• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL."

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Trinanda Putri Cahyani NIM 12108244006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL” yang disusun oleh

Trinanda Putri Cahyani, NIM 12108244006 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 16 September 2016 Pembimbing

Fathurrohman, M.Pd

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah telah lazim.

Tanda tangan dengan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016 Yang Menyatakan,

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL” disusun oleh Trinanda Putri Cahyani, NIM 12108244006 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 27 September 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Fathurrohman, M.Pd. Ketua Penguji ... ... Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si. Sekertaris Penguji ... ... Dr. Mami Hajaroh, M.Pd. Penguji Utama ... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.

(5)

MOTTO

“... Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana

Allah telah berbuat baik kepadamu,

dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan

.(Terjemahan QS. al-Qashasah (28): 77)

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas penyelesaikan penulisan skripsi ini, maka kupersembahkan Tugas Akhir Skripsi ini kepada:

1. Ibu dan ayah tercinta, Bapak Kristakno dan Ibu Suprapti serta kakak-kakakku.

(7)

PENANAMAN KARAKTER CINTA LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANAN BANTUL

Oleh

Trinanda Putri Cahyani NIM 12108244006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Fokus penelitian yang diajukan adalah nilai-nilai karakter cinta lingkungan yang ditanamkan di SD Negeri Tamanan dan penanaman karakter di SD Negeri Tamanan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter cinta lingkungan di SD N Tamanan ditanamkan dengan (1) Pengembangan kurikulum sekolah meliputi program pengembangan diri, pengintegrasian dalam mata pelajaran, dan budaya sekolah. Program pengembangan diri meliputi kegiatan rutin piket dan SMUTLIS, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian sekolah. Pengintegrasian diupayakan dalam semua mata pelajaran. Budaya sekolah melalui SMUTLIS, apotek hidup, tamanisasi, ruang dan fasilitas, motivasi kepada siswa, penerapan hadiah dan hukuman, dan pengembangan karakter cinta lingkungan., kepedulian, dan tanggung jawab. (2) Pengembangan proses pembelajaran kelas dengan praktek dan pengamatan langsung, sekolah dengan pengarahan dan lomba, dan luar sekolah dengan pramuka, kunjungan ke luar sekolah dan outbond/wisata. (3) Pengembangan kesehatan sekolah meliputi pemeliharaan ruang dan bangunan, pencahayaan dan ventilasi udara ruang kelas yang memadai, pengelolaan fasilitas sanitasi, pengelolaan kantin/warung, pencegahan lingkungan dari jentik nyamuk, larangan dan penyuluhan bahaya rokok, dan promosi hygiene dan sanitasi dengan poster serta himbauan/ajakan dan sosialisasi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga proses penyusunan skripsi yang berjudul : Penanaman Pendidikan Karakter Cinta Lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul” dapat terselesaikan. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Keberhasilan skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan, bantuan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih saya berikan kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa depan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian. 4. Dra. Mujinem, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah

(9)

5. Fathurrohman, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan pengertiannya dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini

6. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, serta seluruh karyawan FIP UNY yang telah memberikan pelayanan untuk kelancaran penulisan skripsi ini

7. Anis Rinawati, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Tamanan yang telah memberikan ijin penelitian dan bantuan selama penelitian berlangsung

8. Segenap warga SD N Tamanan yang bersedia menjadi subjek penelitian. 9. Bapak dan Ibu tercinta, Kristakno dan Suprapti, terimakasih atas doa, kasih

sayang, dukungan, perhatian, dan pengorbanan yang telah diberikan sepanjang hidup sampai saat ini.

10.Kakak-kakakku tercinta, Adi Cristiandi Utama dan Dwitanti Wahyu Utami, terimakasih atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

11.Teruntuk Bripda Nur Arif Sulistyo, terimakasih atas waktu, perhatian, dukungan, dan motivasinya yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

12.Teman-temanku Dyah Ayu Septianingrum, Prastiwi Hardianti, Uly Eka Lestari, dan Andi Lintang pertiwi yang selalu memberi motivasi selama ini. 13.Teman-teman kelas D “D Javu”, sahabat-sahabat kontrakan yang sudah

(10)

14.Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan demi terselesaikannya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Penanaman Karakter ... 10

1. Pengertian Karakter ... 10

B. Tinjauan tentang Penanaman Karakter Cinta Lingkungan ... 12

1. Pengertian Lingkungan ... 12

2. Pengertian Cinta ... 13

C. Penanaman Karakter Cinta Lingkungan ... 18

(12)

2. Pendekatan Pengembangan Proses Pembelajaran... 23

3. Pengembangan Kesehatan Lingkungan Sekolah ... 24

D. Kerangka Pikir ... 26

E. Pertanyaan Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Jenis Penelitian ... 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

D. Objek dan Subjek Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ... 45

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

D. Pembahasan ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi sekolah ... 36

Tabel 2. Kisi-kisi lembar wawancara kepala sekolah... 38

Tabel 3. Kisi-kisi lembar wawancara guru ... 38

Tabel 4. Kisi-kisi lembar wawancara siswa ... 39

Tabel 5. Penanaman karakter cinta lingkungan dalam pengembangan kurikulum sekolah ... 77

Tabel 6. Penanaman karakter cinta lingkungan dalam pengembangan proses pembelajaran ... 88

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Gambar Alur Pikir Penelitian ... 29

Gambar 2. Kegiatan piket harian siswa ... 49

Gambar 3. Kegiatan spontan dimasukkan dalam kurikulum ... 52

Gambar 4. Dokumentasi keteladanan di dalam kurikulum ... 55

Gambar 5. Pengkondisian bak sampah pilah di dalam kelas ... 59

Gambar 6. Pengkondisian kamar mandi dalam keadaan bersih ... 60

Gambar 7. Siswa terlibat dalam penataan kelas ... 62

Gambar 8. Papan Visi, misi sekolah ... 63

Gambar 9. Dokumentasi RPP ... 66

Gambar 10. Dokumentasi kegiatan pembelajaran yang aktif ... 67

Gambar 11. Dokumentasi kegiatan SMUTLIS ... 71

Gambar 12. Guru memotivasi siswa dalam merawat tanaman ... 74

Gambar 13. Dokumentasi siswa sedang piket ... 76

Gambar 14. Guru mengajak praktik langsung dalam pembelajaran ... 81

Gambar 15. Salah satu guru memberi pengarahan ... 83

Gambar 16. Kegiatan kemah dalam ekstrakurikuler pramuka ... 85

Gambar 17. Kegiatan outbond tertulis di dalam kurikulum ... 87

Gambar 18. Kegiatan pemeliharaan ruang dan bangunan ... 90

Gambar 19. Kondisi ruang kelas ... 92

Gambar 20. Tempat penampungan akhir sampah ... 95

Gambar 21. Gambar kantin sekolah ... 97

Gambar 22. Kegiatan SISMANTIK oleh siswa ... 100

Gambar 23. Poster larangan merokok di lingkungan sekolah ... 102

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 131

Lampiran 2. Kisi-Kisi Lembar Penelitian ... 132

Lampiran 3. Lembar Observasi Penanaman Pendidikan Karakter Cinta Lingkungan ... 135

Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 136

Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Guru ... 139

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Wawancara Dengan Siswa ... 142

Lampiran 7. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah ... 145

Lampiran 8. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Dengan Guru ... 153

Lampiran 9. Reduksi, Display Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara Dengan Siswa ... 177

Lampiran 10. Tabel Triangulasi Sumber dan Cross Check Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa ... 187

Lampiran 11. Hasil Observasi Penanaman Karakter Cinta Lingkungan di SD N Tamanan ... 196

Lampiran 12. Tabel Triangulasi Data ... 250

Lampiran 13. Dokumentasi ... 261

Lampiran 14. Lembar RPP ... 266

Lampiran 15. Kurikulum sekolah ... 274

Lampiran 16. Surat Pengantar Permohonan Ijin Penelitian FIP ... 283

Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA Bantul ... 284

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana dalam perkembangannya memerlukan banyak pembangunan. Pendidikan merupakan aset yang pentung untuk Negara yang sedang berkembang, karena pendidikan merupkan jalan utama agardapat melakukan banyak pembangunan, oleh karena itu Indonesia harus memajukan pendidikan yang mendukung kemajuan manusia Indonesia.

(17)

Mewujudkan suatu tujuan pendidikan dapat dicapai melalui berbagai proses pendidikan. Proses pendidikan pada dasarnya selalu berhubungan dan tidak terlepas dari lingkungan. Proses pendidikan dengan lingkungan merupakan dua hal yang berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Menurut Arif Rohman (2009: 195) hubungan pendidikan dengan lingkungan ibarat makhluk hidup dalam ilmu ekologi dinyatakan selalu hidup dalam habitatnya. Pendidikan sendiri tentunya memiliki tujuan yang luhur bagi kehidupan dan seharusnya berdampak baik bagi lingkungan manusia. Perilaku manusia terhadap lingkungan hidupnya dapat dilihat secara nyata sejak manusia belum berperadaban, awal adanya peradaban, dan sampai sekarang pada saat peradaban itu menjadi modern dan semakin canggih didukung oleh ilmu dan teknologinya. Namun ironisnya perilaku manusia terhadap lingkungan hidup tidak semakin arif tetapi sebaliknya.

Kualitas lingkungan hidup sekarang ini semakin menurun karena tindakan eksploitatif terhadap alam yang berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologinya. Contoh gambaran permasalahan lingkungan yang diungkapkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) melaporkan, dari tahun 1990 hingga 2005 kerusakan hutan di Indonesia mencapai 28 juta hektar dan menempati urutan kedua setelah Brazil (42 juta hektar). (Liputan6.com Juni 2015)

(18)

tersebut tidak lain disebabkan karena beralihnya fungsi lahan, sehingga lahan sudah tidak sesuai dengan fungsinya lahan digunakan menjadi kawasan industri, pemukiman dan perkebunan. Alih fungsi tersebut mengakibatkan kerusakan lahan hutan. Tentunya bencana tersebut disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja, namun oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan juga diiringi dengan pencemaran lingkungan yang terjadi, baik pencemaran air, tanah maupun udara.

(19)

Contoh lain yang baru-baru ini sedang menjadi perbincangan masyarakat Indonesia yaitu banyaknya produksi sampah plastik di Indonesia. Hal ini juga dipaparkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, dalam artikel (National Geographic Indonesia pada 23 Januari 2016) jumlah limbah plastik di Indonesia terlalu banyak. Per tahunnya, masyarakat Indonesia menggunakan hampir 10 milyar lembar kantong plastik, dan 95 persennya menjadi sampah. Permasalahan lain yang menambah parahnya kerusakan lingkungan yaitu ketidakpedulian masyarakat terhadap lahan hijau di sekitar. Dan ditambah dengan ketidakpedulian masyarakat dengan bertambahnya sampah plastik yang dibuang secara sembarangan. Sehingga bencana alam dengan mudahnya menyergap masyarakat, sebagai contoh bencana banjir seringkali terjadi apabila turun hujan.

(20)
(21)

menanamkan karakter peduli lingkungan melalui kesehatan lingkungan sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, Sekolah Dasar Negeri Tamanan merupakan sekolah dasar yang berupaya melaksanakan penanaman karakter cinta lingkungan. Setiap pagi sebelum kegiatan belajar, kegiatan yang rutin dilakukan siswa adalah piket kelas dan perawatan taman. Piket kelas dan perawatan taman melibatkan siswa yang mendapat tugas di masing-masing kelas. Ada pula kegiatan kebersihan pagi yang melibatkan siswa yang tidak mendapat tugas piket dan guru. Kebersihan pagi meliputi membersihkan ruang kelas, membuang isi bak sampah, dan merawat tanaman-tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Selain itu kegiatan kebersihan yang merupakan upaya pelaksanaan penanaman pendidikan cinta lingkungan yang dikenal dengan SMUTLIS (Sepuluh Menit Untuk Lingkungan Sekolah). Kegiatan ini dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Menurut penuturan Kepala Sekolah, kegiatan SMUTLIS ini dilakukan bergantian setiap kelas mulai dari kelas satu sampai kelas enam mendapat jadwal kegiatan SMUTLIS ini. Kegiatan SMUTLIS biasanya meliputi aksi pungut sampah di halaman sekolah. Namun masih ada kendala dalam pelaksanaannya. Kondisi cuaca yang tidak tentu, pada saat cuaca hujan kegiatan SMUTLIS ditiadakan.

(22)

secara berkala melakukan kegiatan pembuatan kerajinan dari bahan-bahan sampah. Kantin di SD Negeri Tamanan sendiri sudah terdaftar oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), pedagang kantin diminta untuk meminimalisir penggunaan plastik dalam menjajakkan dagangannya.

Kegiatan lain yang menunjang penanaman karakter cinta lingkungan yaitu pemanfaatan air, air hujan ditampung dan dimanfaatkan untuk wudhu siswa dan guru, kemudian air wudhu mengalir masuk ke kolam ikan yang ada, kemudian jika air di dalam kolam sudah kotor dimanfaatkan lagi untuk menyiram tanaman-tanaman yang ada di SD Negeri Tamanan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, sangat menarik bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Ruang lingkup yang akan diteliti juga akan dipersempit membahas lingkungan yang berkaitan dengan alam dan lingkungan keseharian siswa. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar tersebut dengan judul “Penanaman Karakter Cinta Lingkungan di SD Negeri Tamanan, Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka didapatkan identifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya kesadaran dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang sudah tertata dengan baik yang mengakibatkan kerusakan lingkungan. 2. Manusia cenderung mengeksploitasi lingkungan hanya untuk kepentingan

(23)

3. Belum diketahui secara menyeluruh program-program yang mendukung penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada Sekolah Dasar Negeri Tamanan sudah berupaya menanamkan karakter cinta lingkungan namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di uraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis :

(24)

2. Secara praktis :

a. Bagi Kepala Sekolah

1) Memberikan masukan mengenai pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan.

b. Bagi Guru

1) Memberikan masukan kepada guru dalam pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan.

2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter cinta lingkungan dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa tentang karakter cinta lingkungan yang dikembangkan oleh sekolah.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Penanaman Karakter

1. Pengertian Karakter

Manusia antara satu dengan yang lainnya memiliki ciri-ciri yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui bentuk fisik maupun karakternya. Karakter menurut Heri Gunawan (2012:3) adalah “keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain”, sehingga

seseorang dapat dikenal melalui karakternya. Karakter seseorang dapat diketahui melalui perilaku yang ditunjukkan oleh dirinya sendirinya. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Dharma Kusuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2012:11), “karakter merupakan suatu nilai

yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak, sehingga karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan perilakunya.” Pendapat lain menurut Simon

Philips dalam Masnur Muslich (2011: 70), “karakter adalah kumpulan tata nilai yang membentuk kesatuan serta menjadi landasan dalam pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.”Menurut Mulyasa (2012: 3), bahwa “karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara

bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.” Hal senada juga disampaikan oleh Darmiyati

(26)

mengarah kepada sikap dan perilaku manusia”. Lebih lanjut lagi Muchlas Samani, dkk (2011: 43) mengungkapkan bahwa karakter dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupan sehari-hari

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan aplikasi nilai-nilai positif yang telah ada dalam diri individu itu sendiri terbentuk baik karena pengaruh lingkungan. Nilai-nilai positif yang telah ada dalam diri individu tersebut seperti perilaku jujur, tanggung jawab, hormat erhadap orang lain, toleransi, kerja sama, adil, disiplin, kerja keras, dan peduli. Sehingga karakter yang melekat dalam diri manusia akan membedakan antara manusia yang satu dengan yang lain.

2. Penanaman Karakter

(27)

sehingga membentuk karakter. Dengan demikian, penanaman karakter menentukan pembentukan karakter dalam diri seseorang. Lebih lanjut Mulyasa (2012: 167) memaparkan pendapatnya yaitu :

Tahap-tahap penanaman karakter dalam pendidikan karakter mencakup (a) transformasi nilai, pada tahap ini guru hanya sekedar menginformasikan nilai yang baik dan yang kurang baik kepada siswa melalui komunikasi verbal, (b) transaksi nilai, yaitu tahap pendidikan karakter melalui interaksi antara peserta didik dengan guru yang bersifat timbal balik, (c) transiternalisasi, yakni penampilan guru di hadapan peserta didik bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya.

Penanaman karakter juga diungkapkan oleh Zubaedi (2011: 38) menyatakan pendapatnya bahwa “pengembangan krakter dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai etika dasar sebagai basis karakter yang baik.” Dari berbagai pendapat tersebut, dapat dimaknai bahwa penanaman karakter merupakan proses memasukkan nilai-nilai dalam diri seseorang sehingga membentuk karakter yang menentukan sikap, perilaku, dan tidakan seseorang dalam kehidupan nyata.

B. Tinjauan tentang Penanaman Karakter Cinta Lingkungan

1. Pengertian Lingkungan

(28)

Lingkungan bagi manusia merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupannya.

Pengertian lingkungan juga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekeliling kita yang sangat mempengaruhi kehidupan kita baik berupa benda hidup maupun benda mati. Lingkungan senantiasa harus dilestarikan supaya tercipta keseimbangan di dalam kehidupan.

2. Pengertian Cinta

(29)

orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan,kesejahteraan dan kemajuan. Dari ciri-ciri di atas manusia tidak hanya cinta dengan sesama manusia melainkan juga kepada lingkungan. Manusia yang benar-benar cinta terhadap lingkungan akan bertindak sebagaimana berdasarkan ciri-ciri cinta di atas. Pertama, manusia yang cinta terhadap lingkungan. Memiliki rasa empati terhadap lingkungan tersebut, manusia akan menjaga lingkungan dengan sepenuh hati supaya lingkungan tidak rusak. Kedua orang yang mencintai lingkungan akan merasa bahagia dan senang apabila lingkungan yang dicintainya terjaga kelestariannya. Ketiga orang yang mencintai lingkungan akan timbul perasaan senang dan menjadi kebahagiaan sendiri apabila lingkungan berada dalam kondisi aman dan terjaga. Keempat, orang yang mencintai lingkungan akan berusaha dan berupaya dengan berbagai cara agar lingkungan yang dicintainya tidak rusak dan tetap terjaga kelestariannya.

(30)

Penanaman karakter cinta lingkungan terkonsep dapam penanaman karakter, karena penanaman karakter cinta lingkungan termasuk dalam upaya pengembangan karakter. Penanaman karakter di sekolah terdiri dari beberapa jenis. Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan. Berikut keempat jenis karakter tersebut menurut Jamal Ma’mur Asmani (2012: 80) adalah :

a. Penanaman karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan konservasi moral).

b. Penanaman karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).

c. Penanaman karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).

d. Penanaman karakter berbasis kompetensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Berdasarkan jenis penanaman karakter di atas, cinta lingkungan menurut peneliti termasuk dalam jenis penanaman karakter berbasis lingkungan. Penanaman karakter berbasis lingkungan akan membantu dalam penanaman karakter cinta terhadap lingkungan. Karakter cinta lingkungan dapat dikembangkan melalui upaya untuk senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan. Upaya perlindungan terhadap lingkungan dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup pasal 1 ayat (2) dinyatakan bahwa:

(31)

Penanaman karakter cinta lingkungan merupakan bentuk pengembangan dari nilai-nilai karakter. Penamanan karakter merujuk pada 18 nilai karakter yang dikemukakan oleh Zamroni. Menurut Zamroni (Darmiyati Zuchdi, 2011: 168-170), Badan penelitian dan pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian Pendidikan Nasional, telah merumuskan materi penanaman karakter yang mencakup banyak aspek. Aspek-aspek nilai karakter mencakup: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Cinta lingkungan merupakan salah satu nilai karakter yang harus dikembangkan. Cinta lingkungan merupakan karakter yang harus dimiliki generasi muda saat ini. Karakter cita lingkungan dapat ditanamkan dengan membiasakan anak sejak dini untuk cinta terhadap lingkungan. Jenjang sekolah dasar merupakan jenjang yang tepat untuk proses menanamkan karakter cinta lingkungan. Karakter cinta lingkungan mencerminkan sikap yang senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan. Setiap sekolah diwajibkan mampu menanamkan karakter cinta lingkungan. Ada beberapa indikator yang harus dicapai oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai karakter cinta lingkungan. Menurut Pupuh Fathurrohman, dkk (2013: 191) indikator yang harus dicapai adalah sebagai berikut :

a. Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah

(32)

d. Pembiasaan hemat energi

e. Membuat biopori di area sekolah

f. Membangun saluran pembuangan air limbah dengan baik g. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan

anorganik

h. Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik i. Menyediakan peralatan kebersihan

Selain indikator yang harus dicapai oleh sekolah dalam penanaman karakter juga harus didukung oleh seluruh pihak warga sekolah. Salah satu pihak yang berperan penting dalam program penanaman karakter cinta lingkungan yaitu kepala sekolah. Program yang sudah diputuskan harus mampu direalisasikan melalui guru kelas untuk diperkenalkan kepada peserta didik. Oleh karena itu ada beberapa indikator yang harus dicapai oleh setiap kelas dalam rangka penanaman karakter cinta lingkungan. Menurut Pupuh Fathurrohman, dkk (2013: 191) indikator yang harus dicapai oleh setiap kelas diantaranya yaitu :

a. Memelihara lingkngan kelas

b. Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas c. Pembiasaan hemat energi

d. Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan.

(33)

dalam penanaman pendidikan karakter cinta lingkungan (Daryanto dkk, 2013: 150) berupa :

a. Buang air besar dan kecil di WC b. Membuang sampah di tempatnya c. Membersihkan halaman sekolah

d. Tidak memetik bunga di taman sekolah e. Tidak menginjak rumput di taman sekolah f. Menjaga kebersihan rumah

Bagi peserta didik kelas tinggi yaitu kelas 4-6 indikator yang harus dicapai dalam penanaman karakter cinta lingkungan berupa :

a. Membersihkan WC

b. Membersihkan tempat smapah c. Membersihkan lingkungan sekolah

d. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman e. Ikut memelihara taman di halaman sekolah

f. Ikut dalam kegiatan menjaga kebersihan lingkungan

Berdasarkan kajian teori di atas penanaman karakter cinta lingkungan adalah usaha sadar dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik melalui usaha nyata yang berwawasan lingkungan. Penanaman karakter cinta lingkungan merupakan upaya untuk membentuk genersi muda yang berbudi luhur. Cinta lingkungan dilaksanakan tidak hanya di dalam proses pembelajaran tetapi juga di luar proses pembelajaran.

C. Penanaman Karakter Cinta Lingkungan

1. Pengembangan Kurikulum Sekolah

(34)

suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke dalam kurikulum sekolah. Pendapat serupa dipaparkan oleh Hasan (Buchory M. Sukemi, 2012: 356) yang menegaskan bahwa strategi implementasi karakter dalam seting sekolah merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap sekolah. Karakter cinta lingkungan juga merupakan kesatuan dari kurikulum sekolah. Penanaman karakter dalam upaya penanaman karakter cinta lingkungan pada peserta didik dapat dilaksanakan melalui pengembangan sikap-sikap yang diintegrasikan dalam kurikulum pembelajaran. Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) mengemukakan pengembangan budaya dan karakter bangsa dilaksanakan melalui:

a. Program Pengembangan Diri

Program pengembangan diri, perancanaan, dan pelaksanaan penanaman karakter dilakukan melalui pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari di sekolah melalui hal-hal berikut.

1) Kegiatan rutin sekolah

(35)

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga pendidik yang lain jika mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Kegiatan spontan yang dilakukan bisa berupa teguran, nasehat, maupun tindakan.

3) Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan yang lain dalam memberikan contoh yang baik pada peserta didik. Ketelandanan diharapkan mampu memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik dan teladan bagi peserta didik. Keteladanan yang dilakukan oleh tenaga pendidik dengan memberikan contoh perilaku yang mencerminkan perilaku cinta lingkungan. Bentuk keteladanan yang dilakukan misalnya berpakaian rapi, menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya,merawat fasilitas sekolah, kerja keras, disiplin, dan perilaku yang lain yang mencerminkan cinta lingkungan.

4) Pengkondisian

(36)

pemisahan bak sampah sesuai dengan jenisnya, penyediaan tempat cuci tangan, tempat pembuangan sampah, serta taman dan kolam sekolah sebagai cerminan dari sanitasi sekolah yang baik.

b. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 18) menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dalam pegintegrasian dalam mata pelajaran, tidak terkecuali penanaman karkter cinta lingkungan. Pengintegrasian karakter cinta lingkungan dalam mata pelajaran dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini.

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan nilai karakter cinta lingkungan sudah tercakup di dalamnya.

2) Memperlihatkan keterkaitan SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai karakter cinta lingkungan yang dikembangkan.

3) Mencantumkan nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter cinta lingkungan pada silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 4) Mencantumkan kegiatan cinta lingkungan dalam mata pelajaran

muatan lokal sekolah.

(37)

6) Menyelenggarakan lomba kebersihan antar kelas pada even-even tertentu.

7) Pemberian penghargaan kepada siswa yang cinta lingkungan. c. Budaya Sekolah

Agus Wibowo (2012: 93) menyatakan bahwa kultur atau budaya sekolah dapat dikatakan sebagai pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Kementrian pendidikan nasional (2010: 19) bahwa budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kepala sekolah, guru, dan warga sekolah yang lain. Budaya sekolah dapa membantu sekolah untuk menanamkan karakter cinta lingkungan melalui pembiasaan-pembiasaan berperilaku cinta terhadap lingkungan. Marijan (2010: 258) menyebutkan bahwa sekolah hendaknya membangun budaya berkarakter dengan strategi sebagai berikut.

1) Menyusun program praktik pendidikan karakter di sekolah sebagai perilaku yang dibiasakan.

2) Memberikan ruang dan kesempatan kepada warga sekolah untuk mengekspresikan perilaku-perilaku yang berkarakter baik.

3) Guru tak henti-hentinya memberikan motivasi untuk mengembangkan karakter yang baik, motivasi mencintai karakter baik dan motivasi melakukan aksi berkarakter baik. 4) Memperkuat kondisi sebagai wahana terlaksananyya praktik

pembiasaan bertindak sebagaimana karakter yang diharapkan dengan menerapkan reward dan sanksi yang tegas.

(38)

Berdasarkan kajian teori, budaya sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membudayakan kegiatan-kegiatan yang mendukung terlaksananya penanaman karakter cinta lingkungan melalui proogram-program yang disusun sekolah, memberikan ruang dan fasilitas kepada warga sekolah, pemberian motivasi berupa pujian dan hukuman untuk mengimplementasikan nilai karakter cinta lingkungan. 2. Pendekatan Pengembangan Proses Pembelajaran

Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 20) menjelaskan bahwa pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar peserta didik secara aktif dan berpusat pada anak. Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa, salah satunya pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan dikembangkan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

(39)

b. Sekolah, melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi di sekolah itu, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah. Pengembangan program sekolah yang dilakukan agar dapat mendukung penanaman dan pelaksanaan karakter cinta lingkungan misalnya menjaga kebersihan bersama, menanam pohon, lomba kebersihan dan kerapian kelas.

c. Luar Sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pe;ajaran, dan dimasukkan ke dalam Kalender Akademik. Pengembangan karakter cinta lingkungan yang dilakukan sekolah dapat berupa ekstrakurikuler dan kunjungan sekolah ke tempat-tempat yang dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan.

3. Pengembangan Kesehatan Lingkungan Sekolah

(40)

lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya. Penanaman karakter khususnya karakter cinta lingkungan di sekolah juga menjadi salah satu jalan dalam menciptakan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat akan membantu menciptakan proses pembelajaran yang kondusif.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah. Upaya kesehatan lingkungan sekolah sebagai salah satu wujud kepedulian dan kecintaan warga sekolah terhadap lingkungan sekolah. Menciptakan lingkungan yang sehat dan memenuhi standar kesehatan lingkungan juga merupakan usaha dalam mencegah kerusakan lingkungan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2006, tata laksana kesehatan ligkungan meliputi:

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan, kegiatan pembersihan ruang dan bangunan meliputi intensitas pelaksanaan kebersihan, kegiatan pembersihan, penggunaan larutan disinfektan dalam kegiatan kebersihan, dan pengecatan dinding apabila telah usam.

b. Pencahayaan, pencahayaan cukup dan merata, serta adanya pencahayaan tambahan jika ruangan dalam keadaan gelap.

(41)

d. Fasilitas sanitasi, sanitasi sekolah meliputi pengelolaan toilet, pengelolaan sarsns pembuangan air limbah, pengelolaan sarana pembuangan sampah.

e. Kantin/warung sekolah, kantin/warung sekolah selalu mengutamakan kebersihan dan kesehatan dari makanan yang dijual untuk dikonsumsi oleh siswa.

f. Bebas dari Jentik Nyamuk, lingkungan sekolah harus bebas dari jentik nyamuk. Sekolah mengupayakan program untuk membasmi dan mencegah tumbuhnya jentik nyamuk.

g. Bebas Asap Rokok, terdapat larangan dan himbauan untuk tidak merokok di lingkungan sekolah.

h. Promosi hyginie dan sanitasi sekolah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan kajian teori di atas, bahwa pelaksanaan pendidikan karakter cinta linngkungan di sekolah dapat dilaksanakan melalui pengembangan kurikulum di sekolah, pengembangan proses pembelajaran, dan pengembangan kesehatan lingkungan sekolah.

D. Kerangka Pikir

(42)

dengan manusia tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Manusia sangat tergantung dengan kelestarian lingkungan, dan kelestarian lingkungan sangat tergantung oleh pola hidup manusia. Namun keadaan lingkungan sekarang ini semakin memprihatinkan. Setiap hari semakin banyak terjadi kerusakan lingkungan yang menyebabkan kerusakan alam, misalnya kerusakan hutan, eksploitasi hutan, rendahnya kesadaran manusia dalam membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Akibat permasalahan lingkungan tersebut menyebabkan timbulnya beberapa bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, maupun tanah longsor. Kerusakan lingkungan yang terjadi tidak lepas dari ulah tangan manusia yang kurang memiliki rasa cinta terhadap lingkungan. Keadaan seperti ini tentu saja harus segera diatasi sedini mungkin dari jenjang yang paling dasar. Penyelesaian tidak cukup penyelesaian jangka pendek melainkan jangka panjang, salah satu solusinya adalah melalui penanaman karakter sejak dini.

(43)
(44)
[image:44.595.129.497.118.411.2]

Kerangka pikir ini akan lebih mudah dipahami melalui bagan di bawah ini.

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri

Tamanan melalui pengembangan kurikulum sekolah?

2. Bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan melalui pengembangan proses pembelajaran?

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sebagaimana pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Lexy J. Moleong (2006: 6) berikut ini: ”penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

B. Jenis Penelitian

(46)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei tahun 2016 di Sekolah Dasar Negeri Tamanan yang beralamatkan di Jalan Pasopati No. 21 Tamanan Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

D. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah situasi penanaman karakter cinta lingkungan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan. Hal ini berdasarkan pendapat dari Spradley (Sugiyono, 2015: 297) menyatakan bahwa objek dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi berupa situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity). Objek penelitian dignakan untuk menentukan subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya diperoleh keterangan. Subjek penelitian kualitatif adalah informan, Andi Prastowo (2012: 195). Sementara itu, informan menurut Lexy J. Moleong (2006: 132) diartikan sebagai orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi dan kondisi latar penelitian. Informan bertugas memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut.

(47)

sekolah memberi rekomendasi enam guru yang berpengaruh pada bidang lingkungan. Masing-masing guru memilih satu orang siswa untuk menjadi subjek penelitian dan membantu pengumpulan data. Hal ini dilakukan sampai data yang diperoleh peneliti dianggap jenuh.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menurut Sugiyono (2015: 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alami (natural setting), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawacara mendalam dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data secara langsung. Observasi dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan. Djam’an Satori dan Aan Komariah (2011: 105), observasi adalah

(48)

yang digunakan, maka observasi dibedaka menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Dari segi proses pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi non partisipan dalam pelaksanaan pengumpulan data, yaitu peneliti tidak terlibat dengan aktifitas yang diamati dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Sedangkan dalam segi instrumen peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

2. Wawancara

(49)

sedikit/kecil. Esterberg (Sugiyono, 2015: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur dengan alasan jenis wawancara ini tergolong dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Jenis wawancara ini bertujuan untuk menemuan permasalahan secara lebih terbuka sehingga peneliti dapat menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk mengungkap pendapat dan ide-ide dari responden.

3. Dokumentasi

Data dokumentasi yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini mengambil dari dokumen-dokumen yang berupa rencana kerja sekolah, program sekolah, kurikulum sekolah, dan papan slogan yang berkaitan dengan pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan. Suharsimi Arikunto (2010: 274) mengungkapkan bahwa metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.

(50)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2015: 307) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan alat bantu pedoman observasi dan wawancara untuk memudahkan mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Pedoman observasi dirancang sebagai pedoman mengobservasi penanaman karakter cinta lingkungan secara keseluruhan di Sekolah Dasar Negeri Tamanan. Pedoman wawancara dirancang sebagai pedoman untuk melakukan wawancara langsung kepada nara sumber, yaitu kepala sekolah, guru, dan beberapa siswa. Adapun rancangan pedoman observasi dan wawancara peneliti sebagai berikut.

1. Instrumen Observasi

(51)

penanaman karakter cinta lingkungan melalui pendekatan kurikulum dan pengembangan proses pembelajaran. Penanaman karakter cinta lingkungan juga ditinjau dari aspek program kesehatan lingkungan. Instrumen observasi yang disusun berdasarkan teori dan dikembangkan dari kisi-kisi observasi. Tabel 1. Kisi-kisi lembar observasi sekolah

No Variabel Indikator Deskripsi aspek yang teramati 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat.

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. 3) Keteladanan Perilaku dan sikap kepala

sekolah, guru, dan tenaga pendidik yang lain dalam memberika contoh yang baik bagi peserta didik.

4) Pengkondisian Upaya sekolah untuk mendukung penanaman karakter cinta lingkungan.

b. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

Nilai-nilai karakter disampaikan dalam pengintegrasian dalam mata pelajaran.

c. Budaya Sekolah Pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta slogan khas identitas mereka.

2 Pengemba ngan Proses Pembelajaran

a. Pribadi Adanya apresiasi bagi seluruh warga sekolah yang berkarakter cinta lingkungan.

b. Kelas Pembelajaran di dalam kelas yang berbasis lingkungan. c. Sekolah Kegiatan sekolah untuk

menunjang penanaman karakter cinta lingkungan.

(52)

No Variabel Indikator Deskripsi aspek yang teramati 3 Kesehatan

Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

Kegiatan pembersihan ruang dan bangunan meliputi intensitas pelaksanaan kebersihan, penggunaan larutan disinfektan dalam kegiatan kebersihan dan pengecatan dinding.

b. Pencahayaan dan Ventilasi

Pengaturan pencahayaan dan ventilasi untuk mendapat udara segar sesuai kebutuhan.

c. Fasilitas Sanitasi Pengelolaan air limbah dan pembuangan sampah.

d. Kantin/warung Sekolah

Kantin yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan dari makanan.

e. Bebas dari Jentik Nyamuk

Program sekolah untuk membasmi dan mencegah tumbuhnya jentik nyamuk. f. Bebas Asap

Rokok

Terdapat larangan dan himbauan untuk tidak merokok di lingkungan sekolah.

g. Promosi Hygiene dan sanitasi sekolah

Sanitasi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Instrumen Wawancara

(53)
[image:53.595.142.516.490.720.2]

Tabel 2. Kisi-kisi lembar wawancara untuk kepala sekolah

No Variabel Indikator No.

Butir

Jumlah Butir 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin di sekolah 1 1 2) Kegiatan Spontan 2 1

3) Keteladanan 3 1

4) Pengkondisian 4, 5, 6, 7, 8, 9

6 b. Pengintegrasian dalam mata

pelajaran

10, 11 2 c. Budaya Sekolah 12, 13,

14

3 2 Pengembangan

Proses Pembelajaran

a. Pribadi 15 1

b. Kelas 16 1

c. Sekolah 17 1

d. Luar Sekolah 18, 19 2 3 Kesehatan

Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

20 1

b. Pencahayaan dan Ventilasi 21 1 c. Fasilitas Sanitasi 22 1 d. Kantin/warung Sekolah 23 1 e. Bebas dari Jentik Nyamuk 24 1 f. Bebas Asap Rokok 25 1 g. Promosi hygiene dan sanitasi

sekolah

26 1

Tabel 3. Kisi-kisi lembar wawancara untuk guru

No Variabel Indikator No.

Butir

Jumlah Butir 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin di sekolah 1 1 2) Kegiatan Spontan 2 1

3) Keteladanan 3 1

4) Pengkondisian 4, 5, 6, 7, 8, 9

6 b. Pengintegrasian dalam mata

pelajaran

10, 11, 12, 13

4 c. Budaya Sekolah 14, 15,

16

3 2 Pengembangan

Proses Pembelajaran

a. Pribadi 17 1

b. Kelas 18 1

c. Sekolah 19 1

(54)

No Variabel Indikator No. Butir

Jumlah Butir 3 Kesehatan

Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

22 1

b. Pencahayaan dan Ventilasi 23 1 c. Fasilitas Sanitasi 24 1 d. Kantin/warung Sekolah 25 1 e. Bebas dari Jentik Nyamuk 26 1 f. Bebas Asap Rokok 27 1 g. Promosi hygiene dan

sanitasi sekolah

28 1

Tabel 4. Kisi-kisi lembar wawancara untuk siswa

No Variabel Indikator No.

Butir

Jumlah Butir 1 Kurikulum

Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan rutin di sekolah 1 1 2) Kegiatan Spontan 2 1

3) Keteladanan 3 1

4) Pengkondisian 4, 5, 6, 7, 8

5

b. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

9, 10 2

c. Budaya Sekolah 11, 12, 13

3

2 Pengembangan Proses

Pembelajaran

a. Pribadi 14 1

b. Kelas 15 1

c. Sekolah 16, 17,

18

3

d. Luar Sekolah 19, 20 2 3 Kesehatan

Lingkungan Pendidikan

a. Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

21 1

b. Pencahayaan dan Ventilasi 22 1 c. Fasilitas Sanitasi 23 1 d. Kantin/warung Sekolah 24 1 e. Bebas dari Jentik Nyamuk 25 1 f. Bebas Asap Rokok 26 1 g. Promosi hygiene dan

sanitasi sekolah

(55)

G.Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk mengolah data dalam bentuk kata-kata. Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification. Aktivitas dalam menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam penelitian ini, peneliti memilah-milah data yang berupa pemaman kepala sekolah dan guru tentang kegiatan yang menganding nilai karakter cinta lingkungan yang dikembangkan, pelaksanaan penanaman nilai karakter cinta lingkungan di SD N Tamanan Bantul. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan ( Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 1992: 16).

2. Penyajian Data (Data Display)

(56)

Peneliti menyajikan data yang berupa pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang bagaimana penanaman karakter cinta lingkungan, nilai-nilai cinta lingkungan yang dikembangkan, serta pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan Bantul.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah mereduksi data dan menyajikan data. Menurut Matthew B. Miles dan A Michael Huberman (1992: 19) penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Data-data yang berupa pengetahuan kepala sekolah dan guru tentang kegiatan penanaman karakter cinta lingkungan, nilai-nilai cinta lingkungan yang dikembangkan, serta pelaksanaan penanaman karakter cinta lingkungan di SD N Tamanan Bantul yang telah dikemukakan pada penyajian data diinterprestasikan kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.

H.Keabsahan Data

(57)

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan triangulasi, bahan referensi, serta member check. Triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi teknik dan sumber.

1. Triangulasi Sumber

Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan beberapa sumber. Sumber yang digunakan yaitu kepala sekolah, guru kelas, dan beberapa siswa. Peneliti menggali informasi dari kepala sekolah kemudian guru kelas, dan didukung oleh siswa. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dalam penelitian yang dilakukan. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2015: 373).

2. Triangulasi Teknik

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Lokasi Sekolah

Sekolah Dasar Negeri Tamanan beralamat di jalan Pasopati No. 21 Kauman, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Sekolah Dasar Negeri Tamanan terletak di sebelah barat jalan Pasopati. Sebelah utara berbatasan dengan jalan kecil yang menjadi jalan untuk masuk ke pemukiman warga, sebelah barat dan selatan berbatasan langsung dengan pemukiman warga. Sekolah Dasar Negeri Tamanan masuk dalam wilayah desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

(59)

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Dasar Negeri Tamanan

Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Dasar Negeri Tamanan adalah sebagai berikut:

Visi Sekolah Dasar Negeri Tamanan adalah “Terwujudnya insan

berakhlak mulia, cerdas, terampil, berkepribadian Indonesia, berwawasan global serta peduli lingkungan”. Misi Sekolah Dasar Negeri Tamanan

adalah membiasakan melaksanakan ibadah; melaksanakan peringatan hari besar keagamaan; membiasakan perilaku yang dilandasi norma susila dan berwawasan kebangsaan; melestarikan keragaman budaya Indonesia; melaksanakan hari besar nasional; membiasakan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, religius, kerja keras, toleransi, kreatif, kebersihan, dan mandiri; menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat kabupaten; rata-rata nilai ujian 10 besar tingkat kecamatan; menjuarai OSN (Olimpiade Sains Nasional) tingkat propinsi; membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat; memperoleh penghargaan Adiwiyata tingkat nasional; mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam meraih penghargaan Adiwiyata tingkat nasional; melaksanakan pendidikan lingkungan di sekolah dan di masyarkat; melaksanakan pembelajaran berbasis IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

(60)

meningkatkan sumberdaya yang ada di sekolah dan lingkungan secara efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan, 3) meningkatkan profesional tenaga kependidikan dan memberi motivasi kearah inovasi pendidikan sehingga tercapai pendidikan di sekolah, 4) mewujudkan pribadi peserta didik yang sadar akan pendidikan diri, keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat, 5) membentuk pribadi yang berbudaya hidup bersih dan sehat berwawasan lingkungan dan berupaya melestarikannya.

B.Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian 1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, 6 guru, dan 6 siswa SD Negeri Tamanan. Kepala sekolah adalah An yang menjadi sumber untuk memperoleh data mengenai keteladanan guru dan karyawan, pemberdayaan dan pengembangan sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan secara umum. Selain itu peneliti juga mewawancarai 6 guru kelas sebagai sumber data mengenai keteladanan guru, proses pembelajaran, pengembangan diri serta pengembangan kesehatan lingkungan sekolah dalam penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan. Guru yang diwawancarai yaitu Sn sebagai wali kelas VIA, Tr sebagai wali kelas IB, Mj sebagai guru olahraga, Nn sebagai wali kelas IVA, Tt sebagai wali kelas VA, Ag sebagai wali kelas IIIB yang juga sebagai koordinator sekolah adiwiyata.

(61)

data penelitian. Siswa yang diwawancarai peneliti adalah Ch siswa kelas IB, Kh siswa kelas IIA, Ld siswa kelas IIIA, Rz siswa kelas IVB, Vi siswa kelas VB, Ha siswa kelas VIA.

Peneliti melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah, proses pembelajaran, serta kegiatan pengembangan diri dan pengembangan kesehatan lingkungan untuk mendapatkan data yang lebih valid. Peneliti juga melakukan study dokumentasi berupa gambar kegiatan siswa, RPP, dan profil SD Negeri Tamanan untuk mengetahui penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan.

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan Banguntapan Bantul. Penanaman karakter cinta lingkungan di SD Negeri Tamanan dilihat dari pengembangan diri, pengembangan proses pembelajaran, dan pengembangan kesehatan lingkungan sekolah.

C.Deskripsi Hasil Penelitian

(62)

1. Pengembangan Kurikulum Sekolah

a. Program Pengembangan Diri

1) Kegiatan Rutin Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bentuk kegiatan rutin sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan sebagai berikut:

An : “Untuk pendidikan karakter cinta lingkungan SD kami memang kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) berbasis lingkungan hidup, jadi program-program yang direncanakan juga harus berwawasan lingkungan mbak. Kalau kegiatan rutin ya SMUTLIS (Sepuluh Menit Bersih Lingkungan Sekolah), piket kelas pagi, piket kelas siang, menyirami tanaman”. (Senin, 25 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukka bahwa untuk kegiatan rutin yang dilakukan sekolah dalam menanamkan karakter cinta lingkungan adalah SMUTLIS (Sepuluh Menit Bersih Lingkungan Sekolah) dan piket kebersihan setiap pagi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut:

Tr : “Ya dengan SMUTLIS kalau kelas saya setiap hari Senin biasanya menyiram tanaman, mencabuti rumput-rumput yang ada di lingkungan sekolah”. (Jumat, 29 April 2016) Tt : “Itu yang rutin setiap pagi piket kelas sama setelah pulang

sekolah, Jumat Bersih itu juga rutin yah itu”. (Senin, 9 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

(63)

dan setelah pulang sekolah, dan kegiatan kebersihan pagi atau SMUTLIS (Sepuluh menit untuk lingkungan sekolah). Kegiatan SMUTLIS meliputi kegiatan membersihkan dan merawat lingkungan sekolah. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru juga didukung dengan hasil wawacara dengan siswa sebagai berikut:

Rz : “Piket kelas, membersihkan halaman sekitar, menyirami tanaman, kerja bakti”. (Rabu, 27 April 2016)

(Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

(64)

kebersihan (SMUTLIS). Kegiatan SMUTLIS meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan lingkungan sekolah yang melibatkan warga sekolah. Kegiatan SMUTLIS merupakan salah satu bentuk kegiatan pembiasaan rutin sekolah di dalam kurikulum sekolah, SMUTLIS dilaksanakan sebagai pembentukan kepedulian terhadap lingkungan alam. Bentuk kegiatan SMUTLIS diantaranya membersihkan halaman sekolah, merawat dan menyiram tanaman, dan membuang sampah-sampah yang diletakkan di sekitar taman sekolah.

Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan studi dokumentasi berupa gambar saat siswa dan guru melakukan kegiatan piket kelas pagi dan siang.

Gambar 2. Kegiatan piket harian siswa

(65)

guru bersama siswa melakukan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan sekolah yang meliputi membersihkan halaman, merawat, dan menyiram tanaman.

2) Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah dan guru ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik terhadap fasilitas sekolah, maupun lingkungan sekolah. Hasil wawancara sebagai berikut:

An : “Sudah ada kapten WOW, tetapi jika tidak ketahuan kapten WOW bu guru dan saya yang menegur dan memberi sanksi. Namun saya memberi sanksi yang membuat anak-anak untuk lebih menyayangi lingkungan. Di setiap kelas ada kalung yang terbuat dari rafia dan botol bekas, nanti yang melangar akan dikalungi itu” (Senin, 25 April 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa hal spontan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik terhadap fasilitas dan lingkungan sekolah adalah dengan menegur, dan memberi sanksi yang bertujuan untuk mendidik anak supaya lebih menyayangi lingkungan. Pernyataan kepala sekolah tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh guru sebagai berikut:

Nn : “Langsung ditegur saya misal ada yang buang sampah sembarangan saya cuma bilang ayo ambil terus pantesnya dibuang dimana, kayak tadi ada yang menumpahkan minuman saya baru lihat saja anak-ana sudah mengambil pel sendiri langsung membersihkannya. (Rabu, 4 Mei 2016)

(66)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa dengan perntanyaan bagaimana tanggapan atau sikap yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru ketika ada siswa yang berperilaku kurang baik terhadap lingkungan sekolah, dengan hasil wawancara sebagai berikut:

Kh : “Menasehati dan diberi contoh yang benar”. (Sabtu, 30 April 2016)

Ld : “Menasehati, suruh merawat alam”. (Selasa, 10 Mei 2016) (Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa diperkuat dengan hasil observasi kegiatan spontan selama peneliti melakukan pengamatan. Pada tanggal 25 April 2015, ketika An melihat tembok parkiran sepeda rusak karena terkena sepeda yang di parkir sebarangan, An mengingatkan untuk memasang standar pada siswa yang menggunakan sepeda ke sekolah agar sepeda tidak diparkir menempel tembok dan tembok sekolah tidak rusak. Pada tanggal 30 April 2016 Sr melihat siswa kelas IA yang sedang menyirami tanaman obat malah menggunakan air untuk bermain semprot-semprotan, Sr kemudian mengur dengan mengatakan “airnya jangan dibuang-buang ya nduk, kalau sudah nyiraminnya jangan mainan air, airnya bisa dimanfaatkan buat yang lain to daripada buat mainan”. Salah satu siswa kelas kelas IV melihat adik kelasnya ada

(67)

sembarangan membang yang benar kalau tidak akan dilaporkan ke gurunya. Pada tanggal 11 Mei 2016 Tt menegur siswa yang menyapu di depan kelas untuk pelan-pelan saja karena nanti debunya bisa masuk ke kelas lagi.

Gambar 3. Kegiatan spontan dimasukkan dalam kurikulum Berdasarkan hasil wawacara dan observasi maka dapat diperoleh hasil bahwa kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah dan guru adalah dengan memberi peringatan dan pengertian kepada siswa yang melakukan tindakan kurang baik terhadap lingkungan dan fasilitas sekolah. Kegiatan spontan dilakukan oleh guru dan kepala sekolah sebagai pendidik, didukung dengan sarana dan prasarana agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Keteladanan

Hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru kepada siswa dalam penanaman karakter cinta lingkungan sebagai berikut:

(68)

Bentuk keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru yang dikemkakan kepala sekolah juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan guru. Berikut hasil wawancara dengan guru berkaitan dengan bentuk keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru kepada siswa:

Sn : “Ya memberikan contohnya, jadi kita juga dalam buang sampah harus disesuaikan dengan jenisnya, kalau kerjabaktipun tidak hanya muridnya tapi gurunya juga spontan langsung ikut”. (Selasa, 26 April 2016)

Mj : “Untuk memberikan pembelajaran tadi kita ikut serta, ikut terjun dalam kerja bakti, selalu memberikan contoh membuang sampah pada tempat dan sesuai jenisnya, dalam pembawaan tanaman kita juga ikut bawa”. (Selasa, 3 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan guru lain terlampir)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru diperkuat dengan hasil wawancara kepada siswa, ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang bagaimana kepala sekolah dan guru memberikan teladan kepada siswa sebagai wujud cinta lingkungan. Hasil wawancara dengan siswa sebagai berikut:

Rz : “Ikut menjaga lingkungan. Iya gurunya ikut menyapu juga”. (Rabu, 27 April 2016)

Ha : “Bu kepala sekolah sama bu guru datang lebih awal. Ikut menyiram tanaman, menyapu juga”. (Jumat, 6 Mei 2016)

(Hasil wawancara dengan siswa lain terlampir)

(69)

Sn dan guru kelas VA menata taman supaya lebih segar, dan siswa yang melihatnya langsung ikut membantunya tanpa diminta dan disuruh. Siswa membantu menata taman dengan semangat dan dengan senang hati sembari berbincang-bincang dengan gurunya. Pada tanggal 28 April 2016 guru kelas I dan II ikut serta dalam membersihkan kelas sebelum mulai p

Gambar

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi lembar wawancara untuk kepala sekolah
Gambar 7. Siswa terlibat dalam penataan taman kelas
Gambar 9. Dokumentasi RPP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru Sekolah Dasar di Kabupaten Batu Bara tentang lingkungan hidup mayoritas baik, yaitu sebanyak 75.0%, dan persepsi guru SD

Siti Masthuroh ( 2011 ), “ Pengembangan Model Pembelajaran Lompat Jauh Dalam Penjasorkes Melalui kajian Lingkungan Persawahan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kotakan 1

Kepala Sekolah menginformasikan kegiatan kebersihan bersama selalu rutin dilaksanakan setiap hari namun di Sekolah Dasar Negeri Tritih Wetan 05 ditetapkan sebuah

Prosedur Penelitian (Edisi Rrevisi). Jakarta: Rineka Cipta. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Arina Restian, S.Pd., M.Pd Kepala Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman (2015:12). Langkah- langkah analisis data yaitu pengumpulan

Adapun jawaban dari ibu RS selaku wali kelas 6 yaitu: “sebelum saya memberikan tugas kepada siswa saya selalu memberikan nasehat terlebih dahulu tidak mencontek pekerjaan teman dan

Penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran karawitan memiliki berbagai faktor penghambat dan pendukung implementasi yaitu faktor pendukungnya sudah tersedianya guru khusus