responden sudah terlebih dahulu sampai di lokasi dilakukannya wawancara. Tempat wawancara sama seperti di tempat wawancara sebelumnya. Pertama kali berjumpa di lokasi, responden sedang duduk dan melihat telepon genggam di tangan kanan sedangkan di tangan kiri terlihat memegang jaket. Disamping kiri responden terdapat helm sepeda motor responden yang berwarna abu-abu.

Di sore yang cerah itu, responden memakai kaos berkerah berwarna biru gelap, celana jins dan memakain sepatu. Sekitar dua menit pertama, setelah peneliti duduk berhadapan di depan responden, peneliti menanyakan kabar serta menguraikan hasil wawancara pertama dengan responden. Selain itu, peneliti juga memberikan gambaran singkat pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan di wawancara yang kedua ini. Responden mengangguk setuju dan meminta agar wawancara dimulai. Setelah itu, peneliti mengaktifkan perekam suara dan meletakkannya di sebelah kiri responden.

Pada bagian wawancara awal, responden terlihat lancar dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan peneliti. Selain itu, selama wawancara bahasa tubuh yang ditunjukkan responden menunjukkan kesan santai. Sesekali responden membetulkan posisi duduknya dan terkadang menggunakan gerakan tangan untuk memperjelas maksud pernyataannya dalam menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. Hal ini berlangsung selama wawancara.

Di tengah wawancara, responden memberikan kode kepada peneliti untuk menghentikan sementara proses rekaman suara yang sedang berlangsung dengan alasan adanya panggilan masuk ke telepon genggamnya, setelah dua menit berbicara, kemudian responden meminta peneliti melanjutkan wawancara yang tertunda. Wawancara II berlanjut, hingga akhirnya sampai di bagian akhir wawancara, peneliti menanyakan apakah ada pertanyaan sebelum diakhirinya wawancara, responden menggeleng, kemudian peneliti mengucapkan terima kasih dan mematikan rekaman suara.

Pada wawancara yang kedua ini, gangguan di wawancara pertama tidak terjadi karena hari dilangsungkannya wawancara II merupakan hari libur. Sehingga kondisi kampus dan taman kampus sepi. Dari sekitar lokasi wawancara cuma terlihat beberapa orang yang melewati taman, yaitu para penjaga kampus.

3. Wawancara III

Pada hari dan jam yang ditentukan untuk melakukan wawancara III, peneliti masih berada di dalam kendaraan peneliti yang berada di halaman parkir kampus. Selagi peneliti sedang menelpon responden, tiba-tiba responden mengetuk jendela kendaraan peneliti dan ternyata pada hari itu responden memakai kendaraan mobil dan letak parkirnya tepat di sebelah kiri kendaraan peneliti. Setelah itu peneliti turun dan mengucapkan salam, dari situ peneliti dan responden berjalan menuju tempat untuk wawancara.

Tempat wawancara III sama dengan tempat wawancara sebelumnya yaitu berada di taman kampus Faultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Setelah sampai di tempat wawancara, peneliti dan responden kembali duduk berhadapan. Di sore yang menjelang malam itu, responden hanya memakai kaos dan celana panggul yang berwarna coklat. Setelah saling menanyakan kabar, peneliti memberi gambaran tentang hasil wawancara sebelumnya dan mengenai tema- tema pertanyaan yang akan diajukan selama wawancara. Setelah responden setuju dan mengerti, wawancara pun dimulai dengan letak mesin perekam suara yang berada di genggaman peneliti.

Selama proses wawancara berlangsung, responden sesekali memandang mesin perekam suara yang dipegang peneliti dan juga disertai tawa menyangkut pokok pembicaraan yang dirasa lucu oleh responden. Dalam proses wawancara,

responden pun terlihat fokus dan lancar dalam menjawab pertanyaan dari peneliti dan terkadang diikuti gerakan tangan serta perubahan intonasi suara untuk merespon pertanyaan peneliti. Sesekali responden menepuk kakinya karena ternyata banyak nyamuk di lokasi wawancara pada malam hari.

Mengingat hari yang sudah gelap dan tidak adanya lampu yang berada di sekitar taman membuat peneliti mengakhiri wawancara lebih cepat dari biasanya. Ditambah juga alasan responden untuk menjemput saudaranya yang berada di luar kota. Akhirnya wawancara pun selesai dan peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan waktu responden untuk wawancara penelitian.

B.3. Rangkuman Hasil Wawancara

B.3.1. Dimensi Postpurchase Dissonance

1. Dimensi Emotional

Munculnya perasaan tidak nyaman pada Responden II akibat dari keputusan membeli produk MP4. Ketidaknyamanan psikologis yang dirasakan responden muncul dalam bentuk rasa takut. Responden II mengakui bahwa rasa takut itu timbul karena adanya pengalaman responden ketika harga tidak selamanya berbanding lurus dengan kualitas produk.

“Tapi ragu kalau ditanya kenapa. Mungkin ya, ada hubungannya sama pengalaman-pengalaman sebelumnya…Jadi itu tadi pengalaman kekgitu, yang bikin aku berpikir ulang kekmana kalo rupanya harganya itu ga sesuai seperti

barang dulu yang uda pernah kubeli.. pengalaman buruk dengan harga.” (W2.R2/b.245-251/h.16)

Selain adanya faktor pengalaman, ternyata minimnya informasi mengenai harga pasaran mengenai produk tersebut serta pemikiran ketika performa produk tidak sesuai dengan ekspektasi membuat perasaan takut pada responden. Hal ini tampak jelas pada kutipan wawancara berikut:

“Sebelum beli, aku kan gatau harga barang kelas atas lah ya, jadi macam berani-beranian aku beli itu, waktu itu kalo ga salah SMA, uang segitu uda

lumayan lah untuk tabungan awak, jadi itu… takut..” (W2.R2/b.155-160/h.14)

“Sesudah kubeli,kubayarkanlah justru makin ngeri, karena yang uda dibeli gaboleh dikembalikan lagi. Uang uda uda kesitu, barang uda samaku, justru disitu makin ragu kalo gasalah.” (W2.R2/b.166-171/h.14)

“Iyalah, udah keluar uang banyak, ternyata di bawah ekspektasi, kan

menimbulkan ketakutan.” (W3.R2/b.66-68/h.21)

Selain adanya rasa takut, responden merasakan juga ketidaknyamanan psikologis lainnya, yaitu rasa cemas. Perasaan cemas ini muncul diakui responden ketika ia melakukan hal-hal yang diluar rutinitasnya, hal ini berlaku pada pembelian produk MP4 tersebut. Adanya rencana pembelian, ketika sudah berada di toko mengalami perubahan rencana dan akhirnya membeli produk yang berbeda.

“Mungkin ya, aku memang orang yang ga suka diluar rutinitas, jadi kalau ada hal-hal yang diluar rutinitas buat aku cemas. Karena dari rumah aku ga ada niat ngeluarin duit sebesar itu dan udah ada niat beli barang seperti apa kan

uda di luar skenario ku untuk itu.” (W2.R2/b.364-371/h.19)

Seusai membeli timbulnya kesadarran responden apakah keputusan pembelian yang dilakukan sudah tepat atau tidak. Perbedaan harga yang besar antara produk yang dibeli dengan yang direncanakan membuat responden mempertanyakan kembali keputusan pembelian.

“Kalau aku memang gitu orangnya, dulu aku memang orangnya, jika udah ada yang kurencanakan, sama yang kayak 300 aku beli inilah, tau-tau ga jadi aku beli yang itu. Setelah beli itu, aku ragu. Kok jadi beli yang ini ya, jadi kok semacam dipengaruhi hipnotis. Bener tidak ini keputusannya, seperti itu.” (W3.R2/b.118-128/h.22)

Minimnya informasi ditambah besarnya jumlah harga yang sudah dibayar mengenai produk tersebut membuat responden mempertanyakan kepantasan harga produk tersebut. Pengalaman responden mengenai minimnya informasi tentang suatu produk di masa lampau, membuat responden bertanya-tanya apakah harga produk yang sudah dibayar pantas untuk kemampuan barang tersebut.

“Ya benar, worthed atau ngga itu maksudnya yang aku keluarkan pantas tidak

untuk barang yang kubeli itu….” (W3.R2/b.46-49/h.21)

“Ragunya gara-gara itu kan harganya ga murah, uangnya itu uang aku, ya

jelas ragu, ragunya ya ragu aku uda ngeluarkan uang segitu memang harganya

segitu ngga.” (W2.R2/b.136-141/h.14)

3. Dimensi Concern over Deal

Adanya informasi-informasi berupa komentar dari luar diri responden yang dihadapkan pada responden seusai pembelian produk, yaitu komentar orang terdekat setelah pembelian produk, membuat responden sadar akan keputusan pembelian yang baru dilaksanakan sehingga meragukan pembelian produk.

“..trus dapat komentar dari kakak itu kan, iya ya ngapain aku beli yang ini, toh sama juga bisa mutar musik juga.” (W1.R2/b.405-409/h.9)

“Udah ragu aku sebelum dia ngomong, tapi setelah dia ngomong tambah ragu

lagi.” (W3.R2/b.98-100/h.22)

Komentar tersebut mengenai opini tentang tingginya harga yang sudah dibayar responden dibanding dengan fungsi yang didapat, dimana fungsi yang sama dapat dirasakan di produk yang harganya jauh lebih rendah. Hal ini membuat responden semakin ragu atas pembelian produk, baik sebelum dan sesudah pembelian produk MP4 tersebut.

“Oiya, waktu aku beli barang itu aku pergi sama kakakku kan, biasalah sambil ngawani kakak belanja yak an. Setelah beli barang itu, dibilang kakakku , ya standarlah kayakmana kakak kita ngomentarin, buat apa beli mahal-malah gitu sama ajanya fungsinya itu, buang-buang duit aja kau.. ya aku mikir-mikir juga, ya tapi kenyataannya udah aku beli juga.” (

W1.R2/b.371-381/h.9)

B.3.2. Dinamika Postpurchase Dissonance pada responden dengan faktor harga sebagai pemicu

Munculnya kondisi postpurchase dissonance pada responden II dipicu oleh pembelian oleh faktor harga MP4 seharga 700 ribu. Sebelum terjadinya pembelian, responden sudah mengetahui secara singkat infomrasi mengenai produk MP4 dari harga produk secara umum, bentuk dan fungsi umum produk. Namun ketika sudah berada di toko akhirnya responden mengganti rencana pembeliannya. Hal ini dikarenakan informasi yang sudah dimiliki responden sebelum pergi untuk membeli ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, ketika responden melihat secara langsung produk MP4 yang direncanakan. S ehingga

keputusan pembelian jatuh kepada alternatif produk MP4 yang lain dengan harga dua kali lipat dari harga yang direncanakan. Sebelum membeli responden merasa wajar dengan harga produk yang tinggi karena kemampuan produk yang dianggap juga jauh lebih tinggi, selain itu ditambah dengan pandangan dengan membeli produk yang mahal bisa menaikkan status sosial.

“Yah ada juga sih, ga munafik adalah hehehe, ya salah satu tujuanku membeli mp4 agak mahal tadi supaya keren yakan hehe ntar diliat orang, kan dari

desainnya uda Nampak kalau itu bukan barang murah.” (W2.R2/b.298-

304/h.17)

“…Bentuknya aku ingat kali, persegi panjang, tapi ga panjang kali, tipis, terus, body stainless, atasnya layar. Pokoknya menariklah, dan speakernya di bodi belakang tapi cantik modelnya. Pokoknya suka kali aku desainnya, trus tombolnya ada di satu sisi di bagian atas trus ada colokan headset sama charger colokannya seperti usb, bisa dicolok ke komputer juga berarti. Untuk speknya aku agak lupa yang pasti speknya sekitar 8 giga-an lah, trus aku Tanya sama dial ah, gambarnya lebih jernih nonton video, terus dihidupin, bagus lah kualitas gambarnya kulihat. Suka lah aku sama itu, trus kutanya harganya ternyata 700ribuan, aku kebetulan bawa duit yang cukup segitu, jadi saat itu aku awalnya mau beli yang 300an tau-tau nengok itu, tergiur sama itu jadi memutuskan yang mana harus dibeli…” (W2.R2/b.68-119/h.12)

Setelah pembelian dilakukan terjadi beberapa analisis harga pada responden. Analisis harga yang pertama adalah responden II merasa dengan harga yang sudah dibayar responden merasakan resiko jika ketika barang tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya Hal ini menurut responden dipengaruhi oleh pengalaman responden terhadap harga yang tidak sejalan dengan kualitas (

(-) price-quality schema), sehingga sesudah membeli dengan harga yang dirasa

tinggi, performa dari produk tersebut tidak akan memenuhi harapan responden. Dimana akibat dari hasil analisis harga ini adalah terjadinya rasa ketakutan

setelah terjadinya keputusan pembelian oleh responden. Perasaan ketidaknyamanan ini juga diakibatkan oleh jumlah uang yang telah dibayarkan merupakan hasil tabungan responden sehingga ketika produk yang dibeli tidak sesuai dengan harapan, muncul ketakutan pada responden.

“kekmana kalo barang ini rupanya ga sebagus yang kupikirkan. Gini aku kan punya prinsip harga ga bohong kan..jadi harga pasti ngikutin kualitas, kualitas disitulah kekuatan, keawetan, soal spek tinggi. Spek tinggi mungkin uda dijelaskan di keterangannya, kurang ragu lah di bagian itu kan, walaupun ada beberapa sisi yang aku ga paham. Tapi yang paling bikin aku ragu mungkin

soal kekuatan barangnya, keawetan, jadi ada juga kepikiran..” (W2.R2/b.185-

192/h.15)

Analisis yang selanjutnya terjadi adalah minimnya informasi mengenai harga pasaran produk tersebut membuat responden bertanya apakah harga yang sudah dibayar sesuai dengan harga pasaran pada saat membeli. Analisis ini kemudian mengakibatkan responden berpikir apakah dia telah melakukan sebuah keputusan yang tepat, dan apakah dia sudah membayar produk tersebut dengah harga yang pantas/dihargai secara pasaran.

“..yang buat aku ragu, keputusanku udah benar atau ngga. Karena harganya kan mahal, aku ngga tau saat itu harga mp4 itu berapa. Yang kutahu ya hanya harga di toko itu juga, kayak tadi 300-400 dan dia lebih tinggi daripada yang lain, tapi tetep aja aku ragu, pantas ga harganya segitu.” (W1.R2/b.343-352/h.8)

Analisis terakhir yang muncul ketika responden diberikan opini atas pembelian produk tersebut oleh kakaknya. Komentar mengenai harga serta fungsi yang didapat dari produk tersebut membuat responden sadar dengan membeli produk yang lebih murah bisa mendapatkan fungsi yang sama dengan produk yang mahal yaitu, memutar lagu. Keadaran ini membuat Responden

merasa telah membuat keputusan yang salah. Dimana komentar tersebut menambah keraguan yang dirasakan responden setelah melakukan keputusan pembelian.

“Setelah beli barang itu, dibilang kakakku, ya standarlah kayakmana kakak kita ngomentarin, buat apa beli mahal-malah gitu sama ajanya fungsinya itu, buang-buang duit aja kau..ya aku mikir-mikir juga, ya tapi kenyataannya udah aku beli juga.” (W2.R2/b.371-381/h.9)

Analisis-analisis harga yang dialami responden II ternyata dapat memicu keadaan postpurchase dissonance, dibuktikan dimana peran harga dapat memicu terganggunya dimensi-dimensi postpurhcase dissonance menurut Hawkins, Mothersbaugh, & Best (2007).

B.4. Gambaran umum pembelian produk.

Responden II sehari-harinya masih aktif kuliah di salah satu universitas kota Medan. Selain kuliah, responden II mengisi waktu luangnya dengan bermain alat musik, yaitu gitar. Oleh karena itu banyak pembelian pada responden melibatkan barang-barang yang mendukungnya di dunia musik.

Sebelum membeli barang secara umum, terdapat beberapa faktor pertimbangan pada responden II. Yang pertama adalah bagaimana tingkat kebutuhan terhadap barang. Kedua, berapa harga produk tersebut. Dan selanjutnya bagaimana ketersediaan produk tersebut, misalnya responden bisa saja membeli suatu produk yang dulu pernah dibutuhkan namun barangnya sedang tidak ada, untuk mengantisipasi kebutuhannya yang mendatang.

Pentingnya harga yang dirasakan responden dikarenakan responden menganggap harga tidak pernah berbohong. Tidak pernah berbohong dimaksudkan bahwa harga merupakan indikator kualitas produk tersebut Selain hubungannya dengan kualitas, responden juga beranggapan bahwa harga bisa menjadi suatu penunjuk status sosial seseorang. Semakin mahal barang yang dipakai seseorang maka semakin tinggi pula status sosial yang dimiliki orang tersebut. Yang terakhir, alasan mengapa harga menjadi penting bagi responden adalah keinginan responden mendapatkan barang dengan kualitas terbaik dengan harga serendah-rendahnya.

Responden II umumnya menggunakan internet sebagai sumber pencarian

Dokumen terkait