BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
4.1 Deskripsi Data
Sumber data dari penelitian ini adalah pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Jumlah gereja Katolik yang dijadikan penelitian adalah 14 gereja paroki yang tersebar di wilayah Yogyakarta. 14 gereja paroki itu terdiri dari 2 paroki di kabupaten Gunung Kidul, 2 paroki di kabupaten Bantul, 3 paroki di kabupaten Kulon Progo, 2 paroki di kabupaten kota Yogyakarta, dan 5 paroki di kabupaten Sleman. Kiranya 14 gereja Katolik ini menjadi sumber data yang akurat dari penelitian ini.
Data pengumuman gereja ini menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Namun kajian peneliti tertuju kepada pemakaian bahasa Indonesia dalam setiap pengumuman gereja tersebut. Peneliti lebih banyak mengambil data tertulis dari pengumuman gereja yang sudah dibacakan pada hari Minggu mulai dari bulan Agustus-Desember 2015. Fokus penelitian ini berupa tuturan ilokusi asertif yang terkandung dalam pengumuman gereja yang bersifat tertulis. Jumlah tuturan yang dianalisis ada 103 tuturan ilokusi asertif, dengan rincian sebagai berikut: 13
jenis tuturan „mengumumkan‟, 11 jenis tuturan „melaporkan‟, 4 jenis tuturan „menyatakan‟, 23 jenis tuturan „menegaskan‟, 47 jenis tuturan „memberitahukan‟, dan 5 jenis tuturan „memperingatkan‟.
Tabel I: Jenis dan Banyaknya Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman Gereja Katolik
No Jenis Tuturan Ilokusi Asertif Banyaknya Tuturan Ilokusi Asertif 1. Mengumumkan 13 2. Melaporkan 11 3. Menyatakan 4 4. Menegaskan 23 5. Memberitahukan 47 6. Memperingatkan 5 Jumlah 103
Tindak tutur ilokusi asertif merupakan kemampuan mengujarkan kata atau kaliamat oleh penutur dan diterima oleh si mitra tutur sebagai suatu kebenaran yang menuntut tanggapan berupa melakukan tindakan terntentu. Tanggapan yang diharapkan timbul dari dalam diri mitra tutur dan penutur sendiri dapat berupa tanggapan verbal maupun tanggapan nonverbal yang mengisyaratkan sebuah tindakan. Isyarat tindakan akan terwujud atau terlaksana apabila si mitra tutur menemukan dan memahami maksud yang sedang diutarakan oleh penutur. Berkaitan dengan maksud tuturan inipun perlu diidentifikasi seturut konteks yang melatarbelakanginya. Sebab konteks merupakan seperangkat asumsi atau latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur. Misalnya tuturan petugas lektor yang menyampaikan pengumuman gereja pada hari Minggu di gereja Santo Yakobus, Bantul berikut ini:
(1) Panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal 2015, umat yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
(Konteks fisik: Tuturan ini disampaikan oleh petugas lektor pada hari Minggu di Gereja Yakobus Bantul, jam 07 00 pagi, petugas lektor(laki-laki/perempuan), umat, halaman gereja. Konteks latar belakang pengetahuan bersama ialah perayaan Natal merupakan hari raya besar keagamaan Katolik dan setiap tahun gereja St. Yakobus
Bantul menyelenggarakan prayaan Natal dengan kegiatan atau acara yang unik).
Membaca dan mencermati tuturan yang diucapkan oleh petugas lektor di atas,
maka jelas terlihat bahwa tuturan ilokusi asertif adalah „mengumumkan‟ karena „mengumumkan‟ merupakan tuturan yang menyampaikan tentang suatu hal yang
akan dilakasanakan. Tentu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor ini mengandung nilai kebenarannya.
Tuturan di atas jelas memperlihatkan petugas lektor menyampaikan informasi kepada mitra tutur (umat yang hadir di dalam gereja) tentang kegiatan panitia Natal 2015 yang menjual kaos dan stiker di depan halaman gereja. Tujuan tuturan petugas lektor yakni menyampaikan informasi kepada umat supaya diketahui bersama akan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh panitia Natal 2015. Tuturan yang disampaikan tersebut mempunyai maksud yang harus ditanggapi oleh mitra tutur sesuai dengan konteksnya.
Tuturan diatas memiliki tiga konteks yang sesungguhnya memberi signal maksud yang dapat dipahami oleh penutur dan mitra tutur. Pertama, konteks fisik meliputi; perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St. Yakobus Bantul, petugas lektor, jam 07.00 pagi, umat yang hadir mengikuti perayaan ekaristi pada hari Minggu, dan di halaman gereja telah dipasang stand yang memajang baju kaos dan stiker Natal 2015. Kedua, konteks linguistik meliputi; ungkapan lisan yang disampaikan oleh petugas lektor, sedangkan ungkapan tertulis dalam lembaran teks pengumuman yakni panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal 2015, umat yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.
Ketiga, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama ialah penutur dan mitra tutur juga memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan yang sama tentang perayaan Natal merupakan hari raya besar keagamaan terkususnya agama Katolik. Setiap tahun gereja Santo Yakobus, Bantul menyelenggarakan perayaan Natal dengan kegiatan atau acara yang unik dan melibatkan partisipasi umat. Asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama inilah yang menentukan maksud pragmatik yang dapat dimengerti dan diketahui bersama penutur dan mitra tutur.
Jikalau ditinjau dari segi konteksnya maka makna pragmatik yang
terkandung didalam tuturan tersebut adalah “menawarkan”. Petugas lektor seolah- olah menawarkan kepada mitra tuturnya untuk mengunjungi stand sekaligus
membelinya. Penanda maksud pragmatik „menawarkan ini terbentuk dari konteksnya yakni asumsi atau pengetahuan penutur dan mitra tutur terhadap tuturan yang disampaikan yakni perayaan Natal dan kegiatan panitia Natal yang dilakasankan di gereja Santo Yakobus, Bantul. Berdasarkan asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama ini menggerakkan mitra tutur untuk turut berpartisipasi mensukseskan kegiatan atau acara perayaan Natal gereja St. Yakobus Bantul dengan membeli kaos dan stiker Natal 2015 tersebut.
Pemahaman mengenai konteks ditegaskan oleh Edward T. Hall (dalam Rahardi, 2015: 19) bahwa dalam sebuah tuturan itu terkandung tiga buah entitas yang harus ada secara bersama-sama, yakni (1) informasi, (2) Konteks, dan (3) makna. Dalam hal ini, informasi dimengerti sebagai perihal yang disampaikan dalam sebuah tuturan yang terikat oleh konteks. Maka konteks merupakan situasi,
latar belakang pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan tuturan yang sedang berlangsung. Selanjutnya makna merupakan inti pembicaraan yang menjadi tujuan utamanya. Atau dengan kata lain makna adalah maksud yang terkandung di dalam pembicaraan tersebut.
Setiap tuturan dalam wacana pengumuman gereja pun mempunyai nilai informasi, konteks, dan makna. Perihal informasi yang disampaikan dalam sebuah tuturan pengumuman itu mengandung pesan yang harus dilaksanakan oleh pendengarnya. Pesan yang disampaikan oleh penutur dalam wacana pengumuman tersebut sesuai dengan situasi, latar belakang pengetahuan yang sudah diketahui bersama oleh penutur dan mitra tuturnya, sehingga makna atau maksud wacana pengumuman yang disampaikan oleh penutur dapat diterima sekaligus dilaksanakan oleh mitra tuturnya.