• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta periode Agustus-Desember 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta periode Agustus-Desember 2015."

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Moat, Emanuel Adrianus. 2016. Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode Agustus-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama yakni (1) jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?, (2) makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis tindak tutur ilokusi asertif pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta? Data yang diperoleh dan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah tuturan dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta yang diduga mengandung tindak tutur ilokusi asertif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah tergolong dalam penelitian kualitatif dokumentasi karena meneliti dokumen berupa pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Metode penumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode baca dan catat. Teknik catat dilakukan dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menggunakan teknik baca dengan cara membaca berkali-kali teks-teks pengumuman gereja. Teknik baca dilakukan dengan cara membaca penggunaan bahasa di dalam wacana pengumuman gereja-gereja Katolik. Adapun teknik catat dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti mencatat hal-hal dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan kemudian selanjutnya membuat klasifikasi atau pengelompokkan.

(2)

ii

(3)

iii ABSTRACT

Moat, Emanuel Adrianus.2016. Assertive Illocutionary Speech Act in Discourse of Announcement in Catholic Churches of Yogyakarta RegionPeriod of August to December 2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

The purpose of this research is to describe two main problems. First, what kinds of assertive illocutionary speech act do contain in discourse of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? Second, what is pragmatic meaning of assertive illocutionary speech act that contain in discourse of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? The data in this research was collected from the discourse of announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region that is alleged containing assertive illocutionary speech act. The sources of data are the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region.

The type of research is classified as qualitative document research because this research examines such announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region. The methods that are used to collect data in this research are reading and recording. The technique of record is done by recording the things relate to the purpose and intent of research. Researcher uses the technique of reading by repeatedly reading and watching texts of the announcement in Catholic Churches. Reading technique also is used to find out the using of language in the announcement in Catholic churches. While the technique of record is done by recording the things that are alleged containing assertive illocutionary speech act and immediately followed by making classification or group.

(4)

iv

Keywords: assertive illocutionary speech act, pragmatic meaning, discourse of the announcement

(5)

i

TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF DALAM WACANA

PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA KATOLIK

KEVIKEPAN YOGYAKARTA PERIODE

AGUSTUS-DESEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Emanuel Adrianus Moat NIM: 121224042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(6)
(7)
(8)

iv

HALAMAN MOTTO

***

Berjalanlah sejauh yang engkau mau,

selagi masih ada nafas yang merangkai harimu.

Carilah sebanyak mungkin kata yang bisa melestarikan akalmu,

hingga dikau terbuai dalam rahim pengetahuan yang selalu mengubahmu menjadi baru.

(9)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

***Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur tak terhingga kepada BAPA, PUTERA dan ROH KUDUS yang senantiasa menenun hari-hari indah dalam setiap derap langkah kehidupan ini.

***Para konfrater Serikat Sabda Allah yang setia mendoakan, memotivasi, nasehat, cinta, dan kasih sayang hingga saat ini.

(10)
(11)
(12)

viii ABSTRAK

Moat, Emanuel Adrianus. 2016. Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode Agustus-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama yakni (1) jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?, (2) makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis tindak tutur ilokusi asertif pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta? Data yang diperoleh dan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah tuturan dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta yang diduga mengandung tindak tutur ilokusi asertif. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah tergolong dalam penelitian kualitatif dokumentasi karena meneliti dokumen berupa pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Metode penumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode baca dan catat. Teknik catat dilakukan dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menggunakan teknik baca dengan cara membaca berkali-kali teks-teks pengumuman gereja. Teknik baca dilakukan dengan cara membaca penggunaan bahasa di dalam wacana pengumuman gereja-gereja Katolik. Adapun teknik catat dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti mencatat hal-hal dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan kemudian selanjutnya membuat klasifikasi atau pengelompokkan.

(13)

ix

melarang. Terdapat 3 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang mengandung makna menyuruh.

(14)

x ABSTRACT

Moat, Emanuel Adrianus.2016. Assertive Illocutionary Speech Act in Discourse of Announcement in Catholic Churches of Yogyakarta RegionPeriod of August to December 2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

The purpose of this research is to describe two main problems. First, what kinds of assertive illocutionary speech act do contain in discourse of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? Second, what is pragmatic meaning of assertive illocutionary speech act that contain in discourse of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? The data in this research was collected from the discourse of announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region that is alleged containing assertive illocutionary speech act. The sources of data are the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region.

The type of research is classified as qualitative document research because this research examines such announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region. The methods that are used to collect data in this research are reading and recording. The technique of record is done by recording the things relate to the purpose and intent of research. Researcher uses the technique of reading by repeatedly reading and watching texts of the announcement in Catholic Churches. Reading technique also is used to find out the using of language in the announcement in Catholic churches. While the technique of record is done by recording the things that are alleged containing assertive illocutionary speech act and immediately followed by making classification or group.

(15)

xi

contain pragmatic meaning of banning. There are three kinds of assertive illocutionary speech act in warning that contain pragmatic meaning of demanding. Keywords: assertive illocutionary speech act, pragmatic meaning, discourse of the announcement

(16)

xii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode Agustus-Desember 2015. Penelitian ini disusun demi menelaah dan mengkaji tindak tutur wacana pengumuman gereja yang kerapkali mengalami kendala yakni ketidakpahaman menerima maksud atau makna dari isi pengumuman yang diujarkan oleh penutur kepada mitra tutur. Atas dasar pertimbangan tersebut maka penulis berupaya mencari permasalahan yang terjadi dan memecahkan problem seturut pengetahuan pragmatik yang dimiliki oleh penulis.

Penulis menyadari bahwa pembelajaran pragmatik bahasa Indonesia telah menularkan banyak pengalaman dan wawasan berpikir yang sangat bernilai sehingga bisa merampungkan tulisan skripsi ini. Secara jujur penulis mengakui bahwa pembelajaran pragmatik bahasa Indonesia sungguh membuka cakrawala berpikir terkhususnya dalam mengamati dan menelusuri makna konteks yang terkandung dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik. Studi pragmatik memotivasi penulis dalam usaha memecahkan ambiguitas isi pengumuman gereja baik dalam format pengumuman lisan maupun tertulis.

Skripsi ini diselesaikan berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, maka perkenankalah penulis mengucapkan terima kasih berlipat ganda kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(17)

xiii

dan pengetahuan pragmatik bahasa Indonesianya, serta mengarahkan penulis untuk mampu mengolaborasikan pengetahuan bahasa Indonesia dalam kerangka mengkaji tindak tutur ilokusi asertif ini.

4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberikan banyak pengetahuan linguistik kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

5. R. Marsidiq, pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang berhubungan dengan skripsi ini.

6. Para konfrater Serikat Sabda Allah Provinsi Ruteng atas dukungan doa, perhatian, dan pelayanannya selama ini.

7. Teman kosku, Romo Daniel Manek, SVD, atas sumbangan ide, saran dan nasihatnya sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan tugas kuliah ini.

8. Bapak Petrus Pijer, Kakak Santy Dua Sidok, dan Anak Thyo Gonsales atas doa, kasih sayang bagi penulis selama menyelesaikan kuliah ini.

9. Bapak Joanes dan Ibu Maria, yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C angkatan 2012, yang dengan caranya masing-masing memberikan sumbangan ide, gagasan bagi penulis dalam merampungkan tulisan ini.

11.Para donatur dan penderma yang telah membantu melalui dukungan material maupun spiritual selama penulis menyelesaikan kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan tulisan skripsi ini di masa mendatang.

Penulis

(18)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN………...………iii

MOTO…...………...………...…………...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN…………..………..……….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS…………..………vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………....……...vii

ABSTRAK………..……….viii

ABSTRACT………..……….….x

KATA PENGANTAR………...………..….xii DAFTAR ISI………...…….……….…..….xiv BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang………..……….1

1.2 Rumusan Masalah…………..……….……….………..5

1.3 Tujuan Penulisan…………..……….……….6

1.4 Manfaat Penulisan....……….……….6

1.5 Batasan Istilah…… ….……….……….…7

1.6 Sistematika Penyajian……….……….………..8

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN………...10

2.1 Kajian Terdahulu……...……….………..……....10

2.2 Landasan Teori……..………..….………..………..…14

2.2.1 Pragmatik..……..…...………...………14

(19)

xv

2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi…….…...…..………..………….21

2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif………...………..…24 2.2.6 Wacana Pengumuman……..…...….…..……..….………26 2.3 Kerangka Berpikir………..………..………29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..33

3.1 Pendekatan Penelitian………..33

3.2 Data dan Sumber Data……….34 3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………...36 3.4 Instrumen Penelitian……….37 3.5 Teknik Analisis Data…………...………...………...…...38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………42

4.1 Deskripsi Data……….……….42

4.2 Hasil Analisis Data……….………..46

4.2.1 Jenis Tindak Tutur Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja- Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta……...……...……….……47 4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Mengumumkan……….………...48 4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Melaporkan………….……….51

4.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Menyatakan……….………55

4.2.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Menegaskan……….57

4.2.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Memberitahukan………..………60

4.2.1.6 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Memperingatkan…..………65

4.2.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta……….………67

4.2.2.1 Tuturan Mengumumkan yang Mengandung Makna Pragmatik Menawarkan……….68

4.2.2.2 Tuturan Mengumumkan yang Mengandung Makna Pragmatik Mempersilakan………....…….70

(20)

xvi

4.2.2.4 Tuturan Menegaskan yang Mengandung Makna

Pragmatik Perintah….………..……….77 4.2.2.5 Tuturan Menyatakan yang Mengandung Makna

Pragmatik Menyarankan………...………….80 4.2.2.6 Tuturan‘Memberitahukan yang Mengandung Makna

Pragmatik Mengharapkan……….…….83 4.2.2.7 Tuturan Memberitahukan yang Mengandung Makna

Pragmatik Mengundang……….………86 4.2.2.8 Tuturan Memberitahukan yang Mengandung Makna

Pragmatik Mengajak………....…..89 4.2.2.9 Tuturan Memperingatkan yang Mengandung Makna

Pragmatik Melarang……….……..92 4.2.2.10 Tuturan Memperingatkan yang Mengandung Makna

Pragmatik Menyuruh………...95

4.3 Pembahasan.………...96

4.3.1 Jenis Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman

di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta………...…..96 4.3.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja

Katolik Kevikepan Yogyakarta……….………..105

BAB V PENUTUP………..114

5.1 Kesimpulan..………..………114

5.2 Saran………...………116

DAFTAR RUJUKAN……….………118

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Salah satu wujud atau cara mengungkapkan bahasa yakni dengan tuturan atau mengungkapkan. Secara sederhana tuturan dipahami sebagai sesuatu yang dituturkan, ucapan atau ujaran. Setiap kali seseorang bertutur atau berujar akan terlebih dahulu dikonsepkan secara terstruktur dan sistematis. Itulah sebabnya setiap tuturan terkandung gagasan, perasaan, maksud dan tujuan tertentu dari setiap penuturnya itu sendiri. Tuturan sebagai wujud pengaktualisasian bahasa secara kongkret dalam proses komunikasi setiap individu.

(22)

Wacana pengumuman gereja merupakan salah satu bentuk tuturan. Setiap tuturan, baik lisan maupun tertulis yang terdapat pada wacana pengumuman gereja terkandung rupa kalimat-kalimat seperti deklaratif, perintah, larangan, berita, anjuran, saran, dan sebagainya. Kalimat-kalimat yang terungkap atau tertulis pada lembaran teks pengumuman gereja menjadi sebuah tindak tutur (speech acts). Pernyataan ini didasarkan atas analogi yang merujuk pada definisi tindak tutur yang dikemukakan oleh Leech. Leech (1994: 4) menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang mencakup: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Penulis atau pihak yang membacakan pengumuman gereja tersebut dapat dikatakan sebagai penutur (speaker). Tuturan yang tertulis itu dibaca atau didengar secara lisan oleh pembaca atau pendengarnya disebut mitra tutur (hearer). Setiap kalimat yang tertera atau tertulis di dalam wacana pengumuman tersebut merupakan tuturan (utterance). Tuturan itu sendiri terdiri atas kalimat-kalimat yang diucapkan dengan prosodi dalam bahasa yang memiliki tujuan tertentu. Proses tuturan ini berlangsung dalam suatu konteks (Context) yang mengikat dan melatarbelakanginya. Berdasarkan analogi sederhana ini penulis mengakui dan bertekad menganalisis tuturan dalam wacana pengumuman dengan bertitik tolak pada teori tindak tutur.

(23)

wacana pengumuman gereja tidak terlepas dari kegiatan bertutur atau berujar. Bentuk bertutur atau berujar tersebut secara pragmatik dimaknai sebagai sebuah tindak tutur. Tindak tutur dimengerti sebagai ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial. Setiap tuturan atau ujaran mempunyai fungsi, dan mengandung maksud tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada pendengar atau mitra tutur. Namun tuturan-tuturan yang terjadi baru dapat memiliki makna dan maksud yang dapat dimengerti hanya dalam kaitannya dengan konteks dan tempat tuturan itu terjadi.

Tuturan dalam wacana pengumuman gereja juga memiliki fungsi dan maksud tertentu yang dicanangkan untuk mengahasilkan pengaruh kepada pembaca atau pendengarnya. Permasalahan yang kerapkali muncul adalah tidak semua umat atau mitra tutur mampu menelaah dan memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penuturnya. Seringkali juga umat atau mitra tutur sulit menemukan dan menafsir maksud dari tuturan tersebut. Hal ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan mitra tutur dalam menangkap makna dan maksud tuturan sesuai dengan konteks.

(24)

pengumuman gereja itu misalnya mengajak, menawarkan, mengucapkan selamat, perintah, peringatan dan sebagainya.

Menurut Austin (1962) tindak tutur terdiri atas tiga jenis yaitu, tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi (Tarigan, 2009: 34). Kajian peneliti lebih menitik beratkan pada tindak tutur ilokusi. Sebab di dalam tindak tutur ilokusi terdapat gaya ujaran maksud dan fungsi tuturan. Hal ini berarti tindak tutur ilokusi memberi warna baru dalam tuturan yakni menyampaikan maksud dan tujuan tertentu kepada mitra tuturnya. Seorang penutur menyatakan sesuatu dengan menggunakan sebuah daya yang khas sehingga membuat mitra tutur ikut bertindak sesuai dengan apa yang dituturkannya. Pandangan tersebut diatas dipertegas lagi oleh Tarigan (2009: 105) yang menyebut tindak tutur ilokusi biasanya diilustrasikan secara khas dalam ekspresi-ekspresi verba yakni; melaporkan, mengumumkan, meramalkan, mengakui, menanyakan, menegur, memohon, menyarankan, memerintah, memesan, mengusulkan, mengungkapkan, mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, menyajikan, dan mendesak.

(25)

Tindak tutur asertif dapat ditemukan dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Wacana pengumuman gereja ini berbicara tentang peristiwa dan situasi kehidupan menggereja dengan fokus utama memberitahukan atau menginformasikan kegiatan-kegiatan rohani, dan sosial gereja. Peneliti memilih wacana pengumuman gereja-gereja Katolik dikarenakan terdapat tuturan yang langsung diucapkan oleh petugas lektor di mimbar pada perayaan ibadah hari Minggu dan dapat ditemukan dalam wacana pengumuman tertulis. Katersediaan sumber tuturan pada wacana pengumuman gereja tersebut memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tuturan tersebut berdasarkan jenis, fungsi, dan maksudnya. Oleh karena itu penelitian ini bermuara pada kajian pragmatik yang berjudul, TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF DALAM WACANA PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA

KATOLIK KEVIKEPAN YOGYAKARTA PERIODE

AGUSTUS-DESEMBER 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta? 2. Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis-jenis tindak tutur

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif yang digunakan

dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

2. Menjelaskan makna pragmatik yang terdapat dalam jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif pada wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis

Penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai studi tindak tutur, khususnya tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman. Selanjutnya penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pragmatik pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

(27)

dapat bermanfaat bagi para peneliti yang berkecimpung dalam bidang pendidikan bahasa.

1.5 Batasan Istilah 1. Pragmatik

Leech (1993:8) mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat.

2. Tindak Tutur

Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindak tutur merupakan entitas sentral dalam pragmatik.

3. Konteks

Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) mendefinisikan konteks adalah situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Bahwa kegiatan tuturan pertama-tama memperhatikan situasi lingkungan dimana interaksi itu sedang berlangsung.

4. Tindak Tutur Ilokusi

(28)

dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing something.

5. Tindak Tutur Asertif

Tindak Tutur asertif adalah bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming).

6. Wacana Pengumuman

Wacana pengumuman adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang ditujukan kepada khalayak ramai.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematikan penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penulis dan pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II adalah kajian pustakan. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti saat ini. Dan kajian teoretis yakni teori-teori yang berkaitan langsung dengan penulisan penelitian ini.

(29)

Bab IV adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Pada bab empat ini, peneliti berusaha menguraikan data penelitian, mencermati dan menganalisis data penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.

(30)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Penelitian yang Relevan

Kajian mengenai tindak tutur dengan menggunakan ancangan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi kajian secara khusus tindak tutur ilokusi asertif dalam hubungan dengan wacana pengumuman belum ada yang melakukannya. Peneliti sudah berupaya mencari dan menelusuri studi-studi terdahulu yang berbicara khusus tentang wacana pengumuman tersebut namun belum ada yang mengulasnya. Oleh sebab itu pada bagian kajian terdahulu ini, peneliti hanya menampilkan satu atau dua hasil penelitian yang mirip atau serupa dengan kajian yang akan diteliti oleh peneliti sendiri. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

1. Fitri Indriastuti (2007)

(31)

metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa tuturan lisan penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta. Teknik penyediaan data dengan metode simak (penyimakan), yaitu metode pengumpulan data dengan jalan menyimak penggunaan bahasa. Teknik dasar yang digunakan adalah sadap dan teknik lanjutannya dipakai teknik rekam dan teknik catat.

Hasil penelitian Fitri Indriastuti terdiri atas: (1) pemakaian bahasa oleh penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta lebih banyak menggunakan tuturan dalam bahasa Jawa, terkadang juga menggunakan bahasa Indonesia yang terdapat unsur-unsur bahasa Jawa, (2) pemakaian tuturan oleh penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta lebih banyak ditemukan kategori jenis tindak tutur asertif yang meliputi subtindak tutur: meyakinkan, menanyakan, membenarkan, menyangsikan, menegaskan, memamerkan, memberitahu, menyangkal, menyatakan, dan membanggakan, (3) strategi pengungkapan tindak tutur asertif penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta berdasarkan teknik bertutur ditemukan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, serta berdasarkan interaksi makna ditemukan tuturan-tuturan literal dan tuturan-tuturan nonliteral, (4) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tindak tutur asertif penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta, yaitu: penutur atau mitra tutur, isi pertuturan, tujuan pertuturan, dan intonasi berbicara.

2. Sulistiyadi (2013)

(32)

permasalahan yang diangkat yakni; (a) Apa sajakah bentuk tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. (b) Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Peneliti Sulistiyadi menjawab permasalahan tersebut dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Data diperoleh dengan teknik membaca, mencatat, dan pengklasifikasian yang berupa tuturan. Instrumen dalam penelitian ini adalah manusia, yang dalam hal ini peneliti untuk mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindak tutur dan pengetahuan peneliti tentang kebahasaan menjadi alat yang penting, sebagai instrumen kartu data dan tabel analisis data. Subjek penelitian ini adalah semua tuturan asertif yang dikelompokkan berdasarkan bentuk tuturan asertif dan fungsi tuturan asertif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik baca dan catat.

(33)

Penelitian “Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta” ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas. Perbedaannya terletak pada sumber data. Penelitian ini menggunakan sumber data dari tuturan lisan dan tertulis wacana pengumuman gereja, sedangkan penelitian-penelitian di atas menggunakan sumber data dari karya sastra novel dan tuturan lisan para pejual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta. Berdasarkan tinjauan kajian penelitian terdahulu tersebut di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk menelaah tindak tutur ilokusi asertif secara spesifik dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya, tentunya dengan menggunakan teknik atau metode penelitian yang berbeda. Penelitian ini menggunakan sumber data yang belum banyak digunakan yakni wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik. Perhatian peneliti tertuju kepada wacana pengumuman gereja yang tertulis dan menggunakan bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan kajian pada dua hal pokok yakni jenis tuturan ilokusi asertif dan makna pragmatik dalam tuturan ilokusi asertif yang ditentukan oleh konteksnya.

(34)

2.2 Landasan Teori

Penulisan penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dianggap relevan dengan kajian didalamnya. Dalam landasan teori ini dijabarkan beberapa teori yang digunakan sebagai acuan peneliti untuk mengkaji tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta antara lain: pragmatik, tindak tutur, konteks, tindak tutur ilokusi, tindak asertif, dan wacana pengumuman. Berikut ini akan dijelaskan teori-teori yang terkait dengan kajian ilmiah yang mendasarinya.

2.2.1 Pragmatik

Pragmatik merupakan telaah makna tuturan. Tuturan yang disampaikan kepada mitra tutur memiliki makna sesuai dengan konteks tuturan yang sedang berlangsung. Secara tegas Leech (1993:8) mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat. Leech memposisikan studi pragmatik pada keberadaan penutur, mitra tutur, konteks, dan tujuan dalam proses komunikasi tersebut. Keberadaan keempat kompenen tersebut di atas sangat penting dalam menelaah makna tuturan yang sedang berlangsung.

(35)

dimaksudkan oleh penutur. Penutur menyampaikan sesuatu hal dan pendengar menafsirkan maksud dibalik tuturan tersebut. (2) Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Makna ini dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung misalnya siapa yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Di dalam suatu pembicaraan konteks itu sangat berpengaruh terhadap apa yang sedang dikatakan penutur. (3) Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Pengertian ini lebih menekankan cara pendengar memamahi maksud yang disampaikan oleh penutur. Seorang pendengar atau mitra tutur harus berusaha menggali maksud yang disampaikan oleh penutur ketimbang sekedar mendengar apa yang dituturkan. (4) Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Definisi keempat menurut Yule ini lebih terarah kepada relasi yang mengikat percakapan tertentu. Sebuah tuturan akan dilakukan jikalau penutur dan mitra tutur sudah saling mengenal atau sekurang-kurangnya memiliki latar belakang pengalaman yang sama. Melalui jarak hubungan yang sudah diketahui, maka penutur dan mitra tutur akan menentukan seberapa banyak hal atau kebutuhan yang dituturkan.

(36)

Rahardi (2005: 49) menjelaskan pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. Pernyataan ini mencerminkan dua hal pokok dalam pragmatik yakni soal penggunaan bahasa dan konteks. Setiap kali seseorang membangun interaksi dengan orang lain pastilah melibatkan bahasa yang memiliki makna dan tujuan tertentu. Bahasa berwujud dalam rangkaian kata atau kalimat yang merujuk pada maksud dan tujuan yang hendak dicapai bersama. Dimensi bahasa yang digunakan dalam proses interaksi itu berfokus pada konteks. Konteks menjadikan sebuah tuturan atau komunikasi tersebut benar-benar bermakna dan memiliki tujuan. Oleh sebab itu pragmatik merupakan studi tentang penggunaan bahasa dalam konteks dan situasi tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu telaah kebahasaan mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran. Keterkaitan antara bahasa dan konteks mengindikasikan kesejatian studi pragmatik. Artinya ketika seseorang mengetahui dan mendalami ranah bahasa atau tuturan dalam bingkai konteks maka seyogianya

ia sedang bergumul dengan ilmu “pragmatik”.

2.2.2 Tindak Tutur

(37)

pertama kali oleh Austin (dalam Rahardi, 2009: 17) dalam bukunya berjudul Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language menyatakan bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak tutur yakni (1) tindak tutur lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah tindakan menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur. Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur.

Chaer (2010: 27) menyimpulkan bahwa tindak tutur merupakan tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur (speech event). Lalu, tindak tutur dan peristiwa tutur ini menjadi dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni komunikasi. Jadi, tindak tutur adalah kegiatan seseorang dalam berbahasa pada lawan tutur dalam rangka mengkomunikasikan sesuatu. Apa makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami berdasarkan penggunaan bahasa dalam bertutur tersebut tetapi juga ditentukan oleh aspek-aspek komunikasi secara komprehensif, termasuk aspek-aspek situasional komunikasi.

(38)

menyebut bahwa tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga tindakan yang saling berhubungan. Tiga Tindakan itu antara lain; (1) tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. (2) Tindak ilokusi adalah tindakan yang ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Tindak ilokusi ini membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. (3) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang menciptakan efek atau akibat dari tuturan itu.

Tindak tutur (speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial. Pranowo (2009: 4) menjelaskan bahwa tindak tutur dibagi menjadi tiga yaitu; tindak lokusi adalah ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur. Tindak ilokusi adalah tindak tutur yang menyatakan maksud yang terkandung dalam ujaran. Tindak perlokusi ialah efek yang ditimbulkan oleh ujaran.

Berdasarkan pendapat para ahli bahasa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah pengujaran kata atau kalimat oleh seseorang untuk menyatakan suatu maksud supaya diketahui oleh orang lain. Tindak tutur mengaplikasikan penggunaan bahasa secara sistematis dan terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk tuturan.

2.2.3 Konteks

(39)

hubungannya dengan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Situasi dan peristiwa bahasa yang sedang terjadi dalam interaksi antar manusia mengharuskan kehadiran konteks demi mendukung dan menambah kejelasan makna.

Tuturan dapat dipandang sebagai akibat dari konteks yang melatarbelakanginya. Di dalam sebuah komunikasi tidak ada pembicaraan tanpa konteks. Artinya kehadiran konteks membangun dan menandai maksud yang hendak dipahami dalam sebuah tuturan. Maksud dan tujuan komunikasi itu hanya dapat diidentifikasi melalui konteks yang membangun percakapan tersebut. Maka dari itu Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) mendefinisikan konteks sebagai situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Kegiatan tuturan pertama-tama memperhatikan situasi lingkungan dimana interaksi itu sedang berlangsung. Hal ini bertujuan agar makna dan tujuan tuturan itu dapat dimengerti oleh kedua pihak yakni penutur dan mitra tuturnya.

(40)

sosial disebut konteks. (c) tujuan tuturan. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. (d) tindak tutur sebagai bentuk tindakan. Maksudnya menuturkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan sebuah tindakan. (e) tuturan merupakan hasil tindakan dalam bentuk produk verbal. Artinya produk verbal yang dihasilkan dalam tuturan terdiri atas tindakan verbal dan tindakan non verbal.

Menurut Huang (dalam Rahardi, 2015: 18) konteks merupakan seperangkat latar belakang asumsi yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur. Atau dengan kata lain konteks merupakan pengetahuan umum atau pengetahuan bersama. Pernyataan Huang ini diperjalas lagi oleh Clark (dalam Rahardi, 2015: 18-19) yang mengatakan konteks itu perlu dimaknai dari dua kategori yakni (1) commmunal common ground dan (2) personal common ground. Latar belakang pengetahuan yang pertama menunjuk pada seperangkat asumsi pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh komunitas tertentu sedangkan latar belakang pengetahuan yang disebut kedua menunjuk pada seperangkat asumsi pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh individu-individu yang menjadi warga komunitas tertentu.

(41)

yang perlu diperhatikan oleh penutur dan mitra tutur adalah pembangun konteks dalam tuturan yakni seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa konteks adalah seperangkat asumsi dan pengetahuan yang sudah dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur dalam membangun komunikasi. Kesinambungan percakapan atau pembicaraan itu tergantung kepada seberaba jauh latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Konteks memberi signal yang kuat dalam mencerna maksud yang terkandung dalam penanda kalimat yang diujarkan.

2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi

(42)

Leech (1993: 21) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi dalam komunikasi yang berorientasi pada tujuan atau meneliti makna sebuah tuturan merupakan usaha untuk merekonstruksi tindakan apa yang menjadi tujuan penutur ketika ia memproduksi tuturannya. Sesungguhnya Leech ingin menyatakan bahwa tindak tutur itu mengeskpresikan maksud dan tujuan penutur. Membanyangkan apa yang dimaksdukan penutur melalui ekspresi bahasanya, dan mengaitkan makna yang sedang diujarkan. Jikalau sudah mengerti dan memahami apa yang dibicarakan oleh penutur maka dengan serta merta mitra tutur akan melakukan tindakan sesuai dengan apa yang dimaksud. Selanjutnya Chaer (2010: 28) menjelaskan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Setiap tuturan yang dilakukan oleh seseorang bukan saja menyampaikan sesuatu melainkan juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Misalnya, “saya baru saja membuat

kopi”. Tuturan ini dapat diidentifikasi antara lain: tindak tutur berfungsi untuk

membuat suatu pernyataan, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif saja. Artinya tuturan tersebut hanya memberi informasi bahwa dia baru saja melakukan tindakan membuat kopi kepada lawan tuturnya dan penutur memperlihatkan segelas kopi yang telah tersedia di atas mejanya.

(43)

melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan, misalnya menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, mengumumkan, dan melaporkan. (b) tindak direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya memesan, menganjurkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. (c) tindak tutur komisif yakni melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang, misalnya menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan doa. (d) tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, dan menyatakan belasungkawa. (e) tindak tutur deklaratif adalah ilokusi yang bila performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proporsional dengan realitas, misalnya menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, dan menunjuk.

(44)

2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif

Menurut Steven dan Howard (Hamzah, 2006: 77) kata asertif berasal dari kata bahasa Inggris assert yang berarti menyatakan, menegaskan atau sebagai kemampuan menyatakan secara jelas pikiran dan perasaan individu, membela diri dan mempertahankan pendapat. Asertif (komunikasi terbuka) menurut Fensterheim dan Baer (1995: 57) adalah orang yang berpendapat dengan mengemukan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut serta dapat berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa asertif merupakan kemampuan mengungkapkan atau menyatakan pendapat, pikiran, dan perasaan secara tegas dalam berkomunikasi.

Tindak tutur asertif merupakan kemampuan pengujaran kalimat untuk menyatakan secara tegas suatu maksud dan perasaan melalui tuturan agar diketahui oleh pendengar. Pengungkapan makna atau maksud harus dimaknai sesuai dengan apa yang tersirat atau terimplikasi di dalam tuturan tersebut. Artinya makna yang diperoleh hanya dikondisikan dalam wujud konteks atau situasi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu tindak tutur asertif merupakan tuturan yang menyatakan sesuatu hal yang dipahami secara bersama-sama mempunyai nilai kebenaran baik penutur dan mitra tuturnya.

(45)

mendefinisikan tindak tutur asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya dalam bentuk tuturan. Yang termasuk dalam tutur asertif yakni menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh dan mengklaim.

Leech (1993: 327) mengatakan bahwa tindak tutur asertif dapat dibuktikan dengan kehadiran verba tertentu yang mengikat penutur dan kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya. Verba Asertif biasanya dipakai mengacu pada penutur dan proposisi yang diucapkan oleh penutur. Misalnya menguatkan, menduga, menegaskan, meramalkan, memprediksi, mengumumkan, dan mendesak. Verba asertif ini kerapkali muncul dalam komunikasi antar penutur dan mitra tutur pada konteks tertentu.

Pernyataan Leech tersebut disempurnakan lagi oleh Fraser (dalam Nadar, 2009: 16) yang membeberkan kata kerja asertif itu terdiri atas; accuse, acknowledge, add, admit, advocate, affirm, agree, allege, announce, appriese, argue, assent, assert, attest, aver, claim, comment, concede, conclude, concur, confess, confirm, conjecture, declare, deduce, denounce, deny, disagree, dispute, emphasize, grant, hold, inform, maintain, mention, note, notify, observe, point out, posyulate, predict, proclaim, profess, protest, reaffirm, recognize, refuse, remark, remind, repeat, reply, report, respond, retort, say, state, submit, suggest, swear, tell, verify, dan warn.

(46)

membual, mengajukan pendapat, dan melaporkan. Tindak tutur ilokusi asertif ini merupakan tindak tutur yang diujarkan oleh penutur yang menghendaki lawan tutur melakukan sesuatu seturut apa yang diungkapkanya.

Berpijak pada persepsi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur asertif adalah kemampuan penutur mengujarkan kata atau kalimat untuk menyatakan secara tegas suatu maksud, pikiran, dan perasaan yang mengikat pendengarnya pada kebenaran proposisi yang dungkapkannya. Setiap penutur memiliki kemampuan mengkomunikasikan isi atau pesan kepada mitra tuturnya secara tegas dan mengandung kebenaran supaya maksudnya dapat dipahami oleh mitra tutut atau pendengarnya.

2.2.6 Wacana Pengumuman

(47)

Secara garis besar, dapat disimpulkan pengertian wacana adalah satuan bahasa terlengkap dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan tulisan yang mengandung makna tertentu. Wacana memiliki dua unsur utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal wacana berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal wacana berkaitan dengan unsur luar bahasa, seperti latar belakang budaya pengguna bahasa tersebut. Kedua unsur itu membentuk suatu kepaduan dalam satu struktur yang utuh dan lengkap (Paina, 2010: 53).

Crystal (1987: 116) menyebutkan adanya dua macam bentuk wacana, yaitu wacana yang memfokuskan pada bahasa lisan dan teks yang memfokuskan pada bahasa tulis. Bentuk-bentuk lisan dapat berupa percakapan, wawancara, komentar dan ucapan-ucapan. Sedangkan bentuk tulis dapat berupa karangan, pengumuman, tanda-tanda di jalan, dan bab-bab dalam buku. Berdasarkan pengelompokkan Crystal ini, maka pengumuman gereja-gereja Katolik, baik yang

lisan maupun tertulis dapat disebut sebagai sebuah ”wacana”. Sebab pengumuman itu identik dengan teks yang berisi mengenai informasi-informasi yang dirangkai dalam bentuk dan format bahasa yang menandung makna.

(48)

jumlah sasarannya. Pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuan kepada orang banyak yang perlu diketahui oleh siapa saja yang berkepentingan sesuai dengan isi pengumuman itu. Pengumuman ini bersifat resmi yang isinya menyangkut segi-segi kedinasan, baik yang dibuat oleh instansi/organisasi maupun oleh seseorang (Finoza, 1995: 106).

Menurut KBBI (2009: 615) pengumuman berarti hal mengumumkan, pemberitahuan kepada orang banyak. Pengumuman itu biasanya dipasang di papan pengumuman, di koran, atau ditempat-tempat umum lainnya. Oleh karena itu pengumuman diidentikan dengan papan pengumuman, dan surat pengumuman. Papan pengumuman adalah papan yang berfungsi untuk mengumumkan hal-hal yang perlu diketahui oleh orang banyak.

(49)

Penjelasan singkat tentang terminologi wacana pengumuman tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa wacana pengumuman adalah satuan bahasa atau rentetan kata, kalimat yang diujarkan atau ditulis dengan maksud menyampaikan pikiran, perasaan, pesan dan informasi untuk diketahui oleh orang lain. Wacana pengumuman itu identik dengan sebuah teks yang berisi informasi-informasi yang dirangkai dalam bentuk dan format bahasa yang mengandung makna. Wacana pengumuman bertujuan untuk menyampaikan pesan yang harus segera ditindaklanjuti oleh pendengarnya.

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian mengenai tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta memiliki kerangka berpikir. Kerangka berpikir merupakan suatu skema mendasar dan menjadi fondasi bagi setiap pemikiran dari keseluruhan proses penelitian yang akan dilakukan. Tujuan dari kerangka berpikir adalah mempermudah peneliti untuk menguraikan dan menjelaskan alur penelitian tindak tutur asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

(50)

metode penelitian digunakan sebagai pisau analisis untuk membantu menjawab masalah utama dalam penelitian tersebut.

Pertama-tama peneliti menggunakan teori pragmatik sebagai payung dalam menjelaskan dan memecahkan permasalahan penelitian tersebut. Wacana pengumuman gereja merupakan salah satu bentuk ujaran maka sangat relevan dan tepat menggunakan teori pragmatik sebagai pisau analisis dalam penelitian tersebut. Komponen penting teori pragmatik yang mendukung proses pemecahan masalah tersebut yakni tindak tutur ilokusi asertif. Konsep tindak tutur ilokusi asertif menggarisbawahi pemecahan masalah penelitian ini. Yakni peneliti berusaha untuk menemukan jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif dan makna atau maksud pragmatik tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman gereja.

Penentuan jenis dan makna pragmatik tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman gereja berdasarkan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mengasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan atau tertulis. Peneliti memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai data penelitian ini tergantung pada proses pengumpulan dan penganalisisan data.

(51)

masalah yang ingin dijawab. Analisis data ini merupakan cara peneliti berjuang mengolah data supaya menjawab permasalahan yang berkaitan dengan penelitian. Kegiatan pengumpulan dan penganalisisan data mengarahkan peneliti untuk menuliskan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitiannya. Peneliti menguraikan hasil penelitian mulai dari proses penelitian dengan menggunakan metodologi tertentu sampai temuan yang didapat kemudian mendeskripsikan secara singkat dalam butir-butir yang spesifik.

(52)

TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF

PENDEKATAN PRAGMATIK

JENIS TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERFIT

MAKSUD TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERFTIF

METODE PENELITIAN KUALITATIF

PENGUMPULAN DAN ANALISISI DATA

HASIL PENELITIAN

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dikatakan kualitatif karena penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atapun lisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Meleong, 2002: 3) yang menyatakan bahwa metodologi-kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

(54)

Wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yoyakarta merupakan salah satu tuturan yang berkembang dalam masyarakat. Peneliti ingin mendeskripsikan secara jelas realitas tuturan yang berlangsung dalam lingkungan gereja secara kualitatif. Artinya peneliti berupaya mendata, mengamati, menelaah tuturan yang digunakan dalam wacana pengumuman gereja dan pada akhirnya mendeskripsikan penggunaan tuturan tersebut dalam bingkai kajian pragmatik berupa kata-kata tertulis bukan tabel atau statistik.

Penelitian ini akan mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi asertif, dan makna pragmatik yang berkaitan dengan konteks dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Oleh karena hasil dari penelitian ini berupa deskripsi data dalam bentuk kata-kata tertulis yakni uraian tentang jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif, dan makna pragmatik dalam jenis-jenis-jenis-jenis tuturan ilokusi asertif sesuai dengan konteks yang membentuk setiap tuturan dalam wacana pengumuman gereja.

3.2 Data dan Sumber Data

Data merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian. Atau dengan kata lain sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Moleong (2007: 157) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki data utama berupa kata-kata atau bahasa sedang data pendukunnya berupa dokumen.

(55)

data yang dibuat peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Menurut Sudaryanto (2015: 224) data primer adalah data yang diperoleh peneliti bahasa itu bersumber langsung pada pertuturan para penutur bahasa yang diteliti sebagai fenomen lingual. Dengan demikian data primer tersebut dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Data primer dalam penelitian ini adalah pengumuman gereja baik lisan maupun tertulis. Akan tetapi peneliti lebih banyak memfokuskan sumber data primer ini pada teks tertulis dari pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogayakarta.

Sumber data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan untuk maksud mendukung menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Menurut Sudaryanto (2015: 224) data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti bahasa itu tidak bersumberkan langsung pada pertuturan para penutur melainkan pada tulisan laporan kinerja dan hasil kinerja penganalisis bahasa sejawatnya. Dengan demikian sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah penelitian-penelitian yang relevan, literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang menambah kompleksitas analisis wacana pengumuman gereja tersebut. Sumber data semacam itu statusnya bukan fenomen lingual melainkan sebagai data pelengkap dalam penelitian ini. Sumber data sekunder ini dapat ditemukan secara cepat sehingga mempermudah peneliti dalam memecahkan permasalahan penelitian ini.

(56)

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian. Data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian. Oleh karena itu penggunaan metode dan teknik yang tepat dapat menentukan kualitas hasil penelitian.

Metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik baca dan teknik catat. Menurut Sudaryanto (1993: 135) teknik baca dilakukan dengan membaca penggunaan bahasa. Teknik baca meliputi membaca dan mengamati wacana pengumuman yang digunakan sebagai objek kajian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik baca dengan cara membaca berkali-kali teks-teks pengumuman gereja. Peneliti membaca dan mencermati pengunaan bahasa dalam teks tertulis penggumuman gereja, dan selanjutnya menentukan modus kalimatnya yang menerangkan sekelumit tuturan ilokusi asertif di dalam wacana pengumuman tertulis tersebut.

(57)

klasifikasi atau pengelompokkan. Klasifikasi tuturan pengumuman gereja ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisis tindak tutur ilokusi asertif tersebut.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 203) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai fasilitas atau alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan penelitian lebih mudah dan hasilnya lebih baik; dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen penelitian ini sangat membantu peneliti dalam mengolah dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian dimaknai sebagai semua alat atau fasilitas yang digunakan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyajikan data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu permasalahan.

Instrumen penelitian itu sangat penting dalam sebuah proses penelitian. Menurut Sugiyono (2011: 222) menyebut peneliti sebagai key instrument. Artinya peneliti sebagai kunci dalam proses mengumpulkan data sampai pada tahap analisis data. Peneliti sebagai pusat yang berfungsi menentapkan fokus penelitian, memilih sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai dan mengalisis data, membuat kesimpulan, dan pada akhirnya menulis laporan penelitian secara tertulis.

(58)

penyajian data-data secara tertulis. Peneliti sendiri yang berperan aktif dalam melakukan penelusuran mengenai jenis dan makna tindak tutur ilokusi asertif yang terdapat pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasinya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian yang jelas. Proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengorganisasikan data ini bertujuan menemukan dan memecahkan masalah masalah secara akurat. Menurut Sudaryanto (2015: 6) teknik analisis data dalam penelitian kualitatif itu terdiri atas tiga tahap yakni tahap penyediaan data, tahap penganalisisan data, tahap penyajian hasil analisis data. Ketiga tahap ini sebagai upaya strategis untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Dengan cara ini, diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahamannya tentang data yang terkumpul dan memungkinkannya menyajikan data tersebut secara terstruktur guna menginterpretasikan serta menarik kesimpulan yang benar.

(59)

makna pragmatik yang terkandung dalam jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

1.Tahap Penyediaan Data

Tahap ini merupakan upaya peneliti menyediakan atau mengumpulkan data secukupnya. Teknik pengumpulan atau penyediaan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik baca meliputi membaca dan mengamati wacana pengumuman gereja yang digunakan sebagai objek kajian. Peneliti membaca dan mencermati pengunaan bahasa dalam teks tertulis penggumuman gereja, dan selanjutnya menentukan modus kalimatnya yang menerangkan sekelumit tuturan ilokusi asertif di dalam wacana pengumuman tertulis tersebut. Selain teknik baca, peneliti juga menggunakan teknik catat. Dengan teknik catat ini, peneliti mencatat hal-hal dicurigai mengandung tindak tutur ilokusi asertif pada wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.

2.Tahap Penganalisisan Data

(60)
(61)
(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Sumber data dari penelitian ini adalah pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Jumlah gereja Katolik yang dijadikan penelitian adalah 14 gereja paroki yang tersebar di wilayah Yogyakarta. 14 gereja paroki itu terdiri dari 2 paroki di kabupaten Gunung Kidul, 2 paroki di kabupaten Bantul, 3 paroki di kabupaten Kulon Progo, 2 paroki di kabupaten kota Yogyakarta, dan 5 paroki di kabupaten Sleman. Kiranya 14 gereja Katolik ini menjadi sumber data yang akurat dari penelitian ini.

Data pengumuman gereja ini menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Namun kajian peneliti tertuju kepada pemakaian bahasa Indonesia dalam setiap pengumuman gereja tersebut. Peneliti lebih banyak mengambil data tertulis dari pengumuman gereja yang sudah dibacakan pada hari Minggu mulai dari bulan Agustus-Desember 2015. Fokus penelitian ini berupa tuturan ilokusi asertif yang terkandung dalam pengumuman gereja yang bersifat tertulis. Jumlah tuturan yang dianalisis ada 103 tuturan ilokusi asertif, dengan rincian sebagai berikut: 13

(63)

Tabel I: Jenis dan Banyaknya Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman Gereja Katolik

No Jenis Tuturan Ilokusi Asertif Banyaknya Tuturan Ilokusi Asertif

1. Mengumumkan 13

2. Melaporkan 11

3. Menyatakan 4

4. Menegaskan 23

5. Memberitahukan 47

6. Memperingatkan 5

Jumlah 103

Tindak tutur ilokusi asertif merupakan kemampuan mengujarkan kata atau kaliamat oleh penutur dan diterima oleh si mitra tutur sebagai suatu kebenaran yang menuntut tanggapan berupa melakukan tindakan terntentu. Tanggapan yang diharapkan timbul dari dalam diri mitra tutur dan penutur sendiri dapat berupa tanggapan verbal maupun tanggapan nonverbal yang mengisyaratkan sebuah tindakan. Isyarat tindakan akan terwujud atau terlaksana apabila si mitra tutur menemukan dan memahami maksud yang sedang diutarakan oleh penutur. Berkaitan dengan maksud tuturan inipun perlu diidentifikasi seturut konteks yang melatarbelakanginya. Sebab konteks merupakan seperangkat asumsi atau latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur. Misalnya tuturan petugas lektor yang menyampaikan pengumuman gereja pada hari Minggu di gereja Santo Yakobus, Bantul berikut ini:

(1) Panitia Natal 2015 menyediakan Kaos dan Stiker Natal 2015, umat yang berminat bisa membeli di depan gereja setelah misa.

(64)

Bantul menyelenggarakan prayaan Natal dengan kegiatan atau acara yang unik).

Membaca dan mencermati tuturan yang diucapkan oleh petugas lektor di atas,

maka jelas terlihat bahwa tuturan ilokusi asertif adalah „mengumumkan‟ karena „mengumumkan‟ merupakan tuturan yang menyampaikan tentang suatu hal yang

akan dilakasanakan. Tentu tuturan yang disampaikan oleh petugas lektor ini mengandung nilai kebenarannya.

Tuturan di atas jelas memperlihatkan petugas lektor menyampaikan informasi kepada mitra tutur (umat yang hadir di dalam gereja) tentang kegiatan panitia Natal 2015 yang menjual kaos dan stiker di depan halaman gereja. Tujuan tuturan petugas lektor yakni menyampaikan informasi kepada umat supaya diketahui bersama akan kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh panitia Natal 2015. Tuturan yang disampaikan tersebut mempunyai maksud yang harus ditanggapi oleh mitra tutur sesuai dengan konteksnya.

(65)

Ketiga, konteks asumsi atau latar belakang pengetahuan bersama ialah penutur dan mitra tutur juga memiliki asumsi dan latar belakang pengetahuan yang sama tentang perayaan Natal merupakan hari raya besar keagamaan terkususnya agama Katolik. Setiap tahun gereja Santo Yakobus, Bantul menyelenggarakan perayaan Natal dengan kegiatan atau acara yang unik dan melibatkan partisipasi umat. Asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama inilah yang menentukan maksud pragmatik yang dapat dimengerti dan diketahui bersama penutur dan mitra tutur.

Jikalau ditinjau dari segi konteksnya maka makna pragmatik yang

terkandung didalam tuturan tersebut adalah “menawarkan”. Petugas lektor seolah -olah menawarkan kepada mitra tuturnya untuk mengunjungi stand sekaligus

membelinya. Penanda maksud pragmatik „menawarkan ini terbentuk dari konteksnya yakni asumsi atau pengetahuan penutur dan mitra tutur terhadap tuturan yang disampaikan yakni perayaan Natal dan kegiatan panitia Natal yang dilakasankan di gereja Santo Yakobus, Bantul. Berdasarkan asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama ini menggerakkan mitra tutur untuk turut berpartisipasi mensukseskan kegiatan atau acara perayaan Natal gereja St. Yakobus Bantul dengan membeli kaos dan stiker Natal 2015 tersebut.

(66)

latar belakang pengetahuan yang mempunyai hubungan dengan tuturan yang sedang berlangsung. Selanjutnya makna merupakan inti pembicaraan yang menjadi tujuan utamanya. Atau dengan kata lain makna adalah maksud yang terkandung di dalam pembicaraan tersebut.

Setiap tuturan dalam wacana pengumuman gereja pun mempunyai nilai informasi, konteks, dan makna. Perihal informasi yang disampaikan dalam sebuah tuturan pengumuman itu mengandung pesan yang harus dilaksanakan oleh pendengarnya. Pesan yang disampaikan oleh penutur dalam wacana pengumuman tersebut sesuai dengan situasi, latar belakang pengetahuan yang sudah diketahui bersama oleh penutur dan mitra tuturnya, sehingga makna atau maksud wacana pengumuman yang disampaikan oleh penutur dapat diterima sekaligus dilaksanakan oleh mitra tuturnya.

4.2 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data berikut ini meliputi enam jenis tindak tutur ilokusi

asertif, yaitu tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟, tindak tutur ilokusi

(67)

tersebut. Penekanan utama untuk mengerti dan memahami maksud pragmatik dalam sebuah tuturan adalah terletak pada asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama yang sudah dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Artinya setiap tuturan yang diujarkan harus mengikat penutur dan mitra tutur pada seperangkat asumsi dan latar belakang pengetahuan bersama mengenai pokok percakapan tersebut. Agar pemahaman kita semakin jelas mengenai hasil temuan dan kajian sederhana tersebut, di bawah ini akan diuraikan secara mendetail mengenai jenis tindak tutur ilokusi asertif di atas.

4.2.1 Jenis Tindak Tutur Asertif dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta

Berdasarkan kajian yang dilakukan secara mendalam oleh peneliti, ditemukan enam jenis tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Terdapat begitu banyak tuturan dalam pengumuman gereja, namun peneliti hanya mampu mengidentifikasi enam jenis tuturan ilokusi asertif. Keenam jenis tindak tutur ilokusi asertif ini adalah

tindak tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟, tindak tutur ilokusi asertif „melaporkan‟, tindak tutur ilokusi asertif „menyatakan‟, tindak tutur ilokusi asertif „menegaskan‟, tindak tutur ilokusi asertif „memberitahukan‟, dan tindak tutur ilokusi asertif „memperingatkan‟.

(68)

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 13 tuturan yang teridentifikasi

sebagai tindak tutur ilokusi asertif “mengumumkan”. Mengumumkan adalah memberitahukan kepada orang banyak, memaklumkan, dan menyebarluaskan

(KBBI, 2009: 615). Tindak tutur „mengumumkan‟ merupakan tuturan yang

disampaikan oleh penutur untuk menyebarluaskan hal yang penting kepada orang lain supaya diketahui dan dilaksanakan sesuai isinya. Jenis tindak tutur mengumumkan ini ditentukan oleh konteks yang mewadahinya. 4 dari 13 tindak

tutur ilokusi asertif „mengumumkan‟ tersebut dapat dilihat pada contoh tuturan di

bawah ini:

(2) Lowongan Pekerjaan: Perusahaan Pennyu Group membuka kesempatan kepada OMK untuk bergabung dan berkarya di Perusahaan, info selengkapnya bisa di lihat di papan Pengumuman. (Konteks fisik meliputi, perayaan ibadah dilaksanakan di gereja St. Petrus dan Paulus Klepu, jam 07.00 pagi, petugas lektor (laki-laki/perempuan), umat yang hadir mengikuti perayaan ibadah, surat lowongan pekerjaan sudah ditempelkan di papan pengumuman yang ada di depan gereja. Konteks asumsi dan latar belekang pengetahuan bersama yakni perusahan Pennyu Group setiap tahunnya membuka kesempatan pekerjaan bagi OMK gereja St. Petrus dan Paulus Klepu, dan beberapa anak OMK sudah diterima bekerja di perusahaan Pennyu Group).

(3) Dalam rangka ulang tahun ke 49 Gereja Kevikepan, paroki mengundang seluruh ketua wilayah, ketua lingkungan dan wakil umat

untuk menghadiri ekaristi “syukur atas arah dasar KAS 2011-2015 dan

HUT ke 49 kevikepan DIY”. Undangan dapat diambil di kotak kaca di

depan sekretariat.

Gambar

tabel data. Data-data yang telah disalin tersebut dianalisis berdasarkan
Tabel I: Jenis dan Banyaknya Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman Gereja Katolik
Tabel 1 Data Jenis dan Makna Pragmatik Tuturan Ilokusi Asertif Dalam Wacana Pengumuman Gereja

Referensi

Dokumen terkait

disebabkan oleh balutan yang tidak lembab. Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan vaskulerisasi yang baik dan memiliki kecendrungan mudah berdarah. Warna

Pengaruh Pengeringan (Cabinet Dryer dan Freeze Drying) dan Pengemasan (Botol Gelas dan Metalized Plastic) terhadap Aktivitas Antioksidan serta Umur Simpan Kapsul Bubuk Biji

CASE tools berbasis website dapat digunakan dimanapun dan kapanpun, dijalankan pada sistem operasi manapun, dan diakses melalui banyak media seperti handphone dan komputer

Untuk membuang kesialan yang akan terjadi, maka perempuan dari golongan brahmana yang telah menikah dengan golongan sudra maka dia harus mengadakan upacara untuk

Oleh karena itulah analisis dengan visualisasi struktural ini sangat relevan untuk kita pelajari bersama, agar kita mampu menyediakan informasi secara visual tentang

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain adalah : 1) bila tanah mengandung

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tata kelola anggaran desa yang bersumber APBN dalam rangka mewujudkan pembangunan masyarakat pinggiran berbasis