• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI KELAS IV SDN MARGOREJO IV-406 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2008 – 2009

Dalam dokumen MENJADI GURU YANG ILMUWAN ILMUWAN YANG GURU (Halaman 117-123)

Siklus I. Aktivitas yang dilakukan pada masing-masing tahap dalam siklus I dapat dilaporkan sebgai berikut:

DI KELAS IV SDN MARGOREJO IV-406 SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2008 – 2009

Trisno Santoso, St. Suwarsono, & Th. Sugiarto Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan siswa tentang cara menghitung bangun datar gabungan melalui contoh dan latihan. Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Margorejo IV/406 Surabaya dengan jumlah siswa 28 anak yang terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan menggunakan metode pemberian contoh, tugas dan latihan. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam proses perbaikan adalah: (1) mendorong siswa melalui tanya jawab tentang mencari keliling, (2) menjelaskan tujuan pembelajaran, (3) menghitung keliling bangun datar gabungan, (4) siswa diberi tugas untuk mengerjakan latihan soal, dan (5) penambahan latihan soal, (6) simpulan menghitung keliling bangun datar gabungan. Dengan demikian menghitung keliling bangun datar gabungan dapat dimengerti siswa, bila dalam pelaksanaan proses pembelajaran harus dibantu dengan media yang mendukung, model yang kongkrit, dan seringnya mengerjakan latihan soal.

Kata kunci: keterampilan menghitung, keliling, bangun datar gabungan Materi bangun datar perlu dipahami siswa sebagai bekal untuk mempelajari materi matematika berikutnya. Anak akan lebih tertarik untuk mempelajari bangun datar jika mereka menggunakan benda-benda kongkret. Pengalaman-pengalaman yang mereka lakukan dengan adanya benda-benda konkret tersebut dapat mendukung pemahaman dan tercapainya suatu proses pembelajaran.

Pembelajaran dikatakan berhasil secara optimal bila siswa mampu menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Penguasaan materi pelajaran dapat dilihat dari hasil nilai evaluasi yang diberikan kepada siswa. Apabila pada evaluasi siswa tidak dapat mencapai target ditentukan, maka menunjukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan mengalami permasalahan yang harus dicari solusinya.

Temuan di lapangan pada waktu evaluasi awal matematika tahun pelajaran 2008/2009 siswa kelas IV pada Kompetensi Dasar Keliling Bangun Datar Gabungan hasilnya rendah. Dari 28 siswa yang mampu menguasai

MENJADI GURU YANG I LMUWAN & I LMUWAN YANG GURU

materi hanya 13 anak. Hal ini terbukti bahwa tingkat pengusaan materi hanya 46% dari keseluruhan anak. Melihat hal ini penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK ).

Tindakan Penelitian Kelas (PTK) perlu dilaksanakan guru karena mempunyai beberapa manfaat antara lain : (1) menemukan berbagai kasus yang terjadi dalam proses pembelajaran, (2) membantu guru untuk melaksanakan rencana perbaikan, (3) mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah PTK yang penulis tempuh dalam program sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti memilih Media Bangun Datar sebagai alat bantu untuk memperoleh informasi secara kongkret. Tujuan penggunaan Media Bangun Datar yaitu untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa serta untuk melatih penalaran siswa. Hal itu yang memotivasi penetili menggunakan Media Tiruan Bangun Datar dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya meningkatkan keterampilan siswa menghitung keliling bangun datar gabungan.

Dari uraian diatas tepatlah kiranya apabila peneliti merumuskan judul penelitian “Keterampilan Menghitung Keliling Bangun Datar Gabungan Dengan Menggunakan Media Bangun Datar Pada Siswa Kelas IV SDN Margorejo IV-406 Surabaya Tahun Pelajaran 2008/2009”

Kajian Pustaka

Pentingnya Pengajaran Keterampilan Berhitung di Sekolah Dasar

Sesuai dengan hasil Rakernas Tahun 1990, salah satu fungsi sekolah dasar adalah sangat strategis untuk menanamkan kemampuan dasar berhitung, (Supardjo, 1992 : 3). Berkaitan dengan itu siswa SD hendaknya menguasai keterampilan berhitung. Keterampilan dasar yang menonjol adalah: menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi, (Heruman Hudoyo, 1991 : 2).

Dalam mengajarkan keterampilan berhitung tersebut biasanya digunakan drill dan latihan. Drill dimaksudkan untuk memperoleh jawaban cepat, sedangkan latihan merupakan ulangan dari suatu usaha atau proses yang dikerjakan secara, tertulis, tetapi tidak setara dengan kecepatan drill. Hal ini dilakukan agar matematika benar-benar bermanfaat dan relevan dengan kehidupan siswa, sehingga pengajaran keterampilan berhitung dapat memperkuat pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu keterampilan matematika yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar adalah keterampilan berhitung. Keterampilan berhitung yang dimaksud antara lain: pembagian, perkalian, pengurangan dan penjumlahan. Keterampilan sangat penting sekali dalam mempelajari bagian-bagian matematika yang lain.

Pengertian Keterampilan Siswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. Keterampilan sendiri diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menyelesaikan tugas.

Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah rang dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak teranpil.(Muhibbin, 2008: 119)

Disamping itu menurut Reber dalam Muhibbin (2008), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinyapun luas sehingga sampai pada mampengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Artinya orang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap orang terampil.

Kemampuan Pemahaman

Kumpulan materi untuk pelatihan baca dan tulis untuk guru SD Provinsi Jawa Timur (Matrei 3,2001) Pemahaman adalah Kemampuan menyerap informasi, gagasan, pesan, baik melalui lisan maupun tertulis dengan simbul-simbul atau lambing bahasa dapat dilihat dan mampu mengimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

KBBI Depdikbud (1988; 968) pemahaman adalah mampu menangkap informasi dan mereproduksi informasi kepada orang lain dan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.

Gorys Keraf (1999; 16) Pemahaman adalah Bentuk wacana yang berusaha menyajikan obyek atau suatu hal yang sedemikian rupa, sehingga obyek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca seakan-akan pembaca melihat sendiri obyek tersebut.

KBBI Depdikbud (1988; 552) kemampuan adalah kecakapan; kekuatan untuk menyerap semua informasi yang diperoleh melalui lisan maupun tulisan pada peristiwa yang dialami.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan kemampuan pemahaman konsep adalah kecakapan seseorang menyerap informasi yang berupa lambang-lambang bahasa secara lisan maupun tertulis yang disampaikan orang lain, dapat malakukan dalam bentuk kegiatan dan mampu menyampaikan obyek tersebut kepada orang lain secara simpel.

Pemahaman memberikan suatu citra mental menyerap sesuatu informasi yang dilihat, didengar, dan dialami misalnya pemandangan. Fungsi utamanya adalah membuat para pendengarnya dapat menyerap kualitas obyek-obyek tersebut. Secara kasar dapat dikatakan pemahaman uraiannya pada wujud barang. Dalam pemahaman kita melihat obyek garapan secara hidup dan konkrit, kita melihat obyek secara bulat.

Media Pemahaman Konsep

Eni Anggraeni (1997; 1) Media adalah segala alat bantu yang digunakan oleh guru dan pelajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

KBBI Depdikbud (1988; 450) Media adalah alat (sarana) komunikasi seperti Koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas bahwa media contoh konkret adalah alat bantu yang dapat dibentuk dari gambar dengan kertas atau bahan yang dapat digunakan atau tiruan bangun datar yang dapat mempermudah memahami konsep yang disampaikan.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar. Media mempunyai arti tersendiri bagi guru yang menggunakannya sehingga dapat membantu mempertinggi hasil belajar siswa.

Ada beberapa alasan mengapa media dapat mempertinggi mutu proses belajar siswa ; (1) memperjelas bahan pengajaran yang disampaikan guru (2) mengefektifkan dan memfungsionalkan penggunaan alat indera siswa sebanyak mungkin sesuai dengan sifat materi dan kompentensi dasar yang disampaikan (3) merangsang cara berfikir siswa, pemilihan media yang tepat lebih mempercepat daya tangkap mereka terhadap materi yang disajikan karena menggugah tanggapan, daya ingatan, emosi, fantasi, dan intelegensi, (4) merangsang dialog siswa dengan dirinya.

Bab 2 Gugus Matematika Sekolah Dasar Penggunaan media pembelajaran berupa contoh konkrit, tiruan bangun datar gambar atau foto dan grafik itampilan guru akan menarik perhatian siswa disbanding dengan ceramah atau bercerita. Berkenaan dengan taraf berfikir kompleks. Dalam hal ini penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir siswa.

Meningkatkan Pemahaman Konsep dengan Menggunakan Media Bangun Datar atau Gambar

Pemahaman konsep lebih menekankan perhatian khusus melalui penanaman daya nalar melalui tiruan obyek. dengan mengenal ciri-ciri obyek maka penerina dapat menggambarkan verbalisme obyek diperkenalkan kepada penerima informasi, misalnya keliling bangun datar gabungan dengan menggunakan media bangun datar sehingga diperoleh gambaran tentang keliling bangun datar gabungan dengan jelas.

Pemahaman konsep dengan mendeskripsikan obyek dengan tujuan para penerima informasi dapat memahami obyek dan melihat obyek yang didemontrasikan. Dengan demikian penerima informasi walupan tidak lansung berhadapan dengan obyek atau barang yang diperkenalkan, penema informasi dapat memahami obyek itu melalu uraian dan rician yang diberikan penulis/ penyampai informasi, karena yang digambarkan sesuai dengan ciri-ciri obyek yang ada.

Hakekat Matematika.

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia).

Obyek penelitian matematika tidak sekedar identitas, tetapi lebih dititik beratkan pada hubungan, pola, bentuk dan struktur. Pendapat Russefendi (1991) dalam Heruman, (2007: 1) menyatakan, ”Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur terorganisasi, mulai dari unsur ynag tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhitnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000), dalam Herumam (2007: 1) adalah memiliki obyek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Penalaran dalam matematika adalah deduktif, penalaran matematika itu sulit dipisahkan dari logika. Banyak masalah matematika yang berkaitan dengan pembuktian. Pembuktian yang menggunakan penalaran deduktif

MENJADI GURU YANG I LMUWAN & I LMUWAN YANG GURU

itu menggunakan kalimat “jika”, “maka”. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis.

Kalau kita lihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didukung oleh matematika itu ditemukan berdasarkan proses induktif. Akan tetapi begitu suatu pola, aturan-aturan, dalil-dalil yang ditemukannya maka dalil-dalil itu dapat dibuktikan kebenarannya secara umum (deduktif).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

Menurut Susilo (2007: 17) masalah PTK selalu diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan oleh guru. Penelitian tindakan kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap persoalan yang terjadi ketika praktik dan proses pembelajaran berlangsung, dan guru menyadari pentingnya untuk mencari pemecahan masalah melalui suatu tindakan atau aksi yang direncanakan dan dilakukan secermat mungkin dengan cara-cara ilmiah dan sistematis.

Secara umum penelitian tindakan kelas menurut Mulyasa (2008: 1955) bertujuan untuk (1) memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas, (2) meningkatkan pelayanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas, khususnya layanan kepada peserta didik, (3) memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas, (4) memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Sedangkan tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menghitung keliling bangun datar gabungan dengan menggunakan media tiruan bangun datar bagi siswa kelas IV SDN Margorejo IV-406 Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya Tahun Pelajaran 2008/2009. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tindakan-tindakan nyata dengan refleksi terhadap tercapainya tujuan penelitian.

Ada beberapa macam model penelitian tindakan kelas yang ditawarkan oleh para ahli. Namun ada satu model yang kiranya tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Model ini terdiri dari empat komponen:

a. Rencana: Rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.

b. Tindakan/Pelaksanaan: Tindakan yang akan dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

c. Observasi/pengamatan: Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. d. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan

atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai kriteria. Pada penelitian ini peneliti menggunakan alur siklus yang secara garis besar tergambar sebagai berikut :

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian melalui evaluasi dapat digambarkan dengan diagram batang sebagai berikut :

Dari diagram tersebut di atas dapat terbaca bahwa keterampilan menghitung keliling bangun datar dari kondisi awal mengalami peningkatan sebesar 15,5% pada siklus pertama , siklus kedua sebesar 22,5 % dan pada siklus ketiga 28 % secara klasikal.

Pembahasan

Pada bagian ini, penulis mencoba mengkaji, mengkritisi, apa yang sudah dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai. Dari hasil kajian tersebut penulis akan merumuskan hal-hal sebagai berikut.

1. Kekurangan

a. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model penelitian tindakan kelas.

b. Pengelolaan kelas dan siswa perlu dirancang dengan baik agar tidak terjadi banyak hambatan dalam pembelajaran, misalnya siswa terlalu asyik melakukan otak-atik media bangun datar sehingga melupakan tujuan utama untuk belajar.

Bab 2 Gugus Matematika Sekolah Dasar c. Tidak selamanya setiap siswa mengalami peningkatan pada

setiap siklusnya ( contoh : siswa ke 17 mengalami penurunan nilai dari siklus pertama ke siklus kedua ). Bahkan ada 3 siswa yang tidak mengalami peningkatan sama sekali mulai siklus pertama sampai pada siklus ketiga ( yaitu : siswa ke 5, siswa ke 16 dan siswa ke 25 )

2. Kelebihan

a. Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, siswa yang senang dalam pembelajaran akan mendapatkan pemahaman dan daya ingat yang lebih baik; b. Siswa belajar dengan menerapkan prinsip ”belajar sambil

bermain”;

c. Memberi pengalaman kepada siswa tentang alternatif cara belajar; dan

d. Memberi pengalaman kepada penulis tentang pembelajaran yang lebih baik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dan hasil penelitian a. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan kegiatan yang

menyenangkan dan membutuhkan ide-ide yang kreatif, misalnya: bagaimana siswa memadukan dua buah bangun datar menjadi satu rangkaian bangun datar gabungan.

b. Penelitian ini lebih mengarah pada pengertian pemahaman ditinjau dari aspek bahasa, yaitu pemahaman adalah proses memiliki pengetahuan yang banyak, pandai dan tahu benar tentang suatu hal.

c. Media yang digunakan dalam pembelajaran dapat membantu pemahaman siswa dan mempermudah penjelasan guru, misalnya: laptop dan LCD dimana guru menampilkan gambar-gambar bangun datar secara abstrak, kemudian selanjutya siswa ditunjukan bendanya secara nyata.

d. Metode pembelajaran yang digunakan adalah multi metode, diantaranya: ceramah, tanya jawab, diskusi dan demonstrasi. Metode-metode tersebut digunakan karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing disesuaikan dengan karakter materi yang akan disampaikan. Secara umum pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan PAKEM, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

MENJADI GURU YANG I LMUWAN & I LMUWAN YANG GURU Penutup

Kesimpulan

Penelitian ini dilaksanakan bertolak dari latar belakang, yaitu: masih adanya siswa yang tidak dapat menghitung keliling bangun datar gabungan dan rendahnya pemahaman siswa terhadap bagaimana menghitung keliling bangun datar dengan benar serta permasalahan yang timbul, yaitu: apakah keterampilan siswa kelas IV tentang keliling bangun datar gabungan dapat ditingkatkan dengan menggunakan media bangun datar. Maka, dalam penelitian telah ditetapkan indikator keberhasilan akhir sebesar 70% siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Setelah dilaksanakan penelitian, sebanyak 73% siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa”Keterampilan siswa kelas IV tentang menghitung keliling bangun datar gabungan dapat terbantu dengan menggunakan media bangun datar”. Tujuan utama penelitian ini, yaitu untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan siswa kelas IV tentang keliling bangun datar gabungan dengan menggunakan media bangun datar juga dapat terbantu, meskipun masih ada tiga siswa yangtidak terbantu sama sekali dalam penelitian ini. Dari penelusuran peneliti, ternyata ketiga siswa tersebut sejak kelas satu dinyatakan sebagai siswa yang berkebutuhan khusus ( inklusi ) yang membutuhkan penanganan khusus dan guru khusus dalam setiap proses pembelajaran. Kebetulan pula sekolah kami juga ditunjuk sebagai sekolah inklusi sejak tahun 2005.

Saran

Bagi para guru, penulis menyarankan untuk senantiasa memperbaiki pembelajaran, salah satu diantaranya dengan mengaplikasikan hasil penelitian ini dalam pembelajaran supaya mendapatkan pengalaman nyata dan menjadi alternatif pembelajaran yang lebih menyenangkan. Meskipun ada beberapa kelemahan dari penelitian ini, hendaknya para guru dapat menyesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing.

Bagi para peneliti lain, penulis menghimbau untuk melakukan penelitian lanjutan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian ini, misalnya: media bangun datar yang dapat dilipat, desain pembelajaran yang lebih efisien terhadap waktu, dan pengamatan yang lebih valid, penilaian diri siswa yang belum dilaksanakan, serta penggunaan metode yang lebih menyenangkan. Dengan penelitian lebih lanjut akan didapatkan kesimpulan yang lebih akurat dan desain penggunaan media bangun datar yang lebih sempurna. Apabila menemui kasus seperti yang kami alami, yaitu ada beberapa siswa yang mempunyai

kebutuhan khusus, hendaknya menggunakan metode dan media yang berbeda dengan siswa yang lain.

Bagi sekolah, peneliti menyarankan agar senantiasa mendorong dan memfasilitasi para guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. Kegiatan ini mengajak guru untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan selanjutnya melakukan usaha perbaikan. Konsekwensi dukungan ini adalah adanya tambahan anggaran untuk melakukan penelitian sehingga sekolah bersama komite dapat mengalokasikan dana penelitian dalam RAPBS.

Daftar Pustaka

Azhar Arsyad (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Depdikbud (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Dan Penilaian Pada Sistem Semester

Sekolah Dasar (2002). Jakarta: Depdiknas.

Kurikulum Matematika Sekolah Dasar (2006). Jakarta: Depdiknas.

Eny Anggraeni (1997). Media Dalam Pengajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Heruman (2007). Model Pembelajaran Matematika Di SD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys (1999). Ekposisi Lanjutan II. Jakarta: Grasindo.

Wardani, K., Siti Julaeha, & Ngadi Marsinah (2004). Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Jakarta: Universitas Terbuka.

M. Khafid dkk. (2006). Matematika Untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga. Muhibbin Syah (2008). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.

Bandung: Remaja Rosda Karya.

Musetyo, Gatot (2002). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyasa (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sukandar, Siti M. Amin (2002). Matematika 4. Jakarta: Balai Pustaka.

Suharmini Arikunto (1991). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta Bumi Aksara.

Supardjo (1992). Pelajaran Berhitung SD. Solo: Tiga Serangkai.

Susilo (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suwarsono, St & Sugiarto, Th. (2008). Materi Kuliah Matematika Program

Sertifikasi Guru SD. Yogyakata: Universitas Sanata Dharma. Wina Sanjaya (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

BAB 3

ILMU PENGETAHUAN ALAM

Dalam dokumen MENJADI GURU YANG ILMUWAN ILMUWAN YANG GURU (Halaman 117-123)

Garis besar

Dokumen terkait