• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Digitalisasi Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian Digitalisasi Pendidikan

Atsani (2020:82) pandemi Covid-19 memaksa seluruh komponen pendidikan di Indonesia untuk beradaptasi dari perubahan yang terjadi secara tiba-tiba untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran daring (online). hal tersebut tidak lepas dari teknolgi sebagai media salaam proses pembelajaran. Digitalisasi pendidikan merupakan isu yang hangat dalam setahun terakhir. Ini dalah respon terhadap pelayanan pendidikan yang berubah secara drastis dan cepat. Baik dari sistem pembelajar, maupun kulturnya. Secara penulisan, digitalisasi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu “digitalisasi” dan

“pendidikan”.

Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) digitalisasi adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Digitalisasi berasal dari kata digital yang mendapatkan imbuhan –isasi. Digital sendiri berasal dari bahasa Yunani digitus yang berarti jari jemari manusia. Sehingga digital sendiri berarti gambaran dari suatu gambaran bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 (bilangan biner) yang digunakan oleh komputer sebagai basis dalam sistem digital. Sedangkan menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud menyatakan kata –isasi adalah kata serapan dari kosakata asing izazition yang memiliki makna proses, cara, ataupun dapat diartikan sebagai perbuatan.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyakarat, bangsa dan negara.

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, maupun perbuatan mendidik.

Pendidikan era revolusi industri 4.0 merupakan adaptasi dari kebutuhan revolusi industri akan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan perkembangan situasi saat ini. Banyak ahli yang mengemukakan bahwa pendidikan pada era revousi industri 4.0 ini adalah sebuah gambaran kesatuan teknologi dalam pembelajaran. Dengan mengoptimalkan fasilitas jaringan internet diharapkan mampu membuka jendela dunia pembelajaran maupun pengajaran dengan lebih mudah (Gumelar dan Dinnur, 2020:114).

Perkembangan teknologi tidak hanya menyumbang kepada kemajuan dalam bidang informasi umum, tetapi juga berdampak dalam dunia pendidikan.

Era digital berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat, termasuk bidang pendidikan (Efendi, 2018:176). Dengan adanya fenomena pandemi Covid-19 membuat momentum pengaplikasian digitalisasi pendidikan di Indonesia sepenuhnya dijalankan. Andalas (2020:28) menyebutkan mengingat bahwa pendidikan adalah bagian dari proses pendewasaan seorang individu. Dalam kondisi yang terbatas sekalipun, pendidikan perlu dilakukan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada dan memiliki potensi penggunaan lebih untuk mewadahi pendidikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa digitalisasi pendidikan adalah proses pemakaian sistem digital dalam dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan suatu proses pembelajaran. Dengan adanya digitalisasi pendidikan memungkinkan terjadinya pembelajaran secara tatap maya serta kemudian dalam pencarian materi belajar. Sehingga pengetahuan siswa atau anak menjadi lebih luas dan dalam.

2.1.1.2 Manfaat Digitalisasi Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari hari ke hari semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak dapat dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Budiman (2017:32) menyatakan bahwa pendidikan di masa sekarang dituntut untuk selalu senantiasa menyesuaikan perkembangan

9

zaman dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, terutama untuk proses pembelajaran yang lebih optimal dan efisien. Hal ini membuat terciptanya ide untuk melakukan kolaborasi antara pendidikan dengan teknologi informasi kemudian menciptakan adanya e-learning.

E-learning memiliki berbagai persamaan istilah. Di antaranya adalah online learning, internet learning, networked learning, virtual learning, dan distance learning (pembelajaran jarak jauh). E-learning merupakan suatu proses pembelajaran dimana peserta didik berada jauh atau berbeda tempat dari pengajar (Anshori, 2018:95). E-learning atau belajar daring memungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa harus hadir secara fisik di kelas. Walaupun tidak melaksanakan interaksi secara langsung, namun hal tersebut masih dapat dijalankan secara langsung atau jeda waktu beberapa saat.

Adapaun manfaat dalam digitalisasi pendidikan adalah sebagai berikut (Anshori, 2017:97):

a. Digitalisasi pendidikan memberikan keluwesan dalam pemilihan tempat serta waktu untuk mengakses pembelajaran,

b. Memberikan peserta didik untuk belajar secara mandiri serta memegang kendali diri sendiri atas keberhasilan belajarnya,

c. Digitalisasi memberikan efisiensi biaya baik bagi administrasi, sarana dan prasana maupun akomodasi peserta didik,

d. Dengan adanya digitalisasi pendidikan membuat segenap pelaksana pendidikan dapat menjalin pertemanan lebih luas, sehingga lebih banyak informasi yang didapatkan, serta

e. Digitalisasi lebih interaktif dan inovatif daripada cara konvensional.

2.1.1.3 Bentuk Digitalisasi Pendidikan

Penggunaan internet sebagai produk dari teknologi informasi dan komunikasi yang semakin lama menjadi bagian dari kehidupan membuat kita dapat mengkases informasi dari seluruh dunia. Dengan kehadiran internet juga memberikan kemudahan dalam dunia pendidikan, salah satunya sebagai penyedia media pembelajaran yang semakin dipelajari (Salsabila dkk, 2020:153).

10

Terdapat dua bentuk digitalisasi pendidikan dalam proses pembelajaran, antara lain (Khotimah dkk, (2019:360):

1. Pembelajaran Sinkron (Synchronous Learning)

Synchronous learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara bersamaan sehingga menimbulkan interaksi dua arah yakni dari tenaga pendidik dan peserta didik. Pembelajaran sinkron juga disebut sebagai virtual class. Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran yang mirip seperti pembelajaran tatap muka di kelas seperti biasanya. Pertemuan lewat aplikasi zoom dan google meet merupakan contoh dari bentuk pembelajaran sinkron.

2. Pembelajaran Tidak Sinkron (Asynchronus Learning)

Asynchronous learning merupakan kebalikan dari synchronous learning. Yakni bentuk pembelajaran yang dilakukan secara tidak bersamaan.

Tenaga pengajar dapat memberikan materi pada waktu yang berbeda kepada peserta didik dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas menurut tenggang waktu yang sudah disepakati bersama. Pembelajaran tidak sinkron paling sering digunakan dalam digitalisasi pendidikan karena fleksibilitas waktu.

Pemberian tugas melalui group chat Whats App, google classroom merupakan contoh dari bentuk pembelajaran tidak sinkron.

2.1.1.4 Tantangan Digitalisasi Pendidikan

Hal yang menjadi perhatian bersama dalam proses peralihan pembelajaran konvensional menuju pembelajaran digital adalah sumber daya manusia yang harus melek teknologi (Astini, 2020:243). Proses peralihan pembelajaran digital membuat banyak persiapan yang harus disiapkan terlebih dahulu sehingga menimbulkan tantangan tersendiri baik tenaga pendidik maupun peserta didik. Seperti misalnya tenaga pendidik yang harus menyiapkan materi berbentuk bahan ajar terlebih dahulu, serta peserta didik yang harus mencari materi pembelajaran sendiri jika dirasa dirinya tidak mengerti dengan penjelasan dari tenaga pendidik. Keadaan diatas mengindikasikan bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi dalam digitalisasi pendidikan.

Adapun tantangan digitalisasi pendidikan yakni (Astini, 2020:246-247):

1. Jaringan Internet

11

Letak geografis negara Indonesia yang beragam membuat jangkauan akses internet juga mengalami beragam keluhan. Seperti halnya peserta didik yang masih tinggal jauh dari perkotaan membuat susah mendapatkan akses internet.

2. Paket Data

Digitalisasi pendidikan yang mempertemukan antara tenaga pendidik dengan peserta didik lewat tatap maya membuat penggunaan paket data dilakukan. Tetapi mahalnya harga paket data membuat baik peserta didik maupun tenaga pendidik merasa terbebani.

3. Sarana dan Prasana

Kurangnya sarana dan prasana penunjang yang memadai seperti kepemilikan laptop, handphone membuat digitalisasi pendidikan belum dapat sepenuhnya diikuti oleh peserta didik secara maksimal.

4. Perubahan Pola Belajar

Perubahan pola pembelajaran yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka kemudian beralih menjadi daring menyebabkan kesulitan bagi peserta didik. Hal ini pasti membutuhkan waktu adaptasi yang cukup lama sebab perubahan pola belajar juga mempengaruhi pola budaya akademik seperti budaya sikap, budaya literasi, serta pengetahuan dan keterampilan.

2.1.1.5 Dampak Digitalisasi Pendidikan

Kemajuan teknologi dan informasi membawa dampak positif bagi bidang pendidikan. Adapun dampak positif dari adanya digitalisasi pendidikan adalah (Suripto dkk, 2014:3):

1. Tersedianya media massa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, 2. Terciptanya metode-metode baru dalam pembelajaran,

3. Pembelajaran yang menjadi fleksibel karena tidak mengharuskan terjadinya tatap muka

4. Kebutuhan akan fasilitas untuk menunjang pendidikan dapat terpenuhi dengan cepat, serta

5. Kegiatan pembelajaran dapat menjadi lebih menarik, efektif, efisien dalam memudahkan penjelasan materi kompleks/abstrak, menghadirkan

12

peristiwa yang jarang terjadi ataupun peristiwa berbahaya ataupun peristiwa yang berada diluar jangkauan.

Disamping dampak positif digitalisasi pendidikan, muncul juga dampak negatif dari digitalisasi terhadap pendidikan seperti yang dikemukan oleh Akbar dan Noviani (2019:23) adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik menjadi malas belajar,

2. Terjadinya penyalahgunaan penggunaan internet yang digunakan sebagai alat mencari kesenangan, bukan sebagai alat pencari materi pelajaran, 3. Terjadinya cyber crime dan cyber bulliying, serta

4. Memunculkan sikap cuek pada masing-masing invidu, baik peserta didik maupun tenaga pendidik.

2.1.2 Orang Tua dan Anak

Dokumen terkait