• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini keseluruhan proses penelitian akan dideskripsikan dengan

A. Deskripsi Proses Penelitian 1.Pra tindakan penelitian 1.Pra tindakan penelitian

A. Deskripsi Proses Penelitian 1. Pra tindakan penelitian

Sebelum melakukan tindakan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling, peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa persiapan, seperti meminta ijin penelitian kepada pihak sekolah, dan mengumpulkan data awal melalui wawancara dengan guru. Kegiatan wawancara dilakukan pada tanggal 15-16 Januari 2015. Adapun tujuan dari wawancara ini yakni untuk menggali informasi tentang siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan guru wali kelas XI MIA ada beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari wawancara tersebut peneliti mendapat rekomendasi untuk melakukan penelitian di kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta.

Pemilihan subjek penelitian berdasarkan hasil wawancara dan rekomendasi dari guru wali kelas XI MIA, yaitu lima orang siswa yang selama ini teridentifikasi sebagai siswa yang motivasi belajarnya rendah. Hasil wawancara dengan guru wali kelas dan guru BK, memberikan data awal tentang siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Beberapa sumber data antara lain:

a. Wawancara

Wawancara pertama dilakukan peneliti dengan guru BK dan guru wali kelas XI MIA sebagai data awal. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai pendapat mereka tentang motivasi belajar subjek penelitian. Rendahnya motivasi belajar dapat terlihat dari perilaku sehari-hari. Maka yang menjadi inti dalam wawancara ini adalah mencari tahu perilaku apa saja yang tampak sebagai indikator rendahnya motivasi belajar pada keempat subjek yang dapat teramati dalam hidup sehari-hari selama ini. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.

b. Observasi

Sesudah melakukan wawancara, peneliti melakukan obeservasi di kelas XI MIA. Observasi dilakukan oleh peneliti selama satu minggu. Peneliti melakukan observasi dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan siswa yang menunjukkan rendahnya motivasi dalam belajar.

Setelah peneliti melakukan observasi, peneliti melakukan wawancara langsung kepada kelima siswa pada tanggal 26 Januari 2015 untuk memperoleh data yang akurat tentang bagaimana pendapat subjek sendiri tentang motivasi belajar mereka selama ini. Pada wawancara tersebut, subjek yang hadir hanya empat orang, dengan demikian peneliti menetapkan jumlah subjek penelitian empat orang saja. Peneliti memilih penelitian ini sebagai penelitian tertutup. Artinya, subjek yang tidak mengikuti proses kegiatan dari awal dinyatakan gugur dan tidak diikutsertakan dalam proses penelitian selanjutnya. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat subjek penelitian, peneliti memperoleh data awal bahwa keempat subjek memiliki motivasi belajar rendah. Dari wawancara tersebut, keempat subjek mengakui dan menyadari bahwa mereka belum memiliki motivasi belajar yang tinggi. Sebagai bukti dari rendahnya motivasi belajar dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan subjek setiap hari, seperti halnya tidak mengerjakan tugas-tugas dari guru, kurang ada usaha mendapat nilai yang bagus, suka ramai di kelas, tidak konsentrasi saat belajar, lebih memilih untuk bermain dari pada belajar disaat jam pelajaran kosong, cepat bosan membaca buku pelajaran, tidak tekun mengulang pelajaran, suka keluar masuk kelas dan berlama-lama di luar kelas saat pelajaran berlangsung, main game, dan tidur di kelas.

Selain kegiatan di atas, peneliti melakukan beberapa persiapan seperti menentukan hari dan tanggal pelaksanaan penelitian, membuat skema konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Kemudian mengkosultasikannya dengan dosen pembimbing dan teman satu penelitan payung. Tujuan dari persiapan di atas, adalah agar dalam proses memberikan tindakan pada setiap siklus, peneliti dapat melakukannya sesuai dengan prosedur yang ada.

Deskripsi data awal motivasi belajar keempat subjek penelitan yang selama ini teridentifikasi memiliki motivasi belajar rendah berdasarkan hasil wawancara dan obsevasi guru dapat dideskripsikan sebagai berikut.

a. Subjek AR

AR adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta. Menurut pendapat bapak/ibu guru, AR termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Rendahnya motivasi belajar AR dapat dilihat dari hidup kesehariannya, terutama lewat perilaku yang tampak. Misalnya; AR lebih banyak bermain dari pada belajar, ramai di kelas, suka usil dengan teman saat pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas-tugas dari guru, kurang konsentrasi saat belajar di kelas, keluar masuk kelas saat proses belajar berlangsung, tidak mencatat, setiap ada jam kosong tidak pernah digunakan untuk belajar, dan kurang terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.

b. Subjek BS

BS adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta. Menurut pendapat bapak/ibu guru, BS termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Rendahnya motivasi belajar BS dapat dilihat dari hidup kesehariannya, terutama lewat perilaku yang tampak. Misalnya; BS sering tiduran di kelas, tidak mengerjakan tugas-tugas dari guru, kurang konsentrasi saat belajar di kelas, keluar masuk kelas saat proses belajar berlangsung, malas mencatat, setiap ada jam kosong tidak pernah digunakan untuk belajar, tidak membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran, tidak aktif bertanya di kelas, terkesan datang ke sekolah hanya untuk memenuh presensi, tidak berusha untuk bertanya pada teman atau kepada guru jika ada pelajaran yang membingungkan atau kurang dipahami, dan tidak ada semangat dalam belajar.

c. Subjek CI

CI adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta. Menurut pendapat bapak ibu guru, CI adalah termasuk salah satu siswa yang terlihat memiliki motivasi belajar rendah. Adapun sikap yang ditunjukkan oleh CI sebagai ciri rendahnya motivasi bealajar adalah ketika guru sedang menjelaskan di kelas, CI asik sendiri untuk beramain game dilaptop atau di Hpnya. Kurang konsentrasi saat guru menjelaskan pelajaran di kelas, mengerjakan tugas dengan asal-asalan, dan kurang ada semangat untuk mengejar nilai yang baik.

d. Subjek DL

DL adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta. Menurut pendapat bapak ibu guru, DL termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Rendahnya motivasi belajar dapat dilihat dari perilaku tampak pada DL. Adapun perilaku tampak dalam hidup sehari-hari DL ialah kurangnya konsentrasi saat belajar di kelas, hampir tiap hari mengantuk dan tidur sampai pules di kelas, kurang ada kemauan untuk mengerjakan tugas-tugas dengan baik, dan tidak aktif bertanya jika ada pelajaran yang kurang dipahami.

Kemudian untuk menguatkan hasil wawancara yang didapat dari guru, peneliti langsung melakukan wawancara dengan subjek. Sebagai data hasil wawancara yang di peroleh peneliti dari pembicaraan dengan DL, DL mengungkapkan bahwa dia kurang memiliki motivasi belajar. DL bercerita dia kurang konsentrasi, mengantuk, bahkan sampai tidur di kelas ketika pelajaran sedang berlangsung.

Selain data hasil wawancara, dan observasi, peneliti juga membuat sejumlah pertanyaan wawancara tertutup yang mengungkap motivasi belajar keempat subjek. Kegunaan dari wawancara tertutup ini sebagai pendukung hasil wawancara terbuka dan observasi.

2. Siklus I

Penelitian tindakan siklus I dilaksanakan pada hari jumat tanggal 13 Februari 2015 pukul 13.45-15.00 WIB. Siklus I terdiri dari empat kegiatan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Berikut dijelaskan pelaksanaan tindakan siklus I yang telah dilakukan oleh peneliti. Skema pelaksanaan layanan konseling dengan pendekatan

Brief Counseling dapat dilihat pada lampiran 3.

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan siklus I, peneliti terlebih dahulu membuat perencanaan. Perencanaan tersebut meliputi penentuan hari dan tanggal pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, membuat skema, membuat absensi, serta simulasi konseling kelompok dengan kelompok lain, yaitu dengan para suster OSF di komunitas-Demangan. Selain itu peneliti menentukan teman kolaboratif yang akan mengobsevasi proses pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling. Seluruh tindakan siklus I maupun II, akan diobservasi

oleh teman kolaboratif peneliti. Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat mengevaluasi proses tindakan yang diberikan, melalui hasil observasi yang dilakukan oleh teman kolaboratif. Dengan demikian peneliti dapat melaksanakan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada.

Sebelum melakukan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, peneliti juga melakukan pengumpulan data awal melalui wawancara yaitu wawancara terbuka dan wawancara tertutup terhadap keempat subjek.

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat subjek sendiri tentang motivasi belajarnya selama ini. Hasil wawancara dengan keempat subjek dapat dilihat pada lampiran 4.

b. Pelaksanaan tindakan

Peneliti melakukan tindakan yaitu konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling, pada hari Jumat tanggal 13 Februari 2015 pukul 13.45-15.00 WIB. Konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling tersebut dilaksanakan di ruang kelas XII MIA. Berikut penjelasan pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling.

1) Fase Pembukaan (Goal Setting)

Pada pembukaan ini peneliti mengawali kegiatan dengan mengajak siswa berbasa-basi sejenak untuk sekedar mencairkan suasana. Kemudian peneliti mengajak siswa mengawali sesi konseling dengan berdoa. Setelah berdoa, peneliti meminta siswa untuk menempelkan kertas yang telah tertulis identitas dirinya yang sudah disediakan oleh peneliti di kantong baju mereka, dengan tujuan memudahkan peneliti untuk mengingat nama mereka. Setelah itu peneliti membuat kesepakatan/ peraturan bersama siswa. Peraturan dibuat agar

proses konseling kelompok dapat berjalan dengan baik. Peneliti mengawali kegiatan dengan ice breaking, yaitu tepuk sayang dengan tujuan untuk membuat situasi semakin rileks dan menyenangkan. Selanjutnya peneliti membagikan bungkusan wafer warna warni kepada masing-masing siswa dan berdasarkan warna itu siswa diminta menceritakan pengalaman bahagia/hal yang positif yang sudah dialami. Kegiatan ini dilakukan agar siswa merasa rileks, dan nyaman karena sudah mengawali pertemuan dengan cerita dan pengalaman yang positif.

2) Fase teraupetik (kegiatan inti)

Dalam kegiatan inti ini peneliti menjelaskan maksud dan tujuan diadakanya konseling kelompok, setelah itu peneliti mempersilahkan siswa menceritakan masalah mereka, sedangkan peneliti dan siswa lainya menjadi pendengar yang aktif. Pendengar aktif yang dimaksud adalah mendengarkan teman saat bercerita dan bisa memberikan tanggapan atau respon dari apa yang disampaikan oleh siswa yang sedang mensheringkan apa yang menjadi masalahnya. Saat siswa/konseli menceritakan masalah mereka, konselor maupun konseli lainya bisa memberikan tanggapan, maupun pertanyaan. Lalu peneliti menanyakan harapan/motivasi

mereka mengikuti kegiatan konseling kelompok, niat/gool yang akan dicapai setelah mengikuti kegitan konseling kelompok. Setelah itu peneliti mulai mengajukan beberapa pertanyaan dengan mengunakan teknik dalam pendekatan

Brief Counseling. Teknik yang digunakan peneliti ialah:

bercerita bebas, pen-skalaan, pertanyaan ajaib, dan pengecualian, dan menyapu ranjau.

3) Fase Penutup

Sebelum peneliti menutup kegiatan konseling kelompok, peneliti mengajak keempat subjek penelitian untuk mengetahui hambatan apa yang sekiranya menjadi penghambat mereka dalam melaksanakan niat yang sudah mereka rumuskan. Teknik ini merupakan teknik “menjinakkan ranjau” dalam pendekatan

Brief Counseling, teknik tersebut digunakan disesi terakhir

konseling kelompok. Selain itu peneliti mengajak siswa untuk memberikan semangat/bombongan satu sama lain. Kemudian peneliti meringkas seluruh proses konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, serta memberikan peneguhan kepada masing-masing siswa agar mereka mampu melaksanakan niat mereka dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti dan siswa mengakhiri kegiatan konseling dengan doa penutup.

c. Hasil observasi

Selama proses konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling berlangsung, peneliti melihat bahwa keempat

subjek sungguh menyadari dan mengakui bahwa mereka kurang termotivasi dalam belajar. Hal ini terungkap dari sharing mereka dan juga harapa-harapan yang telah mereka rumuskan. Selama melaksanakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling pengamatan dilakukan oleh mitra kolaboratif yaitu

guru BK dan teman mahasiswa PPL. Hasil pengamatan kegiatan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling pada siklus I pada umumnya sudah berjalan dengan baik dan lancar. Subjek mengikuti proses kegiatan konseling dengan antusias dari awal hingga akhir.

d. Hasil refleksi

Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I, peneliti menyadari bahwa masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki agar pelaksanaan kegiatan siklus II berjalan lebih baik. Beberapa hal yang perlu diperbaiki antara lain:

a) Kesiapan peneliti

Untuk mendukung kesiapan peneliti dalam melaksanakan tindakan ini, peneliti menggunakan pokok-pokok pertanyaan

yang disusun oleh peneliti sendiri dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga subjek dapat memahami isi pembicaraan dan tidak membingungkan.

b) Penguasaan teknik

Peneliti menyadari bahwa dalam menerapkan brief

counseling pada siklus I, masih ada teknik yang kurang begitu

dipahami oleh peneliti. Teknik tesebut ialah pertanyaan ajaib, dan menjinakkan ranjau. Peneliti kurang mampu merumuskan pertanyaan ajaib dan pertanyaan menjinakkan ranjau dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Hal tersebut membuat subjek merasa agak bingung dalam menjawab pertanyaan peneliti. Kekurangan peneliti dalam melaksanakan tindakan siklus I ini, tidak menyurutkan semangat peneliti dalam melaksanakan tindakan disiklus II. Kekurangan di atas akan menjadi tolak ukur bagi peneliti untuk bisa menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan siklus II, agar dapat berjalan lebih baik.

c) Keaktifan subjek

Pada proses pelaksanaan siklus I, keatifan keempat subjek sudah cukup baik. Mereka terlihat senang dan antusias mengikuti kegiatan ini. Meskipun pada awalnya mereka agak

malu-malu dan lebih banyak bergurau dengan temannya. Namun sesudah proses konseling berlangsung mereka bisa serius dan mengikuti dari awal hingga akhir dengan baik.

3. Siklus II

Penelitian tindakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling siklus II dilaksanakan pada hari rabu tanggal 25

Februari 2015, pukul 14.30 – 15.15. pelaksanaan tindakan siklus ke II menggunakan pendekatan yang sama seperti siklus I yakni layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Skema pelaksanaan siklus II dapat dilihat pada lampiran 5.

Sesudah siklus I peneliti melakukan observasi kepada keempat siswa yang menjadi subjek/partisipan dalam penelitian. Tujuan dilakukanya observasi ini adalah untuk melihat apakah ada perubahan perilaku pada keempat siswa yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar setelah memperoleh tindakan konseling kelompok siklus I. Kegiatan observasi dilakukan selama satu minggu setelah dilaksanakan kegitan konseling kelompok.

Hasil observasi menunjukan bahwa keempat subjek mulai ada perubahan perilaku. Artinya satu minggu setelah diberikan tindakan dengan menggunakan Brief Counseling subjek berhasil dalam melaksanakan niat-niat mereka. Mereka mulai mengerjakan tugas-tugas dengan baik, mulai ada semangat mengikuti proses belajar mengajar di

kelas dan tidak malas-malasan. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 6.

1) Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling siklus II, peneliti melakukan beberapa perencanaan, diantaranya adalah: membuat skema, serta menentukan jadwal pelaksanaan. Peneliti melakukan beberapa perbaikan pada skema konseling kelompok pendekatan Brief

Counseling siklus II, terutama penggunaan bahasa dalam

merumuskan pertanyaan disetiap teknik Brief Counseling yang digunakan. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I, dimana beberapa siswa kurang memahami teknik yang digunakan oleh peneliti. Skema brief conseling siklus II dapat dilihat pada lampiran 7.

2) Pelaksanaan tindakan a) Fase Pembukaan

Pelaksanaan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dilaksanakan pada pada hari kamis tanggal 25 Februari 2015, mulai pukul 13.45-14.45. Peneliti mengawali pertemuan konseling kelompok dengan mengajak siswa berdoa terlebih dahulu untuk mengucap syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa karena peneliti dan siswa dapat bertemu kembali dalam keadaan baik. Setelah doa pembukaan, peneliti menanyakan kabar dan menjelaskan tujuan konseling kelompok pada siklus II. Kemudian peneliti mengingatkan kembali kesepakatan-kesepakatan yang sudah dibuat pada pertemuan konseling kelompok siklus I. Maksud peneliti mengingatkan kembali mengenai kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya adalah, agar siswa dapat mengikuti konseling kelompok dengan baik.

b) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, peneliti menanyakan pengalaman siswa dalam menjalankan usaha dan niat yang sudah mereka rumuskan pada konseling kelompok siklus I. Peneliti mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan oleh siswa. Berdasarkan pengalaman yang mereka sheringkan, keempat subjek merasa sedikit berhasil dalam melaksanakan apa yang menjadi niat mereka. Artinya mereka mampu melihat keberhasilan dalam melaksanakan niat mereka tetapi ada juga kesulitan. Kemudian peneliti menanyakan kepada siswa masalah apa saja yang membuat mereka belum berhasil sepenuhnya dalam melaksanakan niat mereka. Setelah itu peneliti membagikan selembar kertas kepada masing-masing

siswa, kemudian peneliti meminta siswa untuk membuat/merumuskan harapan dan niat mereka setelah megikuti konseling kelompok siklus II pada kertas tersebut. Setelah semua siswa menuliskan apa yang menjadi harapan dan niat mereka, peneliti meminta mereka untuk mebacakannya.

Hal itu dilakukan agar siswa lainya dapat mengetahui apa yang menjadi harapan dan niat teman mereka. Kemudian setelah itu peneliti kembali menanyakan beberapa pertanyaan sesuai dengan teknik dalam pendekatan Brief Counseling, seperti halnya: pen-skalaan, pertanyaan ajaib, dan pengecualian. Pada pertemuan konseling kelompok siklus II ini, hampir seluruh siswa mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan baik, artinya bahwa peneliti mampu menyampaikan pertanyaan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

c) Fase Penutup

Pada sesi penutup ini peneliti mengajukan pertanyaan yang bertujuan mengajak siswa untuk mengetahui dan menyadari hambatan-hambatan yang sekiranya dapat menghambat mereka dalam melaksanakan niat mereka dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu peneliti meringkas seluruh proses konseling kelompok dan memberikan peneguhan kepada siswa agar

mereka sungguh mampu melaksanakan apa yang menjadi niat dan harapan mereka untuk bisa menjadi lebih baik.

Setelah itu peneliti meminta siswa untuk saling memberikan semangat/peneguhan kepada teman mereka, peneliti mengucapkan terimaksih karena proses konseling kelompok dapat berjalan dengan baik dan semua itu karena dukungan dan partisipasi dari subjek. Kemudian peneliti mengakhiri pertemuan dengan doa penutup.

3) Hasil pengamatan

Selama melaksanakan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan brief counseling, peneliti melihat bahwa keempat subjek antusias mengikuti kegiatan konseling mulai dari awal hingga akhir. Menurut hasil pengamatan dari teman kolaboratif peneliti, proses konseling kelompok siklus II berjalan dengan baik. Komunikasi antara peneliti dan subjek lebih komunikatif. Hampir seluruh siswa mampu memahami pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, sehingga mereka dapat menjawab dengan mudah. Suasana konseling kelompok siklus II lebih terlihat santai dan mengalir dibanding dengan siklus I.

4) Hasil refleksi

Peneliti bersyukur karena seluruh kegiatan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dapat berjalan dengan baik mulai dari siklus I hingga siklus II. Pengalaman ini sungguh berharga karena peneliti dapat secara langsung memberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling kepada siswa, setelah sebelumnya belajar selama satu

semester bersama teman-teman. Dalam proses pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, peneliti merasa lebih baik disbanding siklus I. Meskipun demikian peneliti menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang kurang dalam penelitian ini.

Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti meilihat bahwa ada hal yang berbeda pada diri subjek, dimana mereka lebih antusias dan serius dalam mengikuti proses konseling kelompok. Selain itu peneliti merasa lebih nyaman dan santai, artinya perasaan nervous dan kurang percaya diri tidak begitu terasa. Pada siklus II ini, peneliti lebih merasa percaya diri dan bersemangat dalam memberikan konseling kelompok. Peneliti berharap konseling kelompok yang sudah terlaksana dengan baik, mulai dari siklus I dan II memberikan manfaat serta menjadi solusi dalam membantu siswa mengatasi kesulitan dalam belajar supaya mereka memiliki motivasi belajar yang tinggi. Selain itu peneliti juga berharap dengan pengalaman memberikan layanan konseling

kelompok dengan pendekatan brief counseling ini, pihak sekolah khususnya guru BK dapat mempelajari bahkan menerapkannya dalam membantu siswa mengatasi masalah mereka.