• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRITAS DAN PELAYANAN PUBLIK

Dalam dokumen JURNAL Vol 7 No 1 Tahun 2012 (Halaman 34-39)

Sejak lama, Presiden SBY mengajak Lembaga Negara dan Swasta baik di pusat maupun daerah menggunakan motto “permudahlah semua urusan”. Jangan gu- nakan seloroh atau cemooh masa lalu yang mengatakan, “kalau bisa dipersulit ke- napa dipermudah.” (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)

J

ika kita analisa secara lebih mendalam terhadap amanat Bapak Presiden terse- but, terdapat 2 (dua) hal penting yang perlu menjadi perhatian kita bersama, yaitu : - merupakan perintah bagi kita semua

untuk bersama-sama senantiasa mem- berikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat;

- merupakan cermin keperihatinan se- orang pemimpin atas buruknya kinerja para penyelenggara pelayanan publik dalam memberikan pelayanan kepada masyakarat.

Amanat tersebut seharusnya menjadi cam- buk bagi kita selaku aparat Pemerintah untuk merubah paradigma dalam pelak- sanaan pelayanan publik. Salah satu kunci

utama perubahan tersebut adalah INTEG- RITAS.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas diartikan sebagai: Keter- paduan, kebulatan, keutuhan, jujur dan dapat dipercayai. Jadi, arti kata integritas adalah Kesesuaian antara kata dan perbuatan kita yang dilakukan dalam kejujuran, sehingga kita dapat dipercayai oleh orang lain.

Integritas adalah komitmen diri pada karak- ter ketimbang keuntungan pribadi, pada orang ketimbang benda, pada pelayan- an ketimbang kekuasaan, pada prinsip ketimbang kesenangan, pada pandangan jangka panjang ketimbang jangka pendek (John C. Maxwell)

Vol. 7 No. 1 Tahun 2012

(TINJAUAN TERHADAP PELAYANAN PUBLIK/PERIZINAN

DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN)

Hakekat pelayanan publik adalah pembe- rian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyara- kat. Pelaksanaan pelayanan publik telah diatur tersendiri dalam Undang Undang

Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik. Dalam UU tersebut yang dimaksud dengan Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan ad- ministratif yang disediakan oleh penyeleng- gara pelayanan publik.

1. Kepentingan Umum; 2. Kepastian Hukum; 3. Kesamaan Hak;

4. Keseimbangan hak dan kewajiban, pemberi dan penerima pelayanan pub- lik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak;

5. Keprofesionalan;

6. Partisipatif, mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperha- tikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;

7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi;

8. Keterbukaan, bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan se- cara memadai serta mudah dimengerti; 9. Akuntabilitas, dapat dipertanggungjaw- abkan sesuai dengan ketentuan per- aturan perundang-undangan.

Integritas dan Pelayanan Publik bagai- kan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pelayanan publik yang baik/ prima adalah caya pelayanan publik yang terpadu dan utuh serta diselenggarakan

oleh penyelenggara/pelaksana yang jujur dan dapat dipercaya (berintegritas).

Pelaksanaan Pelayanan Publik

1. Pengelompokan

Dilihat dari keluaran yang dihasilkan, pelayanan publik dikelompokkan men- jadi :

a. Kelompok pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik yang bersifat legalitas seperti akte kelahi-

ran, sertiikasi, identitas kependudu- kan, perizinan dll

b. Kelompok pelayanan barang/isik,

yaitu pelayanan yang menghasilkan

berbagai bentuk/jenis barang/isik

yang digunakan oleh publik seperti jalan, jembatan, gedung sekolah, gedung rumah sakit, dll.

c. Kelompok pelayanan jasa/non isik,

yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuh- kan oleh publik dan pemanfaatan- nya dirasakan secara personal sep- erti pendidikan, kesehatan, dll.

2. Standar Pelayanan

Dalam pelaksanaan pelayanan publik terdapat prasyarat utama yang wajib disediakan oleh para penyelenggara/ pelaksana pelayanan publik yaitu Stan- dar Pelayanan. Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki stan- dar pelayanan dan dipublikasikan se- bagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelay- anan merupakan ukuran yang dibaku- kan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan. Standar pelayanan, sekurang-kurangnya meli- puti :

a. Sistem, Mekanisme dan Prosedur pelayanan, prosedur pelayanan

yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pe- ngaduan;

b. Jangka waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sam- pai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan;

c. Biaya/tarif pelayanan termasuk rin- ciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan;

d. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; e. Sarana prasarana dan/atau fasilitas

penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh pe- nyelenggara pelayanan publik; f. Kompetensi pelaksana pemberi pe-

layanan, kompetensi petugas pem- beri pelayanan harus ditetapkan dengan tetap berdasarkan pengeta- huan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

Di dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 pasal

54 juga telah diatur mengenai sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran yang di- lakukan dalam pelayanan publik. Sanksi yang diberikan mulai dari teguran tertulis sampai dengan sanksi terberat yaitu pem- berhentian tidak dengan hormat. Sanksi berat tersebut diberikan apabila Penye- lenggara/Pelaksana Perizinan (pelayanan publik) tidak menyusun dan menetapkan standar minimal pelayanan, tidak menjaga rahasia pengaduan serta tidak menindak- lanjuti pengaduan.

3. Permasalahan Umum

Jika kita amati secara mendalam an- juran dari Bapak Presiden tersebut, maka hampir sebagian besar pelayan- an publik/perizinan di Indonesia wajib melakukan perubahan. Untuk itu, pela- yanan publik/perizinan perlu melakukan

perubahan paradigma menjadi pelayan- an publik/perizinan yang berintegritas. Terdapat 4 (empat) permasalahan uta- ma yang sering dikeluhkan oleh ma- syarakat, yaitu :

a. Prosedur pelayanan yang berbelit- belit, tidak jelas persyaratan yang diminta, pengguna jasa pelayanan, tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang waktu penyelesaian, berapa lama akan selesai dan besar biaya yang diperlukan;

b. SDM yang kurang professional, ti- dak mengerti apa yang harus dilaku- kan, bukannya melayani tapi minta dilayani;

c. Policy (Kebijakan/Peraturan) yang jadi acuan pelayanan tidak jelas. Kebijakan itu pula yang menyebab- kan penanggung jawab urusan tidak jelas, prosedur berbelit-belit, selain itu antar peraturan banyak yang ”bertabrakan”;

d. Organisasinya semrawut, tak jelas

siapa yang bertanggung jawab, ter- jadi tumpang tindih, atau bahkan tak ada yang bertanggung jawab.

Pelayanan Perizinan di Lingkungan Ke- menterian Perhubungan

Jenis dan Kelompok Perizinan

Berdasarkan jenisnya, perizinan yang ada di lingkungan Kementerian Perhubungan dibagi menjadi 9 (sembilan) jenis, yaitu : a. Izin (Trayek/Usaha/Operasi/Pelaksanaan) b. Pemberitahuan/Informasi c. Rekomendasi d. Persetujuan e. Sertiikat f. Penetapan g. Pengesahan h. Pengujian i. Akreditasi

Jumlah pelayanan perizinan yang ada di lingkungan Kementerian Perhubungan se- banyak 251 perizinan, yang terdiri dari perizinan sektor transportasi darat seba- nyak 27 jenis perizinan (10,76%), sektor perkeretaapian sebanyak 41 jenis perizinan (16,33%), sektor perhubungan laut 72 per- izinan (28,69 %) dan sektor perhubungan udara sebanyak 111 perizinan (44,22%). Berdasarkan jenisnya perizinan tersebut dibagi menjadi :

Pelayanan perizinan di lingkungan Kemen- terian Perhubungan dapat dibedakan men- jadi 3 (tiga) kelompok , yaitu :

a. Prasarana meliputi pelayanan periz- inan yang terkait dengan bagian jalan (transportasi jalan), jalan rel (transportasi kereta api), pelabuhan/dermaga (trans- portasi laut/sungai, danau dan penye- berangan) dan bandara (transportasi udara) termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntu- kan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, bawah permukaan tanah dan/ atau air serta di atas permukaan laut dan jalan rel sebanyak 67 buah;

b. Sarana adalah pelayanan perizinan yang terkait sarana yang dapat berger- ak di atas jalan (kendaraan bermotor), jalan rel (kereta api), kapal dan pesawat sebanyak 89 buah;

c. Penunjang adalah pelayanan perizinan yang tidak terkait dengan sarana dan

prasarana sebagai unsur penunjang (sumber daya manusia, dll) sebanyak 95 buah.

Kondisi Pelayanan

Dari hasil survei integritas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terhadap pelayanan perizinan di lingkung- an Kementerian Perhubungan, terdapat 2 jenis pelayanan perizinan yang dinilai oleh KPK yaitu pelayanan Izin Trayek Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Da- rat dan pelayanan Surat Ijin Usaha Perusahaan Ang- kutan Laut (SIUPAL) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Berdasarkan hasil penilaian survei integri- tas tahun 2010 Kementerian Perhubung- an mendapatkan nilai 4,21 dan berada di peringkat ke-47. Sedangkan untuk hasil penilaian Survei Integritas tahun 2011, Ke- menterian Perhubungan mendapatkan nilai sebesar 7,47 dan berada di peringkat ke-6.

Nilai tersebut berada diatas standar yang

ditetapkan oleh KPK yaitu 6, serta diatas ni- lai integritas nasional sebesar 6,31. Kondisi ini cukup menggembirakan, namun pe- nilaian integritas yang dilakukan oleh KPK hanya pada 2 jenis pelayanan (0,8%) dari total 251 pelayanan perizinan yang ada, lalu bagaimana dengan 249 pelayanan publik lainnya?

Harapan kita bersama semoga jenis pela- yanan yang lainpun dapat mempertahan- kan peringkat bahkan bila mungkin dapat meningkatkan peringkat Survei Integritas oleh KPK.

ngawasan intern Pemerin- tah (APIP) memiliki peran- an yang sangat strategis untuk mewujudkan pela- yanan perizinan yang ber- integritas di lingkungan Kementerian Perhubung- an. Upaya yang perlu di- lakukan untuk mewujud- kannya, antara lain : 1. Melakukan audit pe-

layanan perizinan pada pelaksanaan Audit Ki- nerja. Pelayanan per- izinan merupakan ba- gian dari tugas dan

fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT)/ Satuan Kerja (Satker). Pada saat pelak- sanaan Audit Kinerja juga harus dilaku- kan audit terhadap pelayanan perizinan yang diberikan dari mulai proses admi- nistratif sampai dengan proses opera- sional dan penerapannya dilapangan; 2. Melakukan Audit Dengan Tujuan Terten-

tu (ADTT) terhadap pelayanan perizinan secara berkala. ADTT yang dilakukan tidak hanya terhadap UPT/Satker pe- nyedia layanan namun juga dilakuan ke- pada masyarakat penerima layanan untuk memastikan bahwa pelayanan perizinan yang diberikan telah sesuai ketentuan;

3. Mendorong kepada masing-masing UPT/Satker penyedia layanan perizinan untuk membuat dan menetapkan stan- dar pelayanan. Dengan standar pela- yanan tersebut maka prosedur, waktu dan biaya pelayanan perizinan menjadi jelas. Standar pelayanan yang perlu di- ketahui oleh masyarakat harus diumum- kan secara terbuka. Standar pelayanan ditetapkan berdasarkan keputusan pe- jabat tertinggi dalam hal ini Direktur Jen- deral;

4. Mendorong kepada masing-masing UPT/Satker penyedia layanan perizinan

untuk menyediakan layanan pengaduan dari masyarakat. Pengaduan tersebut dapat disampaikan melalui kotak pe- ngaduan, Telpon/Fax, SMS maupun e- mail, dll;

5. Mendorong penyederhanaan proses pelayanan perizinan sekurang-kurang- nya pada tingat Eselon II/Direktorat. Penyederhanaan yang dilakukan adalah dengan mendorong sistem pelayanan

SATU PINTU minimal pada tiap- tiap Di- rektorat penyediaan layanan perizinan. Seluruh proses pelayanan perizinan pada 1 Direktorat hanya dilayani pada 1 unit/ruang layanan. Unit/ruang layanan tersebut meliputi kegiatan : permohon- an, memberikan informasi, melayani pengaduan, menyerahkan permohonan kepada unit kerja terkait untuk diproses lanjut, menyerahkan dokumen per- izinan yang telah selesai sampai dengan menerima pembayaran sesuai k e t e n - tuan.

Penulis,

Dalam dokumen JURNAL Vol 7 No 1 Tahun 2012 (Halaman 34-39)

Dokumen terkait