• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Salah satu tujuan pembelajaran matematika ialah siswa mampu memahami konsep yang termuat dalam matematika. Kemampuan pemahaman konsep matematika merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Pemahaman konsep menjadi landasan untuk berfikir dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Teori-teori pendukung pada bagian ini meliputi beberapa sub bagian yaitu pemahaman konsep, pengertian dan karakteristik matematika, serta kemampuan pemahaman konsep matematika.

a. Pemahaman Konsep

Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah.1 Pendapat lain mengemukakakan bahwa konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan apakah sesuatu objek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut.2

Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa konsep merupakan pemberian label atau nama dari hasil pemikiran agar lebih mudah untuk mengenalinya. Konsep merupakan ide abstrak yang memiliki karakteristik khusus. Karakteristik yang dimiliki suatu konsep dapat digunakan untuk menggolongkan sesuatu termasuk bagian konsep yang dituju atau bukan. Suprijono menyatakan bahwa konsep merupakan satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal.3 Hal itu sesuai dengan pendapat Rosser, konsep adalah suatu

1

Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 43.

2

Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika¸(Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 8.9.

3

abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.4

Menurut Hamalik menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep paling tidak ada empat hal yang diperbuatnya, yakni:5

1) Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep. 2) Ia dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut,

3) Ia dapat membedakan antara contoh-contoh dan yang bukan contoh. 4) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berhubungan

dengan konsep tersebut.

Suatu konsep disusun berdasarkan unsur-unsur yang membentuknya. Konsep dapat dikatakan sebagai bentuk abstraksi yang menggambarkan objek, kejadian, atau pengalaman lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan ide abstrak yang dituangkan dalam nama atau simbol terdiri dari unsur-unsur yang dapat digunakan untuk mengelompokkan sesuatu dalam satu golongan.

Pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berati mengerti. Pemahaman merupakan salah satu indikator ketercapaian pembelajaran yang dilaksanakan. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.6 Menurut Sagala, pemahaman mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari.7

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui proses pemahaman terjadi ketika siswa sudah melakukan tahap mengetahui atau mengingat.

4

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 73.

5

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 166.

6

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 21.

7

11

Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu hal jika ia mengerti benar dan mampu menjelaskan yang dipahaminya menggunakan bahasanya sendiri.

Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.8 Hal itu sejalan dengan pernyataan Hamalik bahwa, pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, penafsiran, dan memperkirakan.9

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman merupakan kemampuan memahami makna dibalik sesuatu sehingga dapat didefinisikan kembali dalam bentuk lain. Misalnya seseorang dapat menafsirkan grafik ke dalam kalimat-kalimat. Jika seseorang memiliki pemahaman, maka ia akan mampu membandingkan, membedakan, bahkan mempertentangkan yang telah dipahaminya dengan pengetahuan baru yang diterimanya.

Pemahaman konsep menurut Benjamin Bloom dibedakan dalam tiga kategori, yakni sebagai berikut:10

1) Penerjemahan (transalation), yaitu menerjemahkan konsep abstrak menjadi suatu model, misalnya dari lambang ke arti. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menerjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, menggambarkan, memberi definisi, dan menjelaskan kembali.

2) Penafsiran (interpretation), yaitu kemampuan memahami ide utama dan mampu menentukan konsep yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan, memperhitungkan, menjelaskan, dan menggambarkan.

3) Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dan mengkaitkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata kerja operasional yang dapat

8

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 126.

9

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 80.

10

dipakai untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan untuk mengerti makna dari suatu konsep, menerapkan konsep untuk menyelesaikan permasalahan, serta mengkaitkan konsep satu dengan lainnya. Pemahaman terhadap suatu konsep diperlukan dalam melakukan setiap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan pemahaman terhadap suatu konsep menjadi modal dasar untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman berdasarkan kategori Benjamin Bloom yaitu penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi.

b. Pengertian dan Karakteristik Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan Perguruan Tinggi. Asal mula istilah matematika yang dinyatakan dalam berbagai ungkapan berasal dari Bahasa Yunani yaitu mathematike. Kata tersebut mengandung pengertian hal-hal yang berhubungan dengan belajar (relating to learning) dan mempunyai akar kata mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu. Kata ini pun berhubungan erat dengan kata lain, yaitu mathenein, yang maknanya adalah belajar (learning).11

Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logis direpresentasikan dengan bahasa simbol yang jelas, akurat, padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.12 Soedjadi menyatakan bahwa matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.13

11

Suhendra, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 7.4.

12

Asep Jihad, Pengembangan Kurikulum Matematika, (Yogyakarta: Multipressindo, 2008), 152.

13

Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 1.

13

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa matematika bukanlah ilmu yang bersifat hafalan, namun lebih kepada ilmu yang membutuhkan daya pikir dan nalar dalam mempelajarinya. Daya pikir dan nalar digunakan untuk memahami objek abstrak dalam matematika. Kelogisan dan kehati-hatian dalam mengambil keputusan diperlukan dalam matematika. Hal tersebut dikarenakan keputusan dalam matematika hanya bisa bernilai salah atau benar. Keputusan dalam matematika pun berlandaskan pada kesepakatan yang telah diakui sebelumnya.

Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis.14 Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Suhendra bahwa matematika mengandung pola hubungan ide atau gagasan dan pola berpikir manusia.15 Matematika terdiri dari konsep-konsep yang bertingkat atau berjenjang. Sehingga konsep dalam matematika memiliki sifat saling berkesinambungan dan harus diberikan secara bertahap.

Matematika merupakan konstruktivisme sosial dengan penekananya pada knowing how, yaitu siswa dipandang sebagai mahluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.16 Ketika siswa belajar matematika seharusnya siswa tidak hanya diam pasif menerima, namun siswa terlibat aktif berinteraksi untuk menyelesikan permasalahan dalam matematika. Oleh karena itu, guru hendaknya perlu membangun suasana belajar aktif yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi agar kemampuan berfikir siswa terus berkembang.

Perbedaan pandangan yang dikemukakan oleh para ahli membuat matematika dapat di definisikan dari berbagai sudut pandang. Hal tersebut menyebabkan matematika tidak memiliki definisi baku yang telah disepakati oleh para ahli sampai saat ini. Berbagai definisi yang dikemukakan para ahli

14

Anitah, op. cit., h. 7.4.

15

Suhendra, op. cit., h. 7.5.

16

Abdul Halim Fathani, Matematika Hakikat dan Logika, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h. 19.

jika diperhatikan terdapat ciri-ciri atau karakteristik matematika. Beberapa karakteristik yang terdapat dalam matematika adalah:17

1) Memiliki Objek Kajian Abstrak

Objek dasar matematika merupakan objek abstrak berupa fakta, konsep, skill/keterampilan, dan prinsip. Fakta dalam matematika merupakan kesepakatan yang disajikan dalam bentuk bilangan atau simbol. Konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang dapat diklasifikasikan dan dinyatakan melalui definisi, gambar, model, dan peraga. Skill dalam matematika biasa disebut operasi dan prosedur yang dijadikan sebagai proses memperoleh suatu hasil tertentu. Prinsip dalam matematika merupakan objek dasar yang paling kompleks, memuat keseluruhan objek lain seperti fakta, konsep, dan operasi.

2) Bertumpu Pada Kesepakatan

Kesepakatan yang sangat mendasar dalam matematika adalah unsur-unsur yang tidak dapat didefinisikan (unsur-unsur primitif) dan aksioma (unsur-unsur pernyataan pangkal) agar dapat menghindari pendefinisian dan pembuktian yang tidak ada akhirnya. Salah satu contoh dari unsur primitif adalah geometri Euclides yaitu titik, garis, dan bidang. Salah satu contoh dari pernyataan pangkal (aksioma) adalah “melalui dua titik dapat dibuat tepat satu garis”.

3) Berpola Pikir Deduktif

Matematika sebagai ilmu, pola pikir yang diterima hanya yang bersifat deduktif, yaitu suatu pemikiran dari hal yang bersifat umum menuju hal bersifat khusus. Kebenaran pernyataan berlandaskan pada kebenaran pernyataan sebelumnya.

4) Memiliki Simbol yang Kosong dari Arti

Simbol yang digunakan dalam matematika dapat berupa huruf, lambang bilangan, lambang operasi, dan lain-lain. Rangkaian simbol yang disusun dalam matematika dapat membentuk model matematika seperti persamaan, pertidaksamaan, fungsi dan sebagainya. Sebelum ditentukan semesta yang digunakan dengan jelas, simbol tersebut kosong tanpa arti.

17

15

Misalnya huruf yang digunakan dalam model persamaan x + y = z masih kosong dari arti tergantung pada siapa yang menggunakan.

5) Memperhatikan Semeseta Pembicaraan (Universal)

Semesta pembicaraan diperlukan untuk memberikan kejelasan dan menjadi arahan dalam menyelesaikan model matematika. Misalanya jika semesta pembicaraannya bilangan maka simbol-simbol yang digunakan dapat diartikan sebagai bilangan. Semesta pembicaraan dapat menentukan benar atau salahnya maupun ada atau tidaknya penyelesaian model matematika.

6) Konsisten dalam Sistemnya

Suatu sistem dalam matematika harus konsisten dan tidak boleh ada kontradiksi baik makna atau kebenarannya. Suatu definisi atau teorema harus menggunakan konsep yang telah ditetapkan terdahulu. Misalnya x + y = a dan a + b = c maka x + y + b haruslah sama dengan c.

Berdasarkan uraian penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, matematika merupakan salah satu ilmu yang identik dengan perhitungan didalamnya terdapat konsep-konsep abstrak dituangkan dalam bentuk kata atau bahasa simbol yang memerlukan strategi, pemikiran, pertimbangan agar dapat menyelesaikan permasalahan dengan tepat. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa matematika dapat mengembangkan kemampuan daya pikir bagi siswa.

c. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

Konsep dalam matematika dapat diperkenalkan melalui definisi, gambar, contoh, model atau peraga. Misalnya konsep persegi adalah bangun datar yang memiliki empat sisi sama panjang dan memiliki empat sudut sama besar. Konsep dalam matematika saling berkaitan dan berjenjang. Siswa akan sulit memahami konsep matematika yang kompleks sebelum memahami konsep yang sederhana. Oleh karena itu, konsep dalam matematika perlu diberikan secara berjenjang dan bertahap. Dimulai dari konsep yang sederhana hingga konsep yang lebih rumit dan kompleks.

Kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan awal dari pembelajaran matematika. Pemahaman konsep matematika ditunjukan

terhadap konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Pemahaman konsep memiliki tingkat kedalaman arti yang berbeda-beda. Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai hasil akhir dari pencapaian pemahaman konsep.

Polya membedakan empat jenis pemahaman matematika yaitu:18 1) Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat, menerapkan rumus

secara rutin, dan melakukan perhitungan secara sederhana.

2) Pemahaman induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana dan mengetahui rumus atau konsep tersebut dapat diberlakukan dalam kasus yang mirip.

3) Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran rumus. 4) Pemahaman intuitif, yaitu dapat membuktikan kebenaran hingga

yakin sebelum melakukan analisis lebih lanjut.

Sedangkan Pollastek membedakan pemahaman matematika dalam dua jenis, yaitu:19

1) Pemahaman komputasional, yaitu dapat menerapkan sesuatu atau rumus dalam perhitungan rutin/sederhana dan mengerjakannya secara algoritmik.

2) Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan rumus satu dengan rumus lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Menurut Copelland pemahaman matematika dikategorikan dalam dalam dua jenis, yaitu:20

1) Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara secara rutin/sederhana. Pemahaman ini hanya dapat mengerjakan suatu soal atau permasalahan secara berurutan tetapi tidak menyadari proses yang dilakukan.

2) Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan proses yang dikerjakannya. Pemahaman ini memahami benar proses yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan atau soal.

18

Jihad, op. cit., h. 167.

19

Ibid.

20

17

Suhendra menyatakan bahwa seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika apabila ia telah mampu melakukan hal sebagai berikut:21

1) Menemukan kembali konsep yang belum diketahuinya didasarkan pada pemahaman konsep yang telah lalu.

2) Medefinisikan konsep dengan kalimat sendiri tetapi sesuai dengan ide utama dari konsep yang didefinisikan

3) Mengidentifikasi hal-hal yang sesuai dengan suatu konsep 4) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

Pemahaman terhadap suatu konsep dalam matematika perlu dimaksimalkan karena pemahaman konsep menjadi landasan utama bagi kemampuan matematika lainnya. Kemampuan pemahaman konsep menjadi pendukung siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi, bahkan kemampuan pemecahan masalah. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI)

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model yang dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar dan mengembangkan kecakapan sosial siswa. Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya ialah tipe Team Assisted Individualization (TAI). Teori-teori pendukung pada bagian ini meliputi beberapa sub bagian yaitu pengertian model pembelajaran, pengertian model pembelajaran kooperatif, keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif, pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), langkah-langkah pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), keunggulan dan kelemahan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

a. Model Pembelajaran

Model adalah “kerangka kerja konseptual”, dapat pula disebut “pola kerja konseptual”.22

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang

21

Suhendra, op. cit., h. 7.21.

22

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.23 Model dapat dijadikan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan karena memuat rancangan pelaksanaan.

Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar dan mengajar. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.24 Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan memberikan ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang telah dikemukakan bahwa dalam pembelajaran terdapat prosedur atau metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak hanya sebatas metode saja yang digunakan dalam pembelajaran. Namun terdapat istilah lain yang digunakan dalam pembelajaran seperti strategi, pendekatan, teknik, maupun model pembelajaran.

Menurut Joyce model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai acuan dalam merencanakan pembelajaran dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.25

Soekamto mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.26

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan rancangan secara umum proses pembelajaran yang didalamnya terdapat prosedur atau cara khusus yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran tersebut. Model pembelajaran mencakup berbagai

23

Sagala, op. cit., h. 175.

24

Oemar Hamalik, op. cit., h. 57.

25

Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Perstasi Pustaka, 2011), h. 74.

26

Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 23.

19

hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, seperti strategi, metode, teknik, media, evaluasi, dan sebagainya.

Model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: 27

1) Bersifat rasional teoritik logis disusun oleh para ahli atau pengembangnya

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar serta berisi tujuan pembelajaran yang akan dicapai

3) Tingkah laku atau cara mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan buah pikiran penciptanya memuat gambaran secara umum proses pembelajaran yang dilaksanakan dari awal hingga akhir pertemuan meliputi penggunaan media, strategi, metode, teknik, serta lingkungan belajar yang berguna sebagai acuan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative bekerjasama. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan terdiri antara empat sampai enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda atau heterogen.28 Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa akan

27

Ibid., h. 24.

28

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 242.

duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.29

Berdasarkan definisi diatas model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan menempatkan siswa dalam kelompok yang heterogen secara terstruktur untuk menguasai materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat saling memanfaatkan dan memberi manfaat yang positif. Bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah dapat terbantu dengan siswa yang memiliki kemampuan diatasnya. Kemudian bagi siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat lebih menguasai materi apabila sudah mampu menjelaskan kepada siswa lain.

Menurut Davidson dan Worshman Cooperative learning adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.30 Riyanto mengatakan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (akademik skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.31

Pembelajaran kooperatif tidak hanya memberikan efek pada kemampuan akademik, tetapi pembelajaran kooperatif juga memberikan efek pada sikap sosial siswa. Melalui pembelajaran kooperatif siswa dapat mengembangkan sikap sosialnya. Sikap saling menghargai, peduli terhadap orang lain, saling sepenanggungan dan menerima kelebihan serta kekurangan orang lain tergambar dalam proses pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.32 Unsur gotong royong dan kerjasama merupakan komponen utama yang membedakan model kooperatif

29

Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2005), h. 8.

30

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 130.

31

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 267.

32

Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, (Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006), h. 3.

21

dengan model lainnya. Sumber belajar dalam kooperatif tidak hanya guru atau lingkungan, tetapi siswa juga dapat menjadi sumber belajar bagi siswa lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pembelajaran koopertif merupakan miniatur kecil dalam kehidupan masyarakat. Perbedaan latar belakang anggota kelompok diibaratkan sebagai masyarakat di lingkungan sekitar yang hidup saling berdampingan. Dalam menggunakan model pembelajaran ini siswa diarahkan agar mampu hidup berdampingan dan bekerjasama dengan orang lain yang berbeda latar belakang untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar siswa lebih aktif dan mampu mengembangkan sikap sosial para siswa. Melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar memberikan efek pada pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa. Siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi dengan dilibatkan secara langsung.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan mengelompokkan siswa secara heterogen dan terstruktur yang dapat mengembangkan kecakapan sosial dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terstruktur dalam pembelajaran kooperatif memiliki arti bahwa setiap siswa dalam kelompok memiliki kontribusi yang sama. Tidak hanya satu orang siswa yang bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan kelompok, akan tetapi setiap anggota bekerja demi keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning dapat dipastikan sebagai model kerja kelompok. Beberapa unsur perlu diterapkan agar pembelajaran kelompok bisa dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran cooperative learning harus diterapkan. Lima unsur tersebut yaitu:33

1) Saling Ketergantungan Positif

Dalam pembelajaran kooperatif perlu adanya pembagian pemerataan tugas kepada masing-masing anggota kelompok. Tugas kelompok tidak

33

mungkin bisa diselesaikan apabila terdapat anggota yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu masing–masing anggota memiliki ketergatungan pada anggota kelompoknya.

2) Tanggung Jawab Perseorangan

Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka dari itu setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota kelompok harus berusaha memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.

3) Tatap Muka

Tatap muka disini berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, memberikan informasi, mengenal satu sama lain, saling membelajarkan, dan berdiskusi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan

Dokumen terkait