• Tidak ada hasil yang ditemukan

di Yogyakartadi Yogyakarta

Dalam dokumen cdk_148_Imunisasi (Halaman 47-50)

sekolah dasar. Masalahnya sekarang adalah bagaimana respon sekolah dasar. Masalahnya sekarang adalah bagaimana respon imun anak sekolah dasar tersebut; respon imun anak SD imun anak sekolah dasar tersebut; respon imun anak SD mungkin berbeda dengan anak balita. Pada PIN, respon imun mungkin berbeda dengan anak balita. Pada PIN, respon imun   balita cukup baik. Ini dibuktikan dengan penelitian di Papua   balita cukup baik. Ini dibuktikan dengan penelitian di Papua dan Kotawaringin (1998), yang menunjukkan bahwa status dan Kotawaringin (1998), yang menunjukkan bahwa status antibodi anak terhadap ketiga tipe virus polio setelah PIN II antibodi anak terhadap ketiga tipe virus polio setelah PIN II cukup tinggi yaitu antara 99 % sampai 100%

cukup tinggi yaitu antara 99 % sampai 100%(3)(3). Oleh karena itu. Oleh karena itu   perlu penelitian serologis untuk mengetahui status antibodi   perlu penelitian serologis untuk mengetahui status antibodi anak SD setelah mendapat imunisasi polio dari program BIAS. anak SD setelah mendapat imunisasi polio dari program BIAS. Penelitian ini berupa

Penelitian ini berupa cross sectional studycross sectional study dengan sampel anak dengan sampel anak  SD umur 8-12 tahun (kelas III s/d VI). Lokasi penelitian di SD umur 8-12 tahun (kelas III s/d VI). Lokasi penelitian di daerah yang sudah diketahui status antibodi anak sebelum daerah yang sudah diketahui status antibodi anak sebelum  program BIAS polio yaitu di Yogya.

 program BIAS polio yaitu di Yogya.(1).(1).

TUJUAN TUJUAN Tujuan umum Tujuan umum

Menunjang program imunisasi untuk menentukan berapa kali Menunjang program imunisasi untuk menentukan berapa kali   program BIAS polio diperlukan untuk menghilangkan   program BIAS polio diperlukan untuk menghilangkan

transmisi virus polio pada anak-anak SD. transmisi virus polio pada anak-anak SD. Tujuan kusus

Tujuan kusus 1.

1. Mengetahui serokonversi aMengetahui serokonversi antibodi anak SD; adakahntibodi anak SD; adakah   peningkatan bermakna antara sebelum dan sesudah   peningkatan bermakna antara sebelum dan sesudah  pemberian vaksin polio pada program BIAS polio.

 pemberian vaksin polio pada program BIAS polio. 2.

2. Mengetahui respon imMengetahui respon imun anak 8-12 tahun terhadapun anak 8-12 tahun terhadap  pemberian vaksin polio dua dosis.

 pemberian vaksin polio dua dosis. 3.

3. Mengetahui stMengetahui status antiatus antibodi anak bodi anak SD setSD setelah pemelah pemberianberian vaksin polio pada program BIAS polio.

vaksin polio pada program BIAS polio.

METODOLOGI. METODOLOGI. 1.

1. Lokasi Lokasi penelitian penelitian : DI : DI Yogyakarta. Yogyakarta. Dipilih Dipilih karena sudahkarena sudah ada data dasar yang dapat mendukung penelitian.

ada data dasar yang dapat mendukung penelitian. 2.

2. Desain Desain penelitian penelitian :: cross sectional studycross sectional study.. 3.

3. Sampel Sampel penelitian : penelitian : anak SD anak SD kelas III kelas III s/d kelas s/d kelas VI (umVI (umur 8-ur 8-12 tahun) sehat dengan status antibodi rendah sesuai hasil 12 tahun) sehat dengan status antibodi rendah sesuai hasil   penelitian Gendro dkk 

  penelitian Gendro dkk .(1).(1) tinggal di daerah perkotaan dantinggal di daerah perkotaan dan   pedesaan. Anak-a

  pedesaan. Anak-anak diperiksa nak diperiksa status antibodistatus antibodinya nya setelahsetelah mendapat vaksin polio dari program BIAS polio. Jumlah mendapat vaksin polio dari program BIAS polio. Jumlah sampel sebanyak 200 anak dari dua lokasi yaitu di daerah sampel sebanyak 200 anak dari dua lokasi yaitu di daerah  pedesaan 100 anak dan daerah perkotaan 100 anak.

 pedesaan 100 anak dan daerah perkotaan 100 anak. 4.

4. Cara Cara pemeriksaan pemeriksaan : s: spesimen pesimen berupa berupa sera sera yang yang dipisahkandipisahkan dari gumpalan darah dengan cara sentrifugasi. Darah dari gumpalan darah dengan cara sentrifugasi. Darah diambil dari vena cubiti anak sebanyak 2 ml

diambil dari vena cubiti anak sebanyak 2 ml menggunakanmenggunakan   syringe + needle

  syringe + needle. Serum diperiksa dengan uji netralisasi. Serum diperiksa dengan uji netralisasi terhadap virus polio Sabin tipe-1, tipe-2 dan tipe-3, terhadap virus polio Sabin tipe-1, tipe-2 dan tipe-3, menggunakan cell L20B yang ditumbuhkan dalam menggunakan cell L20B yang ditumbuhkan dalam microplate

microplate. Pemeriksaan. Pemeriksaan cytopathic effect cytopathic effect  (CPE) pada(CPE) pada cell cell  culture

culture dilakukan setiap hari sampai hari ke-6 untuk dilakukan setiap hari sampai hari ke-6 untuk  menentukan adanya antibodi dalam serum yang diperiksa. menentukan adanya antibodi dalam serum yang diperiksa. Semua pemeriksaan uji netralisasi dilakukan di Semua pemeriksaan uji netralisasi dilakukan di laboratorium polio Puslitbang Pemberantasan Penyakit, laboratorium polio Puslitbang Pemberantasan Penyakit, Jakarta yang sudah mendapat akreditasi

Jakarta yang sudah mendapat akreditasi dari WHO.dari WHO. 5.

5. Analisis data Analisis data : hasil uji : hasil uji netralisasi snetralisasi semua serum emua serum anak anak  dianalisis berdasarkan lokasi tempat tinggal anak. Akan dianalisis berdasarkan lokasi tempat tinggal anak. Akan dibandingkan apakah ada peningkatan titer antibodi yang dibandingkan apakah ada peningkatan titer antibodi yang  bermakna antara anak yang belum mendapat vaksin polio  bermakna antara anak yang belum mendapat vaksin polio

dengan anak yang sudah mendapat vaksin dari program dengan anak yang sudah mendapat vaksin dari program BIAS polio.

BIAS polio.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan serologi anak SD di Yogyakarta dapat Hasil pemeriksaan serologi anak SD di Yogyakarta dapat dilihat pada

dilihat pada Tabel 1, 2Tabel 1, 2 dandan 3.3.

Tabel

Tabel 1. 1. Status antibodi anak SD di BanStatus antibodi anak SD di Bantul (pedesaan) sebelum dantul (pedesaan) sebelum dan setelah mendapat op

setelah mendapat opv dari program v dari program BIASBIAS

Lokasi

Lokasi SD SD N N P1 P1 P2 P2 P3 P3 P123 P123 Neg.Neg. Sebelum Sebelum BIAS BIAS 100 100 36 36 65 65 35 35 20 20 3131 Setelah Setelah BIAS BIAS 100 100 94 94 100 100 76 76 72 72 00 Tabel 1

Tabel 1 menunjukkan menunjukkan bahwa statbahwa status antibodi us antibodi anak SD anak SD didi Kab. Bantul (pedesaan) sebelum BIAS sangat rendah - masih Kab. Bantul (pedesaan) sebelum BIAS sangat rendah - masih terdapat 31% anak yang

terdapat 31% anak yang tidak mempunyai antibodi sama sekalitidak mempunyai antibodi sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (tripel negatip). Ini berarti terhadap ketiga tipe virus polio (tripel negatip). Ini berarti masih banyak yang rentan terhadap infeksi virus polio liar. masih banyak yang rentan terhadap infeksi virus polio liar. Antibodi terhadap virus polio tipe-2 lebih tinggi daripada Antibodi terhadap virus polio tipe-2 lebih tinggi daripada terhadap tipe lain; ini merupakan hasil imunisasi rutin di mana terhadap tipe lain; ini merupakan hasil imunisasi rutin di mana respon imun anak terhadap virus polio tipe-2 selalu lebih baik  respon imun anak terhadap virus polio tipe-2 selalu lebih baik  dari tipe lain.

dari tipe lain. Setelah anak mendapat Setelah anak mendapat imunisasi dari imunisasi dari programprogram BIAS ternyata respon imunnya cukup baik; terbukti dari BIAS ternyata respon imunnya cukup baik; terbukti dari   banyaknya anak dengan antibodi yang cukup tinggi terutama   banyaknya anak dengan antibodi yang cukup tinggi terutama terhadap virus polio tipe-1 dan tipe-2. Kenaikan proporsi anak  terhadap virus polio tipe-1 dan tipe-2. Kenaikan proporsi anak  yang mempunyai antibodi terhadap masing-masing tipe virus yang mempunyai antibodi terhadap masing-masing tipe virus   polio sesudah mendapat imunisasi dari BIAS dibandingkan   polio sesudah mendapat imunisasi dari BIAS dibandingkan dengan sebelum program BIAS ternyata cukup bermakna. dengan sebelum program BIAS ternyata cukup bermakna. Meskipun demikian prosentase anak yang mempunyai antibodi Meskipun demikian prosentase anak yang mempunyai antibodi terhadap virus polio tipe-3 dan terhadap ketiga tipe virus polio terhadap virus polio tipe-3 dan terhadap ketiga tipe virus polio (P123) ma

(P123) masih rendah, ksih rendah, kurang dari urang dari 80%.80%.

Tabel

Tabel 2. 2. Status antibodi Status antibodi anak SD di anak SD di Kodya YogyKodya Yogya (perkotaan) a (perkotaan) sebelumsebelum dan setelah mendapat opv dari program BIAS.

dan setelah mendapat opv dari program BIAS.

Lokasi

Lokasi SD SD N N P1 P1 P2 P2 P3 P3 P123 P123 Neg.Neg. Sebelum Sebelum BIAS BIAS 100 100 47 47 68 68 45 45 28 28 2525 Setelah Setelah BIAS BIAS 100 100 96 96 99 99 89 89 87 87 00 Tabel 2

Tabel 2 menunjukkan menunjukkan status status antibodi aantibodi anak di nak di perkotaanperkotaan Yogyakarta sebelum BIAS tidak berbeda dengan status Yogyakarta sebelum BIAS tidak berbeda dengan status antibodi anak yang tinggal di

antibodi anak yang tinggal di pedesaan. Anak yang mempunyaipedesaan. Anak yang mempunyai antibodi terhadap virus polio 2 juga lebih banyak dari antibodi terhadap virus polio 2 juga lebih banyak dari tipe-1 dan tipe-3; prosentase anak yang tidak mempunyai antibodi 1 dan tipe-3; prosentase anak yang tidak mempunyai antibodi sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (tripel negatip) di sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (tripel negatip) di daerah perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan anak yang daerah perkotaan lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tinggal

tinggal di pedesaan, mdi pedesaan, masing-masing 25 asing-masing 25 % dan 31 %% dan 31 %. Status. Status antibodi anak yang tinggal di daerah perkotaan setelah BIAS antibodi anak yang tinggal di daerah perkotaan setelah BIAS menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna, seperti juga menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna, seperti juga status antibodi anak yang tinggal di pedesaan. Di perkotaan status antibodi anak yang tinggal di pedesaan. Di perkotaan  prosentase anak yang mempunyai antibodi terhadap virus  prosentase anak yang mempunyai antibodi terhadap virus poliopolio

tipe-3 dan ketiga tipe virus polio (P123) sudah cukup tinggi, tipe-3 dan ketiga tipe virus polio (P123) sudah cukup tinggi, lebih dari 80 %. Yang cukup menggembirakan dari hasil lebih dari 80 %. Yang cukup menggembirakan dari hasil  pemberian OPV pada program BIAS adalah, baik di perkotaan  pemberian OPV pada program BIAS adalah, baik di perkotaan

ataupun di pedesaan, tidak ada

ataupun di pedesaan, tidak ada lagi anak yang tidak mempunyailagi anak yang tidak mempunyai antibodi sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (tripel antibodi sama sekali terhadap ketiga tipe virus polio (tripel negatip nol); semua anak sudah mempunyai antibodi terhadap negatip nol); semua anak sudah mempunyai antibodi terhadap salah satu atau dua atau

salah satu atau dua atau bahkan ketiga tipe virus polio.bahkan ketiga tipe virus polio.

Tabel 3.

Tabel 3. Status antibodi Status antibodi anak SD anak SD di Kodya di Kodya Yogya dan Yogya dan Kab. BantKab. Bantulul sebelum dan setelah mendapat opv dari

sebelum dan setelah mendapat opv dari program BIASprogram BIAS

Lokasi

Lokasi SD SD N N P1 P1 P2 P2 P3 P3 P123 P123 Neg.Neg. Sebelum Sebelum BIAS BIAS 200 200 42 42 67 67 40 40 24 24 2828 Setelah Setelah BIAS BIAS 200 200 95 95 99,5 99,5 82,5 82,5 79,5 79,5 00 Tabel 3

Tabel 3 menunjukkan menunjukkan gabungan stgabungan status anatus antibodi atibodi anak dinak di  perkotaan dan pedesaan

 perkotaan dan pedesaan sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah BIAS.BIAS.

Secara umum status antibodi anak setelah mendapat vaksin Secara umum status antibodi anak setelah mendapat vaksin  polio oral dari program BIAS sudah cukup tinggi kecuali status  polio oral dari program BIAS sudah cukup tinggi kecuali status antibodi terhadap ketiga tipe virus polio (P123) masih kurang antibodi terhadap ketiga tipe virus polio (P123) masih kurang dari 80 %. Meskipun demikian status antibodi terhadap virus dari 80 %. Meskipun demikian status antibodi terhadap virus  polio tipe-1 dan tipe-2 sudah cukup tinggi yaitu > 95 %.

 polio tipe-1 dan tipe-2 sudah cukup tinggi yaitu > 95 %.

Status antibodi anak terhadap virus polio tipe-3 masih Status antibodi anak terhadap virus polio tipe-3 masih rendah bila dibandingkan dengan tipe-1 dan tipe-2. rendah bila dibandingkan dengan tipe-1 dan tipe-2. Sero-konversi antibodi anak terhadap virus polio tipe-3 memang konversi antibodi anak terhadap virus polio tipe-3 memang selalu lebih rendah dari tipe lain; hal ini juga terjadi di daerah selalu lebih rendah dari tipe lain; hal ini juga terjadi di daerah -daerah lain di Indonesia

daerah lain di Indonesia(1,3)(1,3)

.. Demikian juga dengan statusDemikian juga dengan status antibodi anak terhadap virus polio tipe-2 selalu lebih tinggi dari antibodi anak terhadap virus polio tipe-2 selalu lebih tinggi dari tipe lain

tipe lain(1,3)(1,3). Sehingga dapat dikatakan bahwa serokonversi. Sehingga dapat dikatakan bahwa serokonversi antibodi anak terhadap masing-masing virus berbeda antibodi anak terhadap masing-masing virus berbeda ter-gantung dari tipe

gantung dari tipe virusnya. Serokonversi antibodi terhadap tipe-virusnya. Serokonversi antibodi terhadap tipe-2 ternyata paling baik disusul dengan tipe-1 dan selanjutnya 2 ternyata paling baik disusul dengan tipe-1 dan selanjutnya tipe-3.

tipe-3.

Ada peningkatan bermakna antara status antibodi anak  Ada peningkatan bermakna antara status antibodi anak  setelah program BIAS dibandingkan dengan sebelum program setelah program BIAS dibandingkan dengan sebelum program BIAS.Namun perlu dicatat bahwa dalam penelitian ini BIAS.Namun perlu dicatat bahwa dalam penelitian ini anak-anak yang diperiksa status antibodinya sebelum BIAS adalah anak yang diperiksa status antibodinya sebelum BIAS adalah anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin polio pada program anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin polio pada program PIN tahun 1995-1997. Sedangkan anak-anak SD yang diambil PIN tahun 1995-1997. Sedangkan anak-anak SD yang diambil darahnya setelah BIAS adalah anak yang selain mendapat darahnya setelah BIAS adalah anak yang selain mendapat vaksin polio dari program BIAS mereka juga sudah mendapat vaksin polio dari program BIAS mereka juga sudah mendapat vaksin polio dari program PIN

vaksin polio dari program PIN sehingga status antibodi merekasehingga status antibodi mereka sudah lebih baik.

sudah lebih baik.

Yang menjadi masalah adalah bahwa anak-anak yang Yang menjadi masalah adalah bahwa anak-anak yang diteliti, mungkin mewakili anak-anak lain seumur, yang pada diteliti, mungkin mewakili anak-anak lain seumur, yang pada tahun 2001 sudah di sekolah lanjutan pertama (SLTP) padahal tahun 2001 sudah di sekolah lanjutan pertama (SLTP) padahal   pada anak sekolah lanjutan pertama tidak ada program   pada anak sekolah lanjutan pertama tidak ada program vaksinasi polio massal seperti PIN ataupun BIAS. Jadi vaksinasi polio massal seperti PIN ataupun BIAS. Jadi seharusnya mereka yang ada di sekolah lanjutan pertama seharusnya mereka yang ada di sekolah lanjutan pertama mendapat vaksin polio untuk meningkatkan status antibodinya mendapat vaksin polio untuk meningkatkan status antibodinya terhadap ketiga tipe virus polio; kendalanya adalah biaya dan terhadap ketiga tipe virus polio; kendalanya adalah biaya dan tenaga.

tenaga.

Anak SLTP diharapkan mendapat vaksinasi alami dari Anak SLTP diharapkan mendapat vaksinasi alami dari saudaranya serumah yang mendapat vaksinasi polio

saudaranya serumah yang mendapat vaksinasi polio rutin. Ataurutin. Atau

dengan pertimbangan bahwa dari tahun 1995 sampai tahun dengan pertimbangan bahwa dari tahun 1995 sampai tahun 2000 tidak diketemukan lagi virus polio liar di Indonesia, maka 2000 tidak diketemukan lagi virus polio liar di Indonesia, maka mereka tidak perlu dilindungi terhadap infeksi virus polio liar. mereka tidak perlu dilindungi terhadap infeksi virus polio liar. Salah satu kelemahan hasil penelitian ini adalah bahwa Salah satu kelemahan hasil penelitian ini adalah bahwa   pemeriksaan serologi yang dilakukan tidak dapat mendeteksi   pemeriksaan serologi yang dilakukan tidak dapat mendeteksi titer antibodi yang sangat rendah sehingga status antibodi anak  titer antibodi yang sangat rendah sehingga status antibodi anak  yang terpapar dalam laporan ini adalah anak yang mempunyai yang terpapar dalam laporan ini adalah anak yang mempunyai titer antibodi yang tinggi yaitu di atas 4. Anak anak dengan titer antibodi yang tinggi yaitu di atas 4. Anak anak dengan antibodi sangat rendah diharapkan dapat meningkat jika ada antibodi sangat rendah diharapkan dapat meningkat jika ada infeksi virus polio dari

infeksi virus polio dari strain strain vaksin. Akan tetapi jumlah anak vaksin. Akan tetapi jumlah anak  yang titer antibodinya sangat rendah tidak dapat diketahui. yang titer antibodinya sangat rendah tidak dapat diketahui.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa status antibodi anak terhadap ketiga tipe virus polio setelah program antibodi anak terhadap ketiga tipe virus polio setelah program BIAS masih rendah, kurang dari 80%. Anak anak tersebut BIAS masih rendah, kurang dari 80%. Anak anak tersebut sekarang ini sudah

sekarang ini sudah masuk SLTP. Disarankan untuk memikirkanmasuk SLTP. Disarankan untuk memikirkan kembali perlunya BIAS pada anak sekolah lanjutan tingkat kembali perlunya BIAS pada anak sekolah lanjutan tingkat   pertama sehingga mereka juga terlindungi dari infeksi virus   pertama sehingga mereka juga terlindungi dari infeksi virus   polio liar yang mungkin masuk ke Indonesia dari negara   polio liar yang mungkin masuk ke Indonesia dari negara tetangga, terutama India yang sampai sekarang ini masih tetangga, terutama India yang sampai sekarang ini masih mempunyai transmisi virus polio liar di

mempunyai transmisi virus polio liar di masyarakatmasyarakat(4)(4)..

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN..

Status antibodi anak terhadap virus polio tipe-3 dan Status antibodi anak terhadap virus polio tipe-3 dan terhadap ketiga tipe virus masih kurang baik yaitu masing terhadap ketiga tipe virus masih kurang baik yaitu masing masing 82,5 % dan 79,5 % saja.

masing 82,5 % dan 79,5 % saja.

Perlu dipikirkan apakah anak SLTP perlu diberi vaksinasi Perlu dipikirkan apakah anak SLTP perlu diberi vaksinasi  polio seperti BIAS, karena anak-anak tersebut pada tahun  polio seperti BIAS, karena anak-anak tersebut pada tahun 20012001

sudah masuk ke SLTP. sudah masuk ke SLTP. UCAPAN TERIMAKASIH  UCAPAN TERIMAKASIH   Kepada Yth.  Kepada Yth. 1.

1. Kepala Kepala Puslitbang Puslitbang Pemberantasan Pemberantasan Penyakit, Penyakit, Jakarta.Jakarta. 2.

2. Kepala Kepala Dinas Dinas Kesehatan Kesehatan tk.I tk.I DIY DIY di di YogyaYogya 3.

3. Kepala Kepala Dinas Dinas Kesehatan Kesehatan Kodya Kodya Yogya Yogya dan dan Kab.Bantul.Kab.Bantul. 4.

4. Staf DStaf Dinas Kesehatan inas Kesehatan terutama staf terutama staf Subdin. ISubdin. Imunisasi munisasi di di Dinas Dinas Tingkat I Tingkat I  dan Tk.II di Yogya dan Bantul.

dan Tk.II di Yogya dan Bantul. 5.

5. Kepala Kepala dan dan Staf Staf Balai Balai Laboratorium Laboratorium Kesehatan Kesehatan di di Yogya.Yogya.

  penulis mengucapkan banyak terimaksih atas segala bantuan yang diberikan   penulis mengucapkan banyak terimaksih atas segala bantuan yang diberikan

kepada tim peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. kepada tim peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

KEPUSTAKAAN KEPUSTAKAAN 1.

1. Gendrowahyuhono Gendrowahyuhono dkk. Lapdkk. Laporan penoran penelitian elitian serologis serologis polio polio pada anak pada anak  sekolah dasar kelas I s/d kelas VI di beberapa kota di Indonesia. Pusat sekolah dasar kelas I s/d kelas VI di beberapa kota di Indonesia. Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 1998.

Kesehatan. 1998. 2.

2. Provost Provost DR et DR et al. Outal. Outbreak paralbreak paralytic poytic poliomyelitis liomyelitis in Alin Albania, 19bania, 1996. Hig96. Highh attack rate among adult and apparent interruption of transmission attack rate among adult and apparent interruption of transmission following nationwide mass vaccination. Clin. Infect. Dis. 1998; 26: following nationwide mass vaccination. Clin. Infect. Dis. 1998; 26: 419-25.

25. 3.

3. GendrowahyuhonoGendrowahyuhono. . Status Status kekebalan kekebalan anak anak sekolah sekolah dasar dasar terhadap terhadap virusvirus   polio di Medan dan Yogyakarta. Maj. Kes. Masy. Indon.. 2000;   polio di Medan dan Yogyakarta. Maj. Kes. Masy. Indon.. 2000;

XXVII(9):521-24. XXVII(9):521-24. 4.

4. WHO. WHO. Poliomyelitis Poliomyelitis Surveilance Surveilance : Weekl: Weekly repoy report for rt for week 19week 19, 2004, 2004.. SEAR Polio Bulletin. WHO Regional Office for South-East Asia. May SEAR Polio Bulletin. WHO Regional Office for South-East Asia. May 10, 2004.

10, 2004.

Cermin Dunia Kedokteran No. 148, 2005 Cermin Dunia Kedokteran No. 148, 2005

48 48

HASIL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

Eko Rahardjo Eko Rahardjo

 Pusat Penelitian dan Pengembangan

 Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Pemberantasan Penyakit 

 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta  Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar belakang Latar belakang

Legionellosis adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut Legionellosis adalah suatu penyakit infeksi bakteri akut yang bersifat

yang bersifat new emerging diseasesnew emerging diseases. Secara keseluruhan baru. Secara keseluruhan baru dikenal 20 spesies dan penyebab Legionellosis adalah dikenal 20 spesies dan penyebab Legionellosis adalah  Legionella pneumophila

 Legionella pneumophila

Pertama kali wabah Legionellosis terjadi di Philadelphia Pertama kali wabah Legionellosis terjadi di Philadelphia Amerika Serikat pada tahun 1976 dengan jumlah kasus 182 dan Amerika Serikat pada tahun 1976 dengan jumlah kasus 182 dan kematian 29 orang (CFR 15,9%).

kematian 29 orang (CFR 15,9%).

Di Indonesia kasus ini ada di sejumlah tempat antara lain

Dalam dokumen cdk_148_Imunisasi (Halaman 47-50)