• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

E. Deskripsi Data

Penelitian tentang kemampuan koneksi di SMA Muhammadiyah 25 Tangerang Selatan ini dilakukan terhadap dua kelompok siswa. Kelompok Eksperimen terdiri dari 30 orang siswa pada kelas XI IPS 1 yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berorientasi retensi, sedangkan kelompok kontrol terdiri dari 30 orang siswa pada kelas XI IPS 2 yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran ekspositori.

Pokok bahasan yang diajarkan pada penelitian ini adalah turunan, sebanyak 7 pertemuan. Setelah masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda, maka untuk mengukur kemampuan koneksi matematika kedua kelompok tersebut, pada akhir penelitian penguji memberikan tes kepada kedua kelompok, tes yang diberikan berbentuk soal uraian. Tes yang diberikan kepada kedua kelompok sama, karena pada akhir penelitian ingin diketahui ada atau tidak adanya perbedaan koneksi matematika antara siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berorientasi retensi dan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori.

Namun sebelum soal diberikan kepada kedua sampel, maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk soal-soal yang akan digunakan sebagai alat tes. Soal diuji cobakan sebanyak 10 soal, uji coba dilakukan pada kelas XII sebanyak 1 kelas terdiri dari 38 siswa. Setelah dilakukan uji validitas semua soal memenuhi syarat validitas. Berdasarkan tes taraf kesukaran diperoleh 30% dari 10 soal termasuk kriteria mudah, 60% sedang, dan 10% sukar. Dan berdasarkan tes daya pembeda diperoleh 1% dari 10 soal yang memiliki daya pembeda jelek, 60% sedang, dan 30%baik. Untuk analisis data 1 soal yang memiliki daya pembeda jelek juga tidak digunakan. Dan 2 soal yang memiliki daya beda sedang tidak digunakan juga, dikarenakan alasan waktu. Jadi jumlah soal yang digunakan untuk analisis data sebanyak 7 soal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir. Data pada penelitian ini ialah data yang terkumpul dari tes yang telah diberikan kepada siswa SMA Muhammadiyah 25 Tangerang Selatan, berupa data hasil tes kemampuan koneksi matematika siswa yang dialaksanakan sesudah pembelajaran.

I. Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelompok Eksperimen pada Pokok Bahasan Turunan dengan Menggunakan Pembelajaran Berorientasi Retensi

Dari hasil tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran berorientasi retensi diperoleh nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 100. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes kemampuan koneksi matematika siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel .6.

Distribusi Frekuensi Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelompok Eksperimen

No Interval Bb Ba frekuensi ݔ௜ ݔ ݂ݔ ݂௜ݔ fi fk(%) 1 45 - 54 44,5 54,5 4 13,33 49,5 2450,25 198 9801 2 55 - 64 54,5 64,5 7 23,33 59,5 3540,25 416,5 24781,8 3 65 - 74 64,5 74,5 6 20 69,5 4830,25 417 28981,5 4 75 - 84 74,5 84,5 8 26,67 79,5 6320,25 636 50562 5 85 - 94 84,5 94,5 2 6,667 89,5 8010,25 179 16020,5 6 95 - 104 94,5 104,5 3 10 99,5 9900,25 298,5 29700.8 30 100 2145 159848 Mean 71,5 Median 71,2 Modus 77 Varians 223,45

Simpangan baku 14,95

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan nilai rata-rata (ݔҧሻ71,5, median (Me) 71,2, Modus (Mo) 77, varians (s2) 223,45,simpangan baku (s) 14,95, tingkat kemiringan (sk) -0,368, dan ketajaman atau kurtosis (ߙ4) 2,115.

Distribusi frekuensi hasil tes kelompok eksperimen tersebut ditunjukkan pada grafik histogram berikut:

Gambar.7.

Histogram dan Poligon Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelompok Eksperimen

Berdasarkan histogram distribusi frekuensi hasil tes kelas eksperimen di atas diketahui bahwa terdapat 3 siswa yang memiliki kemampuan koneksi tinggi

f Batas kelas 8 7 6 4 3 2 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5 94,5

dengan interval 95 - 104, dengan interval 45 -artinya histogram pada melenceng ke kiri. K atau bentuk kurva dat mayoritas atau kebany

II. Kemampuan Kon Bahasan Turuna

Dari hasil t menggunakan pembe tertinggi 95. Untuk l matematika siswa kela

Distrib No Interval Bb 1 30 - 38 29,5 2 39 - 47 38,5 3 48 - 56 47,5 4 57 - 65 56,5 5 66 - 74 65,5 6 75 - 83 74,5 Jumlah Mean Median Modus Varians Simpangan Baku

104, dan 4 siswa yang memiliki kemampuan 54. Histogram di atas memiliki kemiringan ada kelas eksperimen memiliki kurva model ne Ketajaman atau kurtosis sebesar 2.115 (distri datar). Histogram tersebut juga menunjukkan ke anyakan siswa memiliki koneksi yang tinggi.

Koneksi Matematika Siswa Kelompok Kontr nan dengan Menggunakan Pembelajaran Ek

tes yang diberikan kepada kelompok kont belajaran ekspositori diperoleh nilai terenda

lebih jelasnya, deskripsi data hasil tes kema kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel .7.

stribusi Frekuansi Kemampuan Koneksi Mate Siswa Kelompok Kontrol

Ba Frekuensi Titik tengah fi fk (%) 9,5 38,5 2 6,667 34 1225 68 8,5 47,5 6 20 43 2116 258 7,5 56,5 9 30 52 3249 468 6,5 65,5 6 20 61 4624 366 5,5 74,5 2 6,667 70 7744 140 4,5 83,5 5 16,67 79 9801 395 30 100 1695

puan koneksi rendah an sebesar -0,368 negatif atau kurva stribusi platikurtik kelas eksperimen

ontrol pada Pokok Ekspositori

kontrol dengan ndah 30 dan nilai mampuan koneksi kut : atematika 2450 58 12696 68 29241 66 27744 40 15488 95 49005 695 136624 56,50 45,5 43 1408,84 37,53

Dari tabel distribusi frekuensi di atas dapat dilihat banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan nilai rata-rata (ݔҧሻ 56,50, median (Me)45,5, Modus (Mo) 43, varians (s2) 1408,84, simpangan baku (s) 37,53, tingkat kemiringan (sk) 0,360 dan ketajaman atau kurtosis (ߙ4) 0,032.

Distribusi frekuensi hasil tes kelompok kontrol tersebut ditunjukkan pada grafik histogram berikut:

Gambar.8.

Histogram dan Poligon Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelompok Kontrol

Berdasarkan histogram distribusi frekuensi hasil tes kelas kontrol di atas diketahui bahwa terdapat 2 siswa yang memiliki kemampuan koneksi rendah dengan interval 30 – 38, dan 5 siswa yang memiliki kemampuan koneksi tinggi dengan interval 75 - 83. Histogram pada kelas kontrol diatas di atas memiliki kemiringan sebesar 0,360artinya histogram pada kelas kontrol memiliki kurva model positif atau kurva melenceng ke kanan. Ketajaman atau kurtosis sebesar 0,032 (distribusi platikurtik atau bentuk kurva datar). Histogram tersebut juga

f Batas kelas 2 5 6 9 38,5 47,5 56,5 65,5 74,5 83,5 29,5

menunjukkan kelas kontrol mayoritas atau kebanyakan siswa memiliki koneksi yang rendah.

III. Perbandingan Hasil Tes Kemampuan Koneksi

Data statistik hasil tes pada materi turunan dengan metode pembelajaran retensi dan metode pembelajaran ekspositori disajikan dalam bentuk table berikut:

Tabel. 8.

Statistik Hasil Penelitian

Statistik Eksperimen Kontrol

Nilai terendah 48 30 Nilai tertinggi 100 83 Jumlah Sampel 30 30 Mean 71,50 56,50 Median 71,2 45,5 Modus 77 43 Varians 223,45 1408,84 Simpangan baku 14,95 37,53 Kemiringan -0,368 0,362 Ketajaman/ Kurtosis 2,115 0,032

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa jumlah kedua sampel yang diteliti adalah sama, yaitu 30 untuk kelas eksperimen dan 30 untuk kelas kontrol. Untuk nilai masing-masing kelompok diperoleh nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 48. Mayoritas siswa salah di nomor soal 3 dan 6 (dapat dilihat pada lampiran 7), karena siswa kurang teliti dalam membaca soal, sehingga ketika menulis diketahui siswa kurang tepat merubah kalimat soal kedalam kalimat matematika. Yang menyebabkan pengerjaan selanjutnya menjadi salah. Hal ini disebabkan pula karena pada saat pembelajaran siswa terlalu menganggap soal seperti ini mudah, karena kalimatnya yang sederhana dan pendek, tanpa disadari sebenarnya ada bagian yang mengecoh pada soal no. 3 dan 6 (dapat dilihat pada

lampiran 7). Dan nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 100. Mayoritas siswa pada kelas eksperimen benar pada saat mengerjakan soal pada nomor 1 dan 2 (dapat dilihat pada lampiran 7). Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung memang pada kelas eksperimen ditekankan untuk dapat menghafal rumus dengan fasih, bahkan mereka pernah membuat rumus tersebut kedalam mading, yang menyebabkan mereka masih mengingat apa yang pernah diperoleh pada pembelajaran sebelumnya, sehingga ketika diberikan soal seperti pada nomor 1 (dapat dilihat pad lampiran 7) mereka akan dengan mudah mengerjakannya, karena mereka hanya tinggal menulis rumus dan memasukkan angka-angka yang dimaksud dalam soal. Dan pada soal nomor dua selain mereka hafal dengan urutan rumus yang harus digunakan untuk soal tersebut mereka juga telah mampu mengkoneksikan bahwa pada soal nomor dua berhubungan dengan materi persamaan garis singgung yang telah dipelajarinya pada saat SMP sehingga mereka dapat kembali mengingatnya.

Sedangkan pada siswa kelompok eksperimen nilai terendah adalah 30. Mayoritas siswa salah di nomor soal 1, 3, dan 6 (dapat dilihat pada lampiran 7). Sama dengan hal nya yang terjadi pada kelas eksperimen, siswa kurang teliti dalam membaca soal pada nomor 3 dan 6 yang mengakibatkan siswa salah ketika merubah kalimat soal menjadi kalimat matematika. Sedangkan perbedaan terjadi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang signifikan yaitu jika pada kelas eksperimen mayoritas siswa dapat mengerjakan soal pada nomor 1, maka sebaliknya siswa pada kelas kontrol meyoritas salah ketika mengerjakan soal pada nomor 1. Hal ini disebabkan karena pada proses pembelajaran berlangsung pada kelas kontrol tidak ditekankan menghafal rumus secara mendalam, dan siswa tidak dibiasakan untuk mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajarinya sehingga siswa menjadi kesulitan ketika mengerjakan soal yang berhubungan dengan hafalan rumus. Padahal soal nomor satu telah mereka pelajari sebelumnya pada materi limit. Tetapi karena siswa tidak mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya sehingga siswa sendiri masih bingung ketika harus menghubungkan materi turunan dengan materi limit.

Dokumen terkait