• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanaman Karakter Cinta Lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Penanaman Karakter Cinta Lingkungan

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) mengungkapkan bahwa dalam perencanaan dan penanaman budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga pendidik secara bersama-sama sebagai

suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum sekolah. Pendapat serupa dipaparkan oleh Hasan (Buchory M. Sukemi, 2012: 356) yang menegaskan bahwa strategi implementasi karakter dalam seting sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap sekolah. Karakter cinta lingkungan juga merupakan kesatuan dari kurikulum sekolah. Penanaman karakter dalam upaya penanaman karakter cinta lingkungan pada peserta didik dapat dilaksanakan melalui pengembangan sikap-sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran. Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) mengemukakan pengembangan budaya dan karakter bangsa dilaksanakan melalui:

a. Program Pengembangan Diri

Program pengembangan diri, perancanaan, dan pelaksanaan penanaman karakter dilakukan melalui pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari di sekolah melalui hal-hal berikut.

1) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin sekolah dalam pelaksanaan pendidikan cinta lingkungan misalnya kegiatan kebersihan diri sendiri seperti menggosok gigi, memotong kuku secara berkala, cuci tangan sesudah dan sebelum makan, cuci tangan dengan sabun setelah buang air.

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga pendidik yang lain jika mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Kegiatan spontan yang dilakukan bisa berupa teguran, nasehat, maupun tindakan.

3) Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan yang lain dalam memberikan contoh yang baik pada peserta didik. Ketelandanan diharapkan mampu memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik dan teladan bagi peserta didik. Keteladanan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dengan memberikan contoh perilaku yang mencerminkan perilaku cinta lingkungan. Bentuk keteladanan yang dilakukan misalnya berpakaian rapi, menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya,merawat fasilitas sekolah, kerja keras, disiplin, dan perilaku yang lain yang mencerminkan cinta lingkungan.

4) Pengkondisian

Pengkondisian dilakukan untuk mendukung keterlaksanaan dan penanaman nila karakter cinta lingkungan. Pengkondisian yang dilakukan oleh sekolah diantaranya berupa penyediaan fasilitas kebersihan yang memadahi, penyediaan toilet yang bersih, tempat sampah diletakkan di tempat yang strategis dilengkapi dengan

pemisahan bak sampah sesuai dengan jenisnya, penyediaan tempat cuci tangan, tempat pembuangan sampah, serta taman dan kolam sekolah sebagai cerminan dari sanitasi sekolah yang baik.

b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 18) menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dalam pegintegrasian dalam mata pelajaran, tidak terkecuali penanaman karkter cinta lingkungan. Pengintegrasian karakter cinta lingkungan dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini.

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan nilai karakter cinta lingkungan sudah tercakup di dalamnya.

2) Memperlihatkan keterkaitan SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai karakter cinta lingkungan yang dikembangkan.

3) Mencantumkan nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter cinta lingkungan pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 4) Mencantumkan kegiatan cinta lingkungan dalam mata pelajaran

muatan lokal sekolah.

5) Mengembangkan proses pembelajaran yang aktif, sehingga peserta didik dapat secara langsung mempraktikan nilai atau perilaku cinta lingkungan.

6) Menyelenggarakan lomba kebersihan antar kelas pada even-even tertentu.

7) Pemberian penghargaan kepada siswa yang cinta lingkungan. c. Budaya Sekolah

Agus Wibowo (2012: 93) menyatakan bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Kementrian pendidikan nasional (2010: 19) bahwa budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah, guru, dan warga sekolah yang lain. Budaya sekolah dapa membantu sekolah untuk menanamkan karakter cinta lingkungan melalui pembiasaan-pembiasaan berperilaku cinta terhadap lingkungan. Marijan (2010: 258) menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter dengan strategi sebagai berikut.

1) Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku yang dibiasakan.

2) Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik.

3) Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi melakukan aksi berkarakter baik. 4) Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananyya praktik

pembiasaan bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan menerapkan reward dan sanksi yang tegas.

5) Kepala sekolah, guru, dan segenap tenaga kependidikan senantiasa meberikan tauladan sebagai kiblat peserta didik dalam bertindak pada rel pendidikan karakter.

Berdasarkan kajian teori, budaya sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membudayakan kegiatan-kegiatan yang mendukung terlaksananya penanaman karakter cinta lingkungan melalui proogram-program yang disusun sekolah, memberikan ruang dan fasilitas kepada warga sekolah, pemberian motivasi berupa pujian dan hukuman untuk mengimplementasikan nilai karakter cinta lingkungan. 2. Pendekatan Pengembangan Proses Pembelajaran

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 20) menjelaskan bahwa pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak. Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa, salah satunya pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan dikembangkan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan proses pembelajaran di dalam kelas dilakukan melalui kegiatan belajar yang mengembangkan nilai-nilai tertentu seperti disiplin, jujur, dan kerja keras. Pengembangan karakter cinta lingkungan dapat dilakukan dengan pengkondisian di dalam kelas diantaranya: mengangkat tema atau isu permasalahan lingkungan sekitar, menggunakan media yang berkaitan dengan lingkungan agar peserta didik memiliki kesempatan untuk mengembangkan nilai tersebut.

b. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Pengembangan program sekolah yang dilakukan agar dapat mendukung penanaman dan pelaksanaan karakter cinta lingkungan misalnya menjaga kebersihan bersama, menanam pohon, lomba kebersihan dan kerapian kelas.

c. Luar Sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pe;ajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Pengembangan karakter cinta lingkungan yang dilakukan sekolah dapat berupa ekstrakurikuler dan kunjungan sekolah ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan.

3. Pengembangan Kesehatan Lingkungan Sekolah

Hubungan antara manusia dan lingkungan menjadikan keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia sangat bergantung pada lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan lingkungan sangat bergantung pada pola hidup manusia dalam kelestariannya. Arif Sumantri dalam bukunya yang berjudul Kesehatan Lingkungan. Menurut Arif Sumantri (2013: 4) ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dan berbagai perubahan komponen

lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Penanaman karakter khususnya karakter cinta lingkungan di sekolah juga menjadi salah satu jalan dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat akan membantu menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah. Upaya kesehatan lingkungan sekolah sebagai salah satu wujud kepedulian dan kecintaan warga sekolah terhadap lingkungan sekolah. Menciptakan lingkungan yang sehat dan memenuhi standar kesehatan lingkungan juga merupakan usaha dalam mencegah kerusakan lingkungan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006, tata laksana kesehatan ligkungan meliputi:

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan, kegiatan pembersihan ruang dan bangunan meliputi intensitas pelaksanaan kebersihan, kegiatan pembersihan, penggunaan larutan disinfektan dalam kegiatan kebersihan, dan pengecatan dinding apabila telah usam.

b. Pencahayaan, pencahayaan cukup dan merata, serta adanya pencahayaan tambahan jika ruangan dalam keadaan gelap.

c. Ventilasi, ventilasi ruang untuk mendapatkan udara yang segar dan bersih.

d. Fasilitas sanitasi, sanitasi sekolah meliputi pengelolaan toilet, pengelolaan sarsns pembuangan air limbah, pengelolaan sarana pembuangan sampah.

e. Kantin/warung sekolah, kantin/warung sekolah selalu mengutamakan kebersihan dan kesehatan dari makanan yang dijual untuk dikonsumsi oleh siswa.

f. Bebas dari Jentik Nyamuk, lingkungan sekolah harus bebas dari jentik nyamuk. Sekolah mengupayakan program untuk membasmi dan mencegah tumbuhnya jentik nyamuk.

g. Bebas Asap Rokok, terdapat larangan dan himbauan untuk tidak merokok di lingkungan sekolah.

h. Promosi hyginie dan sanitasi sekolah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan kajian teori di atas, bahwa pelaksanaan pendidikan karakter cinta linngkungan di sekolah dapat dilaksanakan melalui pengembangan kurikulum di sekolah, pengembangan proses pembelajaran, dan pengembangan kesehatan lingkungan sekolah.

Dokumen terkait