• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Dua variabel bebas yaitu intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua, sedangkan untuk variabel terikat yaitu stres. Berikut ini merupakan deskripsi data dari masing-masing variabel penelitian.

1. Intensitas Belajar Terlalu Tinggi

Untuk mengungkap data intensitas belajar terlalu tinggi digunakan instrumen berupa skala yang terdiri dari 27 item soal. Penyekoran dilakukan dengan rentang 1 sampai 4. Sehingga kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh adalah 108 dan skor terendah adalah 27. Dari hasil analisis data skor intensitas belajar terlalu tinggi diperoleh data sebagai berikut. a. Jumlah data = 155 b. Skor tertinggi = 96 c. Skor terendah = 34 d. Skor rata-rata = 59,30 e. Median = 60 f. Modus = 61 g. Standar deviasi = 11,591

Hasil penyekoran data penelitian variabel intensitas belajar terlalu tinggi berdasarkan indikator kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Skor Intensitas Belajar Terlalu Tinggi Berdasarkan Kisi-kisi Instrumen

No. Indikator Skor

1. Durasi belajar 3579

2. Frekuensi belajar 1690

3. Motivasi intrinsik 372

4. Motivasi ekstrinsik 518

5. Arah sikap positif 2593

6. Arah sikap negatif 440

Berdasarkan tabel di atas, maka skor intensitas belajar terlalu tinggi dapat disajikan dalam diagram histogram sebagai berikut.

Gambar 2. Diagram Histogram Skor Intensitas Belajar Terlalu Tinggi Berdasarkan Kisi-kisi Instrumen

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa indikator “durasi belajar” merupakan indikator yang memiliki skor tertinggi dibandingkan indikator yang lain, sehingga indikator “durasi belajar” menjadi faktor yang paling mempengaruhi intensitas belajar terlalu tinggi pada siswa.

Selanjutnya, data diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam pengklasifikasian ini digunakan mean dan standar deviasi (SD) dengan rumus sebagai berikut.

a. Tinggi = Mean + 1 SD ke atas

b. Sedang = (Mean – 1 SD) sampai (Mean + 1 SD) c. Rendah = Mean – 1 SD ke bawah

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

Durasi Belajar Frekuensi

Belajar MotivasiIntrinsik EkstrinsikMotivasi Arah SikapPositif Arah SikapNegatif

Indikator

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi, maka klasifikasi penggolongan data variabel intensitas belajar terlalu tinggi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Klasifikasi Data Intensitas Belajar Terlalu Tinggi

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa data variabel intensitas belajar terlalu tinggi sebanyak 25 siswa dengan persentase 16,1% berada pada kategori bawah, 106 siswa dengan persentase 68,4% berada pada kategori sedang dan 24 siswa dengan persentase 15,5% pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa intensitas belajar terlalu tinggi siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta berada pada kategori sedang.

Adapun penyajian klasifikasi data variabel intensitas belajar terlalu tinggi dalam diagram histogram adalah sebagai berikut.

No.

Kelas Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. < 48 25 16,1 Rendah

2. 48-71 106 68,4 Sedang

3. > 71 24 15,5 Tinggi

Gambar 3. Diagram Histogram Klasifikasi Data Intensitas Belajar Terlalu Tinggi

2. Sikap Otoriter Orang Tua

Untuk mengungkap data sikap otoriter orang tua digunakan instrumen berupa skala yang terdiri dari 22 item soal. Penyekoran dilakukan dengan rentang 1 sampai 4. Sehingga kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh adalah 88 dan skor terendah adalah 22. Dari hasil analisis data skor sikap otoriter orang tua diperoleh data sebagai berikut.

a. Jumlah data = 155 b. Skor tertinggi = 76 c. Skor terendah = 29 d. Skor rata-rata = 51,37 e. Median = 51 f. Modus = 52 g. Standar deviasi = 10,101 0 20 40 60 80 100 120

Bawah (< 48) Sedang ( 48-71) Atas (> 71)

Fr ek ue ns i Kelas Interval Frekuensi

Hasil penyekoran data penelitian variabel sikap otoriter orang tua berdasarkan indikator kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Skor Sikap Otoriter Orang Tua Berdasarkan Kisi-kisi Instrumen

No. Indikator Skor

1. Menuntut anak untuk mencapai cita-cita sepertiyang diinginkan orang tua. 467 2. Menekan anak untuk mempelajari hal-hal yangmenarik perhatian orang tua. 1230 3. Menuntut anak mendapatkan nilai rapor yangtinggi. 4053 4. Mengatur semua hal yang terkait dengan anak. 1306 5. Membuat anak selalu bergantung pada orangtua. 502 6. Membatasi pikiran dan perilaku anak sehinggaanak memiliki daya kreativitas yang rendah. 405

Jumlah 7963

Berdasarkan tabel dan nomor indikator di atas, maka skor indikator sikap otoriter orang tua dapat disajikan dalam histogram sebagai berikut.

Gambar 4. Diagram Histogram Skor Sikap Otoriter Orang Tua

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 1 2 3 4 5 6

Indikator

Skor

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa indikator 3 yaitu “menuntut anak mendapatkan nilai rapor yang tinggi” merupakan indikator yang memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan indikator yang lain, sehingga indikator “menuntut anak mendapatkan nilai rapor yang tinggi” menjadi faktor yang paling mempengaruhi sikap otoriter orang tua.

Selanjutnya, data diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam pengklasifikasian ini digunakan mean dan standar deviasi (SD) dengan rumus sebagai berikut.

d. Tinggi = Mean + 1 SD ke atas

e. Sedang = (Mean – 1 SD) sampai (Mean + 1 SD) f. Rendah = Mean – 1 SD ke bawah

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi, maka klasifikasi penggolongan data variabel sikap otoriter orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Klasifikasi Data Sikap Otoriter Orang Tua

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa data variabel sikap otoriter orang tua sebanyak 26 siswa dengan persentase 16,8% berada pada kategori bawah, 101 siswa dengan persentase 65,2% berada pada kategori No.

Kelas Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. < 41 26 16,8 Rendah

2. 41-61 101 65,2 Sedang

3. > 61 28 18 Tinggi

disimpulkan bahwa sikap otoriter orang tua siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta berada pada kategori sedang.

Adapun penyajian klasifikasi data variabel sikap otoriter orang tua dalam diagram histogram adalah sebagai berikut.

Gambar 5. Diagram Histogram Klasifikasi Data Sikap Otoriter Orang Tua

3. Stres

Untuk mengungkap data stres digunakan instrumen berupa skala yang terdiri dari 28 item soal. Penyekoran dilakukan dengan rentang 1 sampai 4. Sehingga kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh adalah 112 dan skor terendah adalah 28. Dari hasil analisis data skor stres diperoleh data sebagai berikut. a. Jumlah data = 155 b. Skor tertinggi = 83 c. Skor terendah = 36 0 20 40 60 80 100 120

Bawah (< 41) Sedang (41-61) Atas (> 41-61)

Fr ek ue ns i Kelas Interval Frekuensi

d. Skor rata-rata = 59,14 e. Median = 58

f. Modus = 59

g. Standar deviasi = 10,798

Hasil penyekoran data penelitian variabel stres berdasarkan indikator kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 13. Skor Stres Berdasarkan Kisi-kisi Instrumen

No. Aspek Indikator Skor Jumlah

1. GejalaFisik

a. Badan terasa tidak enak

(kelelahan, badan pegal-pegal, sukar tidur, dan jantung berdebar-debar) dan

876 b. Badan sakit (nyeri dada, diare

selama beberapa hari, sakit

kepala, sakit perut, dan lain-lain). 1283

2159

2. GejalaPsikis

c. Cepat marah. 2374

d. Tak mampu berkonsentrasi. 290 e. Suasana hati anak sering

berubah-ubah. 427

f. Tidak mampu menyelesaikan

tugas. 383

g. Reaksi berlebihan terhadap hal

sepele 344

h. Tidak tahan terhadap suara atau

gangguan lain 471

4289

3. PerilakuGejala

i. Lebih suka mengurung diri di

kamar. 1425

j. Menjadi lebih senang bermain sendiri dikamar dengan bermain game di computer atau menonton televise daripada bermain dengan teman-temannya.

651

k. Di sekolah juga anak akan lebih cenderung menyendiri, terlihat tidak bergairah dan letih.

863

2719

Berdasarkan tabel dan nomor indikator di atas, maka skor indikator stres dapat disajikan dalam diagram histogram sebagai berikut.

Gambar 6. Diagram Histogram Skor Stres Berdasarkan Kisi-kisi Instrumen

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa indikator c yaitu “cepat marah” merupakan indikator yang memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan indikator yang lain, sehingga indikator “cepat marah” menjadi faktor yang paling mempengaruhi stres.

Selanjutnya, data diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dalam pengklasifikasian ini digunakan mean dan standar deviasi (SD) dengan rumus sebagai berikut.

g. Tinggi = Mean + 1 SD ke atas

h. Sedang = (Mean – 1 SD) sampai (Mean + 1 SD) i. Rendah = Mean – 1 SD ke bawah

0 500 1000 1500 2000 2500 a b c d e f g h i j k

Skor

Skor

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi, maka klasifikasi penggolongan data variabel stres dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 14. Klasifikasi Data Stres

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa data variabel sikap otoriter orang tua sebanyak 22 siswa dengan persentase 14,2% berada pada kategori bawah, 105 siswa dengan persentase 67,8% berada pada kategori sedang dan 28 siswa dengan persentase 18% pada kategori tinggi. Dapat disimpulkan bahwa stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta berada pada kategori sedang.

Adapun penyajian klasifikasi data variabel stres dalam diagram histogram adalah sebagai berikut.

Gambar 7. Diagram Histogram Klasifikasi Data Stres

0 20 40 60 80 100 120

Bawah (< 48) Sedang (48-70) Atas (> 48-70)

Fr ek ue ns i Kelas Interval Frekuensi No.

Kelas Kelas Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori

1. < 48 22 14,2 Rendah

2. 48-70 105 67,8 Sedang

3. > 70 28 18 Tinggi

C. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dilakukan setelah uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Setelah instrumen penelitian yang valid dan reliabel digunakan untuk pengambilan data, maka selanjutnya diadakan uji prasyarat analisis sebelum analisis data penelitian. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan multikolinieritas data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari lapangan berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini dikenakan uji normalitas pada variabel X1, X2, dan Y. Data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi > 0,05 dan dinyatakan tidak berdistribusi normal apabila nilai signifikansi < 0,05.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 18 diperoleh data distribusi sebagai berikut.

Tabel 15. Hasil Uji Normalitas Data

Keterangan :

X1: Intensitas Belajar Terlalu Tinggi X2: Sikap Otoriter Orang Tua Y : Stres

No. Variabel Signifikansi Keterangan

1. X1 0,695 > 0,05 Distribusi Normal

2. X2 0,301 > 0,05 Distribusi Normal

a. Uji Normalitas Variabel X1

Hasil perhitungan uji normalitas pada variabel X1 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,695 (0,695 > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel intensitas belajar terlalu tinggi berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Variabel X2

Hasil perhitungan uji normalitas pada variabel X2 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,301 (0,301 > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel sikap otoriter orang tua berdistribusi normal.

c. Uji Normalitas Variabel Y

Hasil perhitungan uji normalitas pada variabel Y diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,630 (0,630 > 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel stres berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas satu (independen) dengan variabel bebas (independen) yang lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel intensitas belajar terlalu tinggi (X1) berhubungan secara linier dengan variabel sikap otoriter orang tua (X2). Perhitungan uji multikolinieritas data dibantu dengan aplikasi SPSS versi 18. Data dapat dinyatakan linier apabila nilai

korelasi lebih kecil (<) dibandingkan 0,5, maka dapat dinyatakan terjadi hubungan yang linier (multikolinieritas) di antara variabel independen.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 18 diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 16. Hasil Uji Multikolinieritas Data

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi kurang < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang linier (multikolinieritas) di antara variabel independen dan baik untuk digunakan model analisis regresi ganda. Dengan demikian, adanya hubungan yang bersifat linier antarvariabel intensitas belajar terlalu tinggi (X1) dengan variabel sikap otoriter orang tua (X2) menunjukkan bahwa syarat uji prasyarat analisis regresi ganda terpenuhi.

D. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji prasyarat analisis, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Pengadaan uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang terjadi antar variabel yang diteliti. Uji hipotesis di dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua dengan stres. Perhitungan uji

Korelasi Nilai KorelasiHitung Keterangan Intensitas belajar

terlalu tinggi dengan sikap otoriter orang

tua

0,261

hipotesis menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 18. Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis yang diajukan dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Pengujian Hipotesis I

Hipotesis pertama berbunyi “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas belajar terlalu tinggi dengan stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta”. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas belajar terlalu tinggi dengan stres, digunakan teknik korelasi sederhana dengan rumus Pearson product moment dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 17. Hasil Uji Korelasi Sederhana Intensitas Belajar Terlalu Tinggi dengan Stres

Hasil perhitungan hubungan antara intensitas belajar terlalu tinggi dengan stres diperoleh rhitungsebesar -0,14 dan koefisien korelasi bertanda negatif. Nilai signifikansi sebesar 0,865 (0,865 > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan intensitas belajar terlalu tinggi dengan stres.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara intensitas belajar terlalu tinggi dengan stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

Korelasi Signifikansi rhitung

Intensitas belajar terlalu

2. Pengujian Hipotesis II

Hipotesis kedua berbunyi “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap otoriter orang tua dengan stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta”. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap otoriter orang tua dengan stres, digunakan teknik korelasi sederhana dengan rumus Pearson product moment dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 18. Hasil Uji Korelasi Sederhana Sikap otoriter orang tua dengan Stres

Hasil perhitungan hubungan antara sikap otoriter orang tua dengan stres diperoleh rhitung sebesar 0,235 dan koefisien korelasi bertanda positif. Nilai signifikansi sebesar 0,003 (0,003 < 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap otoriter orang tua dengan stres.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap otoriter orang tua dengan stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

3. Pengujian Hipotesis III

Hipotesis ketiga berbunyi “Ada hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua dengan

Korelasi Signifikansi rhitung

Sikap otoriter orang tua

stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta”. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua dengan stres, digunakan teknik analisis regresi ganda dan diperoleh hasil koefisien korelasi sebagai berikut.

Tabel 19. Hasil Uji Korelasi Ganda Intensitas Belajar Terlalu Tinggi dan Sikap Otoriter Orang Tua dengan Stres

Hasil perhitungan hubungan intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua dengan stres diperoleh rhitungsebesar 0,248 dan koefisien korelasi bertanda positif. Nilai signifikansi F sebesar 0,008 (0,008 < 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua dengan stres.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas belajar terlalu tinggi dan sikap otoriter orang tua dengan stres siswa kelas V SD se-gugus III Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

Dokumen terkait