• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL ARIFIN C. NOER

A. Deskripsi Data

1) Unsur Instrinsik Drama a. Tema

Setiap karya sastra selalu memiliki tema yang merupakan pangkal dari isi cerita yang dipaparkan. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita-gagasan penulis melalui karya. Sehingga dapat dikatakan bahwa yang disebut tema yaitu pangkal atau inti dari seluruh isi cerita dalam suatu karya sastra.

Tema utama yang diangkat dalam drama Mega,mega karya Arifin C.Noer menggambarkan kehidupan masyarakat urban yang miskin. Masyarakat urban merupakan segolongan orang yang telah merantau ke suatu daerah tertentu dan menetap di kota perantauan tersebut. Masyarakat urban yang terdapat dalam drama Mega,mega merupakan segolongan orang yang merantau dari berbagai daerah di pulau Jawa yang datang dan tinggal di Yogyakarta. Banyaknya masyarakat yang datang dari luar provinsi disebabkan letak Yogyakarta yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah yang berpenduduk sangat padat.1 Yogyakarta juga merupakan salah satu pusat kota yang sudah maju di Indonesia dan pernah menjadi Ibu Kota negara Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut tidak diragukan lagi banyak pendatang dari berbagai daerah untuk mengadukan nasibnya dengan tujuan agar keadaan ekonomi mereka lebih baik dari sebelumnya, sehingga mereka mencari pencaharian di kota tersebut.

1

Anne Booth dan Peter McCawley, Ekonomi Orde Baru, (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi Sosial, 1990) h. 392

Akan tetapi konsekuensi yang sulit dihindarkan akibat terjadinya urbanisasi adalah munculnya pemukiman baru di pinggirian kota akibat perluasaan kota karena pusat kota tidak mampu lagi menampung arus perpindahan penduduk dari desa ke kota.2 Selain itu muncullah orang-orang tuna karya yang merupakan orang desa yang tidak segera mendapat pekerjaan maupun orang kota itu sendiri yang tidak berhasil dalam bersaing memperebutkan pekerjaan. Munculnya tuna karya inilah yang dapat menyebabkan timbulnya kerawanan sosial seperti kriminalitas dan pelacuran sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku yang terbentuk dalam masyarakat. Seperti pada kutipan berikut ini,

Panut:Itu sudah cukup. Namanya berhasil Mae. Besok pagi saya akan mulai.

Mae:Mulai apa?

Panut:Ngemis. Pura-pura bisu. Mae:Astaga.

Panut:Apa salah?

Mae :Kalau kau anak saya, kupingmu saya jewer. Urat uratmu masih keras dan bulat. Tubuhmu masih utuh. Kau akan meminta-minta serupa si tua bangka yang tersia sebatang kara. Panut, Panut. Astaga. Dagingmu akan busuk kalau tak kau manfaatkan dengan kerja.

Panut:Ngemis juga kerja, „kan? Dikiranya ngemis itu enteng? Kan makan tenaga dan perasaan juga? Soalnya bukan itu. soalnya sial saya ini. Dan lagi soal makan, bukan soal perasaan.

Mae :ya, tapi kau masih kuat untuk bekerja. Bekerja baik-baik maksud mae. Tidak mencelakakan. Nguli misalnya. Kau bisa seperti tukijan. Begitu rajin dia bekerja di pasar. Tapi dasar orang suka

2

bekerja. Ia malah mengimpikan tanah. Dia berani dan rajin. Tadi pagi-pagi benar ia pergi ke Sumatrah.3

Dari dialog tersebut dapat terlihat bagaimana kehidupan Mae dan Panut bersama tokoh lain yang tinggal di tengah kota Yogyakarta dengan segala kekurangan yang mereka miliki. Mereka merupakan sebagian kecil masyarakat yang dapat dikatakan “gagal” menuai sukses di kota perantauan. Hal tersebut dapat diakibatkan karena bertambahnya jumlah penduduk dan semakin menyempitnya lapangan pekerjaan. Selain itu perilaku yang terbentuk merupakan akibat dari kerawanan sosial dan kemalasan untuk mencari pekerjaan yang layak, sehingga mereka sulit lepas dari kemiskinan.

Sedangkan Panut merupakan salah satu dari bagian tuna karya yang belum mendapatkan kesempatan bekerja, sehingga dapat dikatakan ia sebagai pengangguran bahkan disebutkan secara terang-terangan sebagai gelandangan karena tidak memiliki tempat tinggal dan kerjanya tidak menentu.

Pada drama Mega,mega karya Arifin ini menceritakan bagaimana keadaan sosial golongan masyarakat urban yang termasuk “gagal” memperjuangkan hidupnya di kota besar. Drama ini juga menceritakan bagaimana perjuangan segolongan masyarakat urban tersebut yang mempertaruhkan hidupnya untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah keadaan kota besar yang keras. Namun tidak dibarengi dengan usaha untuk mendapat pekerjaan layak. Keadaan sosial dalam drama ini bisa dilihat dari segi penghasilan ekonomi yang berdampak terhadap status sosial masyarakat serta pergaulannya, yakni sebagai gelandangan di kota besar yang bergaul dengan sesama gelandangan pula hingga membentuk sebuah komunitas tersendiri dan menganggap satu sama lain sebagai keluarga meskipun mereka sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan sedarah.

3

Mae : tidak kalah dibanding srimulat. Tambahan dia cantik. Seperti aku! Percis. (diam) cantik dan tersia. (tiba-tiba seperti mencari sesuatu di sekelilingnya, tapi ia pun tersenyum apabila sadar yang dicarinya itu sebenarnya tidak ada. lalu ia berseru keras) Retno! Suaramu merdu!.4

Pada dialog Mae terdapat kata „cantik dan tersia‟ memiliki makna bahwa seorang yang selalu dikagumi pun pada akhirnya akan tersia, seperti pernyataan Embie C. Noer yang mengatakan:

“Cantik dan tersia diibaratkan seperti gadis cantik yang dipuja tetapi siakan. Mengisahkan orang kecil(miskin) yang disia-siakan. Hal ini terjadi akibat empasis budaya politik yang menggeliat dan dipicu oleh kondisi ekonomi yang sangat kering pada pertengahan tahun ‟60-an.”5

Mengacu kepada pernyataan Embie C.Noer tersebut dapat dikatakan bahwa pada pemaparan awal drama Mega,mega sudah mulai terlihat apa yang ingin Arifin sampaikan dan kisahkan melalui Mega,mega yakni mengenai ketimpangan sosial dalam masyarakat antara yang miskin dan yang kaya. Di sini disebutkan bahwa masyarakat miskin pada tahun 1960-an meskipun sering elu-elukan sebagai masyarakat yang harus diperjuangkan oleh pemerintah pada akhirnya mereka juga disia-siakan guna kepentingan berbagai pihak. Seperti itulah gambaran dari dialog yang diucapkan Mae.

Selain memiliki tema utama yang membicarakan kehidupan masyarakat urban yang miskin, akibat kehidupan yang “gagal” di kota besar. Drama Mega,mega ini juga menggambarkan bagaimana status sosial golongan bawah dalam masyarakat dapat mempererat ikatan kekeluargaan satu sama lain yang menganggap diri mereka sebagai satu seperjuangan ditanah perantauan. Hal tersebut dapat digambarkan lewat tokoh Mae yang

4

Ibid.,h.1 5

Wawancara pada Embie C. Noer tentang drama Mega,mega karya Arifin C.Noer. bertempat di depan Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta tanggal 31 Mei 2014.

menggambarkan sebagai sosok orang tua yang memiliki perhatian dan kasih sayang serta mengasuh anak-anaknya dan mengayomi mereka. Ia selalu menasehati tokoh-tokoh lain untuk tidak melakukan sesuatu yang buruk atau merugikan diri mereka sendiri meskipun sesungguhnya mereka bukan anak kandung Mae, namun sosok Mae selalu memberikan nasehat dan kasih sayangnya terhadap tokoh-tokoh lain selayaknya ibu kandung.

Retno : (memotong) Mae

Mae : Retno, Mae sayang sekali padamu. pada Hamung, pada Tukijan, pada Koyal, pada Panut, dan pada siapa saja yang menganggap Mae sebagai ibunya. Seperti juga Mae sangat sayang pada Mas Ronggo. (diam) ia kena lahar. (diam) Retno, diam-diam perasaan Mae remuk waktu Tukijan Pamit tadi pagi. Tambah lagi Hamung dan Panut.

Retno : sudahlah Mae.

Hamung : ya, Mae. Retno akan tinggal di sini dan akan selalu bersama Mae.

Mae : keinginan Mae memang begitu juga, tapi sebaliknya bagi Retno…

Hamung :setidak-tidaknya dia tidak akan melupakan Mae.(menguap)

Retno : Percayalah, Mae. Kami tak akan begitu saja melupakan Mae. Kami juga menganggap diri kami sebagai putra-putri Mae yang nakal-nakal. Bukan saja Panut dan Koyal yang nakal tapi kami semua juga nakal-nakal. (tersenyum menghibur)dan kenakalan kami tidak mengurangi cinta kami pada Mae.6

Pada kutipan tersebut, dapat terlihat bagaimana sosok Mae yang menyayangi semua tokoh dan menganggap mereka anaknya sendiri. Hal ini terlihat dari dialog Mae yang menyamakan sayangnya terhadap para tokoh dengan suaminya yang telah meninggal. Selain itu, rasa sayang kepada Mae juga ditunjukkan tokoh Hamung dan Retno yang mencoba mengalihkan kesedihan Mae.

6Ibid., h.6

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa terkadang apa yang dapat dikatakan sebagai keluarga belum tentu mereka yang memiliki hubungan darah, akan tetapi intensitas pertemuan yang lebih intim, hubungan batin serta adanya timbal balik juga dapat dikatakan sebagai kumpulan keluarga, selain itu hal yang lebih penting lagi adalah kesepakatan masing-masing anggota yang menganggap satu sama lain sebagai saudara atau keluarga. Hal tersebutlah yang dapat terlihat dalam kondisi masyarakat drama Mega,mega karya Arifin ini.

b. Plot/ Alur

Cerita drama Mega,mega karya Arifin C.Noer sangat singkat, yakni peristiwa terjadi hanya dalam kurun waktu satu malam saja akan tetapi alur yang digunakan dalam drama Mega,mega karya Arifin C. Noer menggunakan alur maju. Rangkaian peristiwa cerita yang ditampilkan dimulai dari percakapan antara Mae dengan Retno di malam hari kemudian ditutup dengan waktu fajar saat Mae mulai tertidur di bawah pohon beringin. Tahapan alur tersebut akan dipaparkan sesuai pendapat Tasrif dalam Nurgiantoro yang terbagi menjadi lima tahapan. Kelima tahapan alur tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tahap Situation

Tahap yang memberi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita dan pemberian informasi awal yang berfungsi melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

Tahap situasi dalam drama Mega,mega karya Arifin C.Noer ini dimulai dari pembukaan bagian pertama. Pada tahap awal ini dibuka dengan menceritakan dua tokoh wanita yang dimunculkan pertama kali, yakni tokoh Mae dan Retno.

Di Bawah Mega

Beberapa saat sebelum layar disingkapkan, kedengaran seorang perempuan muda menyanyikan sebuah tembang jawa. Kemudian penonton akan menyaksikan perempuan muda itu menyanyi dengan gairah sekali. Ia berdiri dan bersandar pada batang beringin yang tua berkeriput itu. Di antara jemari tangannya terselip sebatang rokok kretek. Ia biasa dipanggil kawan-kawannya dengan panggilan Retno.

Sementara itu di sebelahnya seorang perempuan tua bersandar. Ia adalah seorang perempuan tua dengan bentuk bibir yang selalu nampak tersenyum dan dengan kelopak matanya yang biru. Senyum itu rupanya ditujukan pada suatu harapan yang telah lama dinantikannya; tak kunjung tiba. Adapun malam yang selalu ia isi dengan perhatian itu agaknya hanya memberikan warna gelap pada sekeliling matanya. Ia biasa dipanggil Mae.7 Kutipan tersebut menggambarkan perbedaan yang terjadi di antara dua tokoh wanita yang diceritakan, yaitu Retno dan Mae. Retno digambarkan sebagai wanita muda yang masih bergairah, sedangkan Mae merupakan sosok orang tua yang sedang menantikan sesuatu yang tak kunjung datang. Situasi pun dimulai dari percakapan antara Mae dan Retno yang membicarakan tentang mbarang dengan tidak saling memandang satu sama lain.

Situasi selanjutnya terjadi saat kemunculan Panut. Ia datang dengan berpura-pura bisu hingga membuat Mae panik. Akan tetapi seketika Mae kesal setelah tahu ia dibohongi oleh Panut. Pada tahap situasi ini beberapa tokoh mulai muncul, baik melalui dialog disertai kemunculannya maupun melalui perantara dialog tokoh lain terlebih dahulu. Seperti tokoh Tukijan dan Koyal, diketahui ada tokoh yang bernama Tukijan dan Koyal melalui dialog tokoh Panut, Hamung, Retno dan Mae yang membicarakan mereka sebelum kemunculannya.

7Ibid., h.1

2) Tahap Generation cicumstances

Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik kemudian konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap selanjutnya. Tahap pemunculan konflik yang terjadi dalam drama Mega,mega karya Arifin adalah saat satu per satu tokoh mulai mengetahui Tukijan menunda keberangkatannya ke Sumatera.

Panut : siapa?

Mae : Tukijan. Pagi tadi ia naik kereta api ke Jakarta. Dari sana nanti ia menyebrang ke Sumatrah.

Panut : mulut rusak! Baru saja saya lihat dia sedang nongkrong dekat bioskop indra.

Mae : siapa? Panut : Tukijan.

Mae : kau salah lihat pasti. Bukan Tukijan yang kudisan. Tukijan yang bersih ganteng.

Panut : ya, Tukijan yang gandrung pada si Retno kemayu itu. Mae : kau sngguh-sungguh?

Panut : Biar buta mata saya kalau saya bohong. Kemaren Tukijan memang bilang begitu pada semua orang. Tadi saya lihat sendiri ia sedang nongkrong dekat bioskop indra.8

Konflik mulai terlihat saat membicarakan Tukijan yang menunda kepergiannya. Melalui kutipan di atas dapat terlihat kekecewaan Mae saat mengetahui Tukijan tidak jadi pergi hari itu. Pada saat itu mulai berjalannya program pemerintah yang menganjurkan warganya untuk membuka lahan yang masih kosong di pulau-pulau tertentu salah satunya Sumatera, untuk menanggulangi masalah padat penduduk. Selain itu dengan program membuka lahan diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan lahan tersebut sehingga dapat memberikan pemenuhan kehidupan yang lebih baik. Sama halnya dengan keinginan Mae, maka kekecewaan Mae muncul karena Mae menginginkan agar Tukijan jadi

8Ibid., h.9

pergi dan memulai kehidupan yang lebih baik di tempat lain dan dapat mengatasi kemiskinan yang sedang dialami.

Pada tahap ini pemunculan konflik juga ditunjukan melalui dialog Hamung yang membicarakan Tukijan. Pada dialog ini Hamung seolah meluapkan kekesalannya dengan Tukijan yang menunda keberangkatan ke Sumatera.

Hamung : maunya kita sama-sama, tapi si Tukijan itu plintat-plintut seperti orang banci. Saya kira dia sudah sedang tidur di Senen dan niat saya pagi nanti akan menyusulnya. Setidaknya saya tidak langsung ke Sumatera. Saya memang belum berniat kesana. E, tahu-tahu, baru saja keluar dari Stasiun Tugu sore tadi, keluar dengan karcis di tangan, nyelonong hidungnya. Retno : hidung siapa?

Hamung : Tukijan.

Mae : betul, Retno. Panut juga bilang begitu.9

Keberangkatan Tukijan dianggap menjadi titik tolak di mana akan dimulainya kehidupan untuk memperbaiki kemiskinan yang mereka alami. Pemikiran Tukijan yang realistis serta kegigihannya mencoba berjuang melawan kemiskinan merupakan salah satu contoh agar tokoh lain mau melakukan hal yang sama dengan Tukijan. Begitupun Hamung yang juga berniat akan pergi menyusul Tukijan demi mencari penghasilan yang lebih baik.

3) Rising action

Tahap ini merupakan tahap peningkatan konflik di mana peristiwa yang muncul sebelumnya semakin berkembang intensitasnya. Cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik yang terjadi bisa

9

dari segi eksternal, internal maupun keduanya hingga mengarah ke klimaks.

Peningkatan konflik terlihat setelah membicarakan Tukijan yang menunda keberangkatannya. Hal tersebut terlihat melalui dialog Mae dengan Retno, saat Mae mulai mencurahkan isi hatinya kepada Retno.

Retno : Mae tak usah khawatir. Saya tak akan meninggalkan Mae.

Mae : semua akan meninggalkan Mae pada akhirnya. Suamiku yang pertama pun berkata begitu dulu tapi akhirnya ia pun mengusirku juga. Dan kemudian suamiku yang bernama Sutar meninggalkan aku. Malah suamiku yang paling setia dan paling tua pergi juga, dimakan gunung Merapi.

Retno : tidak, Mae. Saya juga sebatang kara saya juga tersia. Sebab itu saya lebih senang dengan Mae. Berkumpul sangat membantu mengurangi kesusahan.

Mae : tidak. Kau tidak tersia, kau masih muda. Belum masanya kau berputus asa. Sekiranya kau menurut nasehat Mae dan tak usah menjadi…10

Kutipan tersebut menunjukan tahap situasi mulai terasa rumit, baik dari segi keadaan maupun perasaan yang sedang dirasakan tiap tokoh. Masing-masing tokoh mulai dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan mereka menerima keadaan yang tidak mereka inginkan. Mereka harus rela jauh dengan orang-orang yang mereka sayangi demi mencari kehidupan yang lebih baik agar dapat keluar dari kemiskinan. Selain itu, Mae juga berusaha memberi nasehat pada Retno bahwa orang yang lebih muda sudah seharusnya bisa mendapatkan kebahagiaan yang selayaknya. Orang muda juga sudah seharusnya menggunakan kemampuannya untuk mewujudkan impian-impiannya agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

10Ibid.,

4) Climax

Pada tahap ini konflik yang telah terjadi pada tokoh cerita mencapai titik intensitas puncaknya. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh totoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.

Mae yang merupakan tokoh utama yang utama, pada tahapan ini sedang mengalami konflik batin dengan keadaan yang harus ia hadapi. Gejolak perubahan sikap Mae pun terlihat di sini.

Mae : Ya, saya harap begitu. Saya harus merebutnya. Oh, saya tiba-tiba takut sekali. Hamung sebentar lagi pergi. Sebentar lagi. Semuanya akan kembali sepi. Kenapa jantung saya? Saya gemetar sekali.

Pluit kereta api sayup-sayup

Mae : (sekonyong-konyong menubruk dan memeluk Tukijan) Jan!(dalam isak) Jan. kenapa sama sekali kau tak punya rasa terimakasih?...Kau tak melihat saya dalam memandang saya. Sebab itu kau gampang saja akan tinggalkan ibumu sendiri di alun-alun ini, di tanah bebas yang tak bebas ini.(melepaskan diri dari Tukijan dan duduk menunduk) kalau saya muda pasti saya tak akan mengucapkan kata-kata ini.

Hamung, sekalipun cintamu samar-samar tapi pasti kepergianmu nanti akan melengkapi kesepian saya. (setelah mengosongkan dirinya) tapi sebagai orang tua, sebagai seorang ibu yang tabah tentu saja saya harus melepaskan kalian berdua dengan doa restu, dan saya akan menyertai kepergian kalian dengan keprihatinan saya.11

Kesedihan Mae yang merupakan sosok wanita tua tidak terbendung lagi ditahapan ini. Satu sisi Mae merasa sedih karena akan ditinggalkan anak-anaknya, namun di sisi lain Mae harus mencoba menerima apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Hal yang ditunggu-tunggu Mae di masa tuanya yaitu mengharapkan orang-orang yang ia

11Ibid., h.103

kasihi dapat berkumpul dan dapat menemaninya. Ia tidak lagi menginginkan hidup sendirian dan tentunya saat anak-anaknya pergi ia akan merindukan sikap menghargai para tokoh terhadap dirinya sebagai lambang bahwa ia merupakan sosok yang dituakan dalam keluarga tersebut.

5) Tahap Denouement

Pada tahap ini konflik yang telah mancapai klimaks diberi jalan keluar dan cerita diakhiri. Mae yang sejak awal tidak siap ditinggal sendirian oleh anak-anaknya, kini mulai melepaskan egonya dan memberikan izin Retno untuk pergi bersama Tukijan.

Mae : kau memang anak perempuan saya. Kau cantik dan baik budi. Itulah yang sebenarnya. Sayang, kau sendiri tak tahu. (diam) sekarang sebagai anak yang baik turutlah apa kata Mae: pergilah dengan Tukijan.

Retno : (menangis dan memeluk) Tidak, Mae. Saya tidak bisa. Mae : tentu kau tidak bisa. Dan siapa ynag suka akan ajal?Tidak ada. Tapi siapa yang bisa menolaknya? Juga tidak ada. Dan apakah kau mengira Mae mengharap kau pergi meninggalkan Mae? (Retno menggeleng-geleng kepala) tidak, bukan? Mae juga tidak mau kau tinggalkan…tapi apakah kau berpikir Mae juga ingin mempertahankan kau tetap di sini terus menjual diri?.12

Pada tahap sebelumnya Mae mengalami kegelisahan dengan dirinya sendiri untuk menahan Retno agar tidak pergi, namun dilain sisi Mae harus merelakan kepergian Retno demi masa depannya. Pada tahap inilah sikap Mae terlihat mulai mengosongkan dirinya untuk dapat kembali berpikir realistis bahwa suatu saat orang yang datang pasti dikemudian hari akan pergi juga, seperti halnya kehidupan manusia yang suatu saat akan mati.

12Ibid., h.119

c. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang saling berkaitan, sebab melalui dua unsur tersebut dapat diketahui bagaimana peranan tiap tokoh dalam setiap cerita. Tokoh biasanya ditandai dengan nama sedangkan penokohan atau karakter biasanya ditandai dengan sikap dan watak. Terdapat enam tokoh dalam cerita drama Mega,mega karya Arifin C. Noer ini yaitu: Mae, Retno, Panut, Hamung, Koyal, Tukijan serta beberapa tokoh yang hanya disebutkan namanya saja oleh keenam tokoh tersebut, akan tetapi tidak ditampilkan bagaimana karakter mereka dalam tiap cerita. Tokoh tersebut diantaranya adalah Pemuda, Abah toko Kim Sin, Penjaga warung, pemilik bioskop Indra, penjual jeruk dan penyewa kuda.

Keenam tokoh pada kelompok pertama merupakan tokoh yang mempengaruhi jalannya cerita dalam drama Mega,mega. Masing-masing tokoh dari keenam tokoh tersebut memiliki peranan yang berbeda serta karakter yang kuat dalam setiap cerita yang ditampilkan. Selain itu, karakter dari masing-masing tokoh merupakan salah satu hal yang memperkuat jalannya cerita disetiap babaknya. Inilah yang membuat drama Mega,mega karya Arifin menarik.

Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita secara keseluruhan, tokoh dibedakan ke dalam tokoh utama; tokoh utama yang utama dan tokoh utama tambahan serta tokoh tambahan; tokoh tambahan utama dan tokoh tambahan yang tambahan.

1) Mae

Dilihat dari awal kemunculannya tokoh Mae masuk ke dalam tokoh utama yang utama. Sebab tema-tema yang ingin disampaikan banyak terlihat melalui dialog Mae pada setiap peristiwa. Selain itu peristiwa yang dialami Mae disampaikan secara tuntas. Dimulai dari

pengenalan dirinya secara narasi diawal cerita sekaligus sebagai pembuka cerita, hingga peristiwa-peristiwa yang dialami Mae menciptakan

Dokumen terkait