• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL ARIFIN C. NOER

C. Masyarakat Miskin

Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi sandang, pangan, dan papan sesuai standar. Jika elemen wajib yang harus dipenuhi untuk kebutuhan hidup manusia tersebut terpenuhi dengan standar rendah maka dapat berpengaruh terhadap kesehatan, moral, dan rasa harga diri mereka.

a. Klasifikasi atau penggolongan seseorang maupun masyarakat dikatakan miskin dengan dua tolok ukur, yakni:

Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan ini dihitung melalui pendapatan per waktu kerja dalam sebulan. Dalam drama Mega,mega karya Arifin ini masalah tingkat pendapatan tampak pada ciri sosial tokoh, yaitu tidak ada yang memiliki pekerjaan tetap dan kehidupan mereka jauh dari kata cukup. Semua tokoh tidak memiliki pekerjaan yang dapat diandalkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan yang mereka geluti merupakan pekerjaan serabutan yang tidak tentu pendapatan dan jenis pekerjaannya.

Seperti halnya Panut, ia tidak memiliki pekerjaan seperti orang-orang pada umumnya. Ia bekerja sebagai pencopet dan juga ingin menjadi pengemis agar dapat membeli makan. Menurut Panut menjadi seorang pengemis juga merupakan sebuah pekerjaan.

Mae :…Kau akan meminta-minta serupa si tua bangka yang tersia sebatang kara. Panut, Panut. Astaga. Dagingmu akan busuk kalau tak kau manfaatkan dengan kerja.

Panut : Ngemis juga kerja „kan? Dikiranya ngemis itu enteng? Kan makan tenaga dan perasaan juga? Soalnya bukan itu. soalnya sial saya ini. Dan lagi soal makan, bukan soal perasaan.64

Untuk bisa makan dan bertahan hidup, Panut menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan uang. Tidak hanya Panut, Koyal juga

64Ibid., h. 9

demikian ia melakukan segala cara untuk mendapatkan uang. Sama seperti Panut, Koyal juga menjadi seorang pengemis. Diketahui pekerjaan yang Koyal lakukan terlihat melalui dialog Hamung dengan Panut.

Hamung: Lucunya dia(Koyal) Cuma ingin punya uang setumpuk. Tapi sintingnya sedikitpun ia tidak mau bekerja. Ia Cuma ngemis.

Panut: makanpun tak mau ia urunan seperti kita-kita ini. Dia Cuma makan. Bayar tak mau.65

Pendapatan Koyal dari hasil mengemis jauh dari cukup untuk menutupi kebutuhannya dalam sebulan meskipun untuk kehidupan sederhana yang layak. Uang yang ia hasilkan tidak menentu dan kalaupun mendapat uang dalam kerjanya sebagai pengemis, Koyal menggunakannya untuk membeli lotre. Karena kegemarannya membeli lotre yang belum tentu kemenangannya, ia juga harus merelakan untuk tidak membeli makan.

Dari pekerjaan sebagai seorang pengemis tersebut mereka tidak memiliki penghasilan tetap tiap harinya. Mereka hanya mengandalkan pendapatan yang didapat hari itu untuk membeli makan hari itu saja tanpa memikirkan kebutuhan dihari berikutnya.

- Kebutuhan relatif

Kebutuhan relatif merupakan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi untuk melangsungkan kehidupan secara sederhana tetapi memadai sebagai masyarakat yang layak. Kebutuhan yang harus dipenuhi berupa tempat tinggal sederhana namun kelengkapan memadai, biaya untuk sandang panganpun sederhana tapi memadai.

65Ibid., h. 23

Pada drama Mega,mega karya Arifin C.Noer tampak pada ciri sosial tokoh, yaitu tidak ada yang memiliki rumah atau tempat tinggal yang layak disebut sebagai tempat tinggal. Mereka tidur bersama dalam satu tempat yakni di pinggiran alun-alun dengan beralaskan tikar.

Bersamaan dengan makin terangnya cahaya pentas, terdengar suara seruling Koyal yang sumbang itu menyusup di sela-sela angin malam yang bergemuruh. Mae, Retno, dan Hamung sudah nyenyak tidur. Tukijan terbaring gelisah setengah tidur di atas tikar. Sedangkan Koyal masih asyik masyuk di tengah impian-impiannya dengan serulingnya duduk di bawah tiang listrik.66 Meskipun mereka menganggap satu sama lain sebagai anggota keluarga ekstensi (keluarga yang tidak memiliki ikatan darah), tetapi mereka tidak memiliki peralatan rumah tangga yang layak yang seharusnya dimiliki oleh anggota keluarga pada umumnya untuk keperluan dan kebutuhan keluarganya, seperti kasur, tempat tidur dan peralatan makan. Satu-satunya barang yang mereka miliki dan sering mereka gunakan untuk tidur adalah tikar.

Lama-lama Mae tertidur bersandar pada batang beringin. Warna fajar. Lalu beragam warna waktu berputar.67

Tidak hanya barang rumah tangga yang tidak mereka miliki, rumah untuk dijadikan tempat tinggal pun mereka tak punya. Mereka hanya mengandalkan kawasan pinggiran alun-alun untuk tempat mereka berkumpul dan berteduh.

Berdasarkan perhitungan tingkat pendapatan dan kebutuhan relatif tersebut, maka dapat dikatakan pendapatan yang mereka peroleh disertai dengan kebutuhan minimal rumah tangga yang harus dimiliki guna

66

Ibid., h. 43 67Ibid.,

kelangsungan hidup sederhana dan layak tidak memenuhi kriteria sehingga mereka dikatakan miskin.

b. Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga unsur, yaitu:

- Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang yakni kemiskinan yang disebabkan seseorang memiliki anggota tubuh cacat sehingga harus bekerja sebagai pengemis selain itu bisa juga karena malas. Yang termasuk miskin karena aspek ini yaitu tokoh Koyal, Hamung, dan Panut.

Panut : Soalnya memang tangan ini. Sial. Tapi nanti dulu. Mae tadi mengira betul-betul bisu „kan?.

Mae : Hampir Mae tidak bisa bernafas tadi. Kaget bukan kepalang. Tiba-tiba kau bisu padahal kau adalah anak yang palinng cerewet dan suka…

Panut : itu sudah cukup. Namanya berhasil Mae besok pagi saya akan mulai.

Mae : mulai apa?

Panut :ngemis. Pura-pura bisu.68

Dalam kutipan tersebut, Panut yang sehat jasmaninya menjadi pura-pura bisu untuk menjadi pengemis. Aksinya ini dilarang oleh Mae namun Panut tetap menjalankan aksinya sebagai pengemis dengan alasan agar bisa mendapatkan uang untuk makan. Sedangkan Koyal menjadi pengemis dengan tujuan agar bisa menjadi kaya, namun uang yang ia peroleh dari kegiatan mengemisnya selalu ia gunakan untuk membeli lotre, sehingga ia tak bisa menikmati uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Koyal: (tidak peduli) lalu saya berpikir saya harus punya banyak uang dulu. Malah akhir-akhirnya saya mencintai uang…saya telah melihat segala apa saja yang hanya didapat dengan uang. Lalu

68

Hamung : ….ngemis (tertawa bersama Retno)

Koyal: … lalu saya mulai mengumpulkan uang, tapi pasti terlalu lama. Lalu saya belikan lotre. Dan baru saja saya hampir menang (tertawa). Tandanya tidak lama lagi saya akan menang….apa yang saya perbuat.

Hamung : ngemis (tertawa bersama Retno).69

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Koyal tidak mau mengandalkan kemampuan badannya yang masih sehat untuk bekerja. Ia hanya mengandalkan lotre untuk dijadikan panutan menjadi orang kaya. Koyal menjadi malas bekerja namun memiliki keingingan yang tinggi terhadap kekayaan. Meskipun ingin menjadi kaya akan tetapi ia hanya mengandalkan badannya menjadi seorang pengemis untuk mencapai kekayaan tersebut tanpa bekerja seperti orang-orang pada umumnya dan mendapat upah yang layak sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup. Kegilaan Koyal pula yang menyebabkan ia hanya bisa berangan-angan menjadi orang kaya tanpa berpikir bagaimana mendapatkan pekerjaan untuk mencukupi hidupnya.

Berbeda dengan Koyal dan Panut yang mengandalkan badan sehatnya menjadi seorang pengemis, Hamung seorang yang kakinya cacat tetapi ia masih mau bekerja, meskipun pekerjaan serabutan. Ia juga pernah menjadi tukang becak dan niatnya ia pergi ke Jakarta untuk menjadi calo atau kuli. Pekerjaan-pekerjaan tersebut ia jalani dengan tujuan agar dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik lagi.

Hamung : barangkali saya akan nguli di sana. Atau kembali kepekerjaan lama; becak. Tapi saya akan berusaha menjadi calo…70 69 Ibid., h. 35 70Ibid., h. 104

Berbanding terbalik dengan Koyal dan Panut, Hamung yang memiliki cacat fisik namun masih sangat bersemangat untuk mencari pekerjaan yang dapat mensejahterakan hidupnya. Ia lebih realistis ketimbang dua tokoh sebelumnya yang malas dan gila. Hamung cenderung memiliki pendapat bahwa untuk menjadi orang yang memiliki hidup yang layak, dibutuhkan kerja keras meskipun dalam keterbatasan sekalipun. - Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

Bencana merupakan sesuatu yang menyebabkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. 71 Yang termasuk dalam golongan ini adalah tokoh Mae. Suami Mae meninggal karena terkena lahar gunung merapi dan sekarang ia hanya hidup seorang diri hingga pada akhirnya bertemu dengan yang lainnya.

Mae: semua meninggalkan Mae pada akhirnya. Suamiku yang pertamapun berkata begitu dulu tapi akhirnya ia mengusirku juga. Dan kemudian suamiku yang bernama Sutar meninggalkan aku. Malah suamiku yang paling setia dan paling tua pergi juga, dimakan gunung merapi.72

Kepergian suami-suami Mae juga berpengaruh terhadap kemiskinan yang dialami Mae. Mae kini hanya hidup sendiri dan tanpa ditemani seorang suami. Padahal seyogyanya seorang suami dalam keluarga berperan sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, akan tetapi disebabkan Mae tidak memiliki suami lagi sehingga ia harus banting tulang menafkahi dirinya sendiri. Selain itu faktor usia dan minimnya keterampilan yang dimiliki membuat Mae tidak bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik.

71

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pusat Bahasa.2008), h. 171.

72

Kesendirian dalam kemiskinan yang dialami Mae juga berpengaruh terhadap pola pikir Mae. Ia menjadi sensitif setiap menemui permasalahan yang muncul. Ia juga cenderung ingin selalu memiliki teman untuk menemaninya di masa tua.

- Kemiskinan buatan

Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan struktural. Kemiskinan yang ditimbulkan oleh dan dari struktur-struktur ekonomi, dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur ini selain ditimbulkan oleh struktur penenangan atau nrimo memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan menganggap yang terjadi sebagai takdir Tuhan.

Tokoh yang digolongkan miskin dalam kriteria “nrimo” adalah

Mae. Mae merupakan orang yang paling tua dan dituakan di antara anggota lainnya. Mae juga berusaha menyikapi kemiskinan dengan sabar selain karena sudah tua, ia menganggap semua yang terjadi karena takdir.

Mae : …Hamung, meskipun cintamu samar-samar tapi pasti kepergianmu nanti akan melengkapi kesepian saya. (setelah mengosongkan dirinya) tapi sebagai orang tua, sebagai seorang ibu yang tabah tentu saja saya harus melepaskan kalian berdua dengan doa restu, dan saya akan menyertai kalian berdua dengan doa restu, dan saya akan menyertai kalian dengan keprihatinan saya. Ikhtiar. (tersenyum sementara air mata itu masih kemerlap pada bulu matanya yang kelabu itu ) Nah, beginilah memang kesudahannya.73

Dalam kutipan di atas menggambarkan sikap Mae yang tidak hanya menerima nasibnya sebagai seorang wanita miskin dan ditinggal mati suaminya, tetapi ia mencoba sabar menerima segala sesuatu yang menimpa dirinya. Termasuk berusaha sabar menerima kenyataan bahwa

73Ibid., h. 103

orang-orang yang ia sayangi juga akan meninggalkannya demi mendapatkan hidup yang lebih baik lagi di tempat lain.

Mae: Tentu kau tidak bisa. Dan siapa yang suka akan ajal?tidak ada. Tapi siapa yang bisa menolaknya? Juga tidak ada. Dan apakah kau mengira Mae mengharap kau pergi meninggalkan Mae?(Retno menggeleng kepalanya) tidak, bukan?Mae juga tidak mau kau tinggalkan. Mae sangat mencintai kau lantaran kau anak perempuanku satu-satunya. Kalau kau pergi Mae tidak akan pernah mempunyai anak secantik dan sebaik kau lagi. Tapi apakah kau berpikir Mae juga ingin mempertahankan kau tetap di sini dan terus menjual diri?74

Berdasarkan kutipan di atas juga dapat menggambarkan bagaimana sikap Mae yang selalu berusaha menerima setiap kejadian yang menimpa dirinya. Faktor usia yang sudah tua juga berpengaruh terhadap caranya menyikapi sesuatu, selain itu juga keadaan dan lingkungan di sekitarnya yang memaksa Mae harus selalu bisa menerima dengan sabar terhadap setiap peristiwa yang terjadi baik untuk dirinya maupun untuk orang-orang di sekelilingnya.

Kemiskinan buatan ini tidak hanya kemiskinan atas dasar sikap “nrimo”, akan tetapi kemiskinan yang disebabkan oleh struktur ekonomi, kultur, dan politik. Kemiskinan buatan dapat terlihat dari sektor ekonomi. Tokoh dalam drama Mega,mega ini merupakan sekelompok orang yang mengalami kemiskinan struktural. Kemiskinan yang mereka alami merupakan efek dari struktur sistem yang kurang bekerja dengan efisien. Salah satunya dari sektor ekonomi dan lapangan pekerjaan yang kurang memberikan ruang terhadap masyarakat tuna karya.

Mae : berapa kali Mae bilang? Tidak usah kau belajar mencopet. Tidak baik.

74Ibid., h. 119

Panut : soal baik-tidaknya saya tidak peduli. Soalnya tangan ini. Sial. Setengah tahun sudah latihan tapi sekalipun tak pernah saya berhasil. Bagaimana saya tidak jengkel.75

Akibat penanganan yang kurang serius terhadap masyarakat tuna karya ini menyebabkan mereka mengambil pilihan untuk melakukan apapun demi mendapatkan uang. Tokoh Panut menggambarkan sebagian kecil masyarakat yang memiliki pemikiran tersebut. Ia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk pekerjaan dibidang industri, sekaligus kurangnya kepedulian pemerintah untuk memberikan bekal keterampilan kepada masyarakat seperti dirinya.

Interaksi antara pemimpin unit ekonomi sektor negara dengan golongan menengah disektor swasta dan kolaborasi terbentuk oleh kedua belah pihak telah menjadi penyebab mengalirnya sumber-sumber ekonomi nasional ke arah tujuan yang bukan menjadi kepentingan rakyat. Sumber-sumber kembali dikelola secara menyimpang dari arah kepentingan nasional.76

Hal tersebut menyebabkan kemiskinan digolongan bawah yang semakin bertambah karena tidak terpenuhinya hak-hak mereka. Sedangkan golongan menengah semakin meroketkan pendapatan dari hasil-hasil yang tidak seharusnya miliki. Tanpa disadari tindakan korupsi menjadi salah satu bentuk bukti terjadinya kemiskinan secara struktural.

Dokumen terkait