• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling (penelitian tindakan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling (penelitian tindakan)."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELING

(Penelitian Tindakan)

Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: deskripsi motivasi belajar subjek penelitian, mengetahui apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, mengetahui dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek tampak meningkat. Jenis penelitian ini adalah Action Research dan dilakukan dalam dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah layanan konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya

Wacana Yogyakarta terdiri dari empat orang. Objek yang diteliti adalah peningkatan motivasi belajar pada keempat subjek dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan refleksi dari setiap siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling dengan pendekatan

Brief Counseling dapat meningkatkan motivasi belajar pada keempat subyek

penelitian pada setiap siklus yang dilakukan (I dan siklus II). Peningkatan motivasi belajar keempat subjek dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku pada subjek meliputi; semangat mengerjakan tugas-tugas, mampu konsentrasi dan mencatat hal-hal penting, mendengarkan guru, bertahan lama saat belajar, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dengan pendektan Brief Counseling dapat membantu meningkatkan motivasi belajar pada keempat subjek dalam penelitian ini.

(2)

ABSTRACT

EFFORTS TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION ON STUDENT OF SENIOR HIGH SCHOOL BUDYA WACANA

YOGYAKARTA

THROUGH GROUP COUNSELING SERVICES WITH BRIEF COUNSELING APPROACHES

(Action Research) Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

This study aims to determine: a description of the motivation to learn the subject of research, find out whether the motivation to study four subjects can be enhanced through group counseling services with Brief Counseling approaches, in terms of knowing what the motivation to study four subjects appears to be increasing.

This type of research is Action Research and conducted in two cycles. The action taken is the group counseling services with Brief Counseling approaches. The subjects were students of class XI MIA Senior High School Budya Wacana Yogyakarta consists of four people. The object under study is the increased motivation to learn in four subjects using the Brief Counseling approaches. The data in this study were obtained through observation, interviews and reflections of each cycle. The data obtained were analyzed qualitatively.

The results showed that counseling services with Brief Counseling approaches can increase the motivation to learn in the fourth study subjects at each cycle is done (the first and the second cycle). Increased motivation to learn four subjects seen from the changes in the behavior shown in daily life. Changes in the behavior of subjects include; spirit of tasks, capable of concentration, noting the important things, listening to the teacher, last longer during learning, and actively involved in the learning process. It can be concluded that the application of group counseling with Brief Counseling approaches can help increase motivation to learn in four subjects in this study.

(3)

i

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELING

(Penelitian Tindakan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

ADIRMAN TELAUMBANUA NIM: 111114064

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia

memberikan kekekalan dalam hati mereka.

Pengkhotbah 3: 11

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu

akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari,

mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.

(7)

v

PERSEMBAHAN

SKRIPSI ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus

Seluruh Persaudaraan OSF Reute Sibolga

Para Dosen Pembimbing

Seluruh Keluarga

Teman-teman BK angkatan 2011

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebukan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Juli 2015 Peneliti

(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Adirman Telaumbanua

No. Mahasiswa : 111114064

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA

WACANA YOGYAKARTA MELALUI LAYANAN KONSELING

KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELINGbeserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta PadaTanggal 30 Juli 2015 Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA

MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BRIEF COUNSELING

(Penelitian Tindakan)

Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: deskripsi motivasi belajar subjek penelitian, mengetahui apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling, mengetahui dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek

tampak meningkat.

Jenis penelitian ini adalah Action Research dan dilakukan dalam dua siklus. Tindakan yang dilakukan adalah layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta terdiri dari empat orang. Objek yang diteliti adalah peningkatan motivasi belajar pada keempat subjek dengan menggunakan pendekatan Brief Counseling. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan refleksi dari setiap siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling dengan pendekatan Brief Counseling dapat meningkatkan motivasi belajar pada keempat subyek penelitian pada setiap siklus yang dilakukan (I dan siklus II). Peningkatan motivasi belajar keempat subjek dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku pada subjek meliputi; semangat mengerjakan tugas-tugas, mampu konsentrasi dan mencatat hal-hal penting, mendengarkan guru, bertahan lama saat belajar, dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok dengan pendektan Brief Counseling dapat membantu meningkatkan motivasi belajar pada keempat subjek dalam penelitian ini.

(11)

ix ABSTRACT

EFFORTS TO IMPROVE LEARNING MOTIVATION ON STUDENT OF SENIOR HIGH SCHOOL BUDYA WACANA

YOGYAKARTA

THROUGH GROUP COUNSELING SERVICES WITH BRIEF COUNSELING APPROACHES

(Action Research) Adirman Telaumbanua Universitas Sanata Dharma

2015

This study aims to determine: a description of the motivation to learn the subject of research, find out whether the motivation to study four subjects can be enhanced through group counseling services with Brief Counseling approaches, in terms of knowing what the motivation to study four subjects appears to be increasing.

This type of research is Action Research and conducted in two cycles. The action taken is the group counseling services with Brief Counseling approaches. The subjects were students of class XI MIA Senior High School Budya Wacana Yogyakarta consists of four people. The object under study is the increased motivation to learn in four subjects using the Brief Counseling approaches. The data in this study were obtained through observation, interviews and reflections of each cycle. The data obtained were analyzed qualitatively.

The results showed that counseling services with Brief Counseling approaches can increase the motivation to learn in the fourth study subjects at each cycle is done (the first and the second cycle). Increased motivation to learn four subjects seen from the changes in the behavior shown in daily life. Changes in the behavior of subjects include; spirit of tasks, capable of concentration, noting the important things, listening to the teacher, last longer during learning, and actively involved in the learning process. It can be concluded that the application of group counseling with Brief Counseling approaches can help increase motivation to learn in four subjects in this study.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Kemuliaan dan syukur kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus, atas kelimpahan kasih dan rahmat-Nya yang selalu menyertai sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar pada

Siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta melalui Layanan Konseling Kelompok

dengan Pendekatan Brief Counseling.

Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik berupa sumbangan pikiran, waktu, tenaga, maupun kerelaan, dan kesabaran dalam membimbing peneliti selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan penuh kasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D selaku Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Drs. R. Budi Sawono. M.A. selaku Pembimbing I, yang dengan sabar dan rela membimbing dan menyediakan waktu, tenaga, pikiran selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Panitia penguji Ujian Sarjana Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti ujian sarjana mempertanggungjawabkan skripsi ini.

(13)

xi

6. St. Priyatmoko di sekretariat Bimbingan dan Konseling, yang selalu ramah dan siap sedia dalam memberikan informasi dan kemudahan dalam berbagai urusan administrasi sehingga peneliti tidak menghadapi kesulitan.

7. Ismunawan Wibawa, S.P. selaku Kepala Sekolah SMA Budya Wacana Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

8. Sih Hendri Saptati, S.Pd. selaku guru kelas XI MIA SMA Budya Wacana Yogyakarta, yang telah membantu peneliti mengumpulkan data yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. C. Putut Sihantoro S. Pd, selaku guru BK di SMA Budya Wacana Yogyakarta yang telah membantu peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. 10.Keempat subjek penelitian (Siswa kelas XI MIA SMA Budya Wacana

Yogyakarta tahun ajaran 2015) yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.

11.Pemimpin Regio dan seluruh persaudaraan OSF Sibolga, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada peneliti untuk studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

12.Para Saudariku di Komunitas Saudara Leo Yogyakarta, yang dengan penuh kasih memberikan dukungan lewat cinta, perhatian, dan doa.

(14)

xii

perutusan studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

14.Teman-teman seperjuangan: Sr. Laura Naibaho KSSY, dan Hare Farida Elisabeth Hilapok yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman-teman BK’11 kelas B dan A yang selalu memberi warna dan tawa selama perkuliahan yang membuat kehidupan kuliah menjadi lebih bermakna.

16.Rm. Tarsis, SSCC, dan Rm. Hermen, Pr yang bersedia membantu saya menerjemahkan beberapa buku dan memberikan bantuan berupa buku, semangat, dukungan, doa serta mendengarkan kesulitan saya.

17.Kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan kepada peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu masukan berupa saran, dan kritikan terhadap karya ini sangat diperlukan. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 30 Juli 2015

Peneliti

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. HAKEKAT MOTIVASI BELAJAR ... 11

1. Definisi Motivasi Belajar ... 11

2. Jenis Motivasi dalam Belajar ... 14

(16)

xiv

4. Fungsi Motivasi ... 16

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 17

6. Karakteristik Siswa yang Mempunyai Motivasi Tinggi ... 19

7. Karakteristik Siswa yang Memiliki Motivasi Rendah ... 20

B. HAKIKAT KONSELING KELOMPOK ………...20

1. Definisi Konseling Kelompok ... 20

2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok ... 22

3. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 23

4. Tahap-tahap Layanan Konseling Kelompok ... 25

C. HAKEKAT BRIEF COUNSELING ... 27

1. Sejarah Munculnya Brief Counseling ... 27

2. Definisi Brief Counseling ... 28

3. Asumsi dan Pokok-pokok Pikiran Brief Counseling ... 29

4. Prinsip-prinsip yang Mendasari Brief Counseling ... 30

5. Keutamaan Brief Counseling ... 30

6. Teknik-teknik Brief Counseling ... 32

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 37

E. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Tempat Penelitian ... 43

C. Waktu Penelitian ... 44

D. Partisipan dalam Penelitian ... 48

E. Peran dan Posisi Peneliti ... 48

F. Tahapan Penelitian ... 49

G. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 53

H. Data dan Sumber Data ... 53

I. Teknik Pengumpulan Data ... 53

J. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

K. Teknik Analisis Data ... 59

(17)

xv

BAB IV PROSES, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Deskripsi Proses Penelitian ... 62

1. Pra tindakan penelitian ... 62

2. Siklus I ... 67

3. Siklus II ... 74

B. Hasil Penelitian ... 80

1. Pra tindakan ... 80

2. Siklus I ... 80

3. Siklus II ... 80

C. Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Keterbatasan Penelitian ... 100

C. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara Guru Pra Tindakan ... 104

Lampiran 2. Hasil Wawancara Siswa Pra Tindakan ... 108

Lampiran 3. Skema Brief Counseling Siklus I... 112

Lampiran 4. Hasil Wawancara dan observasi Guru Sesudah Siklus I (Siswa) .... 120

Lampiran 5. Skema Brief Counseling Siklus II ... 135

Lampiran 6. Hasil wawancara dan observasi ... 135

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 152

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 153

Lampiran 9. Foto Penelitian ... 154

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Agenda Penelitian………... ... 44

Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian ... 51

Tabel 3. Kisi-kisi Motivasi Belajar………. ... 54

Tabel 4. Pedoaman Wawancara Guru………. ... 55

Tabel 5. Pedoman Wawancara untuk Siswa ... 56

Tabel 6. Pedoman Wawancara Tertutup……….. ... 56

Tabel 7. Pedoman Observasi... ... 58

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Tahapan Teknik Brief Counseling…………. ... 32

Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir…………... 40

Gambar 3. Siklus Model Kemmis………….... ... 43

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian. Ketujuh sub-judul tersebut, akan dibahas oleh peneliti secara detail. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan.

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Proses belajar mengajar, merupakan kegiatan pokok sekolah yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar. Proses interaktif yang terjadi adalah interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar tersebut akan dicapai tujuan pendidikan, tidak hanya dalam hal membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi juga meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.

(22)

memiliki motivasi belajar rendah. Kenyataan ini, tak jarang membuat para guru seringkali mengalami kesulitan. Misalnya: ketika menghadapi siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Pada dasarnya, para pendidik berjuang untuk mendukung setiap peserta didik agar memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa meskipun para pendidik telah berusaha tetapi masih terdapat siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah akan menjadi perhatian para pendidik. Mereka akan berusaha bagaimana cara supaya siswa tersebut dapat termotivasi dalam belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang. Motivasi membuat seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu berdasarkan kemauan sendiri. Bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.

(23)

subjek dapat tercapai. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar yang dapat mendukung tercapainya suatu hasil belajar secara optimal. Tetapi sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah akan mempengaruhi rendahnya hasil belajar sehingga tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar. Motivasi, dapat menggambarkan proses yang dapat memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arah dan tujuan perilaku tertentu. Motivasi menjadi dasar yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran dan efektivitas kegiatan pembelajaran. Motivasi siswa untuk belajar membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk mengikuti dan menghargai segala kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran.

(24)

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK dan guru wali kelas XI MIA di SMA Budya Wacana Yogyakarta, peneliti memperoleh informasi bahwa, di SMA Budya Wacana terdapat beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Selain data dari guru, peneliti juga melakukan observasi dan wawancara selama melaksanakan PPL. Berdasarkan data wawancara dan observasi guru, peneliti mendapat rekomendasi melaksanakan penelitian di kelas XI MIA. Peneliti memperoleh informasi bahwa di kelas XI MIA terdapat beberapa siswa yang motivasi belajarnya rendah. Pada umumnya mereka tidak semangat untuk belajar, tidak ada kemauan untuk mengerjakan tugas-tugas dari guru, sering keluar masuk kelas saat proses belajar mengajar berlangsung, tidur di kelas saat pelajaran berlangsung, ribut di kelas, bermain game, dan datang ke sekolah sebagai rutinitas saja.

(25)

melakukan penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan Brief

Counseling.

Peran guru Bimbingan dan Konseling tentu saja sangat penting dalam memecahkan masalah di atas. Guru Bimbingan dan Konseling memiliki tanggung jawab dalam mendampingi setiap siswa, baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari hasil wawancara dengan guru di SMA Budya Wacana, terungkap bahwa terdapat beberapa siswa-siswi yang memiliki motivasi rendah dalam belajar. Oleh sebab itu, peneliti tertarik meneliti hal tersebut dengan mengunakan pendekatan Brief

Counseling untuk menguji seberapa baik/efektif brief counseling dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa SMA Budya Wacana dalam setting konseling kelompok.

Konseling kelompok merupakan salah satu strategi layanan konseling. Perbedaan mendasar konsep konseling kelompok dengan konseling individual adalah terletak pada proses kelompok dengan menekankan pada interaksi sosial antar anggota kelompok. Selain itu masalah yang ditangani melalui konseling kelompok merupakan masalah yang sama. Artinya antara konseli yang satu dengan yang lain mengalami permasalahan yang cenderung sama.

Brief Counseling dikenal sebagai konseling singkat yang berfokus pada

(26)

membangun harapan dan optimisme konseli dengan menciptakan ekspektasi positif bahwa perubahan itu mungkin. SFBT adalah pendekatan non patologis yang menekankan kompetensi daripada kekurangan dan kekuatan bukan kelemahan (Metcalf, 2001).

Merujuk pada hasil penelitian para ahli tentang Brief Counseling, peneliti tertarik dan meyakini bahwa pendekatan ini bisa membantu keempat subjek penelitian dalam upaya meningkatkan motivasi belajar. Penelitian tentang Brief

Counseling dilakukan oleh Tina Hayati Dahlan (2009) dengan judul Model

Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focused Brief Counseling) Untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa. Hasil uji empiris terhadap model konseling ini menunjukkan bahwa secara spesifik model konseling ini efektif untuk meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis kecuali aspek asertivitas. Selain itu, hasil penelitian dari Heny Ermawati (2010) dengan judul “Terapi Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Siswa

Kelas X Sma Negeri 1 Mojolaban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut konseling terapi berfokus solusi dapat digunakan secara cukup efektif meningkatkan motivasi belajar siswa.

(27)

dan skripsi ini bermanfaat bagi SMA Budya Wacana dalam usaha meningkatkan motivasi belajar pada siswa-siswi dan juga bagi peneliti sendiri dalam upaya mendampingi peserta didik. Peneliti juga menyadari bahwa pendekatan Brief Counseling belum familiar di Indonesia dan di sekolah-sekolah. Namun peneliti optimis menggunakan pendekatan brief counseling ini, untuk membantu meningkatkan motivasi belajar subjek penelitian yang selama ini teridentifikasi memiliki motivasi belajar rendah. Pemilihan subyek penelitian, yaitu siswa-siswi yang memiliki motivasi belajar rendah, didasarkan atas data-data dari sekolah berupa hasil wawancara dengan guru, dan hasil observasi langsung terhadap peserta didik.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, upaya meningkatkan motivasi belajar pada siswa-siswi SMA Budya Wacana melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Beberapa siswa teridentifikasi memiliki motivasi belajar rendah.

2. Beberapa siswa menunjukkan sikap tidak semangat dalam kegiatan belajar, tidak konsentrasi, kurang serius, dan cuek pada saat mengikuti proses belajar mengajar di kelas bahkan keluar masuk kelas saat kegitan belajar mengajar berlangsung.

(28)

adanya kemauan untuk mengerjakan tugas, tidur di kelas saat pelajaran berlangsung, sibuk dengan HP, main game, tanpa mempedulikan guru yang sedang mengajar di kelas.

4. Guru, khususnya wali kelas mengalami kesulitan menghadapi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan guru cenderung hanya menasihati.

C.Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian penelitian diarahkan untuk menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi khususnya masalah mengenai Apakah pendekatan Brief Counseling yang dilaksanakan dalam setting kelompok efektif untuk membantu subjek penelitian dalam meningkatkan motivasi belajar?.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling?

2. Dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek tampak meningkat?

E. Tujuan Penelitian

(29)

1. Untuk mengetahui apakah motivasi belajar keempat subjek dapat ditingkatkan melalui konseling kelompok dengan pendekatan Brief

Counseling.

2. Untuk mengetahui dalam hal apa saja motivasi belajar keempat subjek tampak meningkat.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat ymemberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi teori konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk meningkatkan motivasi belajar pada subjek penelitian, dan menjadi pembelajaran untuk guru dan pendidik lainnya dalam membuat program pendampingan dalam membantu meningkatkan motivasi belajar pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah

2. Manfaat praktis

a. Bagi lembaga pendidikan sekolah SMA Budywa Wacana

(30)

siswa-siswi yang memiliki motivasi belajara rendah melalui pemberian layanan konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling. b. Bagi siswa

Membantu subjek penelitian untuk meningkatkan motivasi belajar.

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah daya juang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, tertarik pada pelajaran, tekun belajar, antusias mengerjakan tugas, konsentrasi saat belajar, menulis hal-hal yang dianggap penting, dan terlibat dalam seluruh proses belajar mengajar secara aktif.

2. Yang dimaksud dengan konseling kelompok dalam penelitian ini adalah layanan konseling yang diberikan konselor kepada sekelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang teridentifikasi selama ini memiliki motivasi belajar rendah berdasarkan pendapat guru melalui hasil wawancara dan observasi.

3. Yang dimaksud dengan Brief Counseling dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan konseling yang mengutamakan kekuatan-kekuatan dalam diri konseli, pada umumnya lebih singkat dibanding teknik konseling lain karena

brief counseling lebih berfokus pada solusi dan tidak mengorek-ngorek

(31)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Keempat sub-judul tersebut dibahas oleh peneliti melalui studi kepustakaan. Peneliti mengangkat beberapa teori yang bisa menjadi rujukan dan landasan dalam menjelaskan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam skripsi ini. Selain itu landasan teoritis ini membantu peneliti dalam penelitian tentang motivasi belajar siswa di SMA Budya Wacana Yogyakarta.

A. Hakekat Motivasi Belajar 1. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya

penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001: 71). Kata motif itu

sendiri diartikan sebagai daya upaya yang mendoroang seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman 2008: 73). Menurut Donald dalam Sardiman (2008: 73) yang dimaksud dengan motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

(32)

etimologis motivasi berasal dari Bahasa Latin “movere” yang berarti menggerakkan. Wlodkowski menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada perilaku yang bersangkutan (Siregar dan Hartini Nara, 2010: 49). Sedangkan menurut Donald motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi orang yang ditandai dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2011: 148). Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan orang ke arah suatu tujuan. Motivasi juga merupakan keadaan dalam diri individu yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Purwanto 2002: 71).

Selain pengertian etimologis dan pandangan para ahli di atas, ada beberapa pendapat lain yang memberi definisi tentang motivasi. Soeharto mengatakan bahwa motivasi adalah “keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan”

(Soeharto, dkk., 2003:110). Dalyono (2005:55) memaparkan bahwa motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar (Purwanto 2007 : 61). Senada dengan Daylon, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang

(incentive). Tujuan adalah sesuatu yang membatasi/menentukan tingkah

(33)

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992:173).

Winkel (2012: 169) secara khusus menjelaskan tentang motivasi belajar. Menurut Winkel motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Uno, 2008: 23).

(34)

2. Jenis Motivasi dalam Belajar

Menurut Sardiman (2006:89) ada 2 jenis motivasi, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong oleh tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

b. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Winkel (2012) menyebutkan beberapa bentuk motivasi belajar yang ekstrinsik yaitu:

a. Belajar demi memenuhi kewajiban b. Belajar demi menghindari hukuman

c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan

(35)

3. Ciri-ciri Motivasi

Menurut Sardiman (2006 :83) motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses).

d. Mempunyai orientasi ke masa depan. e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

g. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). h. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

(36)

adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan melahirkan prestasi belajar yang baik.

4. Fungsi Motivasi

Sardiman (2006:85) mengungkapkan bahwa, motivasi belajar berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi juga berfungsi sebagai:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang telah dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, menurut Cecco seperti yang dikutip oleh Abd. Rachman (1989: 155), ada 4 fungsi motivasi, yaitu

a. Fungsi memambangkitkan (arousal function)

(37)

b. Fungsi harapan (exepectancy function)

Jika seseorang berhasil melakukan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya.

c. Fungsi insentif (insentive function)

Individu termotivasi melakukan aktivitas karena mengharapkan insentif atau imbalan yang akan diterimanya.

d. Fungsi disiplin (Disciplin function)

Seseorang yang termotivasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan, maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih keinginan tersebut dengan disiplin yang tinggi. Sedangkan tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan para siswa agar timbul keinginan atau kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.

5. Faktor-taktor yang Mempengaruhi Motivasi

Max Darsono, dkk (2000:65) menyatakan bahwa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu :

a. Cita-cita atau aspirasi siswa adalah suatu target yang ingin dicapai. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar.

(38)

diri siswa, misalnya penghematan, ingatan, perhatian, daya pikir, dan fantasi.

c. Kondisi siswa. Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar di sini berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis. Seorang siswa yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan mengganggu perhatian belajar siswa, begitu juga sebaliknya.

d. Kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, keterlibatan pergaulan perlu dipertinggi mutunya dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semanngat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar. Unsur-unsur dinamis dalam belajar, yaitu unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga dan lain-lain.

(39)

6. Karakteristik Siswa yang Mempunyai Motivasi Belajar Tinggi

Beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi (Dimyati dan Mujiono, 2009: 30-31 dan Sardiman, 2010; 84) yaitu:

a. Mempunyai dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Karakteristik siswa yang mempunyai dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar adalah:

1) Tertarik pada cara guru mengajar

2) Tertarik pada semua mata pelajaran yang diajarkan 3) Mempunyai semangat tinggi dalam belajar

4) Berusaha menyelesaikan tugas secara benar dan tepat waktu 5) Ingin diakui sebagai siswa yang pintar

b. Mempunyai arah dalam melaksanakan kegiatan belajar.

Karakteristik siswa yang mempunyai arah dalam melaksanakan kegiatan belajar adalah:

1) Membina hubungan yang akrab dengan teman satu kelas 2) Mempunyai tujuan untuk berhasil dalam belajar

3) Melaksanakan kegiatan belajar tanpa tergantung bimbingan guru 4) Memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk belajar

c. Mampu bertahan selama melaksanakan kegiatan belajar.

Karakateristik siswa yang mampu bertahan selama melaksanakan kegiatan belajar adalah:

(40)

2) Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama

3) Tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh 4) Tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin 5) Tidak mudah melepas apa yang diyakini

Ciri-ciri inilah yang dijadikan dasar penyusunan instrumen dalam penelitian ini.

7. Karakteristik Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah

Winkel (2012: 196-197) menyebutkan beberapa ciri siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, yaitu:

a. Berkurangnya perhatian siswa pada waktu pelajaran b. Kelalaian dalam mengerjakan tugas/pekerjaan rumah

c. Penundaan persiapan ulangan/ujian sampai saat terakhir (belajar musiman)

d. Pandangan “asal lulus, asal cukup”.

B. Hakikat Konseling Kelompok 1. Definisi Konseling Kelompok.

(41)

membangun hubungan dan komunikasi, pengembangan harga diri, dan keterampilan-keterampilan dalam mengatasi masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Juntika Nurihsan (2006:24) yang mengatakan bahwa konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

Sukardi (2003) menyatakan, bahwa konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjadi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier).

Sejalan dengan pengertian di atas, Winkel (2007) mendefinikan konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Corey (1990) dalam

Group Counseling a Developmental Approach memberi pengertian

(42)

Sementara itu, Warner (1976) mengatakan: Group counseling is an

interpersonal process involing a counselor and several members who

explore themselves and their situations in an attempt to modify their

attitudes and behaviors. Pernyataan ini menjelaskan bahwa konseling

kelompok adalah proses interpersonal yang melibatkan konselor dan beberapa anggota yang mengeksplorasi diri dan situasi mereka dalam upaya untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Dari uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Hal ini merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

2. Fungsi Layanan Konseling Kelompok.

(43)

a. Fungsi layanan kuratif.

Fungsi layanan kuratif, yaitu layanan yang diarahkan untuk mengatasi persoalan yang dialami individu.

b. Funsi layanan preventif.

Fungsi layanan preventif, yaitu layanan yang diarahkan untuk mencegah terjadinya persoalan pada diri individu. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang dibantu mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Sedangkan konseling kelompok bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat keluar dari persoalan yang dialaminya dengan cara memberikan kesempatan, dorongan, dan pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya.

3. Tujuan Layanan Konseling Kelompok.

(44)

a. Masing-masing konseli mampu menemukan dirinya dan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Berdasarkan pemahaman diri tersebut, konseli rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif kepribadiannya.

b. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lain, sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas pada setiap fase-fase perkembangannya. c. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan

mengarahkan hidupnya sendiri, dimulai dari hubungan antarpribadi di dalam kelompok, dan dilanjutkan kemudian dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kelompoknya.

d. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati/memahami perasaan orang lain. Kepekaan dan pemahaman ini akan membuat para konseli lebih sensitif terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri dan orang lain.

e. Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran/target yang ingin dicapai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih konstruktif.

(45)

4. Tahap-tahap Layanan Konseling Kelompok.

Adapun tahapan-tahapan konseling kelompok terdiri dari: a. Pembukaan.

Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antarpribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah pada penyelesaian masalah. Yang paling pokok adalah pembukaan pada awal proses konseling kelompok, bila kelompok saling bertemu untuk pertama kali. Mengingat jumlah pertemuan pertemuan lebih dari satu kali, pertemuan-pertemuan berikutnya juga memakai suatu pembukaan, tetapi caranya akan lain dibanding dengan pembukaan pada waktu saling bertemu untuk pertama kali. Selain itu dalam pembukaan ini terjadi perkenalan konseli satu dengan yang lain serta konselor sendiri.

b. Penjelasan masalah.

(46)

pandagan sendiri-sendiri, konselor meringkas apa yang dikatakan oleh masing-masing konseli dan mengusulkan suatu perumusan masalah yang umum, yang mencakup semua ungkapan yang telah dikemukakan oleh para konseli.

c. Penggalian latar belakang masalah.

Karena para konseli pada fase (2) biasanya belum menyajikan gambaran lengkap mengenai kedudukan masalah dalam keseluruhan situasi hidup masing-masing, diperlukan penjelasan lebih mendetail dan mendalam. Pada fase ini konselor membawa kelompok masuk ke fase analisis kasus, dengan tujuan supaya para konseli lebih memahami latarbelakang masalahnya sendiri-sendiri dan masalah teman, sekaligus mulai sedikit mengerti tentang asal-usul permasalahan yang dibahas bersama.

d. Penyelesaian masalah.

Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase analisis kasus, konselor dan para konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Kelompok konseli selama fase ini harus ikut berpikir, memandang, dan mempertimbangkan, narnun peranan konselor di institusi pendidikan dalam mencari bersama penyelesaian permasalahan pada umumnya lebih besar.

e. Penutup.

(47)

dibubarkan pada pertemuan terakhir. Bilamana proses konseling belum selesai, pertemuan yang sedang berlangsung ditutup untuk dilanjutkan pada lain hari.

C. Hakekat Brief Counseling

Sebelum peneliti menjelaskan hakikat brief counseling, peneliti akan mendeskripsikan secara singkat sejarah munculnya Brief Counseling.

1. Sejarah Muculnya Brief Counseling

Pada akhir tahun 1970an, psikoterapi di Amerika Serikat mengalami masa puncaknya. Bukti dari kejayaan ini adalah pelayan kesehatan mental menjadi yang utama. Selain itu buku-buku tentang self-help banyak ditemukan dan menjadi daftar buku terlaris. Pada awal tahun 1990an, ada perubahan secara dramatis. Walaupun buku-buku tentang self-help, menjadi buku terlaris, dan profesi psikoterapi mendominasi saat itu. Sesuatu yang lain yang terjadi pada masa itu, di Milwaukee, Wisconsin, sebuah tim yang dipimpin oleh Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer mulai bekerja dengan klien melalui pendekatan baru yang sangat berbeda. Brief

Counseling atau biasa lebih dikenal dengan Konseling Singkat Berfokus

Pada Solusi (Kelly. S.M., Kim.S.J., Franklin.C;2008).

(48)

pendekatan Brief Counseling ini, para konselor dapat menggunakan teknik-teknik seperti miracle question, coping questions, dan scaling

questions untuk mengidentifikasi tujuan dan kekuatan klien untuk

membantu mereka membuat perubahan dalam hidupnya.

2. Definisi Brief Counseling

Brief dalam bahasa Indonesia berarti singkat atau ringkas. Brief

Counseling berarti konseling singkat atau konseling ringkas yang berpusat

(49)

3. Asumsi (pokok-pokok pikiran) Konseling Singkat yang Befokus pada Solusi

a. Konseling lebih berfokus pada mencari solusi daripada memecahkan masalah.

b. Perhatian diarahkan pada masa depan yang diinginkan konseli dan bukan pada masalah-masalah masa lalu atau konflik-konflik yang dialami saat ini.

c. Konseli didorong dan dibantu untuk terus melakukan (menambah frekuensi dari) perilaku-perilaku saat ini yang berguna/positif.

d. Tidak setiap saat masalah itu terjadi. Ada kekecualian-kekecualiannya (ada saatnya atau waktu, di mana dapat saja terjadi masalah tetapi ternyata tidak terjadi) yang dapat dimanfaatkan oleh konseli dan konselor untuk menemukan solusi.

e. Konselor membantu konseli untuk menemukan alternatif-alternatif dari pola-pola perilaku, cara berpikir dan cara berinteraksi saat ini yang tidak diinginkan yang masih dalam batas kemampuan konseli atau yang dapat ditentukan oleh konselor bersama dengan konseli.

f. Pendekatan konseling befokus pada solusi ini beranggapan bahwa perilaku yang positif yang akan membawa kemajuan ada dalam diri konseli.

(50)

4. Prinsip-prinsip yang Mendasari Konseling yang Befokus pada Solusi (Sharly, J. 2007)

a. Berfokus pada perubahan dan kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi konseli.

b. Menentukan tujuan dan masa depan yang diinginkan.

c. Melihat atau mencari hal yang baik dan hal yang berlangsung dengan baik sesuai dengan yang diinginkan.

d. Dengan penuh hormat memperhatikan dan mengenal konseli. e. Mengusahakan kerja sama dan kolaborasi.

5. Keutamaan Brief Counseling

Erford (2010) mengatakan Brief Counseling memiliki lima keutamaan, yaitu:

a. Brief Counseling berbasis pada kekuatan konseli.

(51)

b. Brief Counseling berpusat pada klien.

Seluruh mekanisme konseling akan berpusat pada klien. Konselor adalah fasilitator yang akan membantu konseli menggali kekuatan-kekuatan mereka, membantu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, dan merumuskan bentuk-bentuk tingkah laku pasca konseling. Peran konselor bukan sebagai “yang maha pintar” tetapi seorang penggali

kekuatan yang baik.

c. Brief Counseling membangun komitmen perubahan kecil.

Seorang yang terbiasa menunda pekerjaan, akan dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan ketika ia berhasil dalam pelajaran menuntaskan sebuah pekerjaan kecil. Spirit brief counseling adalah sebuah perubahan kecil akan diikuti oleh perubahan yang lebih besar. Jadi target konseling dengan teknik ini bukan meyelesaikan seluruh permasalahan dalam satu kali tebas, tetapi membagun komitmen untuk berubah dari sesuatu yang sangat kecil, yakni sebuah perilaku yang diharapkan membuat mereka bahagia.

d. Brief Counseling itu bersifat portable

Mudah dibawa kemana. Tidak membutuhkan equipment

(52)

e. Brief Counseling mudah diadaptasi.

Teknik Brief Counseling ini berkembang dalam budaya Amerika, tetapi sesungguhnya teknik ini sangat mudah disesuaikan dengan berbagai kultur.

6. Teknik-teknik Brief Konseling.

Brief counseling memiliki lima teknik, yang diawali dengan teknik

bercerita bebas, kemudian terapetik, serta penutup (Corey, 2005; Capuzzi dan Gross, 2003). Terapetik merupakan inti dari keseluruhan proses Brief

counseling, di mana di dalamnya terdapat empat teknik yang sangat

penting, yaitu: penskalaan, pengecualian, pertanyaan ajaib, dan menjinakkan ranjau. Di bawah ini akan dijelaskan melaui bagan dan keterangannya mengenai teknik konseling singkat berfokus pada solusi.

Gambar.1 Bagan Tahapan Teknik Brief Counseling

Keterangan bagan: a. Teknik Bercerita Bebas

Teknik bercerita bebas merupakan awal dari kegitan konseling singkat berfokus pada solusi, dalam teknik ini konselor mengajak

Bercerita bebas

Terapetik

Penutup

Penskalaan

Pertanyaan ajaib pengecualiaan

(53)

konseli untuk membagikan pengalaman baik mereka atau pengalaman yang membuat mereka bahagia kepada konseli lainya. George, Iveson dan Ratner (1990) merumuskan teknik ini sebagai solusi penting yang berfokus pada teknik dan sangat bermanfaat untuk tetap menjaga kedekatan dengan klien. Dengan teknik ini konselor mengajak klien mendiskusikan hal-hal positif dalam hidup, hal-hal baik yang terjadi dalam hidup dan apa yang bermanfaat bagi mereka. Sebagai sebuah teknik berfokus pada solusi, teknik berceritera bebas ini sangat bermanfaat untuk menghindari percakapan yang justru memperlemah semangat dan sumber daya konseli. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan, perhatian, sumber daya dan kekuatan konseli sangatlah penting untuk mengimbangi kondisi tidak stabil, sakit, stress dan gejala-gejala lain.

b. Penskalaan

(54)

sudah memiliki orientasi yang lebih jelas akan permasalahannya maka ia akan lebih mudah diarahkan untuk. fokus pada solusi. Pertanyaan penskalaan yang diajukan oleh seorang konselor kepada konseli akan menuntun konseli beranjak dari konsep konsep abstrak menuju goal yang realistik. Contohnya, seorang konselor menanyakan kepada konseli

"Dalam skala 1 sampai 10, dimana satu merepresentasikan keadaan

yang paling buruk, dan angka sepuluh merepresentasikan sesuatu

yang paling baik, dimanakah posisi Anda saat ini?”.

Disadari atau tidak, pertanyaan itu akan sedikit memaksa

konseli untuk menempatkan diri pada posisi tertentu dalam semesta permasalahannya. Langkah ini disebut reorientasi. Seseorang yang terbelit oleh sebuah permasalahan sering kehilangan orientasi, mereka membutuhkan bantuan untuk mereorientasi diri supaya lebih fokus pada solusi atas permasalahannya. Penskalaan juga bisa mengukur progres dari proses konseling yang tengah terjadi. Di tengah-tengah proses konseling, konselor dimungkinkan untuk mengajukan pertanyaan yang bertujuan mengukur sampai di mana progres konseling saat itu. Konselor bisa menanyakan kepada konseli "Saya ingin tahu di mana posisi Anda saat ini

sebenarnya, bila angka 1 adalah kondisi Anda yang penuh

dengan masalah, dan angka 10 menggambarkan kondisi Anda

yang telah bebas dari masalah, dimanakah posisi Anda saat

(55)

c. Teknik Pengecualiaan

Menemukan pengecualian adalah teknik yang sangat penting dalam mencari solusi dalam sebuah proses konseling. Yang dimaksud dengan pengecualian adalah: menujuk pada waktu ketika sebuah problem belum/tidak terjadi. Teknik ini akan menandai pencapaian seorang konseli meskipun bersifat sementara. Inti dari teknik pengecualian mendasarkan pada asumsi bahwa semua problem telah teratasi, kondisi itu akan bermanfaat untuk mendapatkan solusi yang sesungguhnya. Kita (dan juga klien), cenderung melihat sebuah persoalan seolah-olah konstan, terus menerus terjadi, dan seolah-olah tidak pernah melunak sejenak pun.

Jika kita mengenali pengecualian ini, kita cenderung mengelak hal-hal yang signifikan pada masalah itu. Suasana ini akan memberikan angin segar bagi otak untuk memfilter, memproses dan menyimpan informasi yang bermanfaat. Konselor profesional selalu mendengar pengecualian ini, mengeluarkan dari pikiran konseli, dan memanfaatkannya untuk medapatkan solusi. Dengan teknik ini, konseli mendapatkan pengharapan, dan diteguhkan dengan kemampuan dirinya mendapatkan menafaat dari sebuah keadaaan.

d. Pertanyaan Ajaib.

(56)

ia tidak mengalami masalah sama sekali. Dalam proses ini konselor juga mengajak konseli untuk mengidentifikasi cara-cara menyelesaikan masalah untuk membangun masa depannya. Inilah yang disebut solution focused therapy.

e. Flagging The Minifield (Menjinakkan Ranjau)

(57)

f. Penutup.

Penutup merupakan teknik terakhir pada setiap pendekatan konseling, baik konseling individual maupun konseling kelompok. Tugas konselor dalam teknik penutup pada pendekatan konseling singkat berfokus pada solusi ini, mengajak konseli untuk saling memberikan semangat/bombongan terhadap niat yang sudah dirumuskan oleh masing-masing konseli.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang brief counseling pernah dilakukan oleh Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Dosen Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia dalam artikel (Penelitian dan Pengembangan pada mahasiswa S1 Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2009) dengan judul Model Konseling Singkat Berfokus Solusi (Solution-Focuced Brief

Counseling) untuk Meningkatkan Daya Psikologis Mahasiswa.

(58)

dan tingkat fakultas, tidak bebas dalam menentukan pilihan dalam hidup serta tidak memahami tanggung jawab yang melekat pada pilihan menempati persentase tertinggi sebagai permasalahan urutan pertama. Tingkat daya psikologis mahasiswa pada umumnya berada dalam kategori rata-rata (43,76%). Persentase mahasiswa yang memiliki daya psikologis di bawah rata-rata lebih banyak dibandingkan yang di atas rata-rata dengan selisih 0,85%. Untuk persentase mahasiswa yang memiliki tingkat daya psikologis kategori sangat rendah, fakultas pendidikan bahasa dan sastra menempati urutan tertinggi, sehingga dapat diasumsikan bahwa pada umumnya mahasiswa fpbs lebih membutuhkan konseling dibandingkan mahasiswa fakultas lainnya.

Hasil validasi rasional pakar bimbingan dan konseling terhadap model hipotetis konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan daya psikologis menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dinilai layak sebagai suatu model intervensi menuju keberfungsian psikologis yang sehat. Hasil uji empiris terhadap model konseling ini untuk meningkatkan daya psikologis mahasiswa menunjukkan bahwa secara spesifik model konseling ini efektif untuk meningkatkan hampir semua aspek-aspek daya psikologis kecuali aspek asertivitas. Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada pusat psikologi terapan (p2t) jurusan psikologi UPI, dosen pembimbing akademik, unit pelayanan teknis layanan BK UPI, konselor dan guru BK, serta program studi BK sps UPI dan peneliti selanjutnya.

(59)

dengan judul Menurunkan Perilaku Bullying Verbal Melalui Pendekatan Konseling Singkat Berfokus Solusi di SDK BPK Penabur Bintaro Jaya Jakarta tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan mengurangi perilaku bullying secara

verbal melalui Konseling Singkat Berfokus Solusi. Bullying verbal meliputi: menyebut nama seseorang dengan sembarangan atau membuat lelucon aneh, cara berpakaian, etnis, gender, orientasi seksual, agama atau ketidakmampuan seseorang. Responden penelitian berjumlah enam siswa yang duduk di kelas 6 SD. Analisis hasil penelitian menunjukkan penurunan perilaku bullying secara verbal pada siswa melalui pendekatan konseling singkat berfokus solusi. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan pemahaman siswa tentang bullying verbal dan adanya keinginan siswa untuk menghentikan perilaku bullying verbal.

E. Kerangka Berpikir

Pendekatan brief counseling diyakini dapat meningkatkan motivasi belajar pada subjek penelitian yang memiliki motivasi belajar rendah. Subjek (siswa) yang memiliki motivasi belajar rendah perlu mendapatka perhatian dan pendampingan khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar mereka. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa (subjek penelitian) yang memiliki motivasi belajar rendah, adalah dengan melakukan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan

brief counseling. Berikut ini proses pelaksanaan penelitian yang akan

dilakukan peneliti dengan konseling kelompok melalui pendekatan Brief

(60)
[image:60.595.96.549.141.602.2]

Berikut ini bentuk bagan kerangka berpikir yang digunakan oleh peneliti.

Gambar 2. Kerangka berpikir

Peneliti memilih desain penelitian tindakan dalam melaksanakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan brief counseling. Penelitian tindakan ini dalam setiap siklusnya memuat adanya perencenaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini membutuhkan kolaborasi dengan pihak lain yaitu guru, dan subjek penelitian.

Siswa

Out Come Meningkatnya motivasi belajar ditandai dengan semangat belajar,

konsentrasi, mencatat hal penting, mengerjakan tugas dengan baik, dan dapat mengatasi

gangguan yang muncul saat belajar di kelas.

Motivasi Belajar Rendah

Saat di kelas: tidak semangat belajar, tidak konsentrasi, tidak mencatat ,tidak mengejakan tugas-tugas, mengantuk sampai tertidur di kelas.

Layanan Konseling Kelompok dengan pendekatan Brief

(61)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian (jenis penelitian), tempat penelitian, tujuan penelitian, waktu penelitian, partisipan penelitian, peran dan posisi penelitian, tahapan penelitian, hasil intervensi tindakan yang diharapkan, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan teknis analisis data, dan keabsahan data. Ketigabelas sub-judul tersebut merupakan bagian-bagian dari metode penelitian yang harus ada dalam sebuah penelitian tindakan. Setiap pengertian dan penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat dipertanggungjawabkan.

A.Jenis Penelitian

(62)

Penelitian tindakan mengenal adanya empat langkah penting yaitu:

a. Perencanaan merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang terjadi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat-sifat strategic yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan social dan mengenal rintangan yang sebenarnya. b. Tindakan merupakan langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah

tindakan yang terkontrol secara seksama. Tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung tiga unsur penting, yaitu the improvement of practice, the

improvement of understanding individually and collaboratively, and

improvement of the situation in which the action takes place.

c. Observasi dalam penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

d. Reflektif merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berguna untuk melakukan peninjauan, membuat gambaran kerja yang hidup dalam situasi proses penelitian, hambatan yang muncul dalam tindakan dan kemungkinan lain yang muncul selama proses penelitian.

(63)
[image:63.595.98.496.193.598.2]

(perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi) dalam suatu system spiral yang saling terkait. Antara langkah satu dengan langkah berikutnya yang secara singkat akan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Siklus Model Kemmis

B. Tempat Penelitaian

(64)

C. Waktu Penelitian

[image:64.595.103.545.269.754.2]

Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari minggu ke III, dimana peneliti mengumpulkan data awal siswa yang memiliki motivasi belajar rendah melalui wawancara dengan guru BK dan wali kelas. Bulan Januari februari minggu ke II peneliti melaksanakan tindakan, dan dilanjutkan pengambilan data sampai bulan maret minggu pertama setelah pelaksanaan tindakan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan penelitian melalui tabel waktu penelitian.

Tabel 1 Agenda Penelitian

No Tanggal Kegitan Keterangan

1 15 Januari 2015 a. Wawancara guru BK

b. Wawancara wali kelas X MIA

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data awal mengenai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Dari hasil wawancara, ada 4 siswa dalam satu kelas yang

masalahnya sama memiliki motivasi belajar rendah.

2 18 Januari 2015 Wawancara dengan subyk penelitian.

Setelah peneliti mendapat informasi dari guru tentang siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah, Peneliti melakukan wawancara dengan siswa sendiri, guna

(65)

tingkat motivasi belajar siswa yang direkomendasikan sebagai subjek penelitian.

3 29 Januari 2015 Merancang skema konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling dan

mengkonsultasikannya dengan dosen

pembimbing

Sebelum memberikan tindakan, peneliti merancang skema agar proses konseling kelompok dengan pendekatan Brief Counseling dapat berjalan dengan lancar.

4 3 Februari 2015 Simulasi konseling kelompok

Peneliti melakukan simulasi/latihan konseling kelompok dengan

pendekatan Brief Counseling. Simulasi ini dilaksanankan oleh peneliti di komunitas suster bersama rekan suster di komunitas Demangan. Hal dilakukan agar peneliti benar-benar siap dan mampu memberikan konseling kelompok pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. 5 9 Februari 2015 Wawancara dengan

subjek sebelum tindakan

(66)

4 siswa untuk mengetahu tingkat motivasi belajar mereka

6 13 Februari 2015

Memberikan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling siklus

I

7 15 Januari Perbaiakan dan refleksi siklus I

Perbaikan dan refleksi dilakukan untuk melihat hal-hal apa saja yang kurang sesuai selama proses

pemberian konseling kelompok di siklus I

8 16-21 februari 2015

Observasi siklus I Peneliti melakukan observasi, apakah ada perubahan perilaku setelah mengalami tindakan pada ke-empat subjek

9 22 Februari 2015

Memberikan tindakan konseling kelompok dengan pendekatan

Brief Counseling siklus

II

Pada akhir siklus II ini peneliti melakukan post tes pada subjek penelitian untuk mengukur apakah ada peningkatan motivasi belajar sesudah mengikuti konseling kelompok

(67)

2015 siklus II 11 27 Februari-3

maret 2105

a. Observasi subyek untuk memperoleh data akhir setelah dilakukannya tindakan selama II siklus

b. Menyerahkan lembar observasi kepada teman kolaboratif yaitu wali kelas XI MIA untuk ditindak lanjuti.

Peneliti kembali melakukan observasi terhadap subyek. Peneliti juga menjelaskan dan menyerahkan lembar obsevasi kepada teman kolaboratif untuk ditindak lanjuti, karena masa tugas PPL peneliti di SMA Budya Wacana sudah selesai.

12 8 Maret 2015 a. Pengambilan lembar observasi b. Wawancara pada

wali kelas XI MIA c. Wawancara

terhadap subyek

(68)

E. Partisipan dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari empat orang siswa SMA Budya Wacana kelas XI MIA (satu orang perempuan dan tiga orang laki-laki). Pemilihan subjek berdasarkan hasil wawancara dengan guru wali kelas XI MIA dan guru BK serta menurut hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL BK).

F. Peran dan Posisi Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks layananan konseling kelompok kepada empat siswa yang selama ini teridentifikasi sebagai siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Oleh sebab itu peneliti perlu membicarakan peran dan tugas masing-masing yaitu:

1. Pelaksana tindakan.

Peneliti sendiri menjadi pelaksana tindakan perbaikan yang sudah direncanakan. Peneliti terlibat penuh dalam menerapkan

Gambar

Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian ..................................................................
Gambar 1. Bagan Tahapan Teknik Brief Counseling…………. ........................... 32
Gambar 2. Kerangka berpikir
Gambar 3. Siklus Model Kemmis
+7

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI IMPLEMENTASI PEND EKATAN BERMAIN ( Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 29 Bandung ).. Universitas Pendidikan Indonesia

Adakah hubungan yang signifikan antara perhatian orangtua, layanan bimbingan dan konseling, dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar

Saran yang diajukan peneliti yaitu: (1)Kepada siswa, untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya hendaknya mengikuti kegiatan layanan konseling kelompok

Perhatian penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar. Siswa yang melakukan aktivitas belajar disertai

Berdasakan data survey awal menemukan penelitian bahwa Penelitian tentang konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar telah dilakukan oleh ahli yaitu

Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengaruh di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya motivasi belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Tlogowungu Pati. Memperoleh

Pada kondisi awal motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan Bimbingan dan Konseling masih rendah hal ini bisa dilihat dari informasi guru mata pelajaran karena dalam