• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI VARIABEL TERKAIT ANALISIS KEMISKINAN MELALUI PELAYANAN KEUANGAN MIKRO KOPERAS

Karakteristik Peminjam Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Dramaga

Hasil penelitian tentang karakteristik peminjam pada Kecamatan Tamansari dan Dramaga menunjukkan bahwa mayoritas anggota termasuk dalam kategori umur dewasa awal, tingkat pendidikan rendah, jenis usaha adalah ibu rumah tangga, masa keanggotaan baru, tingkat pemahaman sedang, tingkat kepatuhan sedang dan memiliki sikap netral terhadap kemiskinan.

Umur

Umur anggota Koperasi dalam penelitian ini memiliki rentang 21-65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas umur anggota tergolong kategori dewasa awal, lainnya tergolong kategori dewasa lanjut dan hanya sebagian kecil yang tergolong kategori lanjut usia. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran anggota koperasi menurut umur di Kecamatan Tamansari dan

Dramaga tahun 2014 Umur Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Dewasa Awal 29 82.9 20 80.0 49 81.7

Dewasa Lanjut 5 14.3 5 20.0 10 16.7

Lanjut Usia 1 2.9 0 0.0 1 1.7

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Mayoritas anggota termasuk kategori dewasa awal. Ciri rumah tangga mereka adalah kurangnya kestabilan keuangan. Hal tersebut karena rumah tangga mendapatkan pemasukan rutin dengan nominal tidak tetap, akan tetapi masih banyak pengeluaran untuk keperluan non makanan yang sifatnya mendadak. Keperluan tersebut seperti biaya pendidikan anak yang nominalnya cukup besar. Kurang stabilnya keuangan rumah tangga menjadi motivasi mereka untuk bergabung menjadi anggota koperasi dengan tujuan terwujudnya keuangan yang stabil melalui kegiatan simpan pinjam. Anggota dapat menabung ketika ada kelebihan pendapatan dan tidak merasa kebingungan ketika ada keperluan mendadak.

Anggota koperasi dari Kecamatan Dramaga tidak ada yang termasuk kategori lanjut usia. Hal tersebut karena Kecamatan Dramaga termasuk kecamatan yang relatif baru bergabung menjadi anggota koperasi. Anggota yang baru bergabung di koperasi biasanya masih berada pada usia produktif. Anggota yang berada pada fase lanjut usia di Tamansari biasanya merupakan anggota yang sudah lama bergabung. Hal tersebut menunjukkan loyalitas keanggotaan yang

tinggi, enggan keluar dari keanggotaan meskipun sudah tidak berada pada usia produktif.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan terakhir anggota koperasi pada umumnya adalah pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Hanya sebagian kecil anggota yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP maupun SMA. Peneliti selanjutnya mengelompokkan tingkat pendidikan anggota dan menyajikannya pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran anggota koperasi menurut pendidikan di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Tingkat pendidikan

Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang % Rendah 34 97.1 18 72.0 52 86.7 Sedang 1 2.9 4 16.0 5 8.3 Tinggi 0 0.0 3 12.0 3 5.0 Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Tabel 5 menunjukkan secara umum pendidikan anggota berada pada tingkat rendah. Sebagian besar anggota mengatakan hal tersebut disebabkan karena kondisi keluarga tidak mampu secara ekonomi, sehingga dukungan untuk bersekolah rendah. Selain itu, anak terlibat dalam kegiatan rumah tangga maupun terlibat dalam kegiatan produktif untuk membantu ekonomi rumah tangga. Ditambah lagi, ketersediaan sarana pendidikan seperti sekolah dan sarana transportasi seperti jalan dan angkutan umum masih sangat terbatas.

Tingkat pendidikan Kecamatan Dramaga sedikit lebih tinggi daripada Kecamatan Tamansari. Hal ini terlihat dari adanya beberapa anggota di Kecamatan Dramaga yang termasuk kategori tingkat pendidikan sedang dan tinggi. Perbedaan tersebut disebabkan lebih terbatasnya sarana pendidikan di Kecamatan Tamansari daripada Kecamatan Dramaga. Hal tersebut sejalan dengan data sosial ekonomi yang ada yang menyatakan bahwa sekolah yang tersedia di Kecamatan Tamansari lebih sedikit daripada Dramaga. Jumlah SMP yang tersedia saat ini memang sama jumlahnya, akan tetapi sebagian besar anggota Kecamatan Tamansari mengaku bahwa hanya ada satu SMP yang ada saat anggota masih berada pada usia sekolah, sehingga anggota merasa kesulitan dalam mengaksesnya. Adapun jumlah SMA sederajat masih sangat timpang antara keduanya, Kecamatan Tamansari hanya terdapat satu SMA dan Kecamatan Dramaga terdapat lima SMA atau sederajat.

Jenis Usaha

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anggota di Kecamatan Tamansari bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan mayoritas anggota di Kecamatan Dramaga sebagai ibu rumah tangga (IRT). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Wiraswasta di Kecamatan Tamansari banyak jenisnya di antaranya pengrajin sepatu, pedagang sayuran, pengusaha tanaman hias, penjual sembako,

tukang kredit, penjual gorengan keliling, petani padi dan palawija, pengambil pasir di sungai, dan peternak. Adapun mayoritas karyawan di Kecamatan Tamansari bekerja sebagai karyawan perusahaan sepatu. Selain itu, ada juga karyawan yang bekerja sebagai cleaning service, pembantu rumah tangga dan pengasuh anak. Adapun sebagian kecil lainnya adalah sebagai ibu rumah tangga. Mayoritas anggota di Kecamatan Tamansari yang memilih menjadi ibu rumah tangga karena memiliki anak balita dan merasa pemasukan suami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mayoritas anggota di Kecamatan Dramaga sebagai ibu rumah tangga. Sebagian anggota yang lain termasuk karyawan dan wiraswasta dengan jumlah yang sama. Banyak anggota sebagai ibu rumah tangga karena beberapa alasan, di antaranya memiliki anak balita, suami melarang bekerja, lapangan kerja yang sesuai tidak tersedia dan ada juga karena anggota sudah merasa cukup dengan pendapatan dari suami dan anak. Jenis karyawan di Kecamatan Dramaga terdiri atas beberapa jenis yaitu karyawan sepatu, pengrajin kotak perhiasan, pengasuh anak, dan tukang bungkus kerupuk. Adapun jenis wiraswasta terdiri atas penjual sembako, pembuat keranjang bambu, penjual jajanan, pedagang kue, tukang kredit, dan tukang masak.

Jumlah wiraswasta di Kecamatan Tamansari lebih banyak daripada di Kecamatan Dramaga. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi untuk berwirausaha lebih tinggi di Kecamatan Tamansari daripada di Kecamatan Dramaga. Perbedaan tersebut kemungkinan besar disebabkan desakan ekonomi, waktu luang yang dimiliki serta motivasi peningkatan ekonomi rumah tangga yang lebih tinggi di Kecamatan Tamansari daripada Kecamatan Dramaga. Selain itu, data sosial ekonomi yang ada menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari tidak terdapat pasar dan hanya tersedia minimarket yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada di Kecamatan Dramaga. Kondisi tersebut menyebabkan keberadaan warung yang menyediakan bahan kebutuhan pokok sangat dibutuhkan masyarakat. Hal tersebut mendorong terbukanya peluang usaha bagi anggota koperasi di Kecamatan Tamansari.

Tabel 6 Sebaran anggota koperasi menurut jenis usaha di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Jenis usaha

Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

IRT 5 14.3 11 44.0 16 26.7

Karyawan 12 34.3 7 28.0 19 31.7

Wiraswasta 18 51.4 7 28.0 25 41.7

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Masa Keanggotaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anggota di Kecamatan Tamansari termasuk dalam kategori masa keanggotaan sedang. Akan tetapi, mayoritas anggota di Kecamatan Dramaga termasuk dalam kategori baru. Hal tersebut karena keanggotaan Kecamatan Dramaga dalam koperasi Baytul Ikhtiar baru sekitar tujuh tahun dari waktu penelitian dilakukan, sedangkan keanggotaan

Kecamatan Tamansari sudah 14 tahun. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Banyaknya anggota yang termasuk kategori masa keanggotaan baru menunjukkan anggota belum lama bergabung di koperasi. Bergabungnya anggota disebabkan kebutuhan ekonomi serta dikenalnya koperasi Baytul Ikhtiar sebagai koperasi dengan sistem mudah dan tidak memberatkan anggota.

Banyaknya anggota yang termasuk masa keanggotaan sedang dan lama menunjukkan tingkat loyalitas yang cukup tinggi pada koperasi. Hal tersebut tercermin saat anggota diberikan pertanyaan mengenai kelebihan dan kekurangan koperasi. Sebagian besar anggota menjawab bahwa koperasi mempunyai banyak kelebihan yang membuat anggota betah dan enggan keluar dari keanggotaan koperasi. Hanya sedikit anggota yang dapat menyebutkan kekurangan-kekurangan koperasi.

Di antara kelebihan koperasi menurut persepsi anggota antara lain: kemudahan proses peminjaman, keramahan petugas lapang, tabungan tanpa ada ketentuan minimal setoran, longgarnya peraturan, kewajiban kumpul rutin (sehingga makin akrab dengan tetangga), dekatnya tempat pelayanan (pelayanan di sekitar rumah warga sehingga tidak ada biaya transport yang dikeluarkan), kesesuaian dengan syariat islam, adanya sistem asuransi jiwa suami dan istri, dan adanya kestabilan keuangan rumah tangga karena adanya tabungan. Selain itu, jika ditanyakan kepada anggota apakah ada rencana keluar dari keanggotaan, hampir semua anggota menyatakan sama sekali tidak ada rencana untuk keluar, selain karena kondisi darurat seperti kematian atau tidak lagi mempunyai kegiatan produktif.

Di antara kekurangan-kekurangan koperasi yang disebutkan adalah adanya kewajiban kumpul rutin (menyebabkan aktivitas terganggu), tidak adanya santunan sosial, kewajiban bayar cicilan pinjaman rutin (meskipun sedang kesulitan keuangan), besarnya keuntungan koperasi serta keterlambatan anggota kelompok saat datang kumpul rutin (menyebabkan waktu kumpul rutin menjadi lebih lama).

Tabel 7 Sebaran anggota koperasi menurut masa keanggotaan di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Masa keanggotaan Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Baru 12 34.3 22 88.0 34 56.7

Sedang 17 48.6 3 12.0 20 33.3

Lama 6 17.1 0 0.0 6 10.0

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Tingkat Pemahaman tentang LKM

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas anggota mempunyai tingkat pemahaman tergolong kategori sedang. Tingkat pemahaman tentang LKM pada anggota Kecamatan Tamansari lebih tinggi daripada Kecamatan Dramaga. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 menunjukkan bahwa anggota koperasi baik di Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Dramaga termasuk kategori tingkat pemahaman sedang. Hal tersebut dikarenakan aturan-aturan koperasi mudah difahami. Akan tetapi, mayoritas anggota tidak menghitung keuntungan yang diperoleh koperasi setiap kali melakukan pinjaman, tidak memahami secara jelas apa maksud dari masing-masing rincian yang dibayarkan setiap cicilan pinjaman dan hanya sebagian yang memahami produk layanan koperasi. Adapun untuk pertanyaan mengenai syarat melakukan peminjaman, sanksi-sanksi dan pertimbangan yang digunakan koperasi dalam menentukan besarnya pinjaman, hampir semua anggota mengetahuinya karena petugas sering mengingatkan dalam pertemuan rutin mingguan dan juga menerapkannya.

Tabel 8 Sebaran anggota koperasi menurut pemahaman tentang LKM di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Tingkat pemahaman Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Rendah 2 5.7 0 0.0 2 3.3

Sedang 24 68.6 23 92.0 47 78.3 Tinggi 9 25.7 2 8.0 11 18.3 Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Tingkat Kepatuhan terhadap Pemimpin

Tingkat kepatuhan anggota koperasi terhadap pemimpinnya ternyata menghasilkan perbedaan jawaban yang cukup beragam. Mayoritas anggota termasuk kategori tingkat kepatuhan sedang. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran anggota koperasi menurut kepatuhan terhadap pemimpin di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Tingkat kepatuhan Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Rendah 4 11.4 10 40.0 14 23.3

Sedang 15 42.9 10 40.0 25 41.7

Tinggi 16 45.7 5 20.0 21 35.0

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Tingkat kepatuhan tinggi lebih banyak proporsinya di Kecamatan Tamansari daripada Kecamatan Dramaga. Perbedaan tersebut karena secara sekilas tingkat kekeluargaan di Kecamatan Tamansari lebih tinggi daripada di Kecamatan Dramaga. Adapun tingkat kepatuhan sedang hampir berimbang proporsinya antara dua Kecamatan karena anggota tidak mengikuti semua saran yang diberikan pemimpin, terutama saran menyangkut penggunaan dana pinjaman atau urusan rumah tangga.

Pemimpin kelompok dipilih sendiri oleh anggota kelompok berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sifat dan ketrampilan yang dimiliki. Pemimpin terpilih kemudian disahkan oleh petugas lapang koperasi. Sifat yang biasanya menjadi pertimbangan utama adalah baik hati dan peduli, sedangkan ketrampilan yang menjadi pertimbangan utama adalah ketrampilan berkomunikasi dan ketrampilan bersosial. Pemimpin akan diganti jika ada alasan-alasan tertentu, misalnya sakit, keluar dari keanggotaan koperasi dan sudah tidak berkenan lagi.

Secara umum peran pemimpin yang ada di lapangan hanya mencakup hal- hal yang mendukung kelancaran operasional koperasi, yaitu mengondisikan anggota datang ke kumpul rutin mingguan tepat waktu dan anggota membayar lancar sehingga tidak ada anggota yang harus ditanggung renteng oleh kelompok. Pemimpin jarang sekali ikut campur terkait masalah peningkatan kesejahteraan anggota, kecuali jika anggota memiliki hubungan kekerabatan dengan pemimpin.

Kondisi tersebut menyebabkan anggota cenderung patuh pada keputusan- keputusan pemimpin karena keputusan hanya berkisar pada urusan koperasi. Anggota juga cenderung percaya terhadap apa yang dikatakan pemimpin karena hidup bertetangga dan mengenal baik pemimpinnya. Akan tetapi, anggota kadang- kadang menerima saran dari pemimpin. Jika saran yang disampaikan menyangkut tentang koperasi, anggota merasa tidak keberatan menerimanya, akan tetapi jika saran tentang kehidupan rumah tangga dan penggunaan dana pinjaman, anggota cenderung merasa keberatan menerimanya, kecuali jika hubungan antara pemimpin dan anggota relatif dekat.

Sikap terhadap Kemiskinan

Pengukuran sikap anggota terhadap kemiskinan menghasilkan perbedaan jawaban yang cukup beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sikap anggota terhadap kemiskinan tergolong netral. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran anggota koperasi menurut sikap terhadap kemiskinan di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Sikap terhadap Kemiskinan Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang % Positif 5 14.3 7 28.0 12 20.0

Netral 24 68.6 15 60.0 39 65.0

Negatif 6 17.1 3 12.0 9 15.0

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Sikap netral tersebut menunjukkan sebagian besar anggota menerima apa adanya kondisi ekonomi rumah tangga yang sedang dihadapi. Mereka berusaha sesuai kesempatan yang ada dan merasa tidak kekurangan dengan ekonomi rumah tangga saat ini. Sikap positif terhadap kemiskinan menunjukkan anggota pasrah dengan kondisi keterbatasan yang ada. Mereka mampu menyesuaikan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan kondisi semampunya. Adapun sikap negatif

terhadap kemiskinan menunjukkan bahwa anggota tidak menyukai keterbatasan yang ada. Mereka terus berusaha agar terjadi peningkatan ekonomi rumah tangga.

Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Suartha (2013) yang menyatakan bahwa sikap positif menunjukkan kecenderungan tindakan yang mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu, sedangkan sikap negatif menunjukkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu. Akan tetapi, jika mengingat aspek sikap yang terdiri atas tiga hal, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan konatif (kecenderungan tindakan), hasil penelitian menunjukkan sedikit perbedaan. Secara kognitif dan afektif, semua anggota cenderung bersikap negatif atau tidak suka terhadap apa yang disebut miskin. Akan tetapi yang membedakan antaranggota adalah kecenderungan tindakan yang dilakukan (konatif), cenderung berusaha untuk keluar dari kondisi kemiskinan yang ada atau menyesuaikan diri dan menganggap kemiskinan tersebut sebagai hal yang wajar dan sulit diubah, bahkan tidak dapat diubah. Aspek konatif inilah yang cenderung membedakan antaranggota termasuk kategori positif, netral atau negatif terhadap kemiskinan.

Peran Petugas LKM

Kegiatan operasional koperasi dapat berjalan dengan lancar dengan peran serta petugas. Petugas awalnya melakukan pengenalan koperasi kapada calon anggota, selanjutnya petugas koperasi melakukan kunjungan rutin seminggu sekali untuk melakukan pelayanan simpan pinjam dan melakukan pendampingan. Akan tetapi anggota memberikan penilaian yang berbeda-beda terhadap peran yang dilakukan petugas. Secara umum, penilaian anggota terhadap peran petugas dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anggota menganggap peran petugas termasuk kategori tinggi, intensitas sosialisasi tinggi dan efektivitas penegakan aturan juga tinggi. Akan tetapi, semua anggota memberikan penilaian bahwa pendampingan rendah. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11, Tabel 12, Tabel 13 dan Tabel 14.

Tabel 11 Sebaran anggota koperasi menurut peran petugas LKM di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Peran petugas LKM Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 17 48.6 16 64.0 29 48.3

Tinggi 18 51.4 9 36.0 31 51.7

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Tabel 11 menunjukkan sedikit perbedaan antardua kecamatan. Mayoritas anggota di Kecamatan Tamansari beranggapan bahwa peran petugas LKM termasuk kategori tinggi. Akan tetapi, mayoritas anggota di Kecamatan Dramaga beranggapan bahwa peran petugas termasuk kategori sedang. Lebih tingginya penilaian kinerja petugas lapang menurut anggota yang berada di Kecamatan

Tamansari daripada anggota yang berada pada Kecamatan Dramaga karena keanggotaan yang lebih lama di Kecamatan Tamansari, sehingga interaksi dengan petugas lapang menjadi lebih intensif dan lebih akrab.

Selain itu, keanggotaan Tamansari juga merupakan keanggotaan yang pertama kali di koperasi Baytul Ikhtiar. Banyak kunjungan dan bantuan-bantuan sosial yang pernah digulirkan dari lembaga mitra koperasi untuk Kecamatan Tamansari saat awal-awal bergabung. Berbeda dengan Dramaga yang baru masuk keanggotaan setelah koperasi berkembang dan bercabang di beberapa tempat. Kegiatan di Kecamatan Dramaga sekedar pertemuan rutin mingguan, tidak ada kegiatan seperti kunjungan dan bantuan seperti di Kecamatan Tamansari. Hal tersebut karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki koperasi. Lebih banyaknya manfaat yang diterima anggota di Kecamatan Tamansari menyebabkan penilaian terhadap petugas lapang lebih tinggi daripada di Kecamatan Dramaga. Intensitas Sosialisasi

Sosialisasi merupakan salah satu tahap yang menentukan keberhasilan suatu program. Pengukuran intensitas sosialisasi berdasarkan persepsi anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anggota termasuk kategori mendapat intensitas sosialisasi tinggi dan lainnya tergolong mendapat intensitas sosialisasi sedang. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran anggota koperasi menurut intensitas sosialisasi di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Intensitas sosialisasi Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 2 5.7 6 24.0 8 13.3

Tinggi 33 94.3 19 76.0 52 86.7

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Tingginya intensitas sosialisasi yang diterima anggota karena koperasi melakukan sosialisasi dalam kelompok kecil, sehingga sosialisasi berjalan intensif. Pada dasarnya materi sosialisasi yang disampaikan petugas adalah sama, akan tetapi setiap anggota memiliki daya tangkap dan daya ingat yang berbeda- beda. Anggota termasuk mendapat intensitas sosialisasi tinggi dan sedang karena sebagian besar anggota tidak dapat menjawab hanya pada satu jenis pertanyaan dari beberapa pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab adalah tentang jenis-jenis akad.

Koperasi melakukan kegiatan sosialisasi selama tiga hari melalui kegiatan yang disebut Latihan Wajib Kelompok (LWK). LWK merupakan syarat wajib keanggotaan koperasi. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memupuk kesadaran kelompok agar siap membantu satu sama lain. Selain itu, LWK bertujuan untuk mengenalkan seluk beluk koperasi dan peraturannya. Kemudian, jika ada peraturan yang tidak dimengerti, anggota dapat bertanya pada petugas lapang saat kumpul mingguan. Hal tersebut menyebabkan intensitas sosialisasi

yang diterima cukup tinggi karena sosialisasi formal hanya pada awal program, sedangkan pertemuan mingguan juga dapat dikatakan sebagai sosialisasi non formal karena anggota dapat bertanya hal-hal tentang koperasi yang belum dimengerti.

Intensitas Pendampingan

Hasil pengukuran intensitas pendampingan menghasilkan jawaban seragam. Semua anggota baik di Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Dramaga merasakan mendapatkan intensitas pendampingan yang rendah. Tidak ada anggota yang termasuk kategori mandapat intensitas pendampingan sedang dan tinggi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.

Semua anggota termasuk kategori mendapat intensitas pendampingan rendah karena anggota merasa bahwa petugas hanya fokus dalam aktivitas penarikan cicilan pinjaman. Petugas menanyakan kondisi anggota, baik kondisi rumah tangga, keuangan dan usaha hanya untuk kepentingan koperasi, bukan untuk membantu masalah anggota. Petugas menanyakan kondisi-kondisi tersebut saat anggota mengajukan permohonan peminjaman dan bertujuan untuk mengukur kemampuan anggota dalam melakukan pencicilan pinjaman setiap minggunya.

Tabel 13 Sebaran anggota koperasi menurut intensitas pendampingan di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Intensitas pendampingan Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

Orang % orang % orang %

Rendah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Sedang 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Tinggi 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Kegiatan pendampingan menyatu dengan kegiatan mingguan yang berisi kegiatan menabung dan membayar cicilan pinjaman. Tingkat pendampingan yang rendah sebenarnya bukan karena kelalaian petugas dalam menjalankan kewajibannya, akan tetapi menjadi perhatian tersendiri bagi Koperasi dalam menjalankan misinya. Koperasi memiliki misi memberdayakan perempuan miskin dan keluarganya melalui pelayanan jasa keuangan mikro basis syariah dan pendidikan yang berkelanjutan. Misi tersebut menyatakan dua kegiatan utama koperasi, yaitu pelayanan jasa keuangan mikro dan pendidikan yang berkelanjutan. Dengan sistem pendampingan yang demikian, koperasi belum menjalankan misi yang dicanangkan dengan sepenuhnya, terutama peda kegiatan pendidikan yang berkelanjutan.

Pendekatan yang digunakan koperasi dalam mendampingi masyarakat miskin adalah menggunakan pendekatan sosio-ekonomis. Pendekatan tersebut berdasarkan pada anggapan bahwa orang miskin mempunyai potensi untuk mengatasi masalah sosial ekonominya sendiri. Pendekatan ini sering digunakan dalam aksi pemberdayaan (Hermantyo [tidak ada tahun]). Akan tetapi tahap

pemberdayaan yang dilihat dari segi tingkat pelibatan pendamping baru pada tahap animasi, yaitu tahap menumbuhkan/membangkitkan semangat masyarakat, belum mencapai tahap fasilitasi, yaitu tahap membantu masyarakat menembus rintangan teknis yang dihadapi.

Efektivitas Penegakan Aturan

Pengukuran efektivitas penegakan aturan menghasilkan jawaban yang hampir seragam antaranggota. mayoritas anggota baik Kecamatan Tamansari maupun Kecamatan Dramaga termasuk kategori mendapatkan efektivitas penegakan aturan tinggi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran anggota koperasi menurut efektivitas penegakan aturan di Kecamatan Tamansari dan Dramaga tahun 2014

Efektivitas penegakan aturan Kecamatan Tamansari Kecamatan Dramaga Gabungan

orang % orang % orang %

Rendah 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Sedang 16 45.7 12 48.0 28 46.7

Tinggi 19 54.3 13 52.0 32 53.3

Jumlah 35 100.0 25 100.0 60 100.0

Petugas lapang merupakan karyawan tetap dengan rangkaian tugas yang sudah ditentukan. Petugas lapangan sudah melaksanakan prosedur yang berlaku di koperasi. Petugas juga memberi sanksi sesuai aturan yang berlaku. Semua anggota juga mengetahui bahwa pasti ada sanksi yang diberikan petugas ketika ada pelanggaran, akan tetapi sebagian anggota tidak mengetahui detail hukuman yang diberikan. Sebagian anggota beranggapan bahwa jika tidak hadir dalam pertemuan rutin mingguan dan tidak menabung, petugas hanya menegur saja, akan tetapi tidak memberi sanksi, padahal sebenarnya petugas memberi sanksi. Kondisi tersebut menyebabkan anggota menempati posisi efektivitas penegakan aturan sedang dan tinggi. Tidak ada sama anggota yang sama sekali menempati posisi efektivitas penegakan aturan rendah.

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diduga berhubungan dengan ketepatan pelayanan LKM adalah dukungan luar, dukungan ketua kelompok dan dukungan anggota kelompok. Dukungan luar yang dimaksud adalah dukungan dari keluarga, pemerintah, swasta maupun lembaga lain yang pernah diterima oleh anggota dalam rangka meningkatkan kemampuan ekonomi rumah tangga. Adapun dukungan ketua dan anggota kelompok merupakan dukungan yang diterima dari dalam kelompok sendiri.

Dokumen terkait