• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.2 Orang Tua dan Anak

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003 Perlindungan Anak menyatakan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung, atau ayah dan ibu tiri, atau ayah dan ibu angkat. Endriani (2016:105) orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyebutkan bahwa orang tua adalah orang yang di anggap tua.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Orang tua menjadi acuan pertama dan pendidik utama bagi anak, baik dari dalam kandungan hingga anak menyelesaikan studinya (Ramdan dan Fauziah, 2019:101).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang lebih tua yang dapat di panggil sebagai ayah dan ibu dari seorang anak baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap segala pemenuhan kebutuhan anak mulai dari kebutuhan fisik maupun psikis.

2.1.2.1.1 Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Selama Pandemi Covid-19

13

Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran yang biasnaya dilakukan secara tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan disebut daring.

Keterbatasan pengetahuan akan penggunaan teknologi menjadi salah satu kendala dalam sistem pembelajaran daring di tengah pandemi. Terutama bagi orang tua yang dalam situasi ini dituntut untuk membimbing anak-anaknya dalam pembelajaran yang menggunakan layanan internet. Bagi orang tua yang melek teknologi mungkin tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang tua siswa yang awam akan penggunaan teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam membimbing anaknya dalam situasi ini (Haerudin dkk, 2020:2). Kondisi ini membuat orang tua menjadi lebih banyak waktu dalam membimbing anaknya dan terjalin kedekatan emosional lebih dari sebelumnya. Peran serta orang tua anak dalam sistem belajar dirumah ini tidak bisa dipungkiri. Orang tua menjadi orang paling terdepan yang membimbing anak-anaknya dalam belajar dirumah serta mengawasi penggunaan internet.

Salafuddin dkk (2020:19) orang tua adalah orang yang sangat penting dalam proses pengasuhan serta pendidikan anak. Pola dan kualitas pengasuhan anak maupun pendidikannya di lingkungan keluarga sangat ditentukan oleh kualitas dan kesiapan oleh keluarga untuk melaksanakan tugas tugasnya, khususnya melalui peran edukasi (pendidikan). Pendidikan adalah tanggung jawab bersama baik orang tua, pendidik, maupun masyarakat. Keterpaduan antara mereka dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pendidikan (Natsir dkk, 2018:312).

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya dari kecil hingga menyelesaikan studinya.

Ramadhani dkk (2020:102) Pertumbuhan anak tergantung dari keluarganya. Jika di dalam keluarga menerapkan kedisiplinan maka menjadikan anak disiplin tetapi sebaliknya jika terdapat keluarga yang kurang harmonis maka anak akan mencontoh semua tingkah laku orang tua. Orang tua memiliki peran paling besar dalam membina pendidikan anak, karena pendidikan tersebut akan menentukan masa depan anak. Pendidikan khususnya masalah yang berkaitan dengan belajar anak tidak saja menjadi tanggung jawab pihak guru, tetapi juga

14

merupakan tanggung jawab orang tua, karena sebagaian besar aktivitas anak berada dalam lingkungan rumah tangga (keluarga) (Endriani, 2016:105).

Adapun peran orang tua dalam pendidikan anak secara umum adalah sebagai berikut (Winingsih, 2020):

1. Orang tua berperan sebagai guru di rumah, yang memiliki kewajiban membimbing anak selama belajar dari rumah serta memantau waktu dan cara belajar anak,

2. Orang tua berperan sebagai fasilitator, yang mana orang tua memiliki peran sebagai penyedia sarana dan prasana yang dibutuhkan anak selama belajar daring,

3. Orang tua berperan sebagai motivator, kejenuhan anak yang dapat muncul selama pembelajaran daring serta kesulitan belajar yang terjadi membuat orang tua harus dapat menjadi pendorong motivasi belajar anak, serta 4. Orang tua berperan sebagai pengarah atau director, selain mengawal

pembelajaran daring yang dilakukan anak, orang tua juga memiliki peran untuk mengarahkan sesuai minat dan bakat yang dimiliki oleh anak.

2.1.2.2 Pengertian Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sejalan dengan hal ini, badan dana anak-anak dunia atau UNICEF berpendapat bahwa anak adalah penduduk yang berusia 0 (nol) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyebut bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur delapan tahun tetapi belum mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin.

Undang-Undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

15

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak adalah seorang individu yang berusia dari 0 (nol) dan kurang dari 18 (delapan belas) tahun dan tidak berstatus kawin. Anak adalah individu yang lahir dari akibat suatu hubungan antara lelaki dan perempuan yang terjalin dalam suatu perkawinan.

2.1.2.2.1 Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun

Pekembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan 15sosial15 ketangan fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah mempunyai suatu pengalaman (Hidayati, 2016:153). Sehingga berbekal pengalaman yang sudah pernah dimiliki, seorang individu akan dapat melakukan suatu aktivitas yang sama di masa depan. Untuk melihat perkembangan seorang individu dapat terlihat dari kemampuan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Latifa (2017:187) menyatakan bahwa perkembangan individu merupakan penggabungan dari beberapa proses, yakni fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pada usia kanak-kanak seluruh aspek perkembangan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Adapun penjelasan dari beberapa aspek perkembangan anak usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala yang pertama kali terlihat dalam pertumbuhan manusia.

Pertumbuhan fisik terjadi sejak masa anak-anak sampai usia lanjut (Latifa, 2017:187).

Terdapat beberapa aspek-aspek perkembangan anak usia 6-12 tahun, sebagai berikut (Sit, 2012:36):

 Perubahan tinggi dan berat badan

 Postur tubuh

 Tulang dan massa otot b. Perkembangan Kognisi

16

Sit (2012:47) Setiap individu dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda-beda. Perbadaan kecerdasan setiap orang ini kemudian membutuhkan perbadaan stimulasi yang tepat dalam pembelajaran. Khaulani dkk (2019:54) aspek perkembangan kognisi adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang dimiliki anak. Anak usia 6-12 tahun (usia sekolah dasar) memiliki karakteristik berpikir yang unik. Cara berpikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah maupun remaja. Pada usia ini anak-anak masih cenderung berpikir secara konkret

c. Perkembangan Sosial-Emosional

Perkembangan sosial emosional adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk menyelesaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas.

Pada masa ini, anak menjadi lebih senstif terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang di sekitarnya. Anak akan lebih baik mengatur ekspresi emosionalnya dalam situasi sosial dan mereka dapat merespons tekanan emosional orang lain. Kemampuan sosial emosial anak diperoleh dari berbagai pengalaman bersama orang-orang di sekitar. Perkembangan ssosial emosional seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana orang tersebut berada, baik dalam keluarga, lingkup pertemanan, dan masyarakat sekitarnya (Sit, 2012:105).

Pada masa perkembangan ssosial emosional anak, peran orang tua dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap pembentukan aspek perkembangan sosial-emosional. Hal lainnya yang tampak pada aspek perkembangan ini adalah anak sudah mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Hubungan sosial anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri serta emosional anak (Khaulani dkk, 2019:54).

d. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar manusia. Sit (2012:99) perkembangan bahasa merupakan proses untuk memperoleh, menyusun tata bahasa dari ucapan, memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut. Khaulani dkk

17

(2019:55) menyatakan perkembangan bahasa anak berkembang dari awal masa sekolah dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Pada usia late primary (7-8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Anak mulai paham mengenai tata bahasa walaupun masih mengalami kesulitan dalam mengeskpresikan bahasa yang dimaksud, tetapi anak dapat memperbaikinya. Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik serta anak mampu menyimak dan menceritakan kembali dengan alur yang runtut.

e. Perkembangan Moral Keagamaan

Nilai agama dan moral pada anak usia 6-12 tahundapat diartikan sebagai perubahan psikis yang dialami anak yang menyangkut tentang kemampuan memahami dan menerapkan perilaku yang sesuai ajaran agama yang dianutnya.

Tingkah laku, tutur kata, pola pikir sering dikaitkan dengan moral seseorang. Nilai agama dan moral adalah landasan kehidupan untuk anak dalam menjalani kehidupan (Nabilah, 2019:193). Pada masa anak-anak perkembangan moral keagamaan terlihat lambat, hal ini dikarenakan oleh perkembangan kognitif anak belum bisa mencapai pemahaman menganai prinsip-prinsip benar dan salah. Anak hanya mengikuti peraturan yang telah ada dilingkungan tanpa ia mengetahui kegunaan maupun fungsi dari peraturan yang berlaku (Murni, 2017:30).

Dokumen terkait