BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Deskriptif Data
Laba merupakan hasil bersih pendapatan dari serangkaian kinerja yang di capai perusahaan dalam suatu usaha. Tujuan perusahaan yaitu adalah
64
memaksimalkan laba. Laba merupakan dasar pengukuran kesuksesan kinerja perusahaan dalam mengelola dananya (Kasmir, 2012). Berikut merupakan gambaran perolehan laba unit syariah asuransi jiwa yang dijadikan peneliti sebagai sampel yaitu PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, BRI Life, PT.
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT. Prudential Life Assurance, PT. Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG Life.
Gambar 4.1
Laba Unit Syariah Asuransi Jiwa (Allianz Life, BRI Life, Manulife, Prudential, Sinar Mas MSIG )
(Dalam Jutaan Rupiah)
Dari data grafik diatas diketahui bahwa pada perusahaan Allianz Life perolehan laba pada tahun 2016 sebesar 59.7 milar, tahun 2017 sebesar 100 miliar, tahun 2018 sebesar 123.3 miliar, tahun 2019 sebesar 227.6 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 343.9 miliar. Sementara pada BRI Life perolehan laba pada tahun 2016 sebesar -2.05 miliar, pada tahun 2017 sebesar 5.2 miliar, pada tahun 2018 sebesar 9.6 miliar, pada tahun 2019 sebesar 16.7 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 29.9 miliar. Dan pada perusahaan PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia perolehan laba pada tahun 2016 sebesar 42 miliar, pada tahun 2017 sebesar 76 miliar, pada tahun 2018 sebesar 42.8 miliar, 81.9 miliar, pada tahun 2019 sebesar 81.9 miliar dan pada tahun 2020 laba sebesar 71.9 miliar. Selanjutnya pada PT. Prudential Life Assurance perolehan laba pada tahun 2016 sebesar 819.7 miliar, pada tahun 2017 sebesar 750 miliar, kemudian pada tahun 2018 sebesar 660 miliar, pada tahun 2019 sebesar 661.1 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 439.4 miliar. Dan terakhir pada asuransi Sinar Mas MSIG laba pada tahun 2016 sebesar 41.1 miliar, pada tahun 2017 sebesar 26.7
59.746 100.097 123.397 227.646 343.914
-2.056 5.223 9.645 16.751 29.927
42.055 76.035 42.83 81.948 71.934
819.72 750.248 660.039 661.154 439.409
41.179 26.733 35.729 29.207 26.41
2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0
LABA TAHUN 2016-2020
Allianz BRI Manulife Prudential Sinar Mas
65
miliar, tahun 2018 sebesar 35.7 miliar, tahun 2019 sebesar 29.2 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 26.4 miliar.
2. Premi
Premi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan tertanggung kepada penanggung (perusahaan) sebagai penjamin guna sebagai pengganti apabila terjadi kerusakan, kehilangan dan lain sebagainya yang dialami tertanggung. Pembayaran yang dilakukan tertanggung kepada penanggung (pihak asuransi) dibayarkan sesuai dengan nominalnya yang dengan itu maka segala aset akan dijaminkan kepada pihak asuransi atau dapat dikatakan pemindahan risiko atas aset yang dijaminkan (Amrin, 2016).
Berikut merupakan gambaran perolehan premi unit syariah asuransi jiwa yang dijadikan peneliti sebagai sampel yaitu PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, BRI Life, PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT. Prudential Life Assurance, PT. Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG Life.
Gambar 4.2
Premi Unit Syariah Asuransi Jiwa (Allianz Life, BRI Life, Manulife, Prudential, dan Sinar Mas MSIG)
(Dalam Jutaan Rupiah)
Dari data grafik diatas diketahui bahwa pada perusahaan Allianz Life perolehan premi pada tahun 2016 sebesar 534.1 miliar, tahun 2017 sebesar 631.8 miliar, tahun 2018 sebesar 727.6 miliar, tahun 2019 sebesar 852.1 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 1.152 triliun. Sementara pada BRI Life perolehan premi pada tahun 2016 sebesar 44.4 miliar, pada tahun 2017 sebesar 53.3 miliar, pada tahun 2018 sebesar 68.8 miliar, pada tahun 2019 sebesar 70.9 miliar dan
534.183 631.86 727.625 852.136 1,152.23
44.416 53.346 68.86 70.967 121.485
105.200 129.046 168.394 152.044 101.991
2,194.17 2,205.24 2,367.14 2,554.16 2,871.89
85.076 87.157 92.847 80.338 78.818
2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0
PREMI TAHUN 2016-2020
Allianz BRI Manulife Prudential Sinarmas
66
pada tahun 2020 sebesar 121.4 miliar. Dan pada perusahaan PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia perolehan premi pada tahun 2016 sebesar 105.2 miliar, pada tahun 2017 sebesar 129 miliar, pada tahun 2018 sebesar 168.3 miliar, pada tahun 2019 sebesar 152 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 101.9 miliar.
Selanjutnya pada PT. Prudential Life Assurance perolehan premi pada tahun 2016 sebesar 2.1 triliun, pada tahun 2017 sebesar 2.2 triliun, kemudian pada tahun 2018 sebesar 2.3 triliun, pada tahun 2019 sebesar 2.5 triliun dan pada tahun 2020 sebesar 2.8 triliun. Dan terakhir pada asuransi Sinar Mas MSIG premi pada tahun 2016 sebesar 85.08 miliar, pada tahun 2017 sebesar 87.16 miliar, tahun 2018 sebesar 92.85 miliar, tahun 2019 sebesar 80.33 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 78.8 miliar.
3. Hasil Investasi
Pengelolaan dana investasi yang paling dominan yaitu dengan menginvestasikan dana yang di peroleh perusahaan atas premi. Investasi merupakan suatu kegiatan perekonomian pada perusahaan yaitu dengan menanamkan dana yang diperoleh pada suatu objek tertentu yang diharapakan akan memberikan keuntungan di masa depan (Nasution & Sistiyarini, 2019).
Berikut merupakan gambaran perolehan hasil investasi unit syariah asuransi jiwa yang dijadikan peneliti sebagai sampel yaitu PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, BRI Life, PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT. Prudential Life Assurance, PT. Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG Life.
Gambar 4.3
Hasil Investasi Unit Syariah Asuransi (Allianz Life, BRI Life, Manulife, Prudential, dan Sinar Mas MSIG)
(Dalam Jutaan Rupiah)
19.093 19.395 26.734 51.343 71.783
3.724 3.974 4.503 7.140 9.10017.081 25.384 23.859 30.96 26.771
155.957 182.393 98.567 167.557 107.999
15.871 24.137 22.417 24.683 13.111
2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8 2 0 1 9 2 0 2 0
HASIL INVESTASI TAHUN 2016 -2020
Allianz BRI Manulife Prudential Sinarmas
67
Dari data grafik diatas diketahui bahwa pada perusahaan Allianz Life perolehan hasil investasi pada tahun 2016 sebesar 19.09 miliar, tahun 2017 sebesar 19.39 miliar, tahun 2018 sebesar 26.73 miliar, tahun 2019 sebesar 51.34 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 71.78 miliar. Sementara pada BRI Life perolehan hasil investasi pada tahun 2016 sebesar 3.7 miliar, pada tahun 2017 sebesar 3.9 miliar, pada tahun 2018 sebesar 4.5 miliar, pada tahun 2019 sebesar 7.1 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 9.1 miliar. Dan pada perusahaan PT.
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia perolehan hasil investasi pada tahun 2016 sebesar 17 miliar, pada tahun 2017 sebesar 25.3 miliar, pada tahun 2018 sebesar 23.8 miliar, pada tahun 2019 sebesar 30.96 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 26.77 miliar. Selanjutnya pada PT. Prudential Life Assurance perolehan hasil investasi pada tahun 2016 sebesar 155.95 miliar, pada tahun 2017 sebesar 182.39 miliar, kemudian pada tahun 2018 sebesar 98.56 miliar, pada tahun 2019 sebesar 167.55 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 107.99 miliar. Dan terakhir pada asuransi Sinar Mas MSIG hasil investasi pada tahun 2016 sebesar 15.87 miliar, pada tahun 2017 sebesar 24.13 miliar, tahun 2018 sebesar 22.41 miliar, tahun 2019 24.68 miliar dan pada tahun 2020 sebesar 13.11 miliar.
4. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus. Terjadinya inflasi disebabkan oleh jumlah uang yang beredar di masyarakat, kenaikan harga barang yang di impor, naiknya harga produksi dan upah karyawan serta dapat disebabkan pula oleh meningkatnya belanja negara (Yulianta, 2021). Pertumbuhan inflasi dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan. Inflasi yang tinggi menandakan gejolak kekacauan ekonomi namun apabila tingkat inflasi yang terlalu rendah pula dalam suatu negara menandakan penurunan daya beli masyarakat yang menurun. Dalam hal ini inflasi mempengaruhi kinerja asuransi jiwa syariah sebagai salah satu variabel makro yang mempunyai peranan dalam kinerja peningkatan laba asuransi jiwa syariah. Berikut perkembangan inflasi pada tahun 2016-2020 yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
68
Gambar 4.4
Perkembangan Inflasi Tahun 2016-2020
(Dalam Persenan)
Dalam grafik diatas diketahui bahwa pada tahun 2016 tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Maret 4,45% dan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 2,79%. Pada tahun 2017 tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 4,37% dan inflasi terendah terjadi pada bulan November yaitu sebesar 3,3%. Pada tahun 2018 tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 3,41% dan inflasi terendah terjadi pada bulan Juni 3,12%. Pada tahun 2019 tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 3,49% dan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 2,48%. Dan terakhir pada tahun 2020 tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 2,98% dan tingkat inflasi terendah terjadi pada bulan Agustus 1,32% (www.bps.go.id, 2020).
5. Kurs
Kurs adalah harga nilai tukar mata uang domestik atas harga mata uang negara lain. Kurs digunakan sebagi alat tukar dalam suatu transaksi yang mana nilai mata uang dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran atas nilai mata uang yang bersangkutan (Masri & Hadi, 2016). Kurs merupakan salah satu variabel makro yang penting dalam perekonomian. Kenaikan nilai kurs disebut apresiasi sedangkan penurun nilai kurs disebut depresiasi. Dalam penelitian ini satuan ukur yang digunakan yaitu nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dalam penutupan perdagangan valuta asing tiap bulan dalam satuan rupiah selama
0 1 2 3 4
5 2016 2017 2018Inflasi Tahun 2016-20202019 2020
69
Januari 2016 sampai Desember 2020. Berikut grafik perkembangan kurs pada tahun 2016-2020 yang digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Gambar 4.5
Perkembangan Kurs Tahun 2016-2020
(Dalam Ribuan Rupiah)
Dalam grafik diatas diketahui bahwa pada tahun 2016 harga jual kurs tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 13,615 dan harga jual kurs terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 12,998. Pada tahun 2017 harga jual kurs tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebear 13,572 dan harga jual kurs terendah terjadi pada bulan Maret dan Mei yaitu sebesar 13,321.
Pada tahun 2018 harga jual kurs tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 15,227 dan harga jual kurs terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 13,413. Pada tahun 2019 harga jual kurs tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 14,385 dan harga jual kurs terndah terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 13,901. Dan terakhir pada tahun 2020 harga jual kurs tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 16,367 dan harga jual kurs terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 13,662. (www.bi.go.id, 2020) C. Analisis dan Pembahasan
Seluruh data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data sekunder. Penelitian ini menggunakan data jumlah laba unit usaha syariah asuransi jiwa di Indonesia dengan sampel lima perusahaan yaitu PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, BRI Life, PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, PT.
Prudential Life Assurance, PT. Asuransi Jiwa Sinar Mas MSIG Life, dimana
0 5,000 10,000 15,000 20,000
Kurs Tahun 2016-2020
2016 2017 2018 2019 2020
70
data tersebut diperoleh penulis dari laporan keuangan tahunan yang diinterpolasikan menjadi data bulanan dengan menggunakan Eviews 10.
Sedangkan untuk variabel independen dalam penelitian ini menggunakan dua faktor yaitu faktor internal faktor eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini yaitu premi dan hasil investasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk faktor eksternal yang digunakan yaitu inflasi dan kurs yang diperoleh dari website Bank Indonesia.
Model yang digunakan dalam penelitian sebagai alat analisis yaitu Regresi Data Panel untuk periode 2016-2020 dan Autoregressive Distributed Lag (ARDL) untuk periode 2016-2020. Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2013 dan Eviews 10 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.
1. Regresi Data Panel
Regresi data panel digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada masing-masing asuransi yang berbeda-beda.
Pengujian data panel terdiri dari beberapa tahapan, berikut hasil pengujian regresi data panel pada setiap variabel:
a. Common Effect
CEM mengasumsikan bahwa tidak terdapat efek individual. Dalam model common effect terdapat 4 parameter yaitu Ordinary Least Square, Weighted Least Square, Seemingly Uncorelated Regression, dan Feasible Generalyzed Least Square.(Srihardianti, dkk, 2016)
b. Fixed Effect
FEM merupakan model yang memperhatikan adanya keberagaman variabel independen. Dalam mengestimasi fixed effect model terdapat 3 parameter. Parameter dalam fixed effect model sama dengan common effect, namun tidak termasuk Feasible Generalized Least Square (FGLS) dengan proses Autoregressive dimana model fixed effect model tidak bersifat heteroskedastisitas dan terdapat korelasi antar waktu pada residualnya . (Srihardianti, dkk, 2016)
c. Random Effect
71
Random effect terjadi apabila efek individual tidak memiliki korelasi dengan variabel independen. Dalam mengestimasi random effect model yaitu dengan Generalized Least Square (GLS) dengan asumsi homokedastik dan tidak ada cross-sectional correlation. (Srihardianti, dkk, 2016)
d. Uji Chow
Uji ini digunakan untuk memilih salah satu model dalam regresi data panel, yaitu antara Fixed Effect Model (FEM) dengan Common Effect Model (Nasution & Sistiyarini, 2019). Berikut hasil uji chow regresi data panel:
Tabel 4.1 Uji Chow
Berdasarkan hasil uji diatas, diketahui bahwa nilai Cross section Chi-Square yaitu 138.929880 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 <
0.05 maka H0 terima dan tolak H1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model terbaik dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
e. Uji Hausman
Uji hausman digunakan untuk memilih salah satu model dalam regresi data panel, yaitu antara model Fixed Model Effect (FEM) atau Random Effect Model (Nasution & Sistiyarini, 2019). Berikut hasil uji hausman regresi data panel:
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 42.849139 (4,291) 0.0000
Cross-section Chi-square 138.929880 4 0.0000
72
Tabel 4.2 Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 4 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Berdasarkan hasil uji hausman di atas, diketahui nilai probabilitasnya yaitu 1.0000 > 0.05 maka yang model terbaik dalam penelitian ini adalah random effect model. Namun, terdapat keterangan “Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero”, keterangan ini menunjukkan bahwa hasil uji hausmannya tidak valid, sehingga walaupun nilai probabilitasnya > 0,05, maka yg terpilih tetap uji fixed effect.
Hal ini diakibatkan karena hasil tes variance pada uji hausmannya tidak valid. Ketidakvalidan dalam uji hausman disebabkan pula karena terjadinya ketidaksamaan bentuk data pada masing-masing variabel. Dapat disimpulkan bahwa model terbaik dalam penelitian ini adalah Fixed Effect Model.
Menurut Verbeek (2000), Gujarati (2003), Wibisono (2005), Aulia (2004:27) dalam buku Ajija dkk (2011:52) menyimpulkan bahwa “Keunggulan lain pada data panel yaitu data panel memiliki implikasi tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik”, maka data panel tidak membutuhkan pengujian asumsi klasik. Dari uji spesifikasi diatas maka model terbaik yang digunakan yaitu fixed effect model.
• Pembahasan a. Uji Simultan
73
Pengujian terhadap semua variabel independen di dalam model regresi dapat dilakukan dengan uji F. Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen (Premi, Hasil Investasi, Inflasi, dan Kurs), secara bersama-sama berpengaruh terhadap Laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Adapun hasil pengujiannya sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji F
F-Statistics 303.2444
Prob (F-Statistics) 0.000000 Sumber: Eviews 10 (Data diolah 2021)
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai F hitung 303.2444 dengan Probabilitas F statistik sebesar 0,000000 < 0.05. Sehingga dapat diartikan bahwa variabel independen (premi, hasil investasi, inflasi dan kurs) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu laba asuransi jiwa syariah.
b. Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen (Premi, Hasil Investasi, Inflasi, dan Kurs) mampu menjelaskan variabel dependen (Laba Unit Usaha Syariah Asuransi Jiwa di Indonesia). Adapun hasil pengujiannya sebagai berikut:
Tabel 4.4
Koefisien Determinasi
R-Squared 0.892895
Adjusted R-Squared 0.889950 Sumber: Eviews 10 (Data diolah 2021)
Dari tabel diatas, diperoleh nilai Adjusted R-Squared sebesar 0889950.
Ini berarti bahwa 88% variabel premi, hasil investasi, inflasi, dan kurs berpengaruh terhadap Laba Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia, sedangkan sisanya 12% dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel Premi, Hasil Investasi, Inflasi, dan Kurs.
74 c. Hasil Uji Signifikansi
a. Uji Parsial
1. Pengaruh Premi Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syari’ah Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel premi memiliki probabilitas sebesar 0.0418. Dalam taraf signifikansi 5% maka terima H0 dan tolak H1. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel premi secara individu signifikan mempengaruhi laba asuransi jiwa syari’ah di Indonesia.
2. Pengaruh Hasil Investasi Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syari’ah
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel hasil investasi memiliki probabilitas sebesar 0.0000. Dalam taraf signifikansi 5%
maka terima H0 dan tolak H1. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel hasil investasi secara individu signifikan dalam mempengaruhi laba asuransi jiwa syari’ah di Indonesia.
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syari’ah Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel inflasi memiliki probabilitas sebesar 0.2329. Dalam taraf signifikansi 5% maka tolak H0 dan terima H1. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara individu tidak signifikan dalam mempengaruhi laba asuransi Jiwa syari’ah di Indonesia.
4. Pengaruh Kurs Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syari’ah
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kurs memiliki probabilitas sebesar 0.8293. Dalam taraf signifikansi 5% maka tolak H0 dan terima H1. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel kurs secara individu tidak signifikan dalam mempengaruhi laba asuransi jiwa syari’ah di Indonesia.
d. Pembahasan Hasil Penelitian
Analisis data panel pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Premi, Hasil Investasi, Inflasi dan Kurs Terhadap Laba Asuransi Jiwa
75
Syari’ah periode 2016-2020. Dari hasil pengolahan data panel dengan metode fixed effect diperoleh Hasil estimasi model regresi data panel sebagai berikut.
Tabel 4.5
Output Regresi Data Panel
Variabel Koefisien t-statistik Probabilitas
Premi 0.243796 1.473054 0.0418
Hasil Investasi 0.649851 6.087290 0.0000 Inflasi -0.055720 -1.195295 0.2329
Kurs 0.162810 0.215734 0.8293
C -1.188954 -0.166110 0.8682
Sumber: Eviews 10
LB it = -1.188954 + 0.243796 PRM it + 0.649851 HINV it – 0.055720 IFL it + 0.162810 KRS it
Keterangan:
LB= Laba Asuransi Jiwa Syariah PRM = Premi
HINV = Hasil Investasi IFL = Inflasi
KRS = Kurs (Nilai Tukar)
Pada tabel analisis data panel dan persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa koefisien konstanta sebesar -1.188954. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variabel sitematis lain yang juga mempengaruhi laba asuransi jiwa syariah akan tetapi tidak masuk dalam model. Koefisien dari variabel-variabel tersebut secara akumulasi bernilai negatif. Karena tidak masuk dalam model, angka-angka sistematis tersebut masuk ke dalam konstanta. Sehingga menyebabkan koefisien konstanta menjadi negatif. Adapun variabel-variabel bebas dalam model yang mempengaruhi laba asuransi jiwa syariah dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Premi Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syariah
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel premi baik secara individu maupun simultan signifikan dalam mempengaruhi laba
76
asuransi jiwa syariah di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar 0.243796 menunjukkan bahwa premi berpengaruh positif terhadap laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Hal ini berarti apabila premi meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada peningkatan laba asuransi jiwa syari’ah sebesar 0.243796%.
Ketika premi yang diterima perusahaan maka akan berdampak pada kenaikan laba yang akan di terima perusahaan asuransi. Kenaikan secara berkala pada premi yang diterima berdampak baik pada peningkatan laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat premi yang besar maka perusahaan tersebut akan mengalami kenaikan pada tingkat laba yang diperoleh, pada akad wakalah bil ujroh perusahaan berhak mendapakan fee sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
Dari pendapatan fee terbesut secara otomatis pendapatan perusahaan juga akan meningkat. (Wulandari, dkk, 2019)
Dalam teori akuntansi dijelaskan bahwa konsep pendapatan merupakan peningkatan nilai aset dari suatu entity. Oleh karena itu faktor utama peningkatan laba perusahaan merupakan pendapatan premi. Untuk meningkatkan laba perusahaan tentunya harus diiringi dengan pendapatan premi yang memadai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarifah Rizqi Wulandari, Wimbo Wiyono, dan Noviansyah Rizal yang berjudul “Pengaruh Premi, Klaim Investasi, dan Undewriting Terhadap Laba Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia”.
2. Pengaruh Hasil Investasi Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syariah Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel hasil investasi baik secara individu maupun simultan signifikan dalam mempengaruhi laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar 0.649851 menunjukkan bahwa hasil investasi berpengaruh positif terhadap laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Hal ini berarti apabila hasil investasi meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada peningkatan laba asuransi jiwa syari’ah sebesar 0.649851 %.
77
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Husnul Khotimah (2014) menunjukkan bahwa hasil investasi berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi syari’ah pada PT. Asuransi Kerugian Sinar Mas Cabang Syariah periode 2008-2012. Dengan ini dapat dikatakan bahwa perusahaan asuransi yang melakukan investasi dengan baik, maka akan semakin banyak peluang untuk mendapatkan hasil investasi yang tinggi, peningkatan tersebut memicu meningkatnya laba perusahaan.
Hasil investasi yang tinggi akan meningkatkan komponen pendapatan pada laporan laba rugi pada perusahaan asuransi, yang pada akhirnya hal tersebut dapat meningkatkan besaran laba yang diperoleh perusahaan asuransi. (Wulandari, dkk, 2019)
3. Pengaruh Inflasi Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syariah
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel inflasi secara individu tidak signifikan dalam mempengaruhi laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar -0.055720 menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap laba asuransi jiwa di Indonesia. Hal ini berarti apabila inflasi meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada penurunan laba asuransi jiwa syari’ah sebesar -0.055720%.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Alissa Azmul Faoziyyah dan Nisful Laila (2020) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap laba asuransi syari’ah. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap laba asuransi, yang mana ketika ketika inflasi naik maka daya beli masyarakat terhadap produk asuransi berkurang, hal ini berimbas pada laba asuransi yang menurun. Dampak inflasi terhadap industri asuransi menurut sigma N0.4/2010 tentang The Impact of Inflation on Insures adalah inflasi dapat mengarahkan pada kenaikan klaim sehingga hal tersebut menurunkan laba yang akan diperoleh perusahaan (Faoziyah & Laila, 2020).
78
Ketika inflasi bulanan diumumkan dan terjadi kenaikan atau penurunan, maka dampak ke pasar asuransi tidak akan terasa pada saat itu juga. Kenaikan inflasi secara terus-menerus berdampak pada berkurangnya laba asuransi yang didapat karena meningkatnya harga-harga secara umum yang berdampak pada peningkatan jumlah klaim yang diberikan pihak perusahaan terhadap peserta asuransi.
4. Pengaruh Kurs Terhadap Laba Asuransi Jiwa Syariah
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kurs baik secara individu maupun simultan signifikan dalam mempengaruhi laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Nilai koefisien regresi sebesar 0.162810 menunjukkan bahwa kurs berpengaruh positif terhadap laba asuransi jiwa syariah di Indonesia. Hal ini berarti apabila kurs meningkat sebesar 1%, akan berpengaruh pada kenaikan laba asuransi jiwa syari’ah sebesar 0.162810%. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yulianta dan Nurjaya (2021) menunjukkan bahwa kurs berpengaruh positif terhadap laba perusahaan PT. BCA Syariah Tbk, periode tahun 2012-2019.
Industri asuransi jiwa tidak luput dari pengaruhnya terhadap faktor makro ekonomi yaitu kurs. Dimana gejolak kurs akan berimbas pada bisnis asuransi. Contohnya yaitu di beberapa bidang seperti obat-obatan, treatment atau komponen alat kesehatan lainnya. Naiknya dolar akan mempengaruhi dimana harga komponen kesehatan yang diimpor dari luar negeri juga ikut naik. Komponen barang impor seperti obat dan treatment yang meningkat akan berpotensi meningkat klaim dan akan
Industri asuransi jiwa tidak luput dari pengaruhnya terhadap faktor makro ekonomi yaitu kurs. Dimana gejolak kurs akan berimbas pada bisnis asuransi. Contohnya yaitu di beberapa bidang seperti obat-obatan, treatment atau komponen alat kesehatan lainnya. Naiknya dolar akan mempengaruhi dimana harga komponen kesehatan yang diimpor dari luar negeri juga ikut naik. Komponen barang impor seperti obat dan treatment yang meningkat akan berpotensi meningkat klaim dan akan