• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Masa Dewasa Madya

1. Pengertian Dewasa Madya

Gilbert Brim (dalam Santrock, 1995) berpendapat bahwa masa dewasa madya adalah masa yang penuh dengan perubahan, perputaran dan pergeseran. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) bahwa masa dewasa madya adalah masa transisi dimana pria dan wanita akan melakukan berbagai perubahan minat, nilai, peran dan pola perilaku sebagai bentuk penyesuaian dengan periode kehidupan yang baru. Santrock (1995) mengatakan bahwa usia dewasa madya sebagai periode perkembangan yang dimulai kira-kira pada usia 35-45 tahun hingga memasuki usia 60-an.

2. Karakterisitik Dewasa Madya

Perubahan adalah satu kata yang tak bisa lepas dari perkembangan hidup manusia. Selama manusia hidup pasti mengalami berbagai perubahan baik dalam hal fisik maupun peran. Demikian pula halnya dengan individu yang ada pada masa dewasa madya, mereka selalu diperhadapkan dengan berbagai macam perubahan-perubahan dalam hidup. Adapun beberapa perubahan-perubahan itu antara lain :

a. Perubahan fisik

Santrock (1995) mengemukakan bahwa masa dewasa madya adalah masa terjadinya sejumlah perubahan fisik antara lain penurunan penglihatan, pendengaran dan kesehatan. Menurunnya keterampilan fisik yang dialami oleh dewasa madya tampak dari kesehatan yang

mulai memburuk. Masalah kesehatan yang utama bagi dewasa madya adalah penyakit kardiovaskuler, kanker, berat badan, hipertensi dan gangguan pencernaan. Penyakit stroke juga merupakan salah satu penyakit akut yang menjadi ancaman bagi dewasa madya karena bisa menyebabkan kecacatan setelah usia 45 tahun sehingga banyak penderita yang menjadi invalid atau tidak mampu lagi mandiri (Idris, 2007).

b. Perubahan Peran

Orang tua, khususnya ibu yang ada pada masa dewasa madya harus melakukan penyesuaian terhadap perannya yang baru dikarenakan anak tidak tinggal lagi bersama orang tua sehingga peran sebagai ibu yang mengurus anak bergeser. Setelah anak-anak tidak tinggal bersama orang tua, peran orang tua berubah menjadi peran yang berfokus pada pasangan. Akibatnya kepuasan perkawinan dan kepuasan seksual meningkat pada usia dewasa madya. Mayoritas pasangan suami istri yang berusia di atas 50 tahun mengatakan bahwa kehidupan seksual merupakan salah satu komponen yang penting dalam hubungan pernikahan (Berk, 2007). Edward dan Berman (dalam Berk, 2007) berpendapat bahwa frekuensi berhubungan seksual erat kaitannya dengan kebahagiaan pernikahan dan hubungan suami istri yang lebih positif. Campbell (dalam Santrock, 1995) mengatakan bahwa hubungan suami istri pada masa dewasa madya berada pada

fase siklus keluarga yang stabil, di mana pasangan mampu menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan.

Dalam menghadapi berbagai perubahan tersebut, individu dewasa madya dituntut untuk melakukan penyesuaian. Kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup menyebabkan timbulnya stress. Hurlock (1999) mengemukakan bahwa masa stress

merupakan salah satu ciri dari dewasa madya. Menurut Marmor (dalam Hurlock, 1999) stress yang dialami oleh pria dan wanita dewasa madya antara lain :

a. Stress somatik, yang disebabkan oleh keadaan jasmani yang menunjukkan usia tua.

b. Stress budaya, yang berasal dari penempatan nilai yang tinggi pada kemudaan, keperkasaan dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu.

c. Stress ekonomi, yang diakibatkan oleh beban keuangan dari mendidik anak dan memberikan status simbol bagi seluruh anggota keluarga. d. Stress psikologis, yang mungkin diakibatkan oleh kematian suami atau

istri, kepergian anak dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan, atau rasa hilangnya masa muda dan mendekati ambang kematian.

Selain harus melakukan penyesuaian terhadap perubahan fisik dan peran, individu yang ada pada usia dewasa madya juga memiliki beban berupa tanggung jawab yang lebih besar daripada ketika mereka masih remaja (Hurlock, 1999). Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan yang

dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1995) di mana masa dewasa madya ada dalam tahap generativitas atau stagnasi. Generativitas mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan bagi generasi selanjutnya. Individu berusia madya yang memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil akan mengalami puncaknya pada usia ini sehingga mereka mampu memungut hasil dari kerja keras yang dilakukan sebelumnya (Hurlock, 1999). Oleh karena itu, masa dewasa madya sering disebut sebagai masa berprestasi, di mana individu yang berada pada usia dewasa madya biasanya sedang menikmati puncak karir dan hasil dari kesuksesan mereka. Mereka mengalami keberhasilan baik di bidang keuangan, sosial, kekuasaan dan prestise. Rhodes dan Tamir (dalam Santrock, 1995) juga mengatakan bahwa masa dewasa madya merupakan masa di mana kepuasan kerja meningkat secara stabil, baik orang dewasa yang berpendidikan tinggi maupun yang tidak berpendidikan tinggi. Berk (2007) mengemukakan bahwa masa dewasa madya adalah masa di mana individu merasakan perasaan bahagia dan berfungsi sepenuhnya. Sebaliknya, jika mereka yang ada pada usia dewasa madya tidak dapat meninggalkan warisan bagi generasi selanjutnya maka mereka ada dalam tahap stagnasi.

3. Tugas Perkembangan Dewasa Madya

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar periode tertentu dari

kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Berikut ini adalah tugas-tugas perkembangan pria dan wanita dewasa madya :

a. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara. b. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang

bertanggung jawab dan bahagia.

c. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa.

d. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu

e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini.

f. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan.

g. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.

Hurlock (1999) mengemukakan bahwa sebagian besar pengembangan tugas-tugas usia madya diarahkan pada persiapan individu demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Individu yang berhasil melaksanakan tugas tersebut akan merasa bahagia dan hal ini akan menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Kegagalan pada tugas-tugas tersebut dapat mengakibatkan perasaan kurang bahagia, penolakan dari masyarakat dan kesulitan dalam

melaksanakan tugas-tugas selanjutnya. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang gagal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan adalah kesehatan yang buruk dan cacat tubuh (Hurlock, 1999).

C. Coping Pada Penderita Pasca Stroke

Dokumen terkait