• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe

Individualization (TAI)

Berdasarkan uraian sebelumnya diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 70,68 sedangkan kelas kontrol sebesar 57,08. Perbedaan nilai rata-rata tersebut tidak terjadi secara kebetulan, melainkan terjadi karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut menunjukan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan model TAI lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Model pembelajaran tipe TAI merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran TAI mengkombinasikan pembelajaran individual dan kelompok. Siswa dapat membangun dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap selanjutnya. Sebelum memasuki pembelajaran kelompok siswa terlebih dahulu melakukan pembelajaran secara individual. Pembelajaran individual yang dilakukan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengawali pembelajaran berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan membangun konsep sesuai dengan kemampuannya.

Pada prosesnya pembelajaran kooperatif TAI dilakukan dengan membawa hasil pekerjaan masing-masing anggota kelompok. Hasil pekerjaan kelompok merupakan tanggung jawab masing-masing anggota. Setiap anggota kelompok diberi kebebasan untuk mendiskusikan hasil pekerjaan para anggota untuk mendapatkan kesepakatan hasil keseluruhan jawaban. Keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan para anggotanya dalam menyelesaikan kuis

59

di akhir pembelajaran. Oleh karena itu, pada pembelajaran kelompok setiap anggota harus saling bekerja sama dan saling mengajarkan agar anggota kelompoknya dapat menyelesaikan kuis dengan baik.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pun tidak lagi berpusat kepada guru. Siswa lebih aktif untuk mengkonstruk pengetahuannya secara mandiri terlebih dahulu. Kemudian pengetahuan yang telah dibangun siswa dibawa ke kelompok untuk dilakukan pengecekan. Dengan demikian, siswa dapat mengatasi kesulitan atau kesalahan pada pembelajaran individual sehingga konsep yang dipelajari lebih melekat pada memori siswa. Selain itu, siswa mengetahui letak kesalahan dan kebenaran melalui proses pengecekan yang dilakukan sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik.

Pada awal pembelajaran di kelas eksperimen diawali pemberian apersepsi dengan mengingatkan siswa mengenai materi yang berkaitan dengan satuan luas. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian motivasi, penyampaian tujuan pembelajaran, dan penyampaian proses model pembelajaran yang akan dilakukan.

Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan melakukan tanya jawab antara guru dengan siswa berkaitan dengan satuan luas. Pada kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memaparkan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk menganalisa kemampuan awal yang dimiliki siswa. Kemudian guru menyebutkan nama-nama siswa yang telah dibentuk ke dalam kelompok yang heterogen. Pemberian informasi nama-nama anggota kelompok dilakukan di awal pembelajaran agar pada pembelajaran kelompok siswa dapat langsung berkumpul dengan teman satu kelompoknya.

Pembelajaran dilanjutkan dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individual. Pada pertemuan awal pembelajaran siswa terlihat bingung untuk menyelesaikan LKS yang diberikan. Hal itu dikarenakan belum terbiasanya siswa menggunakan LKS yang menuntut dirinya untuk mandiri dalam belajar. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan guru menyajikan materi terlebih dahulu kemudian mengerjakan latihan. Namun, yang terjadi siswa dihadapkan pada situasi

keterlibatan secara aktif untuk mengkonstruk pengetahuan secara mandiri. Kategori pemahaman yang dilatihkan saat kegiatan pembelajaran individual menekankan pada penerjemahan dan penafsiran. Saat siswa mempelajari LKS secara mandiri setiap siswa melakukan penerjemahan terhadap permasalahan yang terdapat pada LKS. Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk menafsirkan agar memahami ide utama permasalahan yang ada di LKS sehingga siswa mampu melakukan proses penyelesaian dengan tepat. Kegiatan pembelajaran individual dalam model pembelajaran tipe TAI dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3

Siswa Mempelajari Materi Pembelajaran Secara Individual

Proses pembelajaran dilanjutkan dengan pembentukan kelompok heterogen yang telah disebutkan di awal pembelajaran. Siswa membawa hasil pekerjaan ke kelompoknya untuk dilakukan pengecekan. Kegiatan pengecekan dilakukan dengan saling mendiskusikan, menambahkan, dan saling memberi masukan terhadap hasil jawaban masing-masing anggota kelompok. Pada awal pembelajaran pembentukan kelompok memerlukan waktu yang cukup lama karena terhambat dengan terbatasnya luas ruang kelas sehingga siswa kesulitan untuk menyatukan beberapa meja. Namun pertemuan sealanjutnya pembelajaran kelompok dilakukan dengan melingkar dilantai sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama. Kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.

61

Gambar 4.4

Siswa Melakukan Pembelajaran Kelompok

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diamati bahwa siswa melakukan diskusi untuk saling mengecek hasil pekerjaannya. Setiap siswa membawa hasil kerjanya sehingga setiap siswa telah memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, saat pembelajaran kelompok penekanan pemahaman yang dilatihkan kepada siswa ialah ekstrapolasi. Siswa harus mampu menyimpulkan dan menyatukan berbagai pemahaman sehingga tebentuk pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap hasil LKS yang dikerjakan. Pada awal proses pembelajaran kelompok beberapa siswa kurang aktif dalam melaksanakan diskusi. Hanya beberapa orang dalam kelompok yang aktif dalam pembelajaran kelompok. Siswa yang kurang aktif dalam diskusi pun mengalami kesulitan untuk menyelesaikan kuis individual sehingga poin bagi kelompok mereka menjadi rendah. Pada pertemuan selanjutnya siswa menyadari hal itu dan semakin antusias dalam proses pembelajaran dalam kelompok. Anggota kelompok pun semakin bertanggung jawab dengan anggota yang lain. Jika terdapat teman anggotanya mengobrol, anggota kelompok tersebut mengingatkan untuk kembali fokus .

Selama kegiatan diskusi yang dilakukan guru berkeliling untuk memberikan bimbingan kepada kelompok yang membutuhkan. Pada awal proses pembelajaran siswa masih canggung untuk meminta bantuan dan bertanya kepada guru. Namun setelah beberapa pertemuan rasa canggung siswa

berkurang dan semakin antusias untuk meminta bantuan atau bertanya apabila terdapat suatu hal yang belum dimengerti. Guru pun mengingatkan untuk meminta bantuan kepada teman satu kelompok terlebih dahulu jika teman satu kelompok tidak mampu baru meminta bantuan guru. Pemberian bimbingan pada kelompok dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5

Guru Sebagai Fasilitator dalam Proses Pembelajaran Kelompok

Kemudian guru meminta perwakilan siswa dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Siswa menuliskan hasil pekerjaan yang telah didiskusikan dan menjelaskan kepada teman-temannya. Pada awalnya siswa saling tunjuk dan kurang percaya diri untuk mempersentasikan hasil pekerjaan yang telah didiskusikan kelompoknya. Peneliti pun menyarakan kepada setiap kelompok untuk menyusun giliran maju dalam kelompok. Sehinga setiap siswa dalam kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk maju ke depan. Saat melakukan persentasi siswa ditugaskan untuk menjelaskan kembali kepada siswa lainnya. Oleh karena itu, pada kegiatan ini kategori pemahaman yang di latihkan ialah menerjemahkan. Kegiatan siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya dapat dilihat pada Gambar 4.6.

63

Gambar 4.6

Perwakilan Siswa Mempresentasikan Hasil Pekerjaannya

Selanjutnya ialah siswa mengerjakan kuis individual tanpa bantuan guru dan teman kelompoknya. Sebelum melaksanakan kuis, guru membahas bersama dan meluruskan hasil persentasi yang dilakukan perwakilan kelompok jika terdapat kesalahan. Kuis dilakukan untuk mengetahui perkembangan pemahaman siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Skor kuis didasarkan pada kemajuan masing-masing siswa dalam belajar. Oleh karena itu siswa bersaing dengan dirinya sendiri untuk mencapai kemajuan yang optimal dari nilai dasar atau nilai kuis terakhir yang dilakukan dirinya. Ketika kuis dilakukan siswa bersemangat untuk mengerjakan agar mampu memberikan kontribusi terbaik bagi kelompoknya. Hal itu dapat diamati ketika bel pelajaran berbunyi menandakan waktu pelajaran habis, siswa masih tetap berusaha menyelesaikan kuis. Kegiatan kuis individual dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan memaksimalkan potensi awal siswa dan proses kelompok membuatnya berhasil dalam menyelesaikan evaluasi berupa kuis. Hal ini dapat dilihat pada hasil kuis individual yang diselesaikan siswa. Gambaran hasil pekerjaan siswa berupa hasil kuis individual siswa pada pertemuan ketiga dan kedelapan dapat dilihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9.

Soal nomor 2 kuis individual pertemuan ketiga sebagai berikut:

Ada beberapa siswa yang menjawab seperti Gambar 4.8.

Gambar 4.8

Hasil Pekerjaan Kuis Individual Pertemuan Ketiga

Gambar 4.8 merupakan salah satu gambaran hasil pekerjaan kuis individual pertemuan ketiga yang dikerjakan siswa dengan tujuan agar siswa dapat menghitung tinggi dari suatu trapesium. Siswa diatas mampu menyebutkan variabel dalam soal yang diketahui. Hanya saja siswa kurang menuliskan satuan luas persegi pada variabel luas yang diketahui. Siswa mampu memahami ide utama yang ditanyakan dalam soal yaitu tinggi dari trapesium. Proses penyelesaian soal pun dilakukan dengan tepat. Siswa pun mampu melakukan ekstrapolasi dengan mengkaitkan konsep luas yang telah 2. Trapesium ABCD memiliki luas 240 cm2. Panjang sisi-sisi sejajar

65

diketahui untuk menghitung tinggi trapesium. Dengan demikian siswa berhasil untuk menyelesaikan soal kuis diatas dengan tepat.

Soal kuis individual pertemuan kedelapan sebagai berikut:

Ada beberapa siswa yang menjawab seperti Gambar 4.9.

Gambar 4.9

Hasil Pekerjaan Kuis Individual Pertemuan Kedelapan

Gambar 4.9 merupakan salah satu gambaran hasil pekerjaan kuis yang dikerjakan siswa dengan tujuan agar siswa dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan luas layang-layang. Berdasarkan hasil jawaban siswa diatas dapat dilihat bahwa siswa sudah menuliskan variabel yang diketahui pada soal yaitu panjang diagonal layang-layang Farel. Namun siswa kurang menuliskan satuan pada diagonal tersebut dan kurang menyebutkan salah satu panjang diagonal Miska. Pada proses pengerjaanya siswa mampu menentukan bahwa yang pertama dilakukan ialah menghitung luas layang-layang Farel. Farel memiliki layang-layang berukuran diagonal 50 dm dan 80 dm. Jika Miska ingin membuat layang-layang yang salah satu diagonalnya 5 m tetapi memiliki luas yang sama dengan luas layang-layang Farel, maka berapakah ukuran diagonal yang lain dari layang-layang Miska ?

Siswa diatas pun sudah tepat untuk melakukan pengubahan satuan sesuai dengan satuan layang-layang Miska yaitu meter. Setelah melakukan pengubahan satuan siswa melanjutkan melakukan proses menghitung panjang salah satu diagonal layang-layang Miska. Proses dan hasil pekerjaan siswa benar. Dengan demikian siswa berhasil menyelesaikan soal kuis di atas dengan tepat.

Pada kelas kontrol proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ekspositori. Pembelajaran di kelas kontrol pun menggunakan LKS. Akan tetapi LKS yang digunakan berbeda dengan kelas eksperimen, untuk kelas kontrol hanya berisi soal-soal yang harus dikerjakan siswa setelah diberikan penjelasan. Pada prosesnya pembelajaan dilakukan dengan menjelaskan terlebih dahulu kemudian memberikan contoh. Setelah itu, siswa mengerjakan LKS. Siswa pun hanya menerima apa yang disampaikan dan bertanya jika ada yang belum dipahami.

Siswa pada kelas kontrol kurang aktif dalam belajar. Hal itu dapat diamati ketika ada bagian yang tidak dimengerti hanya beberapa orang saja yang aktif untuk bertanya. Lebih banyak siswa diam, menerima apa adanya yang dijelaskan, dan tidak berkomentar. Hal itu menyebabkan pemahaman siswa kurang berkembang. Jika soal di LKS berbeda dengan contoh yang diberikan, siswa kesulitan untuk menyelesaikan. Bagi siswa yang pintar dia akan bertanya kepada guru, tetapi bagi siswa yang kurang pintar dia mengobrol dengan temannya dan tidak bersemangat untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

2. Analisis Hasil Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Dokumen terkait