• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Peneliti mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi diperoleh data tentang penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan yang ditinjau dari aspek pengembangan kurikulum sekolah, pengembangan proses pembelajaran, dan kesehatan lingkungan sekolah. Deskripsi hasil penelitian sebagai berikut.

1. Pengembangan Kurikulum Sekolah a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan Rutin Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bentuk kegiatan rutin sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan sebagai berikut:

An : “Untuk pendidikan karakter cinta lingkungan SD kami memang kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berbasis lingkungan hidup, jadi program-program yang direncanakan juga harus berwawasan lingkungan mbak. Kalau kegiatan rutin ya SMUTLIS (Sepuluh Menit Bersih Lingkungan Sekolah), piket kelas pagi, piket kelas siang, menyirami tanaman”. (Senin, 25 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukka bahwa untuk kegiatan rutin yang dilakukan sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan adalah SMUTLIS (Sepuluh Menit Bersih Lingkungan Sekolah) dan piket kebersihan setiap pagi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut:

Tr : “Ya dengan SMUTLIS kalau kelas saya setiap hari Senin biasanya menyiram tanaman, mencabuti rumput-rumput yang ada di lingkungan sekolah”. (Jumat, 29 April 2016) Tt : “Itu yang rutin setiap pagi piket kelas sama setelah pulang

sekolah, Jumat Bersih itu juga rutin yah itu”. (Senin, 9 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

Wawancara dengan kepala sekolah dan guru menunjukkan bahwa bentuk kegiatan rutin yang dilaksanakan sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan adalah piket kelas setiap pagi

dan setelah pulang sekolah, dan kegiatan kebersihan pagi atau SMUTLIS (Sepuluh menit untuk lingkungan sekolah). Kegiatan SMUTLIS meliputi kegiatan membersihkan dan merawat lingkungan sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru juga didukung dengan hasil wawacara dengan siswa sebagai berikut:

Rz : “Piket kelas, membersihkan halaman sekitar, menyirami tanaman, kerja bakti”. (Rabu, 27 April 2016)

(Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa diperkuat dengan hasil observasi kegiatan rutin sekolah selama peneliti melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil observasi selama pengamatan diperoleh hasil bahwa sekolah melaksanakan kegiatan piket kelas yang sudah sesuai jadwal mulai dari kelas I sampai kelas VI. Siswa yang bertugas piket datang lebih awal sampai sekolah. Pada saat piket pagi, siswa yang bertugas piket membersihkan ruang kelas dengan cara menyapu, menata meja dan kursi, membersihkan lingkungan kelas, serta menyiram dan merawat taman kelas masing-maing. Siswa memeriksa dan membuang isi bak sampah yang sudah penuh ke bak penampungan akhir. Setiap selesai kegiatan pembelajaran siswa merapikan dan membersihkan ruang kelas, meliputi menutup jendela, menyapu ruang kelas, memeriksa bak sampah jika ada bak sampah yang penuh maka isi sampahnya dibuang ke bak penampungan sebelum pulang sekolah. Selain itu, pada saat bel jam pelajaran, siswa kelas IIB dan kelas VB mengadakan kegiatan

kebersihan (SMUTLIS). Kegiatan SMUTLIS meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan lingkungan sekolah yang melibatkan warga sekolah. Kegiatan SMUTLIS merupakan salah satu bentuk kegiatan pembiasaan rutin sekolah di dalam kurikulum sekolah, SMUTLIS dilaksanakan sebagai pembentukan kepedulian terhadap lingkungan alam. Bentuk kegiatan SMUTLIS diantaranya membersihkan halaman sekolah, merawat dan menyiram tanaman, dan membuang sampah-sampah yang diletakkan di sekitar taman sekolah.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan studi dokumentasi berupa gambar saat siswa dan guru melakukan kegiatan piket kelas pagi dan siang.

Gambar 2. Kegiatan piket harian siswa

Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan rutin sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan adalah dengan melaksanakan kegiatan piket dan kebersihan pagi (SMUTLIS). Kegiatan piket dilaksanakan oleh siswa dengan bimbingan masing-masing guru kelas. Di dalam kegiatan SMUTLIS,

guru bersama siswa melakukan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan sekolah yang meliputi membersihkan halaman, merawat, dan menyiram tanaman.

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah dan guru ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik terhadap fasilitas sekolah, maupun lingkungan sekolah. Hasil wawancara sebagai berikut:

An : “Sudah ada kapten WOW, tetapi jika tidak ketahuan kapten WOW bu guru dan saya yang menegur dan memberi sanksi. Namun saya memberi sanksi yang membuat anak-anak untuk lebih menyayangi lingkungan. Di setiap kelas ada kalung yang terbuat dari rafia dan botol bekas, nanti yang melangar akan dikalungi itu” (Senin, 25 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa hal spontan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik terhadap fasilitas dan lingkungan sekolah adalah dengan menegur, dan memberi sanksi yang bertujuan untuk mendidik anak supaya lebih menyayangi lingkungan. Pernyataan kepala sekolah tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut:

Nn : “Langsung ditegur saya misal ada yang buang sampah sembarangan saya cuma bilang ayo ambil terus pantesnya dibuang dimana, kayak tadi ada yang menumpahkan minuman saya baru lihat saja anak-ana sudah mengambil pel sendiri langsung membersihkannya. (Rabu, 4 Mei 2016)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa dengan perntanyaan bagaimana tanggapan atau sikap yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik terhadap lingkungan sekolah, dengan hasil wawancara sebagai berikut:

Kh : “Menasehati dan diberi contoh yang benar”. (Sabtu, 30 April 2016)

Ld : “Menasehati, suruh merawat alam”. (Selasa, 10 Mei 2016) (Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa diperkuat dengan hasil observasi kegiatan spontan selama peneliti melakukan pengamatan. Pada tanggal 25 April 2015, ketika An melihat tembok parkiran sepeda rusak karena terkena sepeda yang di parkir sebarangan, An mengingatkan untuk memasang standar pada siswa yang menggunakan sepeda ke sekolah agar sepeda tidak diparkir menempel tembok dan tembok sekolah tidak rusak. Pada tanggal 30 April 2016 Sr melihat siswa kelas IA yang sedang menyirami tanaman obat malah menggunakan air untuk bermain semprot-semprotan, Sr kemudian mengur dengan mengatakan “airnya jangan dibuang-buang ya nduk, kalau sudah nyiraminnya jangan mainan air, airnya bisa dimanfaatkan buat yang lain to daripada buat mainan”. Salah satu siswa kelas kelas IV melihat adik kelasnya ada yang membuang bungkus makanan di taman dan siswa yang melihat menegurnya dan meminta suaya siswa yang membuang sampah

sembarangan membang yang benar kalau tidak akan dilaporkan ke gurunya. Pada tanggal 11 Mei 2016 Tt menegur siswa yang menyapu di depan kelas untuk pelan-pelan saja karena nanti debunya bisa masuk ke kelas lagi.

Gambar 3. Kegiatan spontan dimasukkan dalam kurikulum Berdasarkan hasil wawacara dan observasi maka dapat diperoleh hasil bahwa kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah dan guru adalah dengan memberi peringatan dan pengertian kepada siswa yang melakukan tindakan kurang baik terhadap lingkungan dan fasilitas sekolah. Kegiatan spontan dilakukan oleh guru dan kepala sekolah sebagai pendidik, didukung dengan sarana dan prasarana agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Keteladanan

Hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru kepada siswa dalam penanaman karakter cinta lingkungan sebagai berikut:

An : “Memberi contoh dengan datang pagi, berpakaian rapi, berperilaku baik setiap hari. Kalau dalam lingkup kebersihan ya gurunya juga ikut pungut sampah, ikut ngepel. Sayapun ikut ngepel, ikut nyapu. Saya meneladani teman-teman, dan teman-teman meneladani siswa. Intinya menyatu dengan siswa”. (Senin, 25 April 2016)

Bentuk keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru yang dikemkakan kepala sekolah juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan guru. Berikut hasil wawancara dengan guru berkaitan dengan bentuk keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru kepada siswa:

Sn : “Ya memberikan contohnya, jadi kita juga dalam buang sampah harus disesuaikan dengan jenisnya, kalau kerjabaktipun tidak hanya muridnya tapi gurunya juga spontan langsung ikut”. (Selasa, 26 April 2016)

Mj : “Untuk memberikan pembelajaran tadi kita ikut serta, ikut terjun dalam kerja bakti, selalu memberikan contoh membuang sampah pada tempat dan sesuai jenisnya, dalam pembawaan tanaman kita juga ikut bawa”. (Selasa, 3 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperkuat dengan hasil wawancara kepada siswa, ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang bagaimana kepala sekolah dan guru memberikan teladan kepada siswa sebagai wujud cinta lingkungan. Hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut:

Rz : “Ikut menjaga lingkungan. Iya gurunya ikut menyapu juga”. (Rabu, 27 April 2016)

Ha : “Bu kepala sekolah sama bu guru datang lebih awal. Ikut menyiram tanaman, menyapu juga”. (Jumat, 6 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

Hasl wawancara diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan. Hasil observasi tentang keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru kepada siswa sebagai berikut. Pada 26 April 2016 seusai mengajar di sela-sela kekosongan jamnya

Sn dan guru kelas VA menata taman supaya lebih segar, dan siswa yang melihatnya langsung ikut membantunya tanpa diminta dan disuruh. Siswa membantu menata taman dengan semangat dan dengan senang hati sembari berbincang-bincang dengan gurunya. Pada tanggal 28 April 2016 guru kelas I dan II ikut serta dalam membersihkan kelas sebelum mulai pembelajaran, ikut menyapu, dan tidak lupa mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memasuki kelas. Seluruh warga sekolah membaur mengikuti kegiata senam pagi, termasuk guru dan kepala sekolah. Seusai senam pagi dilanjutkan dengan kegiatan jumat bersih yang dilaksanakan seluruh warga sekolah pada hari Jumat 29 April 2016. Kepala sekolah dan guru mengenakan pakaian seragam yang rapi dan besih, dalam mengikuti upacara guru mengikuti secara khidmat dan disiplin. Pada 3 Mei 2016 Sh melihat sampah dan langsung memungutnya tanpa harus menyuruh siswa. Guru juga selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Pada 7 Mei 2016, diadakan kegiatan kerja bakti yang dilakukan oleh seoluruh warga sekolah, Sh terjun langsung dengan anak-anak ikut membersihkan tempat wudhu. Mj juga ikut dalam membersihkan UKS. Kepala sekolah dan guru juga senantiasa membuang sampah berdasarkan jenisnya di tempat sampah.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi tentang keteladanan kepala sekolah dan guru kepada siswa. Berdasarkan hasil dokumentasi, keteladanan kepala sekolah dan guru termuat dalam kurikulum sekolah. Sekolah menyusun

kurikulum sekolah dengan memasukkan keteladanan dalam kurikulum sekolah. Keteladanan di dalam kurikulum sekolah di tujukan untuk keteladanan pendidik peserta didik. Keteladanan kepala sekolah dan guru dalam meneladankan cinta lingkungan diantaranya: penanaman budaya keteladanan hidup bersih dan sehat, penanaman budaya keteladanan bersih lingkungan dan kelas, penanaman budaya keteladanan lingkungan hijau.

Gambar 4. Dokumentasi keteladanan di dalam kurikulum

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa keteladanan kepala sekolah dan guru kepada siswa dalam penanaman karakter cinta lingkungan antara lain adalah kepala seolah dan guru senantiasa mengenakan pakaian rapi sesuai dengan aturan yang berlaku, meneladankan sikap cinta terhadap lingkungan, senantiasa menjaga kebersihan, menempatkan alat belajar sesuai dengan tempatnya, merawat dan menjaga fasilitas sekolah, dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan sekolah. Keteladanan juga didukung oleh sarana dan prasarana sekolah yang memadahi dalam

penanaman pendidikan karakter cinta lingkungan agar tujuan pendidikan untuk membentuk manusia yang berkarakter dapat tercapai. 4) Pengkondisian

Pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam mendukung penanaman karakter cinta lingkungan menurut kepala sekolah adalah sebagai berikut:

An : “Bentuk pengkondisiannya ya menyediakan fasilitas alat-alat kebersihan yang lengkap. Mengadakan program-proram kegiatan kebersihan, misalnya ada SMUTLIS (Sepuluh Menit Untuk Bersih Lingkungan Sekolah) yang dilakukan terjadwal setiap hari dan masing-masing kelas sudah punya jadwal sendiri-sendiri. Saya juga sering mengingatkan yang piket”. (Senin, 25 April 2016)

Pernyataan kepala sekolah diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan guru. Berikut hasil wawancara dengan guru:

Sn : “Kalau biasanya dimasukkan dalam RPP, setiap guru juga harus menyisipkan dan memberi nasehat disela-sela pelajarannya untuk selalu menjaga lingkungan, melalui kegiatan-kegiatan menjaga lingkungan, menyediakan fasilitas untuk kebersihan lingkungan”. (Selasa, 26 April 2016)

Ag : “E... dikondisikannya gini, menyediakan fasilitas-fasilitas kebersihan, jadi anak itu tidak kesusahan dalam melakukan kegiatan kebersihan lingkungan. Kalau fasilitasnya tidak ada kan anak juga males mau kerjabakti”. (Rabu, 11 Mei 2016) (Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperoleh hasil bahwa bentuk pengkondisian yang dilakukan sekolah adalah dengan menyediakan fasilitas dan kebutuhan yang dibutuhka anak dalam mewujudkan penanaman karakter cinta lingkungan.

Dalam mendapatkan data lebih lengkap berkaitan pengkondisian fasilitas sekolah, peneliti mengajukan pertanyaan kepada kepala sekolah dan guru tentang pengkondisian alat kebersihan dan bak sampah. Pengkondisian alat kebersihan menurut kepala sekolah sebagai berikut:

An : “Kalau kami di setap kelas ada tiga sampah pilah, di depan itu juga sudah ada, dan sampah akhir di belakang. Setiap hari sampah juga diambil tukang sampah”. (Senin, 25 April 2016)

Pernyataan kepala sekolah diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan guru dengan pertanyaan yang sama. Hasil wawancara dengan guru sebagai berikut:

Mj : “Kalau menurut kami sudah, karena masing-masing kelas sudah punya alat kebersihan dan tempat sampah pilah, di luar kelas sudah kita sebar di tempat-tempat strategis untuk membantu anak dalam memudahkan membuang sampah”. (Selasa, 3 Mei 2016)

Nn : “Iya sudah strategis menurut saya. Setiap kelas mempunyai tiga sampah pilah dan alat kebersihan sapu, pel, sulak, ikrak, dan sabun buat cuci tangan sendiri”. (Rabu, 4 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperoleh hasil bahwa peralatan kebersihan dan bak sampah sudah diletakkan di tempat strategis dan terkondisi sesuai tempatnya.

Pengkondisian alat kebersihan dan bak sampah yang disampaikan kepala seolah dan guru diperkuat lagi dengan pernyataan yang disampaikan siswa. Menurut siswa pengkondisian alat kebersihan dan bak sampah sebagai berikut:

Vi : “Iya strategis mbak. Di kelas sudah ada tempat sampah di luar kelas juga ada”. (Senin, 2 Mei 2016)

Ha : “Sudah cukup strategis, di kelas ada tempat sampah jadi dekat buangnya”. (Jumat, 6 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

Hasil wawancara tentang pengkondisian alat kebersihan dan bak sampah diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan. Hasil observasi pengkondisian alat kebersihan dan bak sampah diperoleh hasil sebagai berikut: sekolah menyediakan bak sampah sebagai tempat pembuangan sampah. Setiap ruang di dalam kelas disediakan tiga sampah pilah, setiap tempat strategis di luar kelas juga disediakan bak sampah pilah. Pada bak pembuangan akhir yang terletak di belakang sekolah juga terdiri dari tiga sampah pilah. Di luar kamar mandi juga disediakan bak sampah. Di setiap ruang terdapat alat kebersihan, mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Di dalam masing-masing ruang kelas, alat kebersihan diletakkan paling belakang kelas dengan ditata rapi. Alat kebersihan juga terdapat di ruang kepala sekolah, ruang guru, UKS, perpustakaan, mushola, dan kantin. Alat-alat kebersihan yang ada di setiap ruang antara lain, sapu lidi, sapu lantai, alat pel, kemoceng/sulak, pembersih jendela, sekop sampah. Alat kebersihan cadangan lainnya diletakkan di gudang sekolah.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi pengkondisian alat kebersihan dan bak sampah di sekolah. Hasil dokumentasi ini menguatkan deskripsi bahwa alat kebersihan dan bak sampah diletakkan pada tempat yag strategis.

Gambar 5. Pengkondisian bak sampah pilah di dalam kelas Pengkondisian yang dilakukan selanjutnya adalah berkaitan dengan pengkondisian kebersihan kamar mandi. Dari hasil wawancara didapat bahwa semua warga sekolah mempunyai tanggug jawab dalam kebersihan kamar mandi. Sekolah berusaha mengkondisikan kamar mandi dalam keadaan bersih dengan selalu menghimbau siswa terutama siswa dari kelas I untuk membersihkan kamar mandi sampai hilang bau dan warna setelah menggunakan kamar mandi (data hasil wawancara terlampir).

Hasil pengamatan selama observasi menunjukkan bahwa kondisi kamar mandi dalam kondisi bersih selama peneliti melakukan pengamatan. Terdapat sembilan kamar mandi masing-masing 1 kamar mandi/WC untuk guru, 4 kamarmandi/WC untuk siswa putri, dan 4 kamar mandi/WC untuk siswa putra. Di setiap kamar mandi terdapat ember penampungan air, gayung, alat pembersih kamar mandi, dan tempat gantungan baju. Kondisi kamar mandi dalam keadaan baik, bersih, dan berventilasi dan penerangan yang cukup.

Terdapat dokumentasi dalam pengkondisian kamar mandi dalam keadaan bersih. Dokumentasi ini menguatkan deskripsi bahwa kondisi kamar mandi dalam keadaan bersih.

Gambar 6. Pengkondisian kamar mandi dalam keadaan bersih Alat belajar merupakan salah satu fasilitas dan kebutuhan siswa yang senantiasa dipergunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, pengumpulan data selanjutnya adalah tentang pengkodisian alat belajar. Menurut hasil wawancara dengan Ag penempatan alat belajar di setiap kelas berdasarkan kekreatifitasan siswa dan guru kelas (jawaban guru lain terlampir). Penataan alat belajar diletakkan berdasarkan kekreatifitasan siswa masing-masing kelas bertujuan supaya anak-anak nyaman dengan kelas mereka dan proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Usaha sekolah dalam mengkondisikan alat-alat belajar juga didukung dengan perilaku dan tindakan siswa yang senantiasa menempatkan atau mengembalikan alat-alat belajar pada tempatnya setelah selesai digunakan. Hal ini diungkapkan siswa ketika peneliti mengajukan pertayaan kepada siswa, tentang apa yang dilakukan setelah menggunakan alat belajar. Sebagai contoh

Dari hasil observasi juga menunjukkan bahwa penempatan alat belajar di setiap kelas berbeda-beda sesuai dengan kreatifitas siswa dan guru kelas. Penempatan alat belajar di dalam kelas, mulai dari kelas I sampai kelas VI sesuai dengan fungsinya, dan tertata rapi. Papan tulis ditempel di dinding kelas masing-masing. Penggaris, kapur, spidol, untuk menulis diletakkan di meja guru dan di samping papan tulis. Buku pelajaran siswa diletakkan di dalam almari dan ditata di atas meja di dalam kelas masing-masing. Setiap kelas sudah memiliki LCD yang terpasang di depan kelas. Penempatan alat belajar yang digunakan bersama seperti laptop di letakkan di ruang ruang guru. Peralatan KIT IPA diletakkan di ruang perpustakaan. Buku dan alat belajar di perpustakaan tertata rapi di dalam rak buku dan almari kayu. Masing-masing buku sudah ada label sesuai jenis buku dan tempat buku. Ruang komputer bersebelahan dengan ruang perpustakaan. Peralatan olahraga di gudang yang bersebelahan dengan koperasi sekolah. Pealatan ibadah diletakkan di almari Mushola sekolah.

Pengkondisian selanjutnya adalah pengkondisian yang berkaitan dengan ketertiban siswa dan penataan taman. Ketertiban siswa dan penataan taman merupakan kebutuhan siswa dapat mempraktekkan langsung cinta lingkungan. Menurut hasil wawancara dengan semua guru, dalam pengkondisian ketertiban dan penataan taman melibatkan peserta didik dan menjadi tanggung jawab peserta didik (data hasil wawancara terlampir). Sekolah juga sudah

menyediakan taman di setiap kelas dan menjadi tanggung jawab kelas dalam perawatan dan penataan taman.

Hasil pengamatan selama observasi menunjukkan bahwa setiap pagi siswa selalu menyiram dan merawat tanamannya dengan penuh tanggungjawab. Siswa juga menata tanaman-tanaman yang ada di depan kelasnya, supaya terlihat indah dan rapi. Sekolah juga menyediakan rak untuk tanaman yang ada di pot di samping kelas VB dan di samping kelas IVA. Siswa secara bergantian dalam merawat taman kelasnya.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi. Berdasarkan hasil dokumentasi, sekolah melibatkan siswa dalam pengelolaan dan penataan taman di lingkungan sekolah.

Gambar 7. Siswa terlibat dalam penataan taman kelas

Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah, dalam menunjang penanaman nilai karakter cinta lingkungan, sekolah juga memajang visi, misi, tujuan, dan tata tertib sekolah. Sekolah memajang visi, misi, dan tata tertib di setiap kelas. Visi, misi, tujuan, dan tata

tertib sekolah dipajang di mading depan sekolah dan di tempat-tempat srategis lainnya seperti ruang guru.

Berdasarkan hasil observasi selama peniliti melakukan pengamatan, sekolah memajang visi, misi, dan tata tertib sekolah di setiap kelas. Sekolah juga memajang visi, misi, tujuan, dan tata tertib sekolah di tempat-tempat strategis, seperti mading depan sekolah ruang kepala sekolah, dan ruang guru.

Hasil wawancara pada observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi selama penelitian. Berdasarkan hasil dokumentasi, sekolah memajang visi, misi, tujuan, dan tata tertib sekolah di setiap kelas, dan di loksai yang strategis.

Gambar 8. Papan Visi, dan Misi Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengkondisian yang dilakukan sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan adalah dengan memenuhi segala kebutuhan anak yang berkaitan dengan kebutuhan lingkungan. Sekolah mengupayakan fasilitas alat kebersihan

sebanyak dan selengkap mungkin, serta menempatkan alat kbersihan di masing-masing kelas. Sekolah menempatkan bak sampah di setiap kelas, dan di tempat yang strategis. sekolah selalu melibatkan siswa dalam penataan tanaman, pengelolaan maupun perawatan tanaman di taman sekolah. Sekolah memajang visi, misi, tujuan sekolah, dan tata tertib sekolah di setiap kelas, dan di lingkungan sekolah.

Dokumen terkait