• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Pada aspek Competence ini terlihat bagaimana keadaan awal dari proses pembelajaran berlangsung yaitu yang terdiri dari guru maupun siswa. Keadaan awal dari aspek Competence terlihat dari pengamatan pertama yang dilakukan oleh peneliti, yaitu mengamati bagaimana proses pembelajaran sejarah itu berlangsung di dalam kelas. Peneliti melihat bahwa pembelajaran yang berlangsung sudah menerapkan PI. Guru sangat mengharapkan dengan menerapkan PI dalam proses pembelaran dapat mengubah semua nilai dari beberapa indikator yang terdapat dalam aspek Competence, indikator tersebut yaitu terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hasil data berupa hasil nilai ulangan harian 1, nilai ulangan harian 2 dan 3, kuesioner, observasi, LKS, dan hasil wawancara guru dan siswa. Pada awal peneliti terjun ke lapangan yaitu melakukan pengamatan baik pengamatan yang meliputi keadaan sekolah, guru maupun siswa. Hasil pengamatan yang diperoleh peneliti antara lain yaitu sekolah memiliki tata tertib yang sangat dipatuhi oleh seluruh warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, karyawan maupun siswa sendiri. Tata tertib tersebut berupa peraturan bahwa seluruh warga sekolah harus datang sebelum waktu menunjukkan pukul 07.00. Selain itu tata terbit lainnya yaitu berupa guru dan siswa wajib mengenakan baju seragan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di dalam kelas, guru datang tepat waktunya dan selesai sesuai dengan jadwal mengajar. Siswa juga sangat berperan aktif dalam proses

pembelajaran yang sedang berlangsung. Keaktifan siswa tersebut dilihat dari banyaknya siswa yang terlibat dalam kegiatan belajar dengan aktif bertanya apabila siswa mengalami kesulitan. Jadi dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 1 sangat efektif oleh karena guru dan siswa dapat bekerja sama dengan baik.

Selain itu, guru juga selalu memberikan motivasi kepada siswa berupa peneguhan mengenai nilai-nilai yang dapat diteladani dari meteri belajar sejarah yaitu Peristiwa Sekitar Proklamasi. Motivasi lainnya berupa apersepsi dari guru terhadap siswa yaitu guru selalu memberikan makna dan mengajarkan nilai-nilai karakter yang dapat siswa terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, setelah data observasi telah diperoleh, peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa.

Wawancara kepada guru dilakukan peneliti mengenai bagaimana proses pembelajaran sejarah yang selama ini diterapkan di sekolah, kemudian metode apa yang sering diterapkan oleh guru pada saat mengajar dan bagaimana motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru sejarah mengatakan bahwa metode yang digunakan pada saat mengajar yaitu bervariasi sesuai dengan materi belajar. Metode yang bervariasi tersebut seperti metode diskusi, tanya jawab dan ceramah. Metode yang bervariasi digunakan dengan tujuan agar siswa tidak mudah jenuh dengan metode pembelajaran yang sama, guru tersebut juga berpendapat bahwa dengan menggunakan metode yang bervariasi mampu menumbuhkan semangat baru terhadap siswa.

Hal yang sama juga ditanyakan kepada siswa. Peneliti mengambil dua orang siswa sebagai narasumber yaitu siswa yang bernama Veronika Yasinta K. dan Yohanes Arya P.A., dari kedua orang siswa tersebut mempunyai jawaban dan alasan yang berbeda, namun pada intinya kedua siswa ini sangat setuju dengan proses pembelajaran dengan menggunakan LKS yang Bermakna. Dengan LKS yang Bermakna siswa mendapatkan banyak keuntungan, seperti materi yang disajikan dalam LKS yang Bermakna sudah ringkas dan mudah dipahami, materi pembelajaran sejarah yang sedang diajarkan yaitu mengenai Peristiwa Proklamasi. Kedua siswa tersebut berpendapat bahwa LKS yang Bermakna sangat membantu mereka dalam menghayati dan meneladani jasa para pahlawan pada saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. LKS yang Bermakna yang di dalamnya terdapat aksi dan refleksi yang harus diisi siswa sebagai wujud dari pengalaman maupun karakter yang sudah tertanam dalam diri siswa yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain data yang diambil dari hasil pengamatan atau observasi dan wawancara, peneliti juga mendapatkan hasil data dari kuesioner yang diisi oleh siswa. Di dalam kuesioner tersebut menyangkut bagaimana perubahan Conscience, Compassions dan karakter siswa. Dalam aspek Competence, peneliti mendapatkan hasil data berupa nilai ulangan harian 1, nilai ulangan harian 2 dan nilai ulangan harian 3. Tentu saja dari ketiga hasil nilai ulangan harian tersebut mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa. Selain itu, dalam aspek Competence peneliti juga mempunyai hasil data dari pengisian LKS yang Bermakna yang sudah diisi oleh siswa. Terdapat berbagai macam jawaban yang diberikan siswa dalam mengisi

LKS yang Bermakna tersebut. Dalam LKS yang Bermakna juga menilai aspek karakter yang ada dalam diri siswa. Penilaian tersebut seperti siswa diharapkan untuk memberikan jawaban yang mencerminkan sikap siswa yang berkarakter dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam materi mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di bawah ini merupakan hasil nilai ulangan harian 1, ulangan harian 2 dan ulangan harian 3 siswa kelas XI IIS 1.

Tabel 2: Hasil nilai ulangan harian siswa kelas XI IIS 1

No. Nama KKM Keterangan Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 1 Adnan Yumna Hananta 75 93 92 100 2 Agata Dina Paskala 75 89 92 96

3 Annisa Ruri P. 75 98 88 100

4 Benediktus Jagad K. A. 75 89 92 100 5 Bernadus Ardi Prasetya 75 98 98 100

6 Dela Puspitasari 75 95 95 98

7 Fariz Yudhi Haninditya 75 91 100 96

8 Feby Fakhrinnisa 75 98 88 100

9 Fitriani Dian Pertiwi 75 95 85 100

10 Fu’ad Arkan 75 100 90 96

11 Issac Pranadipta Wartadi 75 95 92 96

12 Ketty Nur Utami 75 93 100 98

13 Muhammad Akhid A. 75 84 95 96

14 Risa Prasetyo 75 91 100 98

15 Rosita Nur W. P. 75 100 100 98 16 Tomi Ammar Mubarak 75 87 93 91 17 Veronika Yasintya K. 75 82 87 75

18 Yoga Pratama 75 93 95 95

19 Yohanes Arya P.A. 75 95 92 100 20 Yosephin Luphita T.K 75 95 88 100 Total 1861 1862 1933 Nilai tertinggi 100 100 100 Nilai terendah 82 85 75 Rata-rata Kelas 93,05 93,1 96.65 Persentase 100% 100% 100%

Diagram Persentase Nilai Ulangan Harian Siswa dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 3: Data nilai ulangan harian siswa

Hasil data nilai ulangan harian yang tertera pada diagram di atas merupakan hasil data dari rata-rata nilai kelas XI IIS 1. Dari data siswa dalam penelitian ini tampak bahwa ada 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 93.05, nilai tertinggi adalah 100, dan nilai terendah adalah 82. Jumlah siswa yang hasil belajarnya telah mencapai KKM sudah memenuhi target yang ditentukan yaitu 100% dari jumlah siswa. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar sejarah siswa dengan penerapan LKS yang Bermakna sudah mengalami keberhasilan atau ketuntasan.

Hasil data dari ulangan harian kedua menunjukkan tingkat prestasi belajar sejarah siswa dengan menggunakan LKS yang Bermakna dengan KKM yang ditentukan adalah 75. Tampak bahwa ada 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 93.1 nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 85. Jumlah siswa yang hasil belajarnya telah mencapai KKM sudah memenuhi target yang ditentukan yaitu 100% dari jumlah siswa.

33%

33% 34%

Nilai Ulangan Harian

Ulangan Harian 1 Ulangan Harian 2 Ulangan Harian 3

Kemudian rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada ulangan harian ketiga siswa adalah 96.65, nilai tertinggi adalah 100, dan nilai terendah adalah 75. Jumlah siswa yang hasil belajarnya telah mencapai KKM sudah memenuhi target yang ditentukan yaitu 100% dari jumlah siswa. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar sejarah siswa mengalami peningkatan dilihat dari nilai rata-rata yang meningkat dari nilai ulangan harian 1, nilai ulangan harian 2 dan nilai ulangan harian 3. Pada aspek Competence mempunyai kriteria tinggi dengan tingkat ketuntasan mencapai keseluruhan siswa yang berjumlah 20 dari ulangan harian 1, ulangan harian 2 dan ulangan harian 3. Hal ini menunjukkan bahwa tingkah pemahaman materi siswa juga sangat tinggi.

2. Aspek Conscience

Dalam aspek Conscience data yang peneliti peroleh yaitu dari hasil pengamatan atau observasi di dalam kelas pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, di luar kelas pada saat siswa sedang bergaul dengan teman sebayanya maupun hasil dari pengisian keusioner. Aspek Conscience terdiri dari beberapa indikator, yaitu tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, keterbukaan, kebebasan, keadilan, kegigihan, keberanian mengambil resiko, dan kemampuan memberi makna hidup. Tidak hanya dalam aspek Competence saja yang diharapkan terjadi perubahan pada diri siswa, namun pada aspek Conscience ini juga sangat diharapkan adanya perubahan yang menonjol dari siswa. Untuk mengetahui sejauh mana sikap siswa dari berbagai macam indikator tersebut, terdapat kuesioner yang harus diisi siswa.

Dalam pengisian kuesioner di kelas XI IIS 1 aspek Conscience yang paling berpengaruh dan sangat terlihat yaitu indikator mandiri dan kegigihan.Hal tersebut terlihat dalam hasil data yang sudah dianalisis oleh peneliti.Indikatormandiri dan kegigihan juga merupakan karakter yang dimiliki siswa kelas XI IIS 1. Kemandirian siswa sangat menonjol dalam aspek Conscience disebabkan oleh karena karakter siswa kelas XI IIS 1 cenderung untuk bersikap mandiri dalam melalukan berbagai hal misalnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa mengerjakan secara mandiri dan tidak mengandalkan teman untuk menyontek. Kemandirian tersebut juga diteladani siswa dari materi belajar mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi.

Kemandirian yang siswa lihat dari pejuang-pejuang tahan air pada saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Sedangkan indikator kegigihan yang tertanam dalam karakter siswa juga terlihat dari adanya semangat belajar sejarah dan adanya kesadaran siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh sebagai generasi muda penerus bangsa yang akan mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan siswa yang memiliki nilai persentase tertinggi dari pengisian kuesioner yaitu siswa yang bernama Issac Pranadipta Wartadi dengan skor total 147. Hasil ini mencerminkan bahwa siswa tersebut mempunyai karakter yang baik yang dapat menerapkan sikap kemandirian dan kegigihan dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya.

Hasil data yang diperoleh dari kuesioner didukung dengan adanya data dari hasil wawancara terhadap siswa yaitu Yohanes Arya P.A. dan Veronika Yasintya K.. Kedua siswa tersebut merupakan siswa yang memiliki nilai tertinggi dan

terendah dalam aspek Competence. Hasil wawancara terhadap kedua siswa tersebut mengenai hal apa yang dapat memotivasi kedua siswa tersebut dan upaya yang dilakukan siswa dalam menghadapi kendala pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Pendapat mereka dalam menanggapi pertanyaan dalam wawancara tersebut yaitu mereka mengungkapkan bahwa hal yang dapat memotivasi mereka untuk semangat belajar sejarah yaitu terdapat pada guru yang menyenangkan pada saat mengajar, dan menjelaskan materi belajar dengan jelas dan mudah dimengerti oleh siswa. Guru menggunakan metode yang bervariasi membuat siswa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut diungkapkan oleh kedua siswa pada saat peneliti melakukan wawancara.

Persentase dalam penilaian aspek Conscience adalah sebagai berikut: Tabel 3: Persentase Aspek Conscience

Persentase Conscience

No. Indikator %

1. Berani ambil resiko 10%

2. Keadilan 14% 3. Kebebasan 12% 4. Kebermaknaan 9% 5. Mandiri 17% 6. Kegigihan 14% 7. Kejujuran 10% 8. Tanggung jawab 9% 9. Keterbukaan 5%

Diagram Persentase Aspek Conscience dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4: Diagram Conscience

Dari gambar diagram Conscience tersebut dapat dilihat bahwa indikator yang paling menonjol dari siswa kelas XI IIS 1 yaitu indikator kemandirian dengan angka persentase 17% dan kegigihan dengan angka persentase 14%. Kedua indikator tersebut mengalami perubahan ketika peneliti melakukan pengamatan keadaan awal siswa dengan pengamatan pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di dalam kelas maupun pada saat guru mengadakan ulangan harian 1, ulangan harian 2, dan ulangan harian 3.

Kemandirian siswa dapat dilihat dari bagaimana cara siswa dalam mencari sebuah jawaban serta mencari sebuah solusi dalam setiap persoalan yang terdapat dalam materi belajar. Sedangkan indikator kegigihan yang peneliti amati yaitu terlihat pada aksi dan refleksi siswa yang mengemukakan bahwa kegigihan seorang siswa yang berkarakter dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kegigihan pada saat mengikuti kegiatan upacara Bendera yang dilakukan dengan

10% 14% 12% 9% 17% 14% 10% 9% 5%

Conscience

Berani ambil resiko Keadilan Kebebasan Kebermaknaan Mandiri Kegigihan Kejujuran Tanggung jawab Keterbukaan

sungguh-sungguh. Dari data diatas menunjukkan bahwa persentase dari setiap indikator sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa kelas XI IIS 1. 3. Aspek Compassion

Pada aspek Compassion ini terdiri dari indikator kerjasama, penghargaan terhadap sesama, kepedulian pada orang lain, kepekaan terhadap orang lain, dan kerelaan untuk berkorban. Dari aspek Compassion menilai bagaimana sikap siswa terhadap keadaan disekitarnya. Penilaian ini dengan menggunakan lembar pengamatan atau observasi. Pengamatan ini dilakukan peneliti pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas sedang berlangsung. Penilaian ini dapat dilihat dengan cara mengamati bagaimana gerak siswa dalam kegiatan belajar di kelas sesuai dengan indikator yang telah tersedia.

Berdasarkan indikator tersebut dikaitkan dengan materi yang sedang mereka pelajari, yaitu Peristiwa Sekitar Proklamasi. Pengamatan peneliti terhadap siswa meliputi kerjasama siswa pada saat diskusi kelompok mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi, penghargaan siswa terhadap sesama dalam mengemukakan pendapatnya di depan kelas, kemudian kepedulian siswa terhadap guru, teman maupun seluruh warga sekolah, kepekaan siswa terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi di lingkungan sekolah dan kerelaan siswa untuk berkorban, misalnya rela mengorbankan waktunya untuk membantu teman yang sedang kesulitan mengerjakan tugas. Selain itu, pengamatan dilakukan pada saat siswa mengikuti ulangan harian. Dari pengamatan tersebut dapat dilihat bagaimana perubahan sikap siswa dari pengamatan keadaan awal siswa kemudian terjadi perubahan pada diri siswa.Penilaian lainnya yaitu dengan menggunakan kuesioner. Penilaian tersebut

sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai siswa. Namun kuesioner tersebut hanya digunakan untuk mengukur sikap siswa sesuai dengan indikator penilaian. Siswa yang mempunyai nilai tertinggi dalam pengisian kuesioner yaitu Issac Pranadipta Wartadi dengan skor total 98.

Pada aspek Compassion, hasil data juga didukung oleh hasil wawancara mengenai beberapa indikator yang paling menonjol pada aspek Compassion.

Pertanyaan wawancara yang bersangkutan dengan indikator yang paling menonjol yaitu mengenai nilai-nilai yang diperoleh siswa dari materi belajar Peristiwa Sekitar Proklamasi, dan mengenai perubahan yang terjadi dalam proses belajar dengan menggunakan LKS yang Bermakna. Pendapat dari kedua siswa tersebut yaitu nilai-nilai yang dapat diteladani maupun nilai-nilai yang diperoleh dari materi belajar Peristiwa Sekitar Proklamasi yaitu nilai kerja sama yang mengajarkan siswa untuk saling kerja sama terhadap sesama maupun orang lain, nilai pengorbanan yaitu nilai yang mengajarkan siswa untuk berkorban terhadap sesama yang sedang membutuhkan pertolongan, nilai pantang menyerah yang mengajarkan siswa untuk selalu menanamkan rasa semangat sebagai siswa yang berkarakter.Nilai-nilai tersebut sudah diterakan dalam kehiduan sehari-hari oleh siswa kelas XI IIS 1.

Di bawah ini merupakan hasil persentase siswa pada aspek Compassion.

Tabel 4: Persentase Aspek Compassion Persentase Compassion No. Indikator % 1. Rela Berkorban 26% 2. Peka 12% 3. Peduli 38% 4. Kerja sama 24%

Diagram Persentase Aspek Compassion dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4: Diagram Compassion

Dari gambar diagram Compassion diatas dapat dilihat bahwa persentase indikator ang paling menonjol yaitu terlihat pada indikator peduli dengan angka persentase 38% dan indikator rela berkorban dengan angka persentase 26%.Indikator tersebut juga mengalami perubahan dari siswa yaitu terlihat dari keadaan siswa pada awal pengamatan kemudian mengalami perubahan ketika siswa sudah memahami nilai-nilai apa saja yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Karakter

Selain aspek Competence, Conscience, dan Compassion, aspek yang diamati dalam penelitian yaitu karakter siswa. Dari karakter tersebut pengamatan difokuskan dalam beberapa indikator, yaitu kerja keras, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, tanggung jawab. Pengukuran terhadap indikator karakter tersebut dilakukan sama dengan penilaian aspek

Conscience dan Compassion, yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan dan 26% 12% 38% 24%

Compassion

Rela Berkorban Peka Peduli Kerja sama

kuesioner. Pengamatan tidak hanya dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, tetapi juga dilakukan pada saat siswa beraktivitas di luar kelas. Karakter siswa yang dinilai dapat diamati juga pada saat siswa berbicara dengan guru maupun dengan temannya. Hal tersebut dapat menunjukkan bagaimana karakter siswa dalam mengimplementasikan sikap sopan santun dan tanggung jawab siswa terhadap orang yang lebih tua dari dirinya maupun terhadap siswa yang sebaya dengannya.

Dari hasil analisis data pengamatan terlihat berbagai macam tingkat perubahan karakter siswa pada saat pertama kali dilakukan pengamatan dan terjadi perubahan, sebagai contohnya yaitu siswa pada awal pengamatan kurang menanamkan perilaku sopan santun dan tanggung jawab sebagai seorang siswa. Siswa lebih cenderung untuk bermain-main ketika kegiatan belajar sedang berlangsung. Siswa yang terlihat sangat menonjol dalam perubahan sikap serta memiliki nilai tertinggi dari pengisian kuesioneryaitu Issac Pranadipta Wartadi yaitu dengan skor total 69. Selain pada aspek Karakter Issac Pranadipta Wartadi juga memiliki nilai tertinggi dalam aspek Conscience dan Compassion. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan berbasis Pedagogi Ignasian dapat meningkatkan nilai Competence, Conscience, Compassionserta nilai Karakter siswa.

Di bawah ini merupakan hasil dari penilaian dengan menggunakan kuesioner. Tabel 5: Persentase Karakter

Persentase Karakter % No. Indikator % 1. Kerja Keras 14 2. Mandiri 12 3. Demokratis 12 4. Semangat Kebangsaan 15

5. Cinta Tanah Air 14 6. Cinta Damai 15 7. Tanggung Jawab 18 Diagram Persentase Karakter dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 5: Diagram Karakter

Dari gambar diagram karakter diatas dapat dilihat bahwa pada aspek Karakter ini indikator yang paling menonjol dari siswa yaitu terdapat pada indikator tanggung jawab dengan angka persentase 18% dan cinta damai dengan angka persentase 15%. Tanggung jawab terlihat pada sikap siswa pada saat guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS Bermakna, dan siswa pun mengerjakan dengan penuh tanggung jawab dan mengumpulkannya tepat pada waktunya.

14% 12% 12% 15% 14% 15% 18%

Karakter Kerja Keras Mandiri Demokratis Semangat Kebangsaan Cinta Tanah Air Cinta Damai Tanggung Jawab

Selain itu, dari hasil pengamatan oleh peneliti, cinta damai yang menonjol dari siswa terlihat pada sikap siswa yang satu sama lain saling menghargai dan bertindak sopan terhadap guru maupun karyawan lain yang dianggap lebih tua dari mereka. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bagaimana karakter siswa yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sikap apa saja yang paling menonjol yang dapat diterapkan siswa ketika sedang berada di lingkungan sekolah.

C.Pembahasan

Dokumen terkait