• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data ialah penjelasan dari data yang diperoleh peneliti dari

sumber penelitian yang ada dilapangan. Penelitian ini mengenai Implementasi program pelatihan pra purnabakti PNS di lingkungan Kabupaten Serang, data yang peneliti peroleh melalui proses observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini kata-kata yang disampaikan oleh informan adalah sumber data yang utama. Dari proses wawancara data yang diperoleh dicatat dan juga direkam menggunakan alat perekam dari telepon genggam.

Selain data yang berasal dari hasil wawancara, peneliti juga menggunakan data yang diperoleh dari dokumentasi yang berupa foto saat observasi ke lapangan dan wawancara dengan informan, dokumen Renstra BKD Kabupaten Serang, dan sebagainya yang dibutuhkan untuk mendukung penyelesaian penelitian ini.

Penelitian ini ialah jenis penelitian kualitatif yang mana untuk menganalisis data dilakukan selama penelitian ini berlangsung, sesuai dengan

teknik analisis data kualitatif. Setiap data yang diperoleh direduksi untuk dicarikan pola dan tema yang sesuai, dan diberikan kode pada aspek-aspek tertentu berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan pada penelitian lalu dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, peneliti memberi kode sebagai berikut:

1. Kode Q1,2,3 dan seterusnya untuk menandakan daftar urut pertanyaan.

2. Kode I 1,2,3 dan seterusnya untuk menandakan daftar urut informan.

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah data display (penyajian data).

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori atau sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang sering dilakukan yaitu dengan teks yang bersifat naratif. Menyajikan data maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami.

Proses berikutnya ialah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Suatu penelitian memiliki kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang digunakan harus valid dan konsisten.

4.2.2 Informan Penelitian

Penelitian tentang implementasi program pelatihan kewirausahaan bagi PNS pra purna bakti di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serang ini

menggunakan teknik purposive seperti yang sudah dijelaskan pada bab tiga.

Informan dalam penelitian ini ialah mereka yang peneliti anggap paling memahami mengenai permasalahan yang peneliti ambil, ialah mereka yang

berhubungan langsung dalam program yang menjadi bahan penelitian oleh peneliti.

Informan penelitian ini ialah mereka yang ada pada bidang pembinaan, diklat pegawai, evaluasi program, pihak ketiga yang membantu penyelenggaraan program yaitu mereka dari jasa konsultan “kubang semesta” dan mereka PNS calon pensiunan sebagai peserta pelatihan dan yang tidak mendapatkan pelatihan. Informan yang tertera dibawah ini sudah bersedia ditemui untuk diminta informasi dan dilakukan wawancara.

Tabel 4.3

Data Informan Penelitian

No Kode

informen Nama kelamin Jenis Jabatan Instansi Ket

1. I1 Teguh Nugroho,

SSTP, M.Si L Kabid pembinaan pegawai BKD Kabupaten Serang Key Informan

2. I2 Surtaman, SSTP.,

M.Si L Kasubid Diklat Pegawai BKD Kabupaten Serang Key Informan

3. I3 Arifin Turga, SE L Kasubag Program

dan Evaluasi BKD Kabupaten Serang Key Informan

4. I4 H. Ubaidillah

Kabier, SE., MBA L Direktur Kubang Semesta Pihak ketiga Informan Secondary

5. I5 H. Rahmat Sarmili,

S.Sos L Peserta pelatihan DISPENDA Inform Secondary

6. I6 Oo Karnata L Peserta pelatihan Inspektorat Secondary

Informan

7. I7 Dian Ernawati P Peserta pelatihan BPBD Secondary

Informan

8. I8 Sudjatnika L Peserta Pelatihan Kecamatan

Ciomas Secondary Informan

9. I9 Sumyono,Sap L Peserta pelatihan SETDA Secondary

Informan

10. I10 Sachroni L PNS Calon

pensiunan yang tidak ikut pelatihan Staf Umum Koordinator Kebersihan(Dinas Pekerjaan Umum Secondary Informan

11. I11 Hudari L PNS calon

pensiunan yang tidak ikut pelatihan Pelaksana (UPTD Pasar) Disperindag Secondary Informan

4.2.3 Penyajian Data

Penyelenggaraan suatu program akan berhasil tentu tidak lepas dari hal-hal yang mempengaruhinya, adapun untuk menilai dan atau untuk menjadikan suatu program dikatakan baik dapat dilihat dari beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Beberapa aspek yang digunakan peneliti untuk menilai implementasi program pelatihan kewirausahaan bagi Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Kabupaten Serang ialah dengan melihat lima kategori yang disebutkan oleh Metter dan Van Horn. Dalam Subarsono (2012:100) Metter and Van Horn mengatakan Implementasi program akan baik jika beberapa indikator yang diutarakannya dijalankan dengan baik pula, indikator yang dimaksud ialah :

6.Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas

dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara agen implementasi.

7.Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik

sumberdaya manusia (human resources). Dalam berbagai kasus program

pemerintah, seperti program jaring pengaman sosial (JPS) untuk kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas aparat pelaksana

8.Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah

diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program

9.Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana

adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrat, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu program

10.Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya

ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan. Implementasi program pelatihan ini akan dinilai baik jika telah memenuhi lima indikator yang telah dicantumkan di atas.

4.2.3.1 Standar dan Sasaran Kebijakan

Suatu Program dalam implementasinya akan terarah jika memiliki kejelasan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, yang harus diketahui oleh setiap pelaksana agar program dalam pelaksanaannya terarah dan tepat, sesuai dengan harapan untuk program tersebut. Program pelatihan kewirausahaan ini dengan demikian dalam implementasinya harus memiliki kejelasan dan diketahui oleh setiap pelaksana program.

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi

interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara agen implementasi. Artinya dalam suatu program yang menjadi standar dan sasaran harus diketahui jelas, yang menjadi sasaran program dan apa yang menjadi tujuan program harus sudah dimengerti oleh setiap pelaksana, supaya tidak ada kekeliruan dalam pelaksanaan yang memang berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pra Purnabakti ialah masa sebelum pensiun, biasanya disebut dengan masa persiapan pensiun. Program Pelatihan Pra Purnabakti di Pemerintahan Kabupaten Serang ialah program yang bertujuan untuk membekali calon pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang akan memasuki masa pensiun dalam waktu maksimal 2 tahun mendatang. Calon pensiunan ketika sudah tidak lagi menjabat sebagai PNS setelah pensiun, agar mengetahui kegiatan yang akan dilakukan, tidak merasa

bingung mengisi waktu setelah pensiun, dan tidak terjadinya syndrome. Setiap

pekerja baik yang ada di swasta maupun negeri akan memasuki masa yang akan mengharuskan mereka untuk tidak lagi bekerja, salah satunya terkait usia yang semakin menua. Ada beberapa hal yang bisa ditemukan dari mereka yang setelah pensiun, seperti kesehatan menurun, tidak mengetahui kegiatan yang harus dilakukan yang mengakibatkan setelah pensiun hanya berdiam diri dirumah, padahal fisik masih sanggup untuk berkegiatan. Hal inilah yang menjadi tujuan dari program ini, ialah untuk menghindari hal negatif yang ada setelah pensiun. Sehingga ketika calon pensiunan dibekali dengan pemahaman postif tentang pensiun hal-hal yang negatif dapat dihindari. Hal ini sejalan dengan yang

pensiunan dengan memberi pembekalan sebelum memasuki masa pensiun. Adapun pernyataannya sebagai berikut:

adapun tujuan dari program pelatihan ini adalah untuk mempersiapkan calon pensiun yang sudah akan pensiun di tahun berikutnya yaitu maksimal 2 tahun mendatang. Agar pada masa pensiun mereka tidak mengalami syndrome, melainkan mengetahui makna pensiun dengan hal yang positif.sehingga ketika pensiun mereka siap dalam mental dan bisa memberdayakan diri sendiri.sebab pada masa setelah pensiun sangat rentan sekali terjadinya syndrome, keadaan fisik juga menurun, kesehatan juga sangat rentan jatuh sakit.”

(wawancara/ 8 september 2014/ruang bidang pembinaan)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa yang menjadi tujuan dari

program ialah menghindari hal negatif yang terjadi setelah pensiun, dengan memberikan pembekalan dalam perubahan cara pandang mengenai pensiun, mempersiapkan mental calon pensiunan agar benar-benar memandang pensiun sebagai masa yang harus dijalani dengan kegiatan yang positif, dan mengetahui gambaran kegiatan yang akan dilakukan. Juga memberikan salah satu contoh jenis wirausaha, yang mungkin diantara calon pensiun masih ada yang mempunyai kemampuan/potensi untuk berwirausaha, dengan terjun langsung dan melihat proses usahanya, dalam mengelola karyawan/i, mengelola keuangan, setidaknya bisa dijadikan gambaran secara umum dalam berwirausaha.

Implementasi program pelatihan ini ialah program yang diperuntukkan kepada Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Kabupaten Serang yang berada pada masa Pra Purnabakti, yang mana mereka yang akan pensiun maksimal 2 tahun kedepan. Program ini merupakan bentuk kepedulian Pemerintah terhadap kebutuhan para Pegawai Negeri Sipil yang berada di masa persiapan pensiun.

Seperti yang diungkapkan oleh I1 bahwa program ini dibuat untuk para calon pensiunan. Berikut pernyataannya:

Program ini dibuat untuk Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serang yang mau pensiun paling lama 2 tahun kedepan, BKD memberikan pelatihan bagi persiapan mereka yang ada dimasa pra purnabakti ini.” (wawancara/pada november 2014/ruang bidang pembinaan)

Seperti yang juga dituturkan oleh I2, Ia menjelaskan bahwa :

iya, jadi yang menjadi sasaran atau objek dalam program ini ialah mereka Pegawai Negeri Sipil yang berada dimasa pra purnabakti atau biasa disebut dengan masa sebelum pensiun. Pegawai Negeri Sipil ini ialah yang ada di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serang saja.” (wawancara pada November 2014/ruang bidang pembinaan)

Seperti hasil wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa sasaran dari

program ini ialah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serang yang berada pada masa pra purna bakti maksimal dua tahun sebelum pensiun.

Pelaksanaan program ini dalam kenyataanya tidak semua Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Serang yang berada pada masa pra purna bakti atau maksimal 2 tahun sebelum pensiun bisa mengikuti pelatihan tersebut, melainkan hanya beberapa orang saja yang bisa mengikuti. Hal ini disebabkan karena anggaran yang tidak mencukupi, anggaran yang tersedia hanya cukup untuk empat puluh peserta pelatihan saja sementara setiap tahunnya calon pensiun rata-rata mencapai tiga ratus orang, sehingga hanya beberapa dari mereka yang dipilih untuk mengikuti pelatihan dimasa persiapan pensiunnya. Seperti yang

disampaikan oleh I2 pada saat wawancara menyampaikan:

kalau anggaran untuk program ini diberikan cukup hanya untuk empat puluh calon pensiun saja, setiap Pegawai Negeri Sipil calon pensiun

disediakan empat juta per orang sudah termasuk semuanya, fasilitas peserta. untuk jumlah anggaran bisa dikalikan saja keseluruhannya. Kita itu sistem pelatihannya mengirim, jadi kita bekerjasama dengan pihak ketiga. Jadi kita transfer ke mereka, yang menyediakan kebutuhan untuk pelatihan dari mereka.”

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa anggaran yang disediakan itu dikatakan hanya cukup untuk empat puluh peserta pelatihan, sementara calon pensiun tiap tahunnya rata-rata mencapai tiga ratus orang, seperti pada tahun 2013 jumlah PNS yang pensiun pada tahun tersebut sebanyak 339 orang, pada tahun 2014 sejumlah 340 orang dan ditahun 2015 sebanyak 267 orang sehingga tidak semua calon pensiun dapat mengikuti pelatihan yang disediakan walaupun program ini adalah program yang diperuntukkan bagi mereka calon pensiun. Untuk itu pihak BKD memilih untuk menentukan siapa yang menjadi peserta pelatihan ini dengan cara acak saja, tidak ada aturan khusus untuk menentukan peserta pelatihan, rencananya mengutamakan memilih mereka yang dianggap kurang ekonominya dari yang Pegawai Negeri Sipil yang lain lalu bagi pegawai yang memiliki lahan tetapi belum diusahakan atau mereka yang memiliki usaha

tetapi tidak berjalan. Seperti hasil wawancara oleh I2 mengatakan;

sementara kalau penentuan peserta dalam pelatihan ini kita mengutamakan pegawai yang kurang dalam ekonominya dari pegawai lain, lalu mereka yang punya lahan tapi tidak diusahakan, atau yang punya usaha tetapi kurang berkembang. kita dari bidang pembinaan mengirim surat kesetiap SKPD untuk meminta nama yang akan pensiun maksimal dua tahun kedepan lalu kita pilih yang sesuai kriteria juga dengan mencari tau kepada teman yang ada di SKPD tersebut.”

(wawancara/18 juli 2014/di ruang bidang pembinaan)

Demikian juga yang dituturkan oleh I1 menjelaskan bahwa;

target program ini ialah memberdayakan PNS yang sedang memasuki masa sebelum pensiun, seharusnya semua PNS yang berada pada masa tersebut namun terkait anggaran yang tidak memadai, jadi diutamakanlah PNS yang dianggap kurang berdaya dalam keuangannya. Dengan

harapan akan mendapatkan bekal untuk memasuki masa pensiun. Tetapi ketika kami menyebarkan surat kesetiap SKPD untuk meminta data calon pensiun ada juga SKPD yang tidak mengirim data calon pensiun di SKPD tersebut,memang kami tidak menguhubungi kembali kesetiap SKPD yang tadinya kami tidak menerima konfirmasi, sebab sudah hampir penuh juga kuota yang kami butuhkan,dari 40 hanya saja ada 5 kuota lagi yang kurang tadinya jadi kami memilih acak saja untuk memenuhi kuotanya, karena ada juga SKPD yang menunjuk lebih dari satu peserta calon pensiun, dan dia tertarik dengan pelatihan ini sehingga kami mengirimnya sebagai peserta untuk memenuhi kuota.

Pelaksanaan program ini pada kenyataannya dari 40 jumlah Pegawai Negeri Sipil yang diikutkan sebagai peserta pelatihan ditemukan beberapa mereka yang berada pada status sosial yang bisa dikatakan masih lebih baik dibandingkan dengan calon pensiunan secara keseluruhan pada tahun 2014-2015, dapat dilihat di tabel pada halaman berikutnya dan lampiran, bahwa yang mengikuti pelatihan lebih banyak ialah Pegawai Negeri Sipil yang berada pada golongan III dan IV sejumlah 33 orang, yang jabatannya juga sudah sebagai kepala dalam SKPD, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dalam SKPD tersebut dibandingkan golongan I dan II yang berjumlah 7 orang. Golongan sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah salah satu cara yang bisa dilihat untuk menentukan keadaan sosial dan ekonominya. Golongan III dan IV termasuk dalam kategori yang bisa lebih mampu memberdayakan dirinya dilihat dari karirnya saja sudah bisa dinilai lebih baik dibanding Golongan I dan II.

Tidak sesuainya rencana awal dari Bidang Pembinaan dengan saat pelaksanaan ialah karena tidak adanya kriteria khusus yang ditetapkan sebelumnya secara peraturan yang tertulis, dalam pemilihan peserta terlihat pelaksanaan program ini berjalan sesuai keadaan, tidak ada aturan yang tertulis

untuk dijadikan pedoman, hanya secara umum saja. Seperti yang dituturkan oleh

I1 mengatakan sebagai berikut:

“ tadinya rencananya diutamakan untuk mereka yang kurang berdaya , tapi orang yang ditunjukkan oleh SKPD terkait malah orang-orang sudah menjadi kepala bidang, kepala sub bagian dll, yang notabene sudah bisa dikatakan mampu, kalau penentuan peserta dalam program ini sih, tidak ada aturan khusus yang terikat, kita hanya mengirim kriteria umum saja yg mengikuti pelatihan ialah calon pensiunan yang akan pensiun 2 tahun kedepan, jadi kalau aturan tertulisnya sih tidak ada,”

(wawancara I1 pada november 2014 diruang kepala pembinaan pegawai

BKD Serang)

Dari pernyataan yang diungkapkan oleh narasumber bahwa untuk pemilihan peserta dalam program ini, tidak memiliki aturan khusus sehingga yang mengikuti pelatihan ini dalam pelaksanaannya ialah tidak dipandang dari status sosial, atau kurang berdayanya Pegawai Negeri Sipil yang dijadikan peserta, namun hanya secara umum saja dilihat dari statusnya sebagai calon pensiun yang diutus oleh SKPD terkait. Adapun alasan yang diketahui oleh pihak BKD terkait SKPD yang tidak menunjuk nama calon pensiun untuk mengikuti pelatihan dikarenakan tidak ada yang mau mengikuti pelatihan ini, salah satu yang peneliti temui sebagai calon pensiunan yang tidak mengikuti pelatihan mengungkapkan alasan mengapa

tidak mengikuti pelatihan bahwa I10 :

saya tidak tahu sebelumnya ada program ini, tetapi untuk ikut pelatihan saya sepertinya kurang, tetapi saya tertarik dengn program ini. mungkin karena usia saya sudah tua dan daya tangkap dan ingat saya sudah tidak sebaik yang dulu, fisik juga sudah tidak baik. pelatihan itu bagi mereka saja kalau saya tidaklah, percuma saja kalau belajarnya saya tidak bisa, ia memang penting tapi saya tidak mau lah ikut, sudah tua menunggu pensiun saja.

(wawancara I10 pada tanggal 27 januari 2015 diruang kepegawaian PU

Pemerintahan Kabupaten Serang memiliki beberapa SKPD (satuan kerja perangkat daerah) adapun jumlah SKPD tersebut berdasarkan PP No 41 Tahun Anggaran (TA) 2010 berjumlah 57 SKPD yang terdiri atas 29 SKPD Badikan (badan, dinas, kantor) dan 28 SKPD Kecamatan, dari 29 SKPD Badikan dibagi menjadi 2 bagian/tipe yaitu penghasil PAD dan Non penghasil PAD; 18 SKPD Penghasil PAD (pendapatn asli daerah) 11 SKPD Non Penghasil PAD. Sementara jumlah SKPD lebih banyak dari jumlah peserta yang disediakan untuk mengikuti pelatihan sehingga BKD tidak memilih cara satu wakil dalam setiap SKPD melainkan dari usulan dari SKPD terkait dan diseleksi mengutamakan yang kurang berdaya dalam ekonominya. Selain itu data Pegawai Negeri Sipil yang ada dimiliki oleh Bidang Pembinaan ialah data yang kurang lengkap karena dianggap tidak menjelaskan status sosial dan ekonomi secara rinci, sehingga dalam pemilihan peserta untuk juga menemukan pegawai yang tepat juga memperoleh sedikit kesulitan, yang dianggap memenuhi kriteria malah tidak mau ikut pelatihan ini. Sehingga diserahkan kepada SKPD terkait karena pihak SKPD tersebut dianggap lebih memahami kondisi dari setiap calon pensiunan.

Akan tetapi apabila dilihat dari golongan selaku Pegawai Negeri Sipil ada beberapa golongan terendah yang bisa diperhatikan untuk diutamakan mengikuti pelatihan. Data di bawah sudah mencantumkan golongan dari setiap PNS seharusnya bisa dijadikan bahan acuan untuk mengutamakan golongan terendah tersebut. Peneliti juga sempat mewawancarai Pegawai Negeri Sipil yang berada pada golongan bawah ialah mereka yang ada di golongan I dan II yang tidak termasuk pada peserta pelatihan. Pegawai Negeri Sipil ini menurut peneliti lebih

membutuhkan pelatihan dan sesuai juga seperti yang disebutkan pelaksana bahwa mereka ini kurang berdaya daripada yang lain, tetapi tidak diutamakan sesuai dengan pernyataan yang disampaikan pihak pelaksana. Seperti yang diutarakan

oleh I11 yang juga merasa membutuhkan pelatihan dan juga tertarik untuk

mengikutinya ialah bapak PNS golongan I/c yang bertugas di UPTD Pasar Diskoperindag menuturkan;

saya tidak mengetahui akan adanya pelatihan itu, tetapi saya tertarik untuk ikut kalau ada kesempatan, tetapi kalau tidak juga tidak jadi masalah. Saya sudah siap untuk pensiun. Setelah pensiun saya selanjutnya menggarap sawah milik orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau ada modal saya berniat membuka warung saja atau beli sawah biar tidak mengerjakan sawah orang lain

(wawancara pada 30 januari 2015 di UPTD Pasar Diskoperindag)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa masih ada PNS yang kurang berdaya memang lebih membutuhkan pelatihan. Bukan karena mereka tidak tertarik akan tetapi memang kesempatan yang tidak diberikan. Padahal menurut pelaksana program pelatihan ini diperuntukkan dan diutamakan bagi PNS yang kurang berdaya tetapi masih belum terlaksana seutuhnya. Padahal surat pemberitahuan/ surat permintaan daftar calon pensiunan dari setiap SKPD, sudah diberikan kepada setiap SKPD yang ada. Respon dari setiap SKPD yang selanjutnya diproses atau dipilih oleh Bidang Pembinaan yang mana sesuai untuk mengikuti pelatihan. Akan tetapi surat balasan usulan nama peserta yang diberikan oleh SKPD terkait ada yang hanya mengusulkan satu saja ada juga yang tidak memberikan nama yang diusulkan, dan ada juga yang memberikan lebih dari satu nama calon pensiun, tetapi dari 57 jumlah SKPD nama yang diterima usulan dari SKPD tersebut hanya 35 orang sementara yang dibutuhkan 40 orang, untuk

35 yang diusulkan tidak lagi dilakukan seleksi, dan 5 orang lagi diambil dari peserta calon pensiun secara acak.

Implementasi program pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan di tahun 2013 oleh BKD ini mempunyai 340 jumlah calon pensiunan pada tahun 2014 dan 267 jumlah pensiunan untuk tahun 2015. Calon pensiunan untuk kedua tahun tersebut setelah peneliti perhatikan dari data yang peneliti peroleh dari pihak Kepegawaian BKD Kabupaten Serang, peneliti menemukan 69 jumlah Pegawai Negeri Sipil di tahun 2014 dan 47 jumlah Pegawai Negeri Sipil yang berada pada golongan I dan II.

Seperti yang tercantum dibawah ini terlihat bahwa yang menjadi peserta dalam program ialah Pegawai Negeri Sipil yang mendekati pensiun dari tahun terselenggaranya program, setahun sebelum pensiun sampai 2 tahun sebelum pensiun. Akan tetapi diantaranya tidak menjelaskan bahwa peserta yang mengikuti pelatihan ialah mereka yang tidak berdaya sebab golongan PNS dan jabatan yang dimiliki oleh kebanyakan peserta masih termasuk kedalam orang yang masih mampu memberdayakan dirinya.

27 070009292/195801131981032007 DIAN ERNAWATI 13-01-1958 III/d 01-04-2013 KEPALA SUB BAGIAN KEUANGAN 01-02-2014 JL PA ADHIKARA IV BLOK A NO.26CIRACAS SERANG Ya

Dokumen terkait