• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Dalam dokumen JURNAL Vol 7 No 1 Tahun 2012 (Halaman 46-49)

T

erkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi APIP terlihat pada rekomendasi yang tujuannya untuk perbaikan terhadap kinerja instansi, atau auditan merasa aparat pengawasan terkesan hanya mencari-cari kesalahan kemudian memberikan huku- man (punishment). Selama ini memang belum dijumpai dalam laporan hasil pe- ngawasan yang memberikan penghar- gaan (reward) kepada instansi yang telah berkinerja dengan baik. Hal ini dikarenakan inti dari laporan hasil pengawasan adalah rekomendasi terhadap perbaikan kinerja instansi, sedangkan terhadap kegiatan in-

stansi yang telah berjalan dengan baik tidak diungkapkan dalam laporan hasil penga- wasan.

Pada Tahun 2012, Inspektorat Jenderal mengadakan kegiatan baru berupa Pem- binaan Pengawasan, yang lebih ditekankan sebagai upaya untuk memberikan peng- hargaan (reward) terhadap Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, de- ngan tetap mengutamakan prinsip-prinsip

3E+1K (Efektif, Eisien, Ekonomis dan Keta- atan). Kegiatan Pemilihan UPT dengan Ki-

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

nerja Terbaik termasuk didalamnya pe- nilaian Pelayanan Publik, untuk merubah paradigma Inspektorat Jenderal yang se- lama ini terkesan sebagai watchdog men- jadi concultan dan quality assurance/cata- lis. Unit kerja yang telah ditetapkan sebagai Unit Kerja dengan Kinerja Terbaik diharap- kan akan menjadi contoh bagi seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubun- gan.

Penilaian UPT dengan Kinerja dan Pelayan- an Publik terbaik dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu Evaluasi terhadap Laporan Hasil Audit (LHA) Inspektorat Jenderal dan Peninjauan Lapangan (on the spot). Pe- nilaian dilakukan oleh Tim yang terdiri dari Inspektorat Jenderal

dan Sekretariat Jen- deral (Biro Perenca- naan, Biro Keuangan & Perlengkapan dan Biro Kepegawaian &

Organisasi).

Evaluasi tersebut di- lakukan terhadap selu- ruh LHA pada UPT di lingkungan Direktorat

Jenderal Darat, Perkeretaapian, Laut dan Udara serta Badan Pengembangan SDM Perhubungan. Aspek penilaiannya Analisis terhadap LHA antara lain meliputi : jum- lah temuan strategis, jumlah temuan selain temuan strategis, nilai temuan kerugian negara dan penyelesaian tindak lanjut ter- hadap temuan hasil audit, perencanaan ke- giatan, laporan keuangan dan penyerapan anggaran, serta laporan disiplin pegawai. Hanya UPT dengan bobot penilaian >60, dapat dilakukan penilaian ke tahapan se- lanjutnya.

Dari hasil Evaluasi terhadap LHA Inspek- torat Jenderal, diperoleh 9 (sembilan) UPT, yaitu :

1. Syahbandar Belawan

2. Distrik Navigasi Tanjung Priok 3. Distrik Navigasi Benoa

4. Otoritas Bandara Wilayah I Soekarno-

Hatta

5. Otoritas Bandara Wilayah III Surabaya 6. Otoritas Bandara Wilayah IV Bali

7. Bandar Udara Tjilik Riwut

8. Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar 9. Balai Pendidikan dan Pelatihan Trans-

portasi Darat (BPSDM) Palembang Pada Tahap Peninjauan Lapangan (on the spot), dilakukan penilaian terhadap Indika- tor Kinerja termasuk Indikator Pelayanan Publik. Penilaian Kinerja sebagian besar

mengacu pada Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 25 Tahun 2012 tentang Pe- tunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sedangkan Penilaian Pelayanan Publik mengacu pada

Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 7

Tahun 2010 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.

Dari hasil evaluasi penilaian terhadap 9 (sembilan) UPT tersebut, telah ditetapkan 3 (tiga) UPT dengan Kinerja Terbaik, yai- tu: Syahbandar Belawan, Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar dan Bandara Tjilik Riwut. Pemberian penghargaan kepada UPT dengan Kinerja Terbaik tersebut akan diberikan langsung oleh Menteri Perhubun- gan pada upacara perayaan Hari Per-

hubungan Nasional tanggal 17 September

2012, sedangkan pemberian penghargaan terhadap 6 (enam) UPT lainnya dengan Ki-

nerja Nominasi Terbaik akan diberikan oleh

Wakil Menteri Perhubungan.

Diharapkan dengan terpilihnya 3 (tiga) UPT dengan Kinerja Terbaik dan 6 (enam) UPT

dengan Kinerja Nominasi Terbaik, akan

memberikan efek positif terhadap UPT lain- nya di lingkungan Kementerian Perhubun- gan untuk bekerja lebih baik.

Ke-9 (sembilan) UPT tersebut dicanangkan

sebagai Zona Integritas menuju Wilayah

Bebas Korupsi sesuai Peraturan Menteri

PAN & RB Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pembangunan Zona In- tegritas menuju Wilayah Bebas dari Korup- si, sebagaimana telah dicanangkan di Ke- menterian Hukum dan HAM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan.

Penulis,

Andi Hartono Sekretariat Inspektorat Jenderal

Pengertian Good Governance

Istilah Good Governance mengemuka se- jak tahun 1983. Bagai mantra, kata-kata ini banyak diucapkan orang, entah itu kan- tor Bank Dunia di Washington, AS, atau di kantor sebuah LSM di pinggiran kota. Semuanya ramai-ramai menyerukan kata ini kepada Pemerintah, khususnya di ne- gara berkembang, termasuk di Indonesia, dimana mulai muncul dan popular sekitar tahun 1990 an.

Good Governace atau sering disebut “tata

kelola pemerintahan yang baik” berbeda dengan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean government). Tata kelola kepemerintahan yang baik

sebagai kata sifat adalah cara-cara penyelenggaraan

pemerintahan secara eisien

dan efektif. Good Gover- nance menurut UNDP meru- pakan proses penyeleng- garaan kekuasaan negara dalam melaksanakan penye- diaan public goods and ser- vice.

Governance adalah me- kanisme pengelolaan Sum- berdaya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah dalam suatu usaha kolektif. Pemerintah menjadi aktor penting dalam mekanisme ini, tapi ia tidak boleh terlalu dominan. Se- lain itu, kewenangan yang

dijalankan Pemerintah atau Negara harus

dirumuskan melalui semacam konsensus dari pelaku-pelaku di luar pemerintah. Yang disebutkan terakhir ini juga memiliki kom- petensi untuk ikut membentuk, mengon- trol, dan mematuhi wewenang yang diben- tuk secara kolektif.

Dalam konteks pembangunan, governance

berarti mekanisme pengelolaan sumber- daya ekonomi dan sosial untuk tujuan pembangunan. Good Governance, dengan demikian adalah mekanisme pengelolaan sumberdaya ekonomi dan sosial untuk pembangunan yang stabil dan merata. Ter- minologi inilah yang digunakan oleh bank

GOOD GOVERNANCE

Dalam dokumen JURNAL Vol 7 No 1 Tahun 2012 (Halaman 46-49)

Dokumen terkait