• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Siklus I

Tahap perencanaan dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2010 di ruang kelas D1-B SLB Negeri Salatiga. Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru kelas sebagai kolaborator menentukan alternatif tindakan untuk meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara kelas D1-B SLB Negeri Salatiga. Alternatif tindakan yang dipilih yaitu pengajaran perbendaharaan kata dengan menggunakan media komputer yang diaplikasikan dalam microsoft powerpoin. Pemilihan media tersebut dengan mempertimbangkan bahwa di SLB Negeri Salatiga memiliki peralatan-paralatan yang menunjang untuk pembelajaran dengan media berupa LCD dan laptop. Aplikasi powerpoin dipilih karena aplikasi ini mudah untuk dioprasikan (dibuat dan digunakan) sehingga guru kelas yang masih jarang menggunakan media komputer dalam pembelajaran dapat menggunakan aplikasi ini dikemudian hari.

Uraian pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut : 2) Membuat skenario pembelajaran

Pada tahap ini terlebih dahulu peneliti dan guru kelas membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Skenario pembelajaran yang dibuat adalah sebagai berikut :

1) Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dan siap menerima pelajaran, mengajak siswa untuk berdoa, memberi salam kepada siswa, dan mengajukan pertanyaan berikut:

xc b) Bekalnya disimpan dimana?

2) Berdasarkan jawaban anak, guru menyabutkan nama tempat penyimpanan bekal dari masing-masing anak, dan anak menirukan ucapan guru.

3) Guru memperlihatkan gambar benda pada slide kemudian meminta siswa untuk merespon benda yang mereka lihat tersebut. Kemungkinan respon tiap anak berbeda, ada yang mungkin dapat menyabutkan nama benda tersebut ada pula yang mungkin hanya menunjukkan benda asli tanpa dapat menyebutkan nama benda tersebut.

4) Dari berbagai respon siswa, guru mencoba menarik perhatian siswa kembali dengan memperdengarkan suara pelafalan ucapan nama benda tersebut. Bagi siswa yang mendengar tentu mereka akan tampak seolah kaget dan berusaha mencari sumber suara. Tetapi bagi siswa yang tidak mendengar tentu akan diam saja.

5) Siswa diminta untuk berusaha mendengarkan kembali apa yang mereka dengar, kemudian mengungkapkan apa yang mereka dengar.

6) Apabila apa yang didengar masih salah, guru membantu dengan mengucapkan kata benda tersebut, kemudian siswa menirukan ucapan guru.

7) Kegiatan mendengarkan dan menirukan ini dilakukan berulang-ulang sehingga pengucapan/lafat penyebutan nama benda dapat diucapkan dengan benar oleh siswa.

8) Guru memperlihatkan penulisan nama benda tersebut. Kemudian dibaca bersama-sama.

9) Siswa diminta maju ke depan kelas untuk menuliskan nama kata benda tersebut di papan tulis dengan diberikan contoh terlebih dahulu. Kemudian contoh dihapus, dan anak diminta menuliskan kembali dengan mengingat.

10)Setelah penulisannya benar, anak diminta membaca kembali apa yang telah ditulisnya.

xci

11)Setelah benar barulah beralih pada kata selanjutnya.

12)Setelah 3 kosa kata, guru memperlihatkan kembali gambar-gambar yang telah dipelajari, kemudian meminta siswa menyebutkan nama benda tersebut, tetapi tanpa bantuan guru.

13)Setelah siswa dapat mengucapkan dengan benar barulah memperkenalkan benda lainnya.

14)Guru mengevaluasi kemampuan penguasaan kosa kata siswa dengan memberikan soal bergambar kepada siswa, kemudian siswa diminta melafalkan nama benda tersebut serta menuliskannya pada kolom yang telah tersedia.

3) Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan 1) Membuat Desain Media Powerpoint

Desain media powerpoin yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik anak tunarungu. Desain dibuat bersama-sama dengan guru kelas sebagai kolaborator.

2) Menyiapkan LCD

Menyiapkan LCD ini termasuk juga mencoba penggunaan LCD, posisi peletakan yang tepat, dan kejelasan hasil dari tampilan. 3) Menyiapkan meja dan kursi

4) Menyusun RPP Lengkap

Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), peneliti berkonsultasi kepada guru kelas yang merupakan teman kolaborator untuk merumuskan standar kompetensi, kompetensi dasar siklus I yang disesuaikan dengan silabus yang digunakan di sekolah tersebut.

5) Peneliti menyiapkan instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut.

6) Peneliti menentukan jadwal pelaksanaan tindakan bersama guru kelas. Dari diskusi yang dilakukan peneliti bersama guru kelas, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada Hari Senin, 8

xcii

Februari 2010 dan Hari Selasa, 9 Februari 2010 bertempat di ruang kelas D1-B SLB Negeri Salatiga.

7) Peneliti bersama kolaborator mempersiapkan tempat, menata tempat yang akan digunakan dan mengatur posisi yang sesuai.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan yaitu Hari Senin, 8 Februari 2010 pada jam pelajaran ke 3 dan 4 (pukul 09.00 – 10.00) dan Hari Selasa pada jam pelajaran ke 1 dan ke 2 ( pukul 07.30 – 08.30). Setiap pertemuan (pelaksanaan tindakan) dilakukan dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti, sedangkan guru kelas bertindak sebagai kolaborator yang bertugas untuk melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan instrumen yang telah dibuat serta pengambilan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan pertama yaitu Hari Senin, 8 Februari 2010 dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Tindakan dimulai pada pukul 09.00 sampai pukul 10.00. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini yaitu mengenal lima nama-nama benda yang ada di sekitar yaitu topi, baju, dasi, meja, dan sapu. Langkah-langkah dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Guru membuka pelajaran dengan salam.

2) Guru mengkondisikan kelas dengan menyuruh siswa untuk merapikan kembali pakaian, tempat duduk dan meja, membuang sampah sisa jajanan ke tempat sampah, memasukkan kembali mainan-mainan yang dimainkan saat istirahat ke dalam tas serta menyuruh siswa untuk duduk rapi di tempat duduknya masing-masing.

3) Setelah suasana kelas kembali rapi dan tenang, guru mulai melakukan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa mengapa tadi ada salah seorang temannya menangis saat istirahat. Kemudian terlihat kelas menjadi agak ramai karena semua siswa ingin menjawab pertanyaan itu.

xciii

Jawaban pertanyaan tersebut diberikan dengan menggunakan bahasa isyarat dan dengan suara-suara yang keluar tanpa arti.

4) Setelah mendapatkan jawaban dari siswa-siswa, guru kembali mengkondisikan kelas agar semua siswa diam memperhatikan pelajaran. 5) Guru memberitahukan bahwa hari itu siswa-siswa akan belajar dengan

menggunakan media lain, yaitu berupa laptop dan LCD (dengan menunjukkan perangkat yang ada di depan kelas)

6) Guru menampilkan gambar pada layar.

7) Guru memperdengarkan suara pelafalan nama benda tersebut.

8) Siswa yang mendengar pelafalan tersebut diminta untuk mengucapkan apa yang didengarnya.

9) Bila masih salah, guru membantu melafalkan nama benda tersebut kemudian ditirukan siswa.

10) Kegiatan mendengar dan menirukan pelafalan dilakukan beberapa kali sampai pelafalan anak benar dan jelas.

11) Siswa diminta melafalkan sendiri nama benda tersebut

12) Guru memperlihatkan tulisan yang membentuk kata benda tersebut, kemudian dibaca bersama-sama.

13) Bila telah benar, siswa diminta untuk menuliskan di papan tulis nama benda tersebut.

14) Penulisan tidak hanya satu tulisan, tetapi minimal lima tulisan untuk satu nama benda dengan maksud agar siswa tidak lupa panulisannya.

15) Setelah penulisannya benar, siswa diminta membaca kembali apa yang telah ditulisnya.

16) Bila pelafalan dan penulisan telah benar, barulah beralih pada nama benda selanjutnya.

17) Setelah 3 kosa kata, guru memperlihatkan kembali gambar-gambar yang telah dipelajari, kemudian meminta siswa menyebutkan nama benda tersebut, tetapi tanpa bantuan guru.

xciv

18) Setelah siswa dapat mengucapkan dengan benar barulah memperkenalkan benda lainnya.

19) Guru mengevaluasi kemampuan penguasaan kosa kata siswa dengan menampilkan gambar pada slide kemudian siswa diminta menyebutkan namanya secara lisan.

20) Guru mengakhiri pelajaran dengan memperlihatkan film animasi berdurasi 5 menit untuk merefresh kembali suasana setelah pelajaran.

21) Setelah itu guru mengajak siswa untuk berdoa bersama, mengucapkan salam, dan pulang ke rumah masing-masing.

Pertemuan ke dua siklus I dilaksanakan pada Hari Selasa, 9 Februari 2010 bertempat di ruang kelas D1-B SLB Negeri Salatiga dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai pada pukul 07.30 – 08.30 (pada jam 1 -2). Materi yang diajarkan pada pertemuan ini yaitu mengenal lima nama-nama benda yang ada di sekitar yaitu buku, foto, tas, pensil dan kursi. Langkah-langkah dalam pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1) Guru mengawali pertemuan dengan berdoa bersama kemudian mengucapkan salam.

2) Guru melakukan absensi.

3) Guru mengkondisikan siswa agar duduk dengan rapi di tempat duduk masing-masing.

4) Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan tadi ke sekolah naik apa. 5) Guru menjelaskan kepada siswa bahwa hari itu siswa akan belajar lagi

bersama peneliti dengan menggunakan media komputer.

6) Guru memulai pelajaran dengan mengulang kembali pelajaran dihari sebelumnya dengan memperlihatkan gambar pada slide, kemudian siswa diminta untuk menyebutkan nama benda yang ditampilkan.

7) Setelah selesai melakukan pengulangan pelajaran, guru menampilkan gambar yang baru pada layar.

xcv

9) Siswa yang mendengar pelafalan tersebut diminta untuk mengucapkan apa yang didengarnya.

10)Bila masih salah, guru membantu melafalkan nama benda tersebut kemudian ditirukan siswa.

11)Kegiatan mendengar dan menirukan pelafalan dilakukan beberapa kali sampai pelafalan anak benar dan jelas.

12)Siswa diminta melafalkan sendiri nama benda tersebut

13)Guru memperlihatkan tulisan yang membentuk kata benda tersebut, kemudian dibaca bersama-sama.

14)Bila telah benar, siswa diminta untuk menuliskan di papan tulis nama benda tersebut.

15)Penulisan tidak hanya satu tulisan, tetapi minimal lima tulisan untuk satu nama benda dengan maksud agar anak tidak lupa panulisannya.

16)Setelah penulisannya benar, anak diminta membaca kembali apa yang telah ditulisnya.

17)Bila pelafalan dan penulisan telah benar, barulah beralih pada nama benda selanjutnya.

18)Setelah 3 kosa kata, guru memperlihatkan kembali gambar-gambar yang telah dipelajari, kemudian meminta siswa menyebutkan nama benda tersebut, tetapi tanpa bantuan guru.

19)Setelah siswa dapat mengucapkan dengan benar barulah memperkenalkan benda lainnya.

20)Guru mengevaluasi kemampuan penguasaan kosa kata siswa dengan memberikan soal bergambar, kemudian siswa diminta untuk menyebutkan nama benda tersebut. Setelah pelafalan benar siswa diminta menuliskan nama benda pada kolom yang tersedia.

21)Guru mengakhiri pelajaran dengan memperlihatkan film animasi berdurasi 5 menit untuk merefresh kembali suasana setelah pelajaran.

22)Setelah itu guru mengucapkan salam dan mempersilahkan siswa untuk beristirahat.

xcvi c. Observasi

Pengamatan terhadap proses belajar mengajar dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kelas yang bertindak sebagai kolaborator. Peneliti bersama kolaborator (guru kelas) mengamati pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan perbendaharaan kata dengan materi mengenal benda-benda di sekitar dengan menggunakan media komputer aplikasi powerpoint di kelas D1-B SLB Negeri Salatiga. Observasi dilakukan kolaborator bersama peneliti bersamaan dengan berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam melakukan observasi kolaborator mengambil tempat di samping ruangan dan duduk di kursi kosong yang ada pada samping ruangan itu. Hal ini dimaksudkan agar kolaborator tidak mempengaruhi konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Baik peneliti maupun guru kelas sebagai kolaborator memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media komputer untuk meningkatkan perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara di kelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap motivasi siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator, didapatkan hasil bahwa pada siklus pertama yaitu Hari Senin dan Selasa, 8 dan 9 Februari 2010, observasi terhadap siswa yang meliputi observasi motivasi siswa dan observasi keterampilan bicara (melafalkan kata) siswa, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 6. Perolehan Skor Motivasi Siswa Siklus I

No Subyek Jumlah skor motivasi Kriteria

1. AG 53 Tinggi

2. AR 42 Sedang

xcvii

Rata-rata 43,67 Sedang

Dari tabel 6 tentang perolehan skor motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran perbendaharaan kata siklus I, diperoleh hasil bahwa 1 dari 3 siswa atau sebesar 33,33% siswa dikategorikan dalam motivasi tinggi. Sedangkan 2 siswa lainnya masuk dalam kriteria motivasi sedang atau sebesar 66,67%. Jadi setelah dilakukan tindakan pertama (siklus I) ditemukan adanya peningkatan motivasi pembelajaran perbendaharaan kata dari siswa kelas D1-B, dari yang pada awalnya tidak ada yang masuk dalam kriteria tinggi atau sebesar 0% menjadi 33,33% .

Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran perbendaharaan kata diikuti pula dengan peningkatan keterampilan bicara. Hasil observasi mengenai keterampilan bicara pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Perolehan Penilaian Observasi Keterampilan Bicara (Melafalkan Kata) Siswa Siklus I

No Sunyek Jumlah Skor Keterampilan

Bicara (Pelafalan Kosa Kata) Kriteria

1. AG 33 Baik

2. AR 29 Cukup

3. IH 15 Kurang

Rata-rata 25,67 Cukup

Perolahan penilaian keterampilan bicara (melafalkan kata) siswa dapat dilihat pada tabel 7 tentang perolehan penilaian keterampilan bicara (melafalkan kata) siklus I. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 1 dari 3 siswa masuk dalam kriteria baik dalam keterampilan bicara (melafalkan kata) atau sebesar 33,33%, dan 1 siswa masuk dalam kriteria cukup atau sebesar 33,33% dan 1 siswa masuk dalam kriteria kurang dalam keterampilan bicara atau sebesar 33,33%. Dari tabel

xcviii

tersebut dapat dilihat pula adanya peningkatan terhadap keterampilan bicara (melafalkan kata) siswa bila dibandingkan dengan kondisi awal.

Dengan meningkatnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam usaha meningkatkan perbendaharaan kata siswa menyebabkan peningkatan terhadap keterampilan bicara (melafalkan kata) siswa, yang berarti perbendaharaan kata siswa tunarungu wicara kelas D1-B meningkat. Siswa yang merasa senang dengan pengajaran yang dilakukan menggunakan media komputer dalam aplikasi powerpoint menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi semakin tinggi sehingga pemahaman siswa terhadap kosa kata menjadi lebih cepat dan siswa dapat cepat mengingat kata-kata yang diajarkan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil evaluasi siswa pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I

No Subyak Nilai Batas Ketuntasan

1 AG 75 Tuntas

2 AR 65 Tuntas

3 IH 45 Tidak tuntas

Rata rata 61,67 Tidak tuntas

Perolehan nilai pada evaluasi setelah siklus I terlihat bahwa 2 dari 3 siswa atau sebesar 66,67% telah tuntas sedangkan 1 siswa lainnya atau sebesar 33,33% masuk dalam kriteria tidak tuntas. Hal ini telah menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil evaluasi siklus I bila dibandingkan dengan hasil pre tes (hasil awal). Pada hasil pre tes sebesar 0% siswa yang tuntas sedangkan pada siklus I sebesar 66,67% siswa telah dapat menuntaskan hasil belajarnya.

Observasi terhadap guru meliputi kemampuan guru dalam menjelaskan dan pengelolaan kelas. Untuk kemampuan guru dalam menjelaskan sudah masuk dalam kriteria baik dengan perolehan skor sebesar 64 dari skor tertinggi 80. Dalam menjelaskan, guru sudah dapat memilih kata-kata sederhana yang tepat sehingga mudah dipahami siswa. Guru juga tidak menggunakan kata-kata yang

xcix

meragukan dan membingungkan bagi siswa. Tetapi, kelemahan guru dalam menjelaskan tampak pada kecepatan dalam menjelaskan, guru terkesan terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga artikulasi dan pelafalan kata yang diucapkan guru menjadi kurang jelas. Dalam hal penggunaan contoh dan pemberian contoh dalam pelajaran, contoh-contoh yang digunakan masih terlihat kurang tepat karena contoh-contoh yang digunakan kebanyakan tidak ada pada siswa. Sedangkan dalam aspek penekanan pada hal-hal yang penting telah dapat dilakukan dengan baik oleh guru. Hal ini terlihat dari guru terus memberikan pengulangan-pengulangan pada hal-hal yang dianggap penting. Misalnya guru memberikan contoh pelafalan kata secara berulang-ulang kepada siswa sampai siswa benar-benar dapat melafalkan dengan jelas dan benar. Guru juga tidak segan dalam mengakspresikan penjelasan dengan mimik dan gerakan-gerakan yang sesuai sehingga siswa dapat lebih memahami maksud dari penjelasan guru. Penggunaan gambar pada pembelajaran juga telah dilakukan guru untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Dalam pemberian balikan kepada siswa, guru juga telah tampak melakukannya dengan baik. Hal ini tampak pada sikap guru yang sering mengajak siswa untuk aktif di dalam kelas dengan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan meminta siswa maju ke depan kelas untuk menuliskan dan melafalkan kata. Guru juga menggunakan balikan untuk memperbaiki kesalahan pengucapan dan artikulasi siswa. Dalam memperbaiki kesalahan siswa guru telah menggunakan cara-cara yang tepat yaitu dengan mendekati satu per satu secara individual sehingga siswa dapat benar-benar memperhatikan contoh dan perbaikan yang diberikan guru.

Dalam pengelolaan kelas, kemampuan guru masih terlihat kurang dengan perolehan skor 49 dari skor tertinggi 75. Guru masih terkesan canggung dalam berinteraksi dengan siswa-siswanya. Guru kurang menuntut tanggung jawab kepada siswa. Apabila siswa tidak mau melakukan perintah guru, guru tampak kurang tegas untuk lebih menuntut tanggung jawab. Dalam memberikan teguran kepada siswa guru terkesan kurang tegas, sehingga beberapa siswa

c

menjadi seolah tidak menghiraukan perintah guru dan terkesan berani kepada guru. Dalam menegur, tidak ada alternatif tindakan yang dicontohkan guru sehingga siswa menjadi bingung. Selain itu, guru juga tampak kurang memberikan penguat kepada siswa bila siswa telah berhasil malakukan sesuatu. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang termotivasi untuk tetap bersemangat mengikuti pelajaran. Sedangkan hal-hal yang perlu dipertahankan dalam mengelola kelas yaitu guru telah dapat menunjukkan sikap tanggap terhadap situasi kelas yaitu dengan cara memandangi siswa secara saksama dan melakukan gerakan mendekati bila dipandang perlu. Misalnya tampak pada suasana saat awal guru masuk ke dalam kelas yaitu karena suasana pada saat itu adalah waktu setelah istirahat, maka guru mengkondisikan kelas dengan menyuruh siswa untuk merapikan kembali pakaian, tempat duduk dan meja, membuang sampah sisa jajanan ke tempat sampah, memasukkan kembali mainan-mainan yang dimainkan saat istirahat ke dalam tas serta menyuruh siswa untuk duduk rapi di tempat duduknya masing-masing. Saat terlihat ada seorang siswa yang masih belum mau duduk kembali di kursinya, guru mengambil sikap dengan menarik tangannya agar mau kembali ke tempat duduknya. Petunjuk-petunjuk yang diberikan guru sudah jelas sehingga siswa dapat memahami petunjuk guru.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan I. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti bersama guru kelas, diperoleh refleksi sebagai patokan perbaikan tindakan selanjutnya yaitu :

1) Usahakan dalam memulai pelajaran dilakukan apersepsi yang tidak membuat kelas yang semula sudah kondusif menjadi gaduh. Apersepsi yang dilakukan sebaiknya dapat memberikan semangat belajar pada anak di awal pelajaran. Misalnya dengan bernyanyi bersama. Ada beberapa lagu yang telah dapat dinyanyikan siswa dengan disertai gerakan-gerakan. Lagu ini

ci

selain akan dapat membuat siswa-siswa menjadi bersemangat, dapat pula melemaskan alat bicara siswa sebelum memulai pelajaran.

2) Sebelum guru masuk dalam inti pembelajaran, sebaiknya siswa diminta untuk mengulang dan menyebutkan kembali huruf-huruf vokal a, i, u, e, o. Hal ini bertujuan untuk melemaskan alat bicara siswa-siswa sebelum memulai pengenalan kata. Selain itu, untuk mengingatkan kembali kepada siswa tentang pelafalan yang benar untuk huruf-huruf tersebut.

3) Dalam memberikan penjelasan kepada siswa hendaknya guru tidak terkesan terburu-buru. Guru harus selalu mengingat bahwa yang dihadapinya adalah siswa tunarungu wicara, dimana kemampuan mendengar dan berbicaranya kurang. Guru harus dapat benar-benar memilih kata-kata yang tapat dalam manjelaskan, melafalkan setiap kata dengan artikulasi yang sejelas-jelasnya, dan pengaturan ketepatan serta kecepatan bicara yang sedapat mungkin bisa dimengerti dan ditangkap oleh siswa-siswa di dalam kelas.

4) Dalam pemilihan contoh, guru harus mengingat pula kemampuan yang dimiliki anak, mengingat perbendaharaan kata anak yang masih sangat kurang. Guru sebaiknya mengambil contoh-contoh sederhana yang ada pada siswa tersebut, bisa dari perilaku-perilaku yang dilakukan siswa ataupun benda-benda yang dimiliki siswa.

5) Dalam mengelola kelas sikap tegas dan lembut guru sangat diperlukan. Guru harus dapat memikirkan, menyesuaikan keadaan, dan tanggap dimana seorang guru harus bersikap tegas, santai, maupun lembut kepada siswa-siswanya. Dalam tindakan pertama yang dilakukan oleh guru, guru cenderung selalu bersikap lembut, walaupun malihat situasi yang seharusnya menuntut guru untuk bersikap sedikit keras kepada siswa-siswanya. Jadi, dalam mengelola kelas guru harus dapat selalu bersikap tanggap terhadap situasi yang sedang terjadi sehingga ketegasan guru mutlak diperlukan.

6) Dalam memberikan teguran hendaknya guru menyertakan pula alternatif tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh siswa. Hal ini dimaksud agar siswa

cii

tidak mengalami kebingungan. Misalnya saat guru melarang siswa untuk melakukan sesuatu, guru harus memiliki alasan mengapa siswa tersebut tidak boleh melakukan sesuatu tersebut, kemudian guru perlu memberikan contoh alternatif tindakan yang seharusnya dapat dilakukan siswa.

7) Selama pelajaran berlangsung, guru kurang memberikan penguat, baik berupa teguran maupun pujian. Saat siswa melakukan kesalahan, guru memberikan teguran, tetapi saat telah benar dalam mengerjakan tugasnya, guru hanya diam saja. Pemberian pujian dapat dilakukan guru saat siswa telah berhasil melakukan sesuatu. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Penguat yang dapat diberikan misalnya : mengajak siswa untuk tos, memberikan pujian berupa kata-kata seperti bagus, baik, tepat sekali, mendekati siswa dan mengacungkan jempol dan lain-lain.

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pelaksanaan siklus I di atas, dalam pelaksanaan siklus I ditemukan bahwa 1 dari 3 siswa atau sebesar 33,33% siswa termasuk dalam kriteria motivasi tinggi, 1 dari 3 siswa atau 33,33% siswa termasuk kriteria keterampilan bicara (pelafalan kata) baik, dan 2 dari 3 siswa atau sebesar 66,67% tuntas dalam tes siklus I. Jadi, jika ditinjau dari indikator

Dokumen terkait