• Tidak ada hasil yang ditemukan

Izin Industri, Bagaimana Implementasinya?

C. Tujuan Riset

4.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Indeks Nilai F F F

dengan F adalah frekuensi dari jawaban responden. Ferdinand (2014) menganjurkan untuk menggunakan kriteria tiga kotak (Three-Box Method) untuk menentukan kategori dan nilai indeks yang dihasilkan. Nilai indeks dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori indeks dengan kategori rendah berkisar antara nilai 10,00-40,00; kategori sedang berkisar antara nilai 40,01-70,00; dan kategori tinggi berkisar antara nilai 70,01-100,00.

4. HASIL RISET DAN PEMBAHASAN

Riset ini menggunakan variabel implementasi kebijakan dengan mengukur keberhasilannya menggunakan model implementasi kebijakan, Agustino (2017).

Adapun indikator-indikator Implemen-tasi Perizinan Industri (IPI) yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan perizinan industri telah disosialisasikan (IPI 1).

2. Kebijakan perizinan industri sudah jelas (IPI 2). 3. Implementasi perizinan industri sudah berjalan

dengan konsisten (IPI 3).

4. Jumlah implementator memadai (IPI 4).

5. Implementator menyampaikan pesan mengenai cara melaksanakan peraturan perizinan industri (IPI 5).

6. Implementator menyampaikan pesan mengenai peraturan dalam perizinan industri (IPI 6). 7. Kewenangan implementator digunakan dengan

benar (IPI 7).

8. Sarana dalam melaksanakan perizinan industri memadai (IPI 8).

9. Prasarana dalam melaksanakan perizinan industri memadai (IPI 9).

10.Sikap pelaksana dalam melaksanakan perizinan industri baik (IPI 10).

11. Penentuan dan pengangkatan staf birokrasi sesuai dengan kemampuan di bidang industri (IPI 11). 12.Pemberian insentif kepada implementator sesuai

(IPI 12).

13.SOP perizinan industri sesuai dengan peraturan yang berlaku (IPI 13).

14.Fragmentasi (koordinasi) antar instansi sudah berjalan dengan baik (IPI 14).

Selanjutnya diberikan deskripsi karakteristik responden dan deskripsi data riset yang merupakan hasil dari riset ini.

Tabel 3. Usia Responden Pelaku Usaha Industri

Sumber: Data diolah, Tahun 2019

Tabel 4. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha Industri

Sumber: Data diolah, Tahun 2019

Tabel 5. Pekerjaan Responden Pelaku Usaha Industri

Sumber: Data diolah, Tahun 2019 4.2 Deskripsi Data Riset

Berikut ini diberikan data persentase frekuensi jawaban responden dan rata-rata nilai indeks variabel yang disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut:

itu, juga dapat diketahui bahwa seluruh indikator yang ditanggapi mendapatkan nilai indeks dengan kategori tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa Implementasi Perizinan Industri pada DKUMP Kota Pontianak dilakukan dengan baik dalam pelaksanaannya. 4.3 Pembahasan

4.3.1 Komunikasi

Tabel 6. Persentase Frekuensi Jawaban Responden dan Rata-Rata Nilai Indeks Variabel

Sumber: Data diolah, Tahun 2019

Berdasarka n hasil perhitungan indeks variabel Implementasi Perizinan Industri pada Tabel 6 menunjukan bahwa nilai indeks indikator IPI 8 memberikan nilai indeks tertinggi yaitu 88,70. Indikator IPI 1 memberikan nilai indeks terendah yaitu 81,52. Sedangkan r ata-r a ta nila i indeks variabel Implementasi Perizinan Industri adalah 85,31 yang berarti bahwa nilai indeks variabel Implementasi Perizinan Industri berada pada kategori tinggi. Selain

Hasil tabulasi menunjukkan bahwa pada data responden terdapat indikator transmisi (IPI 1), kejelasan (IPI 2) dan konsistensi (IPI 3). Adapun indikator transmisi (IPI 1) mendapatkan nilai indeks sebesar 81, 52; indikator kejela san (IPI 2) memberikan nilai indeks sebesar 84,35; dan indikator konsistensi (IPI 3) memberikan nilai indeks sebesar 84,78.

Berdasarkan nilai indeks yang diperoleh, membuktikan bahwa DKUMP Kota Pontianak yang merupakan satu diantara birokrasi terkait perizinan industri sudah melakukan sosialisasi dalam rangka menginterpretasikan penerapan kebijakan perizinan industri kepada pelaksana eksternal yaitu pelaku usaha industri. Selain itu, DKUMP Kota Pontianak juga sudah mengimplementasikan kebijakan perizinan industri dengan jelas dan konsisten.

4.3.2 Sumber Daya

Berdasarkan hasil tabulasi data responden terdapat indikator staf (IPI 4), indikator informasi: pelaksana kebijakan (IPI 5) dan kepatuhan pelaksana (IPI 6), indikator wewenang (IPI 7), dan indikator fasilitas: sarana (IPI 8) dan prasarana (IPI 9).

Adapun indicator staf (IPI 4) mendapatkan nilai indeks sebesar 84,13; indikatorinformasi: pelaksana kebijakan (IPI 5) memberikan nilai indeks sebesar 83,48 dan indikator kepatuhan pelaksana (IPI 6) memberikan nilai indeks sebesar 84,13; indikator wewenang (IPI 7) mendapat nilai indeks sebesar 83,91 dan indikator fasilitas: sarana (IPI 8) dan prasarana (IPI 9) memberikan nilai indeks berturut-turut sebesar 88,70 dan 88,48.

Berdasarkan nilai indeks yang diperoleh, membuktikan bahwa jumlah staf DKUMP Kota Pontianak dalam mengimplementasikan perizinan indu stri sudah cukup memada i. Kemudian, implementator juga sudah menyampaikan pesan mengenai cara melaksanakan kebijakan dan peraturan dalam perizinan industri dan bertindak sesuai wewenang atau sesuai peraturan yang berlaku. Selain itu, fasilitas baik berupa sarana maupun prasarana yang digunakan dalam mengimplementasikan

kebijakan perizinan industri memadai.

4.3.3 Disposisi (S ikap dari Pelaksana Kebijakan)

Berdasarkan hasil tabulasi data responden terdapat indikatorefek disposisi (IPI 10), pengaturan birokrasi (IPI 11) dan insentif (IPI 12). Adapun indikator efek disposisi (IPI 10) mendapatkan nilai indeks sebesar 87,61; indikator pengaturan birokrasi (IPI 11) memberikan nilai indeks sebesar 84,56; dan indikatorinsentif (IPI 12) memberikan nilai indeks sebesar 85,22.

Berdasarkan nilai indeks yang diperoleh, membuktikan bahwa sikap pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan perizinan industri suda h baik. Kemudian penunjukkan dan pengangkatan staf dalam birokrasi sudah sesuai dengan kompetensi di bidang industri. Selain itu, insentif yang diberikan kepada implementator sudah sesuai. Selanjutnya jika kebutuhan pelaksana sudah terpenuhi melalui pemberian insentif yang sesuai, maka kemungkinan b esa r penyimpangan-penyimpangan negatif tidak akan terjadi.

4.3.4 Struktur Birokrasi

Berdasarkan hasil tabulasi data responden terdapat indikatorsistem operasional prosedur (IPI 13) dan fragmentasi/koordinasi (IPI 14).Adapun indikator sistem operasional prosedur (IPI 13) mendapatkan nilai indeks sebesar 88,26 dan indikator fragmentasi/ koordinasi (IPI 14) memberikan nilai indeks sebesar 85,22.

Berdasarkan nilai indeks yang diperoleh, membuktikan bahwa prosedur perizinan sesuai dengan perat uran yang berla ku dan tidak membingungkan masyarakat dalam hal ini sebagai pelaku usaha industri. Selain itu koordinasi antar instansi sudah berjalan baik. Dalam implementasi perizinan industri di Kota Pontianak DPMTKPTSP Kota Pontianak berkoordinasi dengan DKUMP Kota Pontia nak dala m hal pendafta ran, penerbitan, dan pengawasan setelah izin diterbitkan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Implementasi Perizinan Industri pada DKUMP Kota Pontianak sudah dilaksanakan dengan baik, dengan nilai indeks rata-rata sebesar 85,31. Adapun nilai indeks tertinggi yaitu sebesar 88,70 pada indikator fasilitas (sarana) dibuktikan karena sarana yang digunakan implementator dalam melaksanakan perizinan industri memadai. Nilai indeks terendah yaitu sebesar 81,52 berada pada indikator transmisi.

Berdasarkan Daftar Perizinan Industri Tahun 2017 dan 2018, terjadi penurunan jumlah kelayakan izin industri. Hal ini ternyata tidak menunjukkan rendahnya penilaian responden. Mengingat kembali, implementasi izin industri tidak hanya pada proses pengawasan tetapi juga proses pendafta ran, penerbitan izin industri, pelaksanaan kegiatan industri oleh pelaku usaha industri dan pembinaan adminis-tratif perizinan.

5.2 Saran

DKUMP Kota Pontianak dapat meningkatkan sosialisasi kepada pelaku usaha industri mengenai pentingnya legalitas dalam menjalankan kegiatan industri melalui perizinan industri dan keuntungan jika memiliki izin industri. Sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui media sosial maupun media cetak agar informasi dapat tersebar secara merata.

Kemudian, untuk riset selanjutnya dapat difokuskan pada proses pengawasan atau dapat pula responden yang diteliti merupakan pihak internal atau petugas pelaksana pengawasan kelayakan perizinan industri DKUMP Kota Pontianak.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agustino, Leo. 2017, Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.

[2] Ferdinand, Augusty. 2014, Metode Penelitian

Kuantitatif, Edisi ke-5, Bada n Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

[3] Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

[4] Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 64/M-IND/PER/7/ 2016 Tentang Besaran Jumlah Tena ga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri [5] Peraturan Menteri Perindustrian Republik

Indonesia No. 30/M-IND/PER/7/ 2017 Tentang Jenis-jenis Industri Dalam Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan Lingkungan Kementerian Perindustrian.

[6] Peraturan Walikota Pontianak No. 63 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Struktur Organisasi,Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak.

[7] Peraturan Walikota Pontianak No 71 Tahun 2018 Tentang Sta ndar Operasional Prosedur Penyelenggaraan Perizinan dan Non Perizinan pada Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Pontianak.

[8] Sujarweni, V. Wiratna. 2014, Metode Penelitian, Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

[9] Widyatmoko, Ryan Y. 2015, Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing di Kota Bandar Lampung, Universitas Lampung, Lampung.

Pekerja VS Dunia Kerja Berbasis 4.0