• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran Berorientasi Retensi

A.1. Pembelajaran Berorientasi

Kata pembelajaran adalah bentukan dari kata belajar, dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses atau cara menjadikan orang belajar. Belajar adalah suatu proses yang harus dialami seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh penguasaan suatu kemampuan tertentu, yang sudah ditetapkan terlebih dahulu7. Secara umum belajar dapat diartikan perubahan perilaku yang merupakan refleksi.

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan:

Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the naural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”8.

“Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.”

7

Tim Penulis PKERTI Bidang MIPA. Hakikat Pembelajarn MIPA dan Kiat Pembelajaran Matematika Perguruan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Universitas Terbuka. Jakarta. Juli 2011. Hal 10

8

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2008. Hal 112

Kata “Pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media dan menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan dan mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Senada dengan yang diungkapkan Gagne, yang menyatakan bahwa,“Instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated.”9 Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan dan dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

Gagne mengemukakan kejadian pembelajaran dalam Sembilan kategori, yaitu10:

1. Mengaktifkan motivasi

2. Menjelaskan peserta didik tentang tujuan

3. Mengarahkan perhatian

4. Menstimulasi ingatan

5. Menyediakan bimbingan pembelajaran

6. Meningkatkan ingatan

7. Meningkatkan transfer

8. Menimbulkan kinerja

9. Menyediakan balikan

9

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. 2008. Hal 102

10

Yulaelawati, Ella. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Karya. 2009. Hal. 93 8

Kejadian pembelajaran ini berfungsi khusus mengkomunikasikan perilaku yang disebut komponen instruksi. Kelima kategori pertama menunjukkan pengkomunikasian perilaku yang terjadi sebelum seseorang menguasai sesuatu. Keempat kategori berikutnya terjadi setelah seseorang mengembangkan penguasaan terhadap sesuatu.

Menurut Kim seperti yang dikutip oleh Munir pembelajaran (Learning) merupakan proses mendapatkan pengetahuan atau ketrampilan. Definisi tersebut meliputi dua hal11:

a. Proses mendapatkan ketrampilan atau know-how (mengetahui bagaimana caranya) yang mengahsilkan kemampuan fisik untuk memproduksi suatu tindakan, dan

b. Proses mendapatkan know-why (mengetahui mengapa demikian) yang menghasilkan kemampuan untuk mengartikulasikan pemahaman konseptual dari suatu pengalaman.

Sedangkan menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah, yaitu12:

1. Menemukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.

2. Memilih atau mengembangkan aktifitas kelas dengan topik tersebut.

3. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

4. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.

Adapun tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran , akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan

11

Montasser, Deon. Orienatsi Pembelajaran Organisasi. FISIP UI., 2007 12

dicapai. Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pelajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Untuk itulah pembelajaran yang digunakan guru tidak hanya sekedar pembelajaran ekspositori, tetapi berbagai pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru diharapkan mampu memiliki kemampuan dalam memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan latihan yang berkualitas dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa. Dengan demikian, pembelajaran matematika adalah proses membuat orang belajar matematika.

Menurut Gagne hakekat pembelajaran dan rancangan pembelajaran, adalah semua hal yang bisa berpengaruh secara langsung pada belajar orang.13 Pembelajaran bisa disampaikan dengan bantuan gambar, komputer dan media lain. Gagne mendifinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar, yang sifatnya internal. Oleh karena itu diperlukan komponen yang esensial dalam pembelajaran. Komponen pembelajaran esensial adalah merumuskan tujuan pembelajaran dan mengenali cara pembelajaran yang cocok bagi tujuan-tujuan pembelajaran tertentu14. Sebagaimana fungsi dari pembelajaran yaitu menunjang proses internal yang terjadi di dalam diri pelajar, yang disebut belajar.

Pengertian Orientasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah melihat-lihat atau meninjau (supaya kenal lebih jauh atau lebih tau), mempunyai kecenderungan pandangan atau menitikberatkan pandangan. Sedangkan pengertian dari orientasi dalam pembelajaran menurut Argryis dan Schin adalah

“the degree to which firm’s proactively question wheather their existing beliefs and practices actually maximize organizational performance”. Pengertian ini memberikan makna bahwa orientasi dalam pembelajaran menghadirkan nilai-nilai

13

Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan . Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka. 1994. Hal 205

14

Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan. Jakarta :PT. Raja Grafindo Pustaka. 1994. Hal 207

yang berpengaruh kepada kecenderungan usaha untuk bekerja sama dalam menggali pengetahuan dan tantangan perubahan.

Selain itu pengertian orientasi dalam pembelajaran menurut Calantone et al. adalah “the organization wide activity of creating and using knowledge to enhance advantage”. Senada dengan pengertian sebelumnya orientasi dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Calantone et al. lebih menekankan kepada aktivitas-aktivitas usaha dalam meningkatkan pengetahuan untuk meningkatkan daya saing. Dengan demikian orientasi dalam pembelajaran merupakan aktiviatas dalam mendapatkan pengetahuan sebagai bagian dalam pembelajaran di sekolah. Artinya siswa belajar secara terus menerus mentransformasikan dirinya lebih baik untuk dapat mengatur pengetahuan yang telah diperolehnya.

Jadi, pembelajaran berorientasi adalah suatu proses pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelum memulai kegiatan belajar mengajar sehingga yag lebih menekankan suatu aktivitas pada saat proses pembelajaran sehingga siswa memperoleh penguasaan suatu kemampuan tertentu, yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

A.2. Retensi

Retensi mengacu pada tingkat dimana materi yang telah dipelajari masih melekat dalam ingatan, sedangkan lupa mengacu pada porsi ingatan yang hilang. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah yang sama dengan jumlah yang telah dipelajari dikurangi dengan ingatan yang masih tersimpan. Ilmuwan yang pertama kali meneliti tentang retensi adalah Ebbinghaus. Kesimpulan yang diperoleh dalam penenlitian yang dilakukan oleh Ebbinghaus yaitu kurva retensi yang menunjukkan bahwa retensi dapat berkurang dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi dalam beberapa jam setelah proses belajar mengajar berlangsung.15

15

Taufik Rahman,http://educare.e-fkipinla.net/index2.php?option=comcontent&do pdf=1&id=44. 12 Februari 2011. Pukul 13.00 WIB

Para ahli mencoba untuk mendefinisikan retensi itu sendiri. Berikut ini definisi Retensi menurut beberapa ahli, antara lain16:

1) Menurut Zaidi, Retensi belajar merupakan sejumlah materi yang masih diingat setelah selang waktu tertentu

2) Menurut Oxendine, Retensi mengarah pada ketekunan pada pengetahuan atau keterampilan belajar.

3) Menurut Pranata dan Rose, Retensi adalah banyaknya pengetahuan yang dipelajari oleh siswa yang dapat disimpan dalam memori jangka panjang dan dapat diungkapkan kembali selang waktu tertentu.

4) Menurut Sandtrock, Memori atau ingatan merupakan suatu retensi informasi dari waktu ke waktu yang melibatkan penyimpanan, pengkodean dan pemanggilan kembali informasi

Retensi merupakan salah satu fase dalam proses pembelajaran. Dalam tahap retensi merupakan proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang diperoleh setelah mengalami proses akuisi (fase menerima informasi). Dalam tahap belajar terjadi proses internal dalam pikiran siswa. Winkel menggambarkan tahapan proses tersebut terjadi dengan urutan sebagai berikut:17

1. Siswa menerima rangsang dari guru

2. Rangsang yang masuk ditampung dalam sensori register dan diseleksi, sehingga membentuk suatu kebulatan perseptual

3. Pola perseptual tersebut masuk kedalam ingatan jangka pendek dan tinggal disana selama 20 detik, kecuali bila informasi tersebut ditahan lebih lama melalui proses penyimpanan

4. Penampungan hasil pengolahan informasi yang berada dalam memori jangka pendek dan menyimpannya dalam memori jangka panjang sebagai informasi yang siap dipakai sewaktu-waktu pada saat diperlukan

16

http://www.cast.org/ncac/Anchoredlnstuction1663.cfm) 17

Taufik Rahman,http://educare.e-fkipinla.net/index2.php?option=comcontent&do pdf=1&id=44

5. Pada saat diperlukan siswa menggali informasi yang telah dimasukkan dalam memori jangka panjang untuk dimasukkan kembali kedalam memori jangka pendek. Dengan melihat proses internal yang terjadi pada siswa, maka fase 3 dan 4 dimana ingatan dimasukkan dan ditahan dalam memori jangka pendek dan kemudian dimasukkan kedalam memori jangka panjang merupakan proses yang amat penting bagi retensi.

Jadi, diperoleh kesimpulan bahwa retensi adalah kegiatan belajar yang berhubungan antara kemampuan dengan keterampilan daya ingat siswa. Retensi juga memiliki hubungan erat dengan memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Pada fase retensi, informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktik (practice), elaborasi(elaboration)atau lain-lainnya.

Gambar.1.

Piramida Pembelajaran18

18

Taufik Rahman,http://educare.e-fkipinla.net/index2.php?option=comcontent&do pdf=1&id=44. Dinuduh pada tanggal 7 Februari. Pukul 09.25

Metode Kelas Membaca Audio Visual Demonstrasi Penyimpanan 5% 10% (pasif belajar) 20% 30%

Pembelajaran berorientasi retensi juga berhubungan erat dengan perhatian (attention). Perhatian (attention) penting, karena jika siswa tidak memberikan perhatian (attention) terhadap sesuatu, maka dapat disimpulkan untuk sementara bahwa siswa tidak suka mengingat pelajaran yang telah dipelajarinya tersebut. Di dalam kenyataannya, memang banyak materi pelajaran yang telah dipelajari oleh siswa, tetapi sukar sekali untuk siswa mengingatnya kembali. Ada materi pelajaran yang begitu cepat dilupakan oleh siswa. Adapula materi pelajaran baru, setelah beberapa lama muncul lagi dalam daya ingat siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oileh Whiterington, menunjukkan bahwa materi yang bersifat hafalan (substansial-material) mudah sekali dilupakan oleh siswa, dibandingkan materi-materi yang bersifat mental (fungsional struktural) yang lebih tinggi, atau hasil-hasil pengalaman praktik yang berarti (meaningful).

Retensi dalam proses pembelajaran erat kaitannya dengan memori, adapun memori tersebut diantaranya adalah memori jangka pendek, memori kerja, dan memori jangka panjang. Yang pertama, yaitu memori jangka pendek. Memori jangka pendek secara kasar dapat disamakan dengan kesadaran. Artinya, apa yang siswa sadari pada suatu waktu, dikatakan terdapat pada memori jangka pendek siswa. Memori ini disebut “jangka pendek”, sebab informasi keluar dari memori jangka pendek ini dalam waktu kira-kira 10 detik, setelah materi baru dipelajari oleh siswa, kecuali jika materi tersebut diulang-ulang. Sebagai contoh dalam kehidupan nyata, bila seorang siswa diminta untuk mencari nomor telpon misalnya, nomor itu akan sampai ke memori jangka pendek. Bila siswa tidak mengulang-ulang nomor tersebut sewaktu ia berjalan dari buku telpon ke pesawat telpon, kemungkinan siswa tersebut lupa akan nomor tersebut menjadi lebih besar.

Bukan hanya usia memori jangka pendek yang pendek, tetapi kapasitasnya pun terbatas. Oleh karena itu memori jangka pendek kerap kali disebut bottlekneck dari system pemrosesan informasi. Kapasitas memori jangka pendek yang kecil ini implikasinya penting sekali bagi pengajaran atau instruksi pada umumnya. Makin lama makin banyak digunakan istilah memori jangka pendek. Jadi memori jangka pendek (short term memory) dalam proses

pembelajaran menekankan lama bertahannya informasi yang diterima oleh siswa setelah menerima materi pelajaran baru.

Yang kedua, memori kerja. Memori kerja merupakan “tempat” dilakukannya kegiatan mental secara sadar oleh siswa. Sebagai contoh, jika siswa diminta untuk memecahkan soal 14 x 32 dalam pelajaran matematika, maka siswa akan menyimpan hasil-hasil sementara 28 dan 42 kemudian menjumlahkannya di memori kerja mereka. Informasi dalam memori kerja siswa dapat dikode, kemudian disimpan dalam memori jangka panjang siswa. Pengkodean (coding) merupakan suatu proses transformasi, dimana informasi baru yang diperoleh siswa diintegrasikan pada informasi lama dengan berbagai cara.

Yang ketiga adalah memori jangka panjang (long term memory). Memori jangka panjang yang dimaksud dalam proses pmbelajaran adalah bagaimana siswa menyimpan informasi pelajaran yang telah diperoleh untuk digunakan di kemudian hari. Berlawanan dengan memori kerja, memori jangka panjang bertahan lama sekali. Sebagai suatu contoh kasus pemrosesan yang terjadi pada proses pembelajaran matematika, yaitu seorang Guru di SMP bertanya kepada seorang siswa yang bernama A, “Bagaimana rumus luas segitiga?”, A menjawab, “Tidak tahu, bu.” Pada waktu yang sama A sudah mempunyai harapan bahwa ia akan mempelajari rumus luas segitiga. Guru itu kemudian berkata, “Rumus luas segitiga adalah alas x tinggi dibagi dua.” Pola bahwa rumus luas segitiga adalah alas x tinggi dibagi dua menjadi informasi penting yang menurutnya perlu diingat. A kemudian selalu mengingat bahwa rumus luas segitiga adalah alas x tinggi dibagi dua, dengan cara mengkoneksikan rumus ini dengan informasi lain yang telah diketahuinya tentang luas segitiga. Bentuk koneksi yang dilakukan oleh A yaitu mengkoneksikan materi yang telah dipelajarinya mengenai segitiga (misalnya ketika mengerjakan soal luas segitiga, jika yang diketahui hanya panjang sisinya, maka si A dengan informasi baru yang diperolehnya mengenai luas segitiga adalah alas x tinggi dibagi 2, berarti si A tahu bahwa yang harus dilakukannya untuk mencari luas segitga dengan mencari ingginya terlebih dahulu, yaitu mengkoneksikannya dengan materi phytagoras). Dalam pelajaran

berikutnya, ketika guru bertanya pada A, “Bagaimana rumus luas segitiga, A?”. A dapat menjawabnya dengan benar. Dalam hal ini berarti A telah menyimpan informasi yang diberikan oleh guru mengenai rumus luas segitiga kedalam memori jangka panjangnya.

Tabel. 1.

Perbedaan Ingatan Jangka Pendek dan Jangka Panjang19 Karakteristik Ingatan Jangka Pendek Ingatan Jangka Panjang

Input Sangat Cepat Lambat

Kapasitas Terbatas Hampir Tak Terbatas

Durasi 20 – 30 detik Hampir Tak Terbatas

Isi Kata-kata, gagasan/ ide,

kalimat pendek Skema, gambar

Penarikan/ Pengeluaran Informasi Kembali

Segera Pengelolaan dan gambaran (representasi)

Peristiwa penyimpanan memori yang dilakukan oleh siswa dalam jangka pendek dan jangka panjang merupakan peristiwa mengingat atau menghafal. Tidak dapat dipungkiri bahwa siswa selalu menggunakan daya ingat dalam proses pembelajaran, apapun mata pelajarannya. Menurut Suryabrata dan Wasty, ingatan didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan. Ingatan baik mempunyai sifat-sifat cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh, luas dalam menyimpan, dan siap atau sedia dalam mereproduksikan kesan-kesan. Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa

19

yang telah diterima (dicamkan) itu akan disimpan sebaik-baiknya dan tidak akan berubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya.

Ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingatan siap artinya mudah dapat mereproduksikan kesan yang telah disimpannya. Soal mengingat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan.

Lalu bagaimana seorang siswa dapat mengingat dengan baik. Pada dasarnya otak siswa cenderung mengingat informasi paling banyak pada awal permulaan dan akhir sesi belajar. Sesaat setelah sesi belajar dimulai, maka akan terjadi penurunan daya serap informasi yang dapat diingat, yaitu kurang lebih di tengah – tengah sesi belajarnya, kecuali:

1. Informasi itu ‘diulang-ulang’ mengingatnya

2. Informasi itu ‘unik’

3. Informasi itu ‘menarik perhatian’ anak anda

4. Informasi itu ‘terasosiasi’ dengan informasi lainnya

Setelah sebuah sesi belajar selesai, maka selanjutnya ingatan siswa akan mengalami fenomena yang disebut dengan ingatan setelah belajar atau memory after learning, seperti pada grafik ini20:

20

Sutanto Windura. Memory Champion at School. 2010. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hal 179

Gambar.2.

Grafik Ingatan Setelah Belajar

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa puncak daya ingat siswa justru tidak terjadi begitu sesi belajar selesai, namun setelah itu (t’). Artinya siswa dapat mengingat dengan baik informasi yang diterima hanya pada beberapa saat setelah proses pembelajaran. Setelah itu siswa perlahan-lahan akan melupakannya. Karena pada grafik ingatan setelah belajar di atas siswa belum melakukan pengulangan atau retensi pada materi yang baru diterimanya.

Ingatan saat dan setelah belajar dapat ditunjukkan melalui grafik berikut21: Informasi yang terserap

Ket: t = waktu akhir belajar

t’ = waktu dimana pemahaman dan ingatan optimum terjadi

Gambar.3.

Grafik ingatan saat dan setelah belajar

21

Sutanto Windura. Memory Champion at School. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010. Hal 179

Informasi yang terserap

Akhir sesi belajar

t’

Lama belajar

Grafik diatas menunjukkan terjadinya penurunan daya ingat siswa seiring dengan berjalannya waktu. Itulah sebabnya banyak siswa yang mengeluh dalam pelajaran yang harus dipelajarinnya menjelang ujian menumpuk. Itu tidak lain karena apa yang sudah dipelajari sebelumnya sudah banyak yang lupa, alias luntur sehingga harus dipelajari ulang saat menjelang ujian. Agar apa yang sudah dipelajari oleh siswa tidak sia-sia, maka tidak ada cara lain yang lebih mudah dari pada melakukan suatu pengulangan belajar. Dengan melakukan pengulangan belajar (retensi) diharapkan siswa akan selalu mengingat materi yang sudah dipelajarinya dalam jangka waktu yang lebih lama.

Pengulangan belajar yang paling efektif adalah sebagai berikut22:

Tabel .2.

Pengulangan Belajar

Kaji ulang

ke-Interval waktu Daya tahan ingatan

1 10 menit – 1 jam 1 hari

2 1 hari 1 minggu

3 1 minggu ½ - 1 tahun

4 ½ - 1 tahun 2-3 tahun / selamanya

Hal diatas mudah untuk dilakukan dan hanya membutuhkan sedikit waktu, namun perlu kedisiplinan yang luar biasa. Lebih baik siswa melakukan pengulangan belajar beberapa kali secara singkat dari pada tidak sama sekali yang nantinya berujung pada lupa semuanya. Hal yang diingat adalah hal yang tidak

22

Sutanto Windura. Memory Champion at School. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010.Hal181

dilupakan, dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat (tak dapat diingat kembali).

Menurut Suryabrata setiap siswa berbeda-beda dalam kemampuannya mengingat, tetapi setiap siswa dapat meningkatkan kemampuan mengingatnya dengan pengaturan kondisi yang lebih baik dan penggunaan metode yang lebih tepat. Pada dasarnya ketika otak siswa menerima informasi yang diulang dalam beberapa cara, ada sebuah proses penyiagaan untuk mengkode informasi tersebut menjadi lebih efisen. Itulah mengapa menulis kosakata dalam sebuah kalimat, mendengar teman sekelas membacakan kalimat mereka, kemudian mengikuti arahan untuk menggunakan kata tersebut dalam percakapan pada hari itu akan menyebabkan terjadinya penyimpanan memori jangka panjang dan pemanggilan kembali yang lebih baik daripada hanya sekedar memori definisi kata.

Pengulangan informasi dengan cara yang bervariasi akan berakibat pada hubungan informasi. Hubungan informasi melibatkan metode-metode yang paling efektif untuk pertama-tama mendapatkan informasi lalu mempraktikkan dan melatihnya. Informasi yang dapat diingat dengan paling baik dipelajari melalui beberapa macam pemaparan yang bervariasi yang diikuti dengan memproses informasi baru yang bisa dicapai melalui pertanyaan-pertanyaan terpusat kepada siswa atau terbuka, pemecahan masalah secara aktif, atau mengkoneksikan informasi dengan situasi dunia nyata.

Semua langkah ini dalam perjalanannya akan mengubah data indrawi yang dibombardir kepada siswa menjadi pengetahuan yang dimiliki. Pemaparan yang lebih dari satu bervariasi seperti ini, serta pemrosesan kognitif yang lebih tinggi akan menyebabkan terbentuknya lebih banyak jalur yang menuntun kepada informasi baru yang tersimpan. Yang berarti akan ada lebih banyak cara untuk mengakses informasi nantinya untuk pemanggilan kembali setelah ia disimpan dalam pusat memori jangka panjang.

Strategi untuk menghubungkan materi yang telah dipelajari ke dalam memori jangka panjang23:

1) Memperkenalkan informasi ketika siswa sedang dilibatkan, dengan perhatian (attention) yang terfokus.

2) Mengikutsertakan siswa dalam praktik dengan teknik observasi yang akurat dan tepat dimana siswa mempelajari informasi dalam konteks yang bermakna. Dan mendorong siswa untuk mengulang informasi yang ingin mereka ingat terus-menerus, bahkan dalam percakapan.

3) Menggunakan jalan masuk multi-indera untuk pemaparan kepada informasi yang berakibat pada koneksi berganda dan hubungan-hubungan memori relasional dengan jalur memori siswa untuk meningkatkan ingatan dan penyimpanan memori.

4) Menciptakan motivasi pribadi yang terpusat untuk pembelajaran.

5) Menggunakan teknik-teknik observasi yang dikuasai dan dipraktikan, untuk membuat koneksi personal dan penemuan tentang materi yang akan dipelajari.

6) Mengarahkan agar siswa menggunakan informasi tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berpikir kritis yang relevan secara personal atau buatlah dan dukunglah penilaian dengan menggunakan pengetahuan baru tersebut.

7) Menggunakan masalah-masalah dunia nyata yang bersifat praktis untuk diselesaikan siswa dengan menggunakan pengetahuan baru.

8) Menanyakan pada siswa bagaimana mereka akan menggunakan informasi tersebut di luar sekolah.

Untuk menunjang penyimpanan memori jangka panjang dan pemanggilan kembali memori dengan sukses, materi-materi baru perlu dikuatkan melalui

Dokumen terkait