• Tidak ada hasil yang ditemukan

LETAK NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA PADA PETA BUTA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY BAGI SISWA

Dalam dokumen MENJADI GURU YANG ILMUWAN ILMUWAN YANG GURU (Halaman 197-200)

KELAS VI C SDN SUKUN I KOTA MALANG TAHUN 2008/2009 Sri Mursinah, Y. Harsoyo, & Rusmawan

Abstrak

Berdasarkan data pada studi pendahuluan siswa mengalami kesulitan untuk mengenal letak negara-negara di Asia Tenggara pada peta buta. Hal ini terbukti dari data nilai hasil belajar masih mencapai 63% penguasaan siswa terhadap materi tersebut dan jumlah siswa yang nilainya telah memenuhi Standar Ketuntasan Minimal(SKM) baru mencapai 45%. Berdasar analisa data ketidakberhasilan ini disinyalir karena siswa kurang aktif dalam pembelajaran, dan minimnya pemanfaatan sumber belajar. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, peneliti mencoba menggunakan metode discovery, agar siswa aktif membangun pemahamannya melalui kegiatan menemukan sendiri dan memberikan pengalaman langsung dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar agar pengetahuan yang dibangunnya lebih tahan lama dan bermakna. Dengan menggunakan metode discovery diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar pada siklus I terdapat peningkatan nilai hasil belajar siswa14% dan jumlah siswa yang memenuhi SKM meningkat 23%. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar 10% dan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi SKM 29%, Jadi hingga tindakan siklus II terjadi peningkatan nilai hasil belajar 24% dan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi SKM mencapai 52%. Dengan demikian metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar siswa tetang letak negara-negara di Asia Tenggara pada peta buta bagi siswa kelas VIC SDN Sukun I Kota Malang Tahun Pelajaran 2008/2009.

Kata Kunci: peningkatan prestasi, metode discovery,dan peta buta.

Pembelajaran IPS adalah proses membangun pemahaman tentang isi bahan kajian IPS pada diri siswa, dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran IPS hakekatnya pembelajaran interelasi aspek-aspek kehidupan manusia di masyarakat. Hakekat materi IPS digali dari kehidupan sehari-hari yang nyata di masyarakat. Pembelajaran IPS merupakan proses memadukan berbagai pengetahuan sosial. Pembelajaran IPS merupakan sistem pembelajaran IPS yang membahas, menyoroti, menelaah, mengkaji gejala atau masalah sosial dari berbagai aspek

kehidupan, atau melakukan interrelasi antar berbagai aspek kehidupan sosial dalam membahas masalah sosial.

Materi yang dibahas dari kompetensi dasar “Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga” merupakan topik pembahasan berkecenderungan ke arah geografi. Pada bahasan ini pembelajaran mengarah pada letak wilayah suatu negara yang dipelajari melalui peta buta. Materi ini hakekatnya erat pula dengan topik sejarah, sosial, ekonomi, aspek politik dan lainnya. Namun bukan berarti keseluruhan aspek tersebut mendapatkan jangkauan pembahasan yang berimbang namun titik berat penekanan cenderung pada topik permasalahan.

Berdasar hasil pengamatan pada siswa kelas VI tahun pelajaran 2007/2008, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memahami letak suatu negara pada peta buta. Kesulitan siswa ini tampak pada data hasil tes yang menunjukkan rata-rata kelas baru mencapai 63% penguasaan materinya dan siswa yang nilainya memenuhi Standar Ketuntasan Minimal(SKM) ada 15 dari 33 siswa atau 45%. Pencapaian prestasi siswa pada bahasan ini masih di bawah SKM yaitu 70,0.

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah umum penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, apakah dengan metode discovery dapat meningkatkan prestasi belajar tentang letak negara-negara di Asia Tenggara pada peta buta bagi siswa kelas VI C SDN Sukun I Kota Malang Tahun Pelajaran 2008/2009?

Winkel (1984: 64) menyatakan bahwa prestasi adalah bukti usaha yang dapat dicapai. Untuk mengetahui hasil dari usaha dalam pembelajaran perlu diukur secara langsung dengan menggunakan tes atau evaluasi, untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

Purwanto (1984: 33) menyatakan bahwa pelaksanaan evaluasi pembelajaran seorang guru dapat menggunakan dua macam tes, yakni tes yang telah distandarkan(standardized test) dan tes buatan guru (teacher-made test). Standardized test adalah tes yang telah melalui proses validasi dan keandalan. Sedangkan Teacher-made test adalah tes buatan guru yang belum melalui proses standardisasi.

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran- pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai pelajaran yang diberikan oleh guru, yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/tes prestasi (Mulyono, 1995: 150). Pestasi belajar selain dipengaruhi oleh kemampuan kognitif yang dimiliki siswa juga dipengaruhi oleh pengalaman belajarnya, maka metode yang tepat akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Metode discovery/metode penemuan adalah prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi obyek, oleh siswa yang membutuhkan penundaan penjelasan tentang penemuan-penemuan penting sampai siswa menyadari sebuah konsep(Gilstrap dalam Dimyati). Namun menurut Gagne dan Berliner (dalam Dimyati: 1993) menyatakan bahwa ”Metode penemuan dapat digunakan secara individu maupun kelompok”.

Menurut Mulyasa (dalam Sagala 2007: 110) metode penemuan merupakan metode yang lebih menekankan kepada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Proses mengalami pada individu akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Menurut teori belajar yang dikembangkan oleh Peaget (dalam Sanjaya 2008: 124) bahwa individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikonstruksi anak-anak menjadi pengetahuan yang bermakna. Namun pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna yang hanya bisa diingat sementara setelah itu dilupakan.

Willis (2004: 14) membagi pembelajaran dan penemuan dalam tiga jenis yaitu seperti berikut: (1) pembelajaran penemuan terbimbing, guru banyak memberikan bimbingan berupa cara pemecahan masalah, bahan yang diperlukan, dan penyediaan sarana atau fasilitas pembelajaran; tetapi para siswa dianjurkan untuk menyelesaikan sendiri pemecahan masalah tersebut; (2) pembelajaran penemuan kurang terbimbing memberikan masalah dan bahan, siswa diberi kebebasan dalam pemecahan masalah dan guru berfungsi sebagai pembimbing siswa dalm pembelajaran; dan (3) penemuan bebas diperuntukan bagi siswa kelas tinggi yang sudah mempunyai banyak pengalaman, karena siswa harus menentukan sendiri alternatif pemecahan masalah yang mereka pelajari.

Pembelajaran IPS yang terkait dengan isi materi ini dengan menggunakan metode discovery bertujuan untuk: (1) meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk memperoleh informasi-informasi dari berbagai sumber; (2) mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai sumber informasi yang membuat siswa pasif untuk berfikir; (3) melatih para siswa untuk memanfaatkan sumber-sumber informasi; dan (4) meningkatkan pemahaman terhadap isi materi, karena keterlibatannya secara langsung dari proses pencarian.

Menurut Sizer (dalam Wasilah 2007: 124) bahwa pembelajaran mandiri yang menekankan pada tindakan memberi kesempatan pada otak untuk merasakan dunia luar dengan cara yang tidak terhitung. Aktifitas

Bab 4 Gugus I lmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar fisik seperti mencocokkan, dan bertukar informasi akan mengirimkan pesan ke otak yang menjadi dasar bagi pembentukkan jaringan syaraf yang kuat. Belajar aktif juga memuaskan dorongan anak untuk melakukan pekerjaan penting dan akan melakukan dengan bersungguh-sungguh.

Goleman (dalam Slavin 2008: 35) menyatakan bahwa pembelajaran tradisional yang menerapkan sistem kompetisi menciptakan norma-norma diantara siswa yang berlawanan dengan usaha-usaha akademik. Kesuksesan salah satu siswa menurunkan kesempatan untuk sukses bagi yang lain. Akan tetapi jika para siswa bekerja sama, mereka belajar tentang usaha yang dapat membantu keberhasilan teman satu kelompoknya. Oleh sebab itu para siswa saling

mendorong pembelajaran antar teman, mendorong usaha akademis satu sama lain, dan mengekspresikan norma-norma sesuai dengan pencapaian akademik.

Berdasarkan kajian teori tersebut diatas, penelitian ini dilakukan dengan harapan bahwa dengan menggunakan metode discovery akan meningkatkan prestasi belajar tentang letak negara-negara di Asia Tenggara pada peta buta bagi siswa kelas VI C SDN Sukun I Kota Malang Tahun Pelajaran 2008/2009.

Metode Penelitian

Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI C SDN Sukun I Kota Malang Tahun Pelajaran 2008/2009, yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada awal semester I Tahun Pelajaran 2008/2009, antara tanggal 14 Juli sampai dengan 26 Juli 2008, di SDN Sukun I Kota Malang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas, karena berupaya menghasilkan data verbal dan non verbal secara potensial dan dapat memberikan makna dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data penelitian ini berupa tingkat keberhasilan tindakan pada siklus yang berada pada konteks alamiah, yakni peningkatan prestasi belajar siswa tentang letak negara-negara di Asia Tenggara bagi siswa kelas VI C Sekolah Dasar Negeri Sukun 1 Kota Malang. Teknik pengumpulan data ini mencerminkan penelitian kualitatif, yaitu: (1) latar belakang penelitian sebagai sumber pengambilan data bersifat alamiah, (2) analisis data bersifat deskriptif, (3) manusia sebagai instrumen kunci, (4) memperhatikan pentingnya proses bukan semata-mata hasil, dan makna merupakan sesuatu yang esensial.

Masalah penelitian yang dikaji berkaitan dengan usaha perbaikan peningkatan pembelajaran di kelas secara profesional. Sejalan hal tersebut

MENJADI GURU YANG I LMUWAN & I LMUWAN YANG GURU

penelitian ini digunakan untuk meningkatkan prestasi tentang letak negara-negara di Asia Tenggara pada peta buta dengan metode discovery, khususnya bagi siswa kelas VI C SDN Sukun I Kota Malang.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah guru sebagi peneliti. Suyanto(1997:17) menyatakan bahwa bentuk penelitian tindakan kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting sangat besar peranan guru itu sendiri dalam penelitian tindakan kelas. Guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi(tindakan), dan refleksi.

Kasbolah (2001:10) menyatakan bahwa proses penelitian tindakan kelas merupakan proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi yang berupa perenungan terhadap perencanaan kegiatan dan hasil yang diperoleh sesuai prinsip umum penelitian tindalan kelas, siklusnya dilakukan secara parsipatoris (teman sejawat yang merupakan guru IPS juga).

Kegiatan penelitian ini dimulai dari refleksi awal untuk melakukan kajian pendahuluan tentang kondisi obyektif di lapangan. Langkah ini untuk memperoleh informasi tentang hambatan yang mendesak dan bagaimana cara mengatasinya. Langkah yang ditempuh peneliti selanjutnya adalah melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dimungkinkan ada perencanaan ulang, tindakan, pengamatan ulang dan refleksi ulang.

Pada penelitian ini membutuhkan data yang akurat. Data adalah segala faktor dan angka yang dapat dijadikan bukti untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 1988: 114). Menurut cara perolehannya data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber aslinya. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui perantara. Berdasarkan hal tersebut, maka data penelitian ini berupa data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi langsung terhadap proses pembelajaran di kelas VI C. Berdasarkan instrumen penelitian di atas, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data non test dan test.

Teknik non tes untuk mengetahui proses pembelajaran dengan metode discovery dan tingkat keberhasilan siswa menunjukkan letak negara-negara di Asia Tenggara pada peta buta. Teknik tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan, peneliti melaksanakan tes tulis secara individu.Adapun langkah-langkahnya adalah mengevaluasi hasil belajar secara individu berdasarkan indikator yang ditentukan, memprosentase keberhasilan dengan membandingkan data

hasil tes awal dengan hasil tes tindakan 1, dan mengidentifikasi serta mencatat nilai pada lembar data hasil belajar.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan, dan lembar observasi serta data hasil tes siswa. Observasi dilaksanakan untuk mengamati proses pembelajaran. Dengan berpedoman pada lembar observasi, observer mengamati apa yang terjadi dalam proses pembelajaran dan disertai catatan lapangan untuk mengetahui data-data yang lain selain yang terdapat dalam lembar observasi. Pada tahap awal, inti dan akhir pembelajaran. Wawancara digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi di kelas dengan para siswa. Wawancawa dengan siswa ini untuk mengetahui kesulitan-kesulitan secara individu untuk mengambil solusi berikutnya.Tes dilakukan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Tes tulis akan dilaksanakan setiap selesai pembelajaran. Hal ini juga dilakukan untuk memperoleh data yang akurat tentang pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Sedangkan teknik untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kuantitatif. Pada pelaksanaan analisis ini adalah mengolah skor menjadi nilai.

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Tahap-tahap tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: Klasifikasi data sesuai kelompok tertentu, penyajian data dilakukan dengan menyusun sekumpulan informasi yang diperoleh yaitu data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery dan data nilai hasil belajar siswa, menganalisis tingkat keberhasilan pembelajaran dengan membandingkan, dan penyimpulan data dilakukan setelah diklasifikasi dan penyajian data.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan selama 3 jam pelajaran yaitu dari pukul 07. 00 sampai pukul 08.45, pada siswa kelas VI C sejumlah 31 siswa. Peneliti berlaku sebagai guru dan observer dilaksanakan oleh rekan kerja seprofesi yang mengamati selama proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri dari 7 kelompok yang beranggotakan antara 4-5 orang. Pada awal pembelajaran siswa mengambil buku yang telah disediakan guru, dan enam siswa membawa buku dari rumah. Masing-masing kelompok mencari data dan fakta sejarah berdirinya ASEAN dengan mengisi lembar kerja siswa. Pada saat

pembelajaran ada 4 kelompok yang merasa kesulitan menemukan data tentang bentuk kerjasama ASEAN di bidang Industri, karena memang buku sumber yang mereka peroleh tidak lengkap dan ada pula kelompok yang kesulitan tersebut kurang mencermati isi buku. Selesai tugas pertama, siswa secara berkelompok mencari nama dan letak negara beserta ibukota negara anggota ASEAN dengan menterjemahkan simbol-simbol pada peta buta melalui Atlas maupun peta yang ditempel di papan tulis. Setelah selesai masing-masing kelompok diwakili 2 orang untuk mempresentasikan hasil temuannya, dengan membaca hasil Lembar Kerja dan menunjukkan pada peta buta. Dari hasil pengamatan semua siswa yang berlaku sebagai prsenter dapat menunjukkan nama dan letak negara, ibu kota, maupun letak tempat industri kerjasama anggota ASEAN pada peta buta. Hanya tampak beberapa kesalahan waktu menunjuk negara Malaysia timur dengan Brunei Darussalam.

Berdasar data hasil observasi, pada kegiatan awal sampai akhir telah dilaksanakan sesuai langkah-langkah pada rencana pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran, siswa secara berkelompok aktif melakukan eksplorasi untuk menemukan data dan fakta sejarah terbentuknya ASEAN dan menterjemahkan simbol-simbol pada peta buta. Karena anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, sehingga sebelum penyelesaian tugas ada empat siswa yang pasif dan tergantung dengan anggota kelompok yang lainnya. Demikian ada beberapa kesulitan yang dialami siswa, terdapat 4 kelompok melapor kesulitan menemukan data jenis-jenis industri kerjasama anggota ASEAN karena buku sumber yang mereka dapatkan isinya kurang lengkap. Untuk mengatasi hal ini guru mengambil langkah dengan meroling buku yang judulnya berbeda dengan kelompok lain. Sedangkan untuk menterjemahkan simbol pada peta siswa bereksplorasi melalui Atlas dan peta maupun globe yang ada di kelas saja. Setelah selesai pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa pada siklus I.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan discovery terbimbing pada siklus I diperoleh data hasil pengamatan sebagai berikut: (1) ada beberapa kelompok yang mengalami kesulitan mendapatkan informasi dari buku sumber yang diperolehnya, namun masalah segera teratasi dengan diadakan roling buku dengan judul yang berbeda dengan kelompok lain; (2) jumlah buku sumber kurang banyak karena siswa masih ada yang belum mempersiapkan sendiri; hal ini disebabkan banyak siswa belum memiliki buku paket, karena para orang tua masih mencari informasi judul buku, pengarang, dan sebagainya; sedangkan Buku IPS kelas VI yang merupakan Buku BOS, tidak memuat materi tentang ASEAN; dan (3) ada beberapa

Dalam dokumen MENJADI GURU YANG ILMUWAN ILMUWAN YANG GURU (Halaman 197-200)

Garis besar

Dokumen terkait