• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini keseluruhan proses penelitian akan dideskripsikan dengan

B. Hasil Penelitian

Berbagai proses telah dilewati dan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian dalam upaya meningkatkan motivasi belajar keempat subjek penelitian di SMA Budya Wacana. Peneliti melaksanakan penelitian melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2015. Sedangkan siklus kedua dilaksanakan seminggu sesudah siklus pertama yaitu 23 Februari 2015, namun karena ketepatan pada tanggal itu ada kegiatan sekolah, maka pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pada tanggal 25 Februari 2015. Hasil penelitian peningkatan motivasi belajar keempat subjek dapat dilihat pada matriks di bawah ini.

Matriks hasil penelitian peningkatan motivasi belajar subjek AR

Subjek Motivasi Belajar Pra

tindakan

Siklus I Siklus II

Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk AR 1 Mendengarkan dengan penuh

perhatian saat guru mengajar di kelas

2 Tertarik pada pelajaran yang diajarkan dan menulis hal-hal yang penting

√ √ √

3 Mengerjakan tugas-tugas dengan baik √ √ √ 4 Tertarik membaca buku-buku

pelajaran

√ √ √

5 Belajar dengan sungguh-sungguh supaya cita-cita dapat tercapai

√ √ √

6 Konsentrasi saat belajar √ √ √

7 Mempelajari ulang pelajaran yang sudah diterima

√ √ √

8 Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas

√ √ √

9 Betah duduk di kelas saat belajar √ √ √ 10 Berusaha mengatasi gangguan saat

belajar di kelas, misalnya menolak ajakan teman untuk bermain

√ √ √

11 Menggunakan waktu kosong untuk belajar

√ √ √

Dari hasil matriks di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi subjek AR meningkat setelah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling. Pada pra tindakan subjek terlihat tidak termotivasi dengan tidak

melakukan kegiatan belajar yang semestinya. Namun sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief cousnseling selama dua siklus, subjek tampak adanya peningkatan motivasi. Adanya peningkatan motivasi dapat dilihat bahwa subjek sudah mulai mampu mendengarkan dengan penuh perhatian saat guru mengajar di kelas, menulis hal-hal yang penting dan bisa konsentrasi, betah di kelas, mau belajar dengan sunguh-sungguh, dan mampu mengatasi ganguan saat belajar seperti menolak ajakan teman untuk bermain sehingga bisa fokus saat belajar.

Matriks hasil penelitian peningkatan motivasi belajar subjek BS

Subjek Motivasi Belajar Pra

tindakan

Siklus I Siklus II Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk BS 1 Mendengarkan dengan penuh

perhatian saat guru mengajar di kelas

√ √ √

2 Tertarik pada pelajaran yang diajarkan dan menulis hal-hal yang penting

√ √ √

3 Mengerjakan tugas-tugas dengan baik √ √ √

pelajaran

5 Belajar dengan sungguh-sungguh supaya cita-cita dapat tercapai

√ √ √

6 Konsentrasi saat belajar √ √ √

7 Mempelajari ulang pelajaran yang sudah diterima

√ √ √

8 Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas

√ √ √

9 Betah duduk di kelas saat belajar √ √ √ 10 Berusaha mengatasi gangguan saat

belajar di kelas, misalnya menolak ajakan teman untuk bermain

√ √ √

11 Menggunakan waktu kosong untuk belajar

√ √ √

12 Tekun saat belajar √ √ √

Dari hasil penelitian yang tertera pada matriks di atas tampak bahwa subjek BS mengalami peningkatan motivasi dalam belajar. Hal ini bisa dilihat bagaimana awal sebelum subjek mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling dimana motivasi belajar subjek sangat rendah. Namun setelah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief

counseling subjek BS mulai mampu mendengarkan dengan penuh perhatian saat

mengerkan tugas-tugas dengan baik, bahkan hasil wawancara dengan subjek mengatakan bahwa ia berusaha ikut les di luar jam sekolah untuk memperdalam pelajaran yang diterimanya.

Matriks hasil penelitian peningkatan motivasi belajar subjek Subjek CI

Subjek Motivasi Belajar Pra

tindakan

Siklus I Siklus II

Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk CI 1 Mendengarkan dengan penuh

perhatian saat guru mengajar di kelas

√ √ √

2 Tertarik pada pelajaran yang diajarkan dan menulis hal-hal yang penting

√ √ √

3 Mengerjakan tugas-tugas dengan baik √ √ √ 4 Tertarik membaca buku-buku

pelajaran

√ √ √

5 Belajar dengan sungguh-sungguh supaya cita-cita dapat tercapai

√ √ √

6 Konsentrasi saat belajar √ √ √

7 Mempelajari ulang pelajaran yang sudah diterima

√ √ √

mengajar di kelas

9 Betah duduk di kelas saat belajar √ √ √ 10 Berusaha mengatasi gangguan saat

belajar di kelas, misalnya menolak ajakan teman untuk bermaik

√ √ √

11 Menggunakan waktu kosong untuk belajar

√ √ √

12 Tekun saat belajar √ √ √

Dari hasil penelitian yang tertera pada matriks di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar subjek CI meningkat. Hal tersebut dapat dilihat bahwa sebelum mengikuti konseling subjek tidak termotivasi untuk belajar. Namun sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling selama dua siklus subjek mulai termotivasi untuk belajar dengan baik. Subjek mampu mendengarkan dengan baik saat guru mengajar, mengerjakan tugas-tugas dengan baik, konsentrasi, dan mampu menggunakan waktu kosong untuk belajar madiri.

Matriks hasil penelitian peningkatan motivasi belajar Subjej DL

Subjek Motivasi Belajar Pra

tindakan

Siklus I Siklus II

Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk

perhatian saat guru mengajar di kelas 2 Tertarik pada pelajaran yang

diajarkan dan menulis hal-hal yang penting

√ √ √

3 Mengerjakan tugas-tugas dengan baik √ √ √ 4 Tertarik membaca buku-buku

pelajaran

√ √ √

5 Belajar dengan sungguh-sungguh supaya cita-cita dapat tercapai

√ √ √

6 Konsentrasi saat belajar √ √ √

7 Mempelajari ulang pelajaran yang sudah diterima

√ √ √

8 Terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas

√ √ √

9 Betah duduk di kelas saat belajar √ √ √ 10 Berusaha mengatasi gangguan saat

belajar di kelas, misalnya menolak ajakan teman untuk bermaik

√ √ √

11 Menggunakan waktu kosong untuk belajar

√ √ √

Dari hasil penelitian yang tertera pada matriks di atas dapat disimpulkan bahwa subjek DL mengalami peningkatan motivasi dalam belajar. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada pra tindakan subjek memiliki motivasi yang sangat rendah dalam belajar. Namun sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling subjek mulai terlihat memiliki motivasi dalam belajar. Subjek mampu mengerjakan tugas-tugas dengan baik, tekun dalam belajar, mampu mengatasi gangguan seperti mengantuk, menolak ajakan teman bermain saat belajar, dan terlibat aktif dalam seluruh proses belajar mengajar.

C.Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan brief counseling untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta. Pendekatan Brief

Counseling berasumsi bahwa klien adalah pihak yang ahli dalam

permasalahannya sendiri. Teknik yang digunakan dalam pendekatan Brief

Counseling ini adalah miracle question, coping question, dan scaling question.

Teknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi goal dalam pikiran konseli agar konselor dapat membantunya membuat perubahan dalam hidupnya. Secara keseluruhan dalam proses pemberian layanan konseling dengan pendekatan

Brief Counseling peneliti juga menggunakan teknik-teknik konseling dalam

buku Winkel & Hastuti namun sangat minim.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran perubahan perilaku pada keempat subyek yaitu, perilaku yang menunjukkan

adanya motivasi dalam belajar setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling sebanyak dua siklus. Berikut ini akan dijabarkan perubahan perilaku pada masing-masing subyek, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebelum dan sesudah memberikan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling.

1. Subyek AR

Berdasarkan data wawancara dan observasi guru wali kelas, subyek AR adalah termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah di kelas. Berdasarkan wawancara dengan wali kelas XI MIA, subyek AR memiliki kebiasaan malas mengerjakan tugas-tugas dari guru, keluar masuk kelas saat pelajaran sedang berlangsung, sibuk dengan HP, ramai di kelas, suka mengganggu teman, tidak memperhatikan guru, dan lebih banyak bermain dari pada belajar. Peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan subyek RC, ia menyadari bahwa motivasi belajarnya rendah.

Peneliti : Bagaimana menurut anda, apakah anda sudah memiliki motivasi belajar yang baik selama ini? Coba ceritakan!

Subyek :Belum suster. Saya menyadari kalau selama ini dan sampai sekarang juga, saya belum memiliki motivasi belajar yang baik. Saya kurang semangat mengikuti pelajaran dan malas mengerjakan tugas-tugas.

(Pt.04,sl)

Setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling siklus I maupun siklus II, AR menunjukkan adanya

dengan serius, tidak keluar masuk kelas saat proses belajar mengajar berlangsung, dan berusaha sebisa mungkin bertahan berada dalam kelas tanpa mengganggu teman. Berdasarkan hasil observasi selama proses penelitian serta wawancara dengan guru dan subjek, AR terlihat adanya perubahan dalam dirinya. AR mulai semangat mengerjakan tugas-tugas, terlihat lebih tenang di kelas, mau memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran dan tidak tidur di kelas. Hal ini merupakan perubahan yang cukup besar dalam diri subyek AR, karena ia mampu melakukan perubahan yang lebih dalam dirinya, yaitu mencoba menumbuhkan motivasi belajar yang baik dalam dirinya.

Saat peneliti memberikan tindakan konseling kelompok, subyek AR membuat/merumuskan tujuan/gool setting yaitu ingin mengurangi waktu bermain dan lebih fokus dalam belajar.

Peneliti :Apa yang menjadi harapan kalian dengan mengikuti konseling kelompok ini?

Subyek :Bisa mengurangi waktu bermain dan lebih fokus dalam belajar.

(S.A,05ki)

Hal tersebut menggambarkan bahwa subyek AR memiliki kemauan untuk berubah menjadi lebih baik. Tujuan/gool setting tersebut menjadi kekuatan bagi diri subyek. Menurut (Michael S. Kelly: 2008) salah satu kelebihan Brief Counselig ialah bahwa Brief Counseling merupakan pendekatan yang mengusulkan sebagai fakta bahwa orang mempunyai kekuatan-kekuatan. Klien bukan tidak bisa mengatasi persoalannya tetapi kekuatan yang melekat dalam diri mereka sendirilah yang akan secara mutlak digunakan untuk mengatasi persoalannya sendiri. Selain itu subyek AR

konsisten dalam menjalankan usahanya untuk mengurangi waktu bermain dan fokus dalam belajar. Tentu saja hal ini menjadi faktor pendukung dalam dirinya sehingga AR mampu menunjukkan perubahan, yaitu meningkatnya motivasi dalam belajar.

Peneliti :Adakah yang berbeda darimu setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok? Artinya bahwa kamu lebih termotivasi untuk belajar dengan baik?

Subyek :Awalnya saya mengalami kesulitan terutama mengurangi waktu bermain. Namun, setelah menjalani proses konseling ini saya menjadi ingat akan niat saya bahwa saya mau lebih fokus untuk belajar. Akhirnya saya berusaha mengatur waktu bermain dan mencoba untuk fokus terutama saat belajar. Saya merasakan saat ini lebih konsentrasi saat belajar, ketika guru menjelaskan saya bisa konsentrasi dan mencatat apa yang penting (inti dari penjelasan guru).

Peneliti :Sekarang suster mau bertanya akan keoptimisan kalian dalam menjalankan niat dan tujuan kalian, jika disediakan sebuah skala, angka satu menunjukkan sangat pesimis dalam menjalankan niat dan angka sepuluh kalian optimis dapat menjalankan niat serta mampu meningkatkan motivasi belajarmu, kalian berada di level berapa?

Subjek :Saya berada di level 9 suster. (Ks.l,kons)

2. Subyek BS

Data awal tentang subyek BS berdasarkan wawancara dengan wali kelas, subjek termasuk siswa yang memiliki motivasi belalajar rendah dalam kelas XI MIA. Subjek BS sering kelihatan melamun di kelas, tidak bersemangat, dan tidak konsentrasi saat belajar. Sesudah mendapatkan tindakan brief counseling siklus I dan II, subjek BS menunjukkan adanya perubahan perilaku serta tingkat motivasi belajarnya meningkat. Berdasarkan hasil observasi dan wawacara yang dilakukan oleh teman kolaboratif, BS menunjukkan suatu perubahan positif, yaitu mulai ada

semangat untuk belajar, konsentrasi saat guru menjelaskan di kelas dan sudah mau bertanya pada guru. Keberhasilan yang diraih oleh subjek tentu didukung oleh berbagai faktor, seperti kemampuan subyek dalam melakukan tujuan/gool setingg yang dirumuskannya. Faktor lain yang mendukung misalnya, penggunaan teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam proses konseling, yaitu teknik pertanyaan ajaib. Inti dari teknik ini adalah mengajak s u b j e k untuk membayangkan suatu masa di waktu yang akan datang dimana ia tidak mengalami masalah sama sekali.

Peneliti :Seandainya ada bidadari mendatangi kamu dan memberikanmu ramuan ajaib. Bidadari itu mengatakan

kepadamu “BS” ini adalah ramuan yang bisa kamu minum

untuk menghilangkan segala masalahmu. Setelah kamu minum ramuan itu, kira-kira hal apa yang berbeda yang kamu alami pada keesokan harinya? Lalu hal berbeda apa yang kamu alami keesokan harinya?

Subyek :Ya, saya merasa senang dan tentunya lebih bersemangat dalam belajar.

(Jb.pt,05)

Berdasarkan jawaban subyek diatas, subyek membayangkan seolah-olah ia terbebas dari suatu permasalahan yang sedang dihadapinya. Dalam imajinasinya subyek menghadirkan keadaan-keadaan baik yang akan ia alami, seperti halnya yang diungkapkan oleh BS bahwa ia akan merasa senang dan lebih bersemangat untuk belajar. Teknik pertanyaan ajaib ini mengajak subyek untuk melihat hal yang berbeda dari dirinya. Selain itu teknik ini juga memberi motivasi dan penyadaran kepada subyek untuk mewujudkan imajinasinya dalam kehiduapan nyata.

3. Subyek CI

Data awal yang diperoleh peneliti tentang subjek CI adalah CI termasuk siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan guru wali kelas XI MIA. Subjek CI memiliki kebiasaan, yaitu sibuk dengan game di laptop, tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar di kelas, dan kadang mengerjakan tugas hanya asal-asalan. Namun, berdasarkan data akhir yang diperoleh, CI menunjukan adanya perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut bahwa setelah mendapatkan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling, CI berhasil mengurangi kebiasan main game di kelas, mulai memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung, dan mulai mau mengerjakan tugas-tugas dengan baik dan benar. Pada subyek CI dalam proses konseling, peneliti menggunakan teknik pen-sklaan. Penskalaan adalah sebuah teknik yang dapat rnenuntun konselor maupun konseli untuk membuat permasalahan yang pada mulanya terasa kompleks dan abstrak menjadi lebih konkrit dan manajebel (De Jong & Miller, 1995).

Peneliti : jika saya skalakan, dalam skala 1 sampai 10, dimana skala 1 mempresentasikan keadaanmu yang sama sekali tidak termotivasi untuk belajar, dan angka 10

mempresentasikan keadaanmu yang membuat kamu mampu termotivasi untuk belajar, dimanakah posisimu?

Subyek :Saya berada diposisi 9 suster

Peneliti :baiklah, lalu langkah kecil apa akan kamu lakukan agar kamu bisa bergerak ke level berikutnya?

Subyek :Saya akan mulai mengurangi kebiasaan ngegame di kelas

dan memperhatikan guru saat belajar. (Jw.ki, p07)

Jawaban subyek diatas menunjukan bahwa melalui teknik pen-skalaan subjek mampu menyadari keadaan masalahnya lebih kongkrit. Oleh sebab itu subjek dapat dengan mudah menentukan solusi yang dapat mengatasi masalahnya, seperti halnya mengurangi kebiasaan ngegame di kelas dan berusaha untuk memperhatikan guru saat proses belajar mengajar berlangsung. Solusi yang ditemukan subjek tentu saja membantu dia untuk lebih termotivasi dalam belajar. Sebab solusi yang dipilihnya merupan solusi yang cukup sederhana dan mudah untuk dilakukan.

Brief Counseling membangun komitmen perubahan kecil, artinya

bahwa, spirit brief counseling adalah sebuah perubahan kecil akan diikuti oleh perubahan yang lebih besar. Solusi yang ditemukan CI cukup sederhana. Namun dengan didukung oleh sikap konsisten dari subjek, telah membuktikan bahwa perubahan kecil/sederhana dapat membawa perubahan yang lebih besar. Perubahan pada diri CI ialah bahwa ia berhasil mengurangi perilaku kebiasaan ngegame di kelas dan lebih memperhatikan guru saat proses belajar mengajar. Hal ini didukung oleh hasil wawancara, observasi dan data kuesioner yang diisi oleh subjek. Pada pra tindakan subjek mengakui bahwa dia kurang memperhatikan guru saat menjelaskan dan sibuk dengan bermain, namun sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling subjek merasa sering memperhatikan guru di kelas dan membatasi diri untuk bermain saat belajar.

4. Subyek DL

Data awal yang diperoleh peneliti tentang motivasi belajar DL, DL adalah termasuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam kelasnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas XI MIA terungkap bahwa, subjek DL memiliki kebiasaan melamun, ngantuk, dan tidur di kelas. Selain itu, subjek DL merasa tidak mampu di kelas IPA dan banyak masalah keluarga namun subjek tidak pernah mau cerita. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan subjek. Sebagai hasil wawancara dengan subjek terungkap bahwa subjek benar dan menyadari dirinya memiliki motivasi rendah dalam belajar. DL mengakui bahwa dia sering ngantuk di kelas dan bahkan bablas sampai tertidur. Hal ini disebabkan karena pada malam hari subjek tidak bisa tidur nyenyak.

Sesudah diberikan tindakan brief counseling subjek menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku pada diri DL antara lain sudah mulai semangat untuk belajar, mengerjakan tugas dengan baik dan di rumah sudah bisa tidur lelap 2-3 jam pada malam hari sehingga membantu subjek untuk mengurangi rasa ngantuk di kelas. Perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh subjek DL tentunya didukung karena keseriusan DL dalam melaksanakan tujuan/gool setting yang dia rumuskan selama konseling berlangsung.

Peneliti :Apa yang menjadi harapanmu setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok ini?

Subyek :Saya ingin terjadi mujizat dalam diriku suster. Peneliti :Mujizat seperti apa?

Subyek :Ya saya ingin membiasakan diri tidur lelap pada malam hari sehingga di kelas, saya tidak ngantuk

dan tertidur. Sehingga saya dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan konsentrasi.

(Gl.08,kis)

Pernyataan diatas menunjukan bahwa subjek DL memiliki motivasi dan kesungguhan untuk mengubah kebiasaan ngantuk dan tertidur di kelas yang mempengaruhi rendahnya tingkat konsentrasi dan motivasinya dalam belajar. DL mengawali proses konseling ini dengan hal yang positif, yaitu dengan gool setting yang ia rumuskan. DL menaruh harapan besar bahwa dengan mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief

counseling ini dapat membawanya pada perubahan yang lebih baik bahkan

mengharapkan mujizat terjadi dalam dirinya, yaitu bisa tidur pada malam hari. Keoptimisan subjek dalam melaksanakan niatnya tampak pada hasil wawancara dan observasi, dimana pada pra tindakan subjek mengakui bahwa dia hanya kadang-kadang bisa konsentrasi tetapi sesudah mengikuti konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling subjek mengatakan bahwa dia sering merasa bisa konsentrasi saat belajar.

Gool setting termasuk dalam bagian yang terpenting, dalam proses

konseling khususnya pendekatan brief counseling. Perumusan gool setting dilakukan sebelum konselor memberikan terapetik. Tujuan dari gool

setting adalah mengajak konseli untuk menyadari bahwa motivasi/harapan

dari dalam diri menjadi sumber kekuatan dalam usaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli. Hal ini salah satu kelebihan pendekatan Brief Counseling, yaitu Brief Counseling berpusat pada Klien.

dengan menciptakan konteks di mana klien dapat menentukan tujuannya sendiri dan dapat membuat keputusan tentang bagaimana dan dimana mereka berharap untuk membuat perubahan dalam hidupnya sendiri.

Layanan konseling kelompok pada setiap siklus membantu keempat subyek untuk saling terbuka dan berusaha untuk menghasilkan perubahan dalam diri. Mereka saling mendukung dan saling percaya satu sama lain. Sebagaimana dikatakan dalam buku Winkel & Hastuti (hal; 590), konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang berpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri teraupetik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan yang leluasa, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian dan saling mendukung. Pengalaman saling percaya dan mendukung inilah juga yang dirasakan oleh keempat subyek.

Pada setiap siklus, peneliti menjelaskan alasan diadakannya pertemuan secara bersama sehingga pada awal pertemuan ada kepercayaan dan kenyamanan selama terlaksananya tindakan Brief Counseling. Selama konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling berlangsung, peneliti mengamati bahwa pada siklus I subjek agak enggan untuk berbicara. Hal ini terbukti dari hasil observasi peneliti lewat ekspresi wajah mereka yang hanya tersenyum dan saling melihat satu sama lain bahkan bergurau dengan temannya. Meskipun demikian, pada akhirnya mereka mulai terbuka bercerita bebas dan dengan leluasa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh gambaran bahwa keempat

subyek menunjukkan adanya perubahan motivasi belajar yang tampak dalam sikap yaitu, mulai ada keseriusan mengikuti proses belajar mengajar, mau memperhatikan guru, bisa konsentrasi, dsb, setelah mereka mendapatkan layanan konseling dengan pendekatan Brief Counseling. Mereka mampu menemukan tujuan mereka mengikuti konseling kelompok denga pendekatan brief counseling dan mengatakan niat-niat mereka untuk mengatasi masalah yang sedang dialami.

Setelah mendapakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling keempat subjek penelitian menyadari bahwa pengalaman

dan kebiasaan selama ini yang menunjukkan rendahnya motivasi yang mereka alami akan bisa diatasi karena mereka yakin memiliki kekuatan yang positif dan talenta yang dianugerahkan Tuhan dalam diri mereka. Keempat subyek merasa yakin bahwa pasti bisa memiliki motivasi yang lebih baik dan berhasil dalam belajarnya. Walter and Peller (1992) menjelaskan bahwa semua klien dapat memecahkan masalah mereka sendiri dengan mengekspos, merinci, dan mereplikasi keberhasilan selama pengecualian. Mereka menyadari bahwa kekuatan dan potensi yang mereka miliki sangat membantu mereka untuk bisa menggapai kesuksesan dalam belajarnya.