• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerja VS Dunia Kerja Berbasis 4.0 Ratna Juwita1 Kardinal2

ratna@stie-mdp.ac.id

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Multi Data Palembang kardinal@stie-mdp.ac.id

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Multi Data Palembang

Abstrak::Penelitian dilakukan untuk melihat keterlibatan pekerja di dunia kerja yang berbasis 4.0 yang mengutamakan keahlian teknologi di dalam mengerakan kegiatan produksi perusahaan. Hal lain yang menadi pembahasan dalam penelitian ini adalah kemampuan pekerja dari sisi pendidikan yang mendukung terlaksananya penggunaan teknologi di dalam dunia kerja. Besaran upah akan diberikan perusahaan sesuai dengan standar kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan peran pekerja selama proses produksi.

Kata kunci: Pekerja, Teknologi, Pendidikan, Dunia Kerja 4.0

Abstract: The research was conducted to see the involvement of workers in the world of work based on 4.0 which

prioritizes technology expertise in mobilizing company production activities. Another thing that is discussed in this study is the ability of workers in terms of education which supports the implementation of the use of technology in the world of work. The amount of wages will be given by the company in accordance with the work standards set by the company and the role of workers during the production process.

Keywords: Workers, Technology, Education, World of Work 4.0

1. PENDAHULUAN

Dunia kerja merupakan titik awal di mana Anda memulai tantangan hidup yang sesungguhnya. Memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang lebih dari cukup adalah impian setiap orang. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan hidup yang lebih baik, Anda harus serius dalam menempuh karir dan merencanakan masa depan Anda. Untuk mencapai kesuksesan ini, usaha dan kerja keras saja tidaklah cukup, Anda juga membutuhkan mental yang kuat dan pemikiran yang matang.

Teknologi membawa banyak perubahan yang cukup signifikan. Perubahan ini juga mengubah cara pandang para pekerja dalam menyikapi dunia kerja. Dunia kerja saat ini diidentikan dengan industri 4.0, yang sangat berhubungan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi. Perkembanga Teknologi itu sendiri sudah diperkenalkan sejak adanya revolusi industri yang dimulai tahun 1760.

Menurut Schwab, 2016, revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini merupakan hasil dari beberapa tahapan setelah terjadinya revolusi industri pertama kali. Revolusi industri pertama dari tahun 1760an – 1840an, dengan adanya pembangunan jalur kereta api dan penemuan mesin uap atau era produksi mekanis. Tahap ke dua revolusi industri terjadi akhir abad ke-19 hingga akhir abad ke-20, dengan adanya produksi masal karena ditemukannya listrik dan sistem perakitan.

Tahun 1960 timbul revolusi industru yang ketiga, ditandai adanya revolusi komputer atau digi-tal karena adanya perkembangan semikonduktor, munculnya komputer pribadi tahun 1970an dan 1980an, serta muculnya internet tahun 1990an. Revolusi industri 4.0 merupakan tahapan ke empat di dalam perkembahan revolusi industri, yang identik dengan teknologi digital yang semakin mengalami perkembangan.

Wacana industri 4.0 merupakan suatu istilah yang diciptakan pada saat Hannover 2011 di Jerman, dima na revolusi industri aka n merevolusi pengorganisasian secara global (Schwab, 2016). Menurut Schultz (dalam Becker 1993) faktor pendorong utama pertumbuhan modal fisik sumber daya manusia, bisa diukur secara keseluruhan sehingga dapat menjelaskan bagian yang relatif terkecil da ri pertumbuhan investa si. Ha l ini mengakibatka n perlu nya langkah-langkah peningkatan modal fisik dan minat seperti adanya perubahan teknologi dan modal manusia yang digunakan.

Otomatisasi mengharuskan pekerja menggunakan teknologi. Pekerja yang memiliki keterampilan tinggi akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bekerja menggunaan teknologi. Pekerja yang memiliki keterampilan rendah belum memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dengan teknologi. Pekerja ini diharapkan bisa meningkatkan produktivitas sehingga mampu bekerja dengan mema nfa atkan teknologi ya ng ada saat ini (FORKOMSI, 2019).

Meningkatkan akses, relevansi, dan mutu pendidikan tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas, serta meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa, merupakan Misi dari Kemristekdikti (Kemristekdikti, 2018). Misi ini juga merupakan strategi rekayasa sosial di dunia pendidikan tinggi, yang akan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia di era industri 4.0. Era Revolusi Industri 75% melibatkan kemampuan sains, teknologi, teknik dan matematika, internet of things dan pembelajaran sepanjang hayat menurut Zimmerman tahun 2018 (dalam Kemristekdikti, 2018).

Era masyarakat informasi di Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), khususnya industri telekomunikasi selama beberapa tahun terakhir ini. Selain itu, karena pesatnya perkembangan telekomunikasi di Indonesia, saat ini dikenal istilah “Ekonomi Digital” yang merambah di perkotaan dan perdesaan di Indonesia.

Telekomunikasi telah menghilangkan batas-batas jarak dan mereduksi perbedaan antara masyarakat di daerah perkotaan dengan perdesaan. Perbedaan waktu, jauhnya lokasi, serta heterogenitas karakteristik penduduk tidak lagi menjadi hambatan dalam kecepatan penyebaran informasi (statistik telekomunikasi, 2017).

Penyebaran informasi saat ini sudah bisa dinikmati oleh dunia pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan. Indeks P embangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) level provinsi rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2015 ke tahun 2016. Provinsi dengan IP-TIK tertinggi pada tahun 2016 adalah DKI Jakarta, yaitu 7,41. Sedangkan provinsi dengan IP-TIK terendah adalah Papua, yaitu 2,41 (BPS, 2017).

Hal ini menggambarkan adanya peningkatan penggunaan teknologi untuk seluruh masyarakat In-donesia di setiap propinsi. akses terhadap TIK maupun penggunaan dan pemanfaatan TIK pada lembaga penyelenggara pendidikan dasar dan menengah. Dalam sektor pendidikan ini data yang disajikan meliputi penetrasi penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya terkait dengan ketersediaan infrastruktur TIK, akses terhadap TIK, maupun penggunaan dan pemanfaatan TIK di sektor pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan (BPS 2018).

Kepampuan setiap pekerja bisa menentukan besaran upah yang diterima, menurut Acemoglu, 2013, upah pekerja adalah dorongan dari industri, untuk setiap manusia yang berkualitas, meningkatkan dorongan yang sebanding dengan menerima upah. Dimana upah tinggi, merupakan milik para pekerja yang lebih aktif, rajin, dan cepat, begitupun sebaliknya untuk upah rendah.

Perusahaan yang menggunakan tenaga kerja yang memiliki keterampilan tinggi akan membayar besaran upah tenaga kerja relatif tinggi. Perusahaan bersedia melakukan hal tersebut, tetapi tidak mempekerjakan pekerja dengan keterampilan rendah. Menurut Nugr aha, 2018, per usahaan akan menggantikan pekerja yang kurang terampilan

dengan menciptakan atau menyewa robot atau mesin yang bisa melakukan banyak kegiataan, tanpa ada lelah dan tanpa ada rasa sakit, biaya upah sendiri akan berkurang.

Pekerja di Indonesia saat ini, masih banyak yang ber status buruh, dikarenakan memiliki pendidikan r endah, dan perusahaan belum menggunakan teknologi yang canggih. Biaya upah yang ditanggung perusahaan untuk pekerja buruh masih tinggi. Perusahaan yang belum secara keseluruh menggunakan teknologi yang canggih, menyebabkan buruh masih belum melakukan kegiatan investasi ke pendidikan yang lebih tinggi.

Perusahaan yang sudah menyiapkan diri di industri 4.0, dengan sendirinya akan berimbas ke persiapan pekerja dengan melakukan investasi pendidikan, bagi pekerja yang memiliki keterampilan tinggi. Perusahaan akan melakukan pengurangan terhadap pekerja yang belum memiliki keterampilan tinggi (Nugraha, 2018),

Berdasarkan berbagai pandangan dan kondisi saat ini, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besa r kontribusi teknologi, pendidikan dan upah di dunia kerja.

2. LANDASAN TEORI

Menurut Brynjolfsson dan McAfee, 2014 (dalam Schwab, 2016) era Industri 4.0 disebut juga zaman mesin kedua, yang menyatakan kalau dunia saat ini berada pada titik infleksi di mana dampak dari teknologi digital akan mengejawantah dengan kekuatan penuh melalui otomatisasi dan penciptaan hal-hal yang belum ada sebelumnya.

Menurut Schwab, 2016, pabrik pintar akan bermunculan dengan menciptakan dunia kerja di mana sistem manufaktur virtual dan fisik secara global bekerja sama satu dengan lainnya dan bersifat fleksibel.

Menurut Schwab, 2016, cakupan revolusi jauh lebih besar, mulai dari pengurutan DNA

(genetic squencing) hingga nanoteknologi, mulai dari energi terbarukan sampai komputasi kuantum. Lima klaster dampak industri 4.0 menurut Schwab, 2017 (dalam Nugraha, 2018), yaitu Pertama, ekonomi – pertumbuhan, pekerjaan, sifat kerja. Kedua, bisnis – ekspektasi konsumen, produk dengan data yang lebih baik, inovasi kolaboratif, model operasi baru. Ketiga, hubungan nasional-global – pemerintahan; negara, region dan kota, keamanan internasional. Kelima, masyarakat – ketimpangan dan kelas menengah, komunitas individu – identitas, moralitas dan etika; koneksi antar-manusia, pengelolaan informasi publik dan privat.

Mobil tanpa pengemudi dan akhir kisah asuransi mobil, akan mengakibatkan beberapa asuransi mobil akan diperlukan, tetapi pasar mungkin berkurang hingga 75% atau lebih, kematian dan cedera yang disebabkan oleh kecela kaan diperkirakan hampir hilang, yang bersama-sama mencapai 94% dari semua asuransi, rem darurat otonom mengurangi kecelakaan sebesar 25% - 45%, merupakan salah satu contoh perkembangan industri otomotif saat ini (Nugraha, 2018).

Teknologi yang digunakan di industri 4.0 adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mnurut Nuryanto, 2012, teknolologi informasi dapat dimaksudkan sebagai kegiatan pengumpulan pengolahan, pengelolaan, penyimpanan, penyebaran dan pemanfaatan suatu informasi. Perkembangan teknologi ditandai dengan munculnya peralatan yang mendukung teknologi informasi dan teknologi. Menurut Nugraha, 2018, teknologi yang ada saat ini di balik kegiatan idustri 4.0, menimbulkan com-puting power, kecepatan komunikasi, kapasitas penyimpanan data, sensor, printer 3D, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), neuro, bio teknologi dan nano teknologi. Dampak industri 4.0 bagi industri otomotif, Uber memulai tes sopir taksi tanpa pengemudi pada 16 Desember 2016, saat ini ada 1,5 juta pengemudi Uber yang mungkin kehilangan pekerjaan. Daimler mendapat persetujuan untuk menjalankan truk tanpa pengemudi di jalan umum pada tahun 2015. Volvo akan dapat mengomersialkan truk tanpa pengemudi. Dan mobil tanpa pengemudi

tahun 2020 akan berada dalam komersialisasi penuh. Pengemudi truk di Amerika Serikat akan kehilangan pekerjaan sebanyak 1,6 juta pengemudi.

Industri retail akan terjadi pengurangan toko, dikarenakan kegiatan jual beli dilakukan dengan e-commerce. Jasa pengantaran barang mulai digantikan dengan drone, Drone milik Amazon terbang sejauh 5 mil (sekitar 8 km) untuk mengantarkan TV dan popcorn pada 7 Desember 2016, dan butuh waktu 13 menit dari pesanan hingga pengiriman.

Menurut Schultz 1972, teori investasi dan kesempatan tingkat pengembalian investasi, dalam modal manusia dapat diklasifikasikan adanya penyertaan (1) sekolah dan perguruan tinggi, (2) pelatihan dan pembelajaran, (3) kegiatan belajar prasekolah, (4) migrasi, (5) kesehatan, (6) informasi, dan (7) investasi pada anak-anak. Pendidikan merupakan unsur kunci dari teori human capital karena dipandang sebagai sarana utama mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Sebagian besa r penelitian sekitar pengembangan modal manusia dan pendidikan didasarkan pada hasil penelitian Mincer (dalam Rob-ert, 2006) berupa fungsi pendapatan modal manusia yang memprediksi pendapatan merupakan fungsi dari tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Hasil penelitian membuktikan bahwa modal manusia memiliki pengar uh yang kuat pada kebijakan pendidikan.

Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan Kelas Dunia untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki setidaknya 4 keterampilan abad 21 yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, mengacu pada standar kompetensi global dalam mempersiapkan generasi muda memasuki realitas kerja global dan kehidupan abad 21 (Dugi, 2018).

Angkatan kerja memiliki perbedaan karena memiliki keterampilan dan pengetahuan yang

berbeda, maupun pelatihan yang sudah dijalani. Tingkat upah yang akan diterima juga berbeda karena sesuai dengan posisi kerja. Akan mendapatkan gaji yang layak jika kema mpuan diakui berupa pengetahuan dan pelatihan maksimal sesuai dengan standar perusahaan (Keynes, 1936).

Pekerja mandiri, upah dan gaji dapat berupa penghasilan yang dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan. Nilai ekonomi pekerja berupa jasa modal manusia yang masuk ke dalam kemampuan pekerja di dalam melakukan pengembangan usaha (Schultz, 1972).

Pekerja di era 4.0 akan tergantikan dengan robot da n mesin, sehingga perusahaan akan mengurangi pekerja dalam jumlah yang relatif besar. Rethnik Robotics menemukan robot humanoid senilai $ 22.000 yang bersaing dengan pekerja ber upah rendah. Foxconn memperkenalkan 40.000 robot sejak Mei 2016. Ini telah mengurangi 110.000 pekerja menjadi 50.000. Robot seharga USD35.000 lebih baik dari pekerja USD15 per jam. Robot-robot itu tidak pernah terluka, tidak lelah serta cepat dan akurat (Market Watch, 5 Desember 2016 dalam Nugraha, 2018)

Hipotesa di dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel teknologi, pendidikan, dan upah terhadap pekerja yag ada di dalam dunia kerja.

3. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dengan menggunakan regresi berganda dengan memanfaatkan data Badan Pusat Statistik. Populasi penelitian adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerja di dunia kerja. Sampel berhuubungan dengan data di setiap variabel yang digunakan di 34 proins (data penggunaan teknologi, pendidikan, upah dan pekerja dalam perusahaan a tau dunia kerja. Persamaan regresi berganda:

Y = a + b-1Teknologi + b-2Pendidikan + b-1Upah + e

Definisi Operasional Variabel

Teknologi yang menggambarkan penggunaan teknologi informasi dan kominkasi yang sudah dibangun secara merata di 34 propinsi. Pendidikan menggambarkan pendidikan yang diterima semua angkatan kerja yang sudah bekerja yang ada di 34 propinsi, dengan berbagai tingkatan pendidikan. Upah menggambarkan sejumlah uang yang diterima pekerja setelah melakukan sejumlah pekerjaan. Pekerja meggambarkan pekerja yang bekerja di berbagai sektor perusahaan, atau yang berada di dalam dunia kerja.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji data, nilai R sebesar 0,989 yang menggambarkan hasil pengolahan mendekati angka satu, dimana dta bisa digunakan di dalam penelitian. Nilai R Square sebesar 0,978.

Penelitian menggunakan lebih dari dua variabel akan menggunakan nilai R Square dan hasilnya juga bisa digunakan dalam penelitian. Ad-justed R Sqyare sebesar 0,976 menggambarkan ke tiga variabel bebas memiliki hubungan yang kuat dengan variabel terikat, hanya 2,4 % faktor yang mempengaruhi pekerja di dunia kerja yang tidak dijadikan variabel bebas, dengan Standar Error sebesar 814,589.

Persamaan Regresi;

Pekerja = 2004,485 + 0,001 Teknologi – 0,00039 Pendidikan – 0,633 Upah

Penggunaan teknologi di 34 propinsi sangat berperan di dalam dunia kerja dan sangat dibutuhkan oleh pekerja di dalam meningkatkan hasil produksi. Pendidikan memiliki konsta nta negatif menggambarkan pendidikan pekerja tidak sama atau memiliki jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga berpengaruh negatif di dalam dunia kerja. Upah memiliki konstanta negatif, upah pekerja memiliki pengaruh yang kecil terhadap pekerja atau dunia kerja yang ada di 34 propinsi yang ada di Indonesia.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengolahan data yang sudah dilakukan, menggabarkan adanya hubungan antar varibel bebas dan variabel terikat. Penggunaan teknologi di Indo-nesia saat ini, sudah dibangun infrastruktur secara keseluruhan di 34 propinsi. Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia tahun 2016. 4,34, dengan skala 0–10, meningkat dibanding IP-TIK tahun 2015 yang sebesar 3,88. Angka hasil penghitungan BPS untuk IP-TIK Indonesia ini sejalan dengan angka IP-TIK yang dirilis oleh International Telecommunication Union (ITU).

Tahun 2016, IP-TIK atau ICT Develop-ment Index yang dirilis ITU sebesar 4,33 dan tahun 2015 sebesar 3,85. Menurut subindeks penyusun IP-TIK, pola di tahun 2016 serupa dengan tahun 2015, yaitu nilai subindeks tertinggi adalah subindeks keahlian sebesar 5,54, diikuti subindeks akses dan infr astruktur sebesar 4, 88 sert a subindeks penggunaan sebesar 3,19.

Hal ini menggambarka n penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki banyak manfaat di b erbagai bidang sehingga bisa dimanfa atkan untuk peningkat an keahlian, pembangunan infrastruktur dan masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut. Untuk menghadapi indu stri 4. 0, diha rapkan adanya percepatan pembangunan TIK di seluruh propinsi, akan semakin mencukupi untuk peningkatan kemapuan masyarakat di bidang teknologi.

Pendidikan belum berpengaruh di dalam dunia kerja saat ini, hal ini dikarenakan pendidikan pekerja yang ada di dalam perusahaan masih memiliki berbagai level pendidikan. Perusahaan yang bersifat pabrikan atau pengolahan biasanya masih memiliki pekerja dengan tingkat pendidilan SD, SMP dan SMA untuk perguruan tinggi relatif kecil. Meningkatkan kemampuan di bidang pendidikan dengan melakukan kegiatan mengamati, memahami, mendiskusikan, mengkr easikan dan mengkomunikasikan, mengaplikasikan, berpikir kritis, komunikasi dan

kolaborasi (blended learning), dan project based-learning yang berupa kreativitas. Hal inilah yang bisa meningkatkan kemampuan di era industri saat ini. Upah belum berpengaruh terhadap pekerja, dika renakan pekerja merasa nyaman sudah memperoleh pekerjaan dan mendapatkan upah, dan tidak dicap sebagai pengangguran. Bagi dunia kerja tidak akan ada istilah pemangkasan upah, jika pekerja bisa bekerja dengan maksimal dan bisa menghasilkan produksi sesuai dengan standar. Apabila ada perusahaan yang menghasilkan produksi yang sejenis muncul, tetapi menggunakan mesin ataupun robot, dengan sendirinya perusahaan akan hilang dari pasar dikarenakan produk yang dihasilkan akan kalah bersaing.

5.2 Saran

Dunia kerja yang berisikan para pekerja seba iknya dilakukan kembali peningkatan kemampuan bekerja, baik investasi pendidikan, seminar, pelatihan, maupun perubahan di dlaam penggunaan mesin dan fasilitas lainnya, sehingga tidak akan ketingalan dengan perusahaan yang sudah merealisasikan industry 4.0 dengan menggunakan mesin atau robot yang canggih.

Teknologi ya ng sema kin canggih, penggunaan semakin simpel tetapi bisa menghasilkan output dalam jumlah yang besar pasti akan menjadi perioritas perusahaan di dalam meningkatkan produksi. P erusahaa n dihar apkan mampu menghadirkan mesin yang canggih agar hasil produksi yang dihasilkan bisa bersaing secara global dalam jumlah yang relatif besar.

Pendidikan pekerja perlu adanya investasi kembali terutama berhubungan dengan teknologi, sehingga bisa menghasilkan mesin yang canggih untuk meningkatkan hasil produksi dan bisa bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh teknologi sejenis. Upah pekerja akan semakin sedikit jika perusahaan sudah menerapkan teknologi industri 4.0 di dalam perusahaan. Perusahaam akan lebih tertrik menggunakan mesin atau robot, karena mesin atau

robot tidak akam merasakan lelah dan salit ataupun mengeluh, Hal ini mengakibatkan perusahaan akan mengurangi pekerja dan secara otomatis biaya upah yang dikeluarkan bisa dalam jumlah relatif.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Acemoglu, Daron, dan Autor, David, 2013, Lectures in Labor Economics. http:// economics.mit.edu/files/4689

[2] Becker, Gary S, 1993, Human Capital, A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education, Third Edition, The University of Chicago Press.

[3] Bada n Pusat Statistik, 2018, Statistik Telekomunikasi Indonesi a, Sektor pendidikan 2018

[4] ———, Stat istik Penggunaan dan

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

[5] ———, 2017, Berita Resmi Statistik, 2017, Perkembangan Indeks Pembangunana Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) [6] Dugi, 2019, Transformasi Perguruan Tinggi Era Pendidikan 4.0, Mewujudkan Perguruan Tinggi Kelas Dunia 2019 htt p:// lldikti5.ristekdikti.go.id/assets/thirdparty/ f i l e m a n a g e r / s o u r c e / Aka demik%2 0 da n% 2 0K ema ha si s wa a n/ Kegiata n%202019/Google%204%20E du/ Perguruan%20Tinggi.pdf

[7] Forkomsi FEB, UGM, 2019, Revolusi Industri 4.0, Call For Essay Forkomsi 2018, http:// books.google.co.id/books

[8] Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, 2018, Mempersiapkan SDM Indonesia di Era Indu stri 4.0. htt p:// sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/

2018/09/Kemenristekdikti-Mempersiapkan-S DM-I ndonesia -di-E r a -I ndust r i-4. 0. pdf [9] Keynes, J.M., 1937, The General Theory of Employment, Source: The Quarterly Journal of Economics, Vol. 51, No. 2 (Feb.1937). Publish by The MIT Press. http://www.jstor.org/stable/ 1882087

[10] Nugraha, Dadan, 2018, Transformation Sistem Revolusi Industri 4.0, Worksgop Technoprenuership Road to TBIC, 2018 [11] Nuryanto, Hery, 2012, Sejarah Perkembangan Teknologi dan Komunikasi, Balai Pustaka, Cetakan 1, http://books.google.co.id/books [12]Robert, Crocker, 2006, Human Capi tal

Development and Education, S kills and Knowledge for Cana da’s Future: S even Perspectives. Towards an Integrated Approach to Human Ca pital Development. htt p:// www. cp r n. org/ documents / 44363_en.pdf [13] Schwab Klaus, 2016, The Fourth Industrial Revolution, copyright 2019 of the Indonesia by PT. Gramedia Pustaka Utama, 2019, http:// b o o k s . g o o g l e . c o . i d / b o o k s [14] Schultz, Theodore W., 1972, “Human Capital: Policy Issues and Research Opportunities, The University of Chicago”. htt p:// www.nber.org/chapters/c4126.pdf