• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN BAGI ORANG TUA DAN ANAK DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI DESA BENDANPETE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN BAGI ORANG TUA DAN ANAK DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI DESA BENDANPETE"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL SKRIPSI

TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN BAGI ORANG TUA DAN ANAK DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI DESA BENDANPETE

Oleh

RIZKY WULANDARI NIM 201733017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021

(2)

ii

(3)

iii ABSTRAK

Wulandari, Rizky. 2021. Tantangan Digitalisasi Pendidikan Bagi Orang Tua Dan Anak Di Tengah Pandemi Covid-19 Di Desa Bendanpete.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus, Dosen Pembimbing (1) Santoso, S.Pd., M.Pd.

(2) Sekar Dwi Ardianti, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Digitalisasi Pendidikan, Orang tua dan Anak, Covid-19

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk digitalisasi pendidikan, tantangan digitalisasi pendidikan, serta dampak digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete.

Digitalisasi pendidikan adalah proses pemakaian sistem digital dalam dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan suatu proses pembelajaran.

Penggunaan digitalisasi pendidikan terjadi karena adanya pandemi Covid-19.

Covid-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan manusia. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan bekerja serta belajar dari rumah yang menjadikan intensitas interaksi orang tua dan anak menjadi tinggi. Orang tua adalah adalah orang yang lebih tua yang dapat di panggil sebagai ayah dan ibu dari seorang anak. Sedangkan anak adalah seorang individu yang berusia dari 0 (nol) dan kurang dari 18 (delapan belas) tahun dan tidak berstatus kawin.

Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian fenomenologi. Subyek penelitian terdiri dari orang tua yang memiliki anak usia 6-12 tahun dan anak usia 6-12 di Desa Bendanpete. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara, serta dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman.

(4)

iv DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2. 1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Digitalisasi Pendidikan ... 7

2.1.1.1 Pengertian Digitalisasi Pendidikan... 7

2.1.1.2 Manfaat Digitalisasi Pendidikan ... 8

2.1.1.3 Bentuk Digitalisasi Pendidikan ... 9

2.1.1.4 Tantangan Digitalisasi Pendidikan ...10

2.1.1.5 Dampak Digitalisasi Pendidikan ... 11

2.1.2 Orang Tua dan Anak ... 12

2.1.2.1 Pengertian Orang Tua... 12

2.1.2.1.1 Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Selama Pandemi Covid-19 ... 12

2.1.2.2 Pengertian Anak ... 14

2.1.2.2.1 Ciri-ciri Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun ... 15

2.1.3 Coronavirus 2019 (Covid-19) ... 17

2.1.3.1 Covid-19 dan Digitalisasi Pendidikan ... 19

2. 2 Penelitian Yang Relevan... 20

(5)

v

2. 3 Kerangka Teori ... 22

2. 4 Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN... 26

3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3. 2 Pendekatan Dan Jenis Pendekatan ... 26

3. 3 Peranan Peneliti ... 26

3. 4 Data dan Sumber Data ... 27

3. 5 Pengumpulan Data ... 28

3. 6 Keabsahan Data ... 29

3. 7 Analisis Data ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 33

PERNYATAAN ... 54

KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN ... 55

PERMOHONAN SEMINAR PROPOSAL ... 56

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Persamaan dan Perbedaan Kajian Relevan ... 20 3.1 Data Orang Tua ... 28 3.2 Data Peserta Didik/ Anak ... 28

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori... 22 2.2 Kerangka Berpikir ... 25 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman... 32

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan ... 39

Lampiran 2. Kisi-Kisi Observasi Orang Tua ... 40

Lampiran 3. Pedoman Observasi Orang Tua ... 41

Lampiran 4. Kisi-Kisi Observasi Anak ... 43

Lampiran 5. Pedoman Observasi Anak ... 45

Lampiran 6. Kisi-Kisi Wawancara Orang Tua ... 47

Lampiran 7. Pedoman Wawancara Orang Tua ... 49

Lampiran 8. Kisi-Kisi Wawancara Anak ... 51

Lampiran 9. Pedoman Wawancara Anak ... 52

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Badan kesehatan dunia WHO pada awal tahun 2020 menerima laporan dari negara China tentang penemuan jenis virus baru yang diduga revolusi dari virus MERS yang juga pernah melanda di China ini dikenal sebagai Novel Coronavirus 2019 atau lebih dikenal sebagai nCoV-2019. Virus Corona adalah virus yang menyerang saluran pernapasan yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan, Hubei, China (Pennington, 2020:7). Penyebaran Covid-19 diketahui menyebar lewat cairan atau droplet dari orang yang terinfeksi dan akan menginfeksi orang yang belum terpapar. Penyebaran virus yang tergolong masif ini dikarenakan gejala awal yang dirasakan oleh orang yang terpapar virus ini yakni sama persis dengan gejala batuk pada umumnya (Mona, 2020:117).

Demi mencegah penyebaran virus yang semakin merebak, pemerintah Indonesia merujuk anjuran dari WHO menetapkan kebijakan baru atas situasi darurat yang sedang melanda negeri dengan cara menghentikan segala kegiatan yang memicu kerumunan dan berinteraksi dengan orang banyak atau sering kita dengar sebagai ssosial distancing. Mengurangi intensitas interaksi antar manusia ini diharapkan pemerintah dapat memutus rantai penyebaran virus ke seluruh penjuru negeri dengan cara berdiam diri di rumah dan semaksimal mungkin menghindari kontak dengan orang banyak (Herdiana, 2020:93).

Kebijakan ini membuat segala roda kehidupan menjadi lumpuh, tidak terkecuali pada sektor pendidikan. Hakim (2016:53) menyebutkan penyelenggaraan pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Prinsip tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

(10)

2

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah negara Indonesia untuk melangsungkan pembelajaran tanpa terjadinya tatap muka serta menimbulkan kerumunan. Pada akhirnya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang diatur dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Kebijakan ini mengharapkan siswa masih dapat mendapatkan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid- 19. Belajar dari rumah merupakan keputusan pemerintah untuk solusi pendidikan dari masa pandemi yang berlangsung. Adanya fenomena ini memicu ide penggunaan teknologi digital sebagai alternatif untuk mengatasi terhambatnya pendidikan akibat dari pembatasan kegiatan berkerumun atau berkumpul.

Salsabila dkk (2020:3) menyebutkan dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi digunakan sebagai media yang dapat menjadi solusi manusia dalam hal pekerjaan terutama saat pandemi Covid-19.

Teknologi digital dianggap mampu menjadi solusi untuk keberlangsungan pendidikan pada masa pandemi. Karena pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses bermakna dalam kelangsungan pembentukan manusia menjadi makhluk untuh melalui proses belajar. Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi kehidupan. Pendidikan memiliki posisi yang fundamental bagi pembangunan diri manusia. Pendidikan merupakan cara manusia untuk dapat berkembang dan bertahan hidup. Melalui pendidikan manusia mampu beradaptasi terhadap perubahan dengan menjawab setiap tantangan masalah yang muncul dalam setiap perkembangan zaman (Andalas, 2020:28).

Perkembangan teknologi memberikan peluang terhadap terciptanya metode-metode baru dalam pembelajaran. Hal itu dikarenakan terknologi mampu memberikan fasilitas yang membuat sebuah pendidikan menjadi lebih bermakna, efektif, dan efisien. Salah satu contohya yaitu pemanfaatan ternologi digital dalam pendidikan. Penggunaan teknologi digital pada masa pandemi memberikan pengaruh besar pada dunia pendidikan yang memasuki budaya baru, yaitu

(11)

3

digitalisasi dunia pendidikan. Hal itu didasarkan pada banyaknya fenomena penggunaan produk teknologi digital sebagai sarana dan sistem melaksanakan pendidikan. Menjadikan pendidikan menjadi lebih dinamis dan fleksibel dalam pengembangannya (Wayhono dkk, 2020:57).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah peneliti laksanakan pada tangga 9 Agusutus 2020, diketahui bahwa pembelajaran daring (online) membuat peserta didik dan orang tua bingung dan merasa kesulitan. Hal ini dikarenakan dalam dua proses penting pembelajaran tidak berjalan seperti semestinya. Pertama dalam penyerapan materi yang sedikit. Ketika guru kelas memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi yang ditujukan, siswa hanya membaca materi sekilas sehingga membuat daya serap materi menjadi rendah. Yang kedua adalah proses pengerjaan tugas. Pada kali ini peran orang tua lebih dominan dan lebih aktif daripada siswa yang mendapatkan tugas untuk mencari jawaban, sehingga siswa tersebut hanya mendapatkan jawaban, bukan pemahaman tentang bagaimana maksud dari tugas yang dikerjakan. Dominasi orang tua dalam pengerjaan tugas ini dikarenakan mereka yang tidak ingin mendengar anaknya mengeluh tentang ketidakpahaman mempelajari materi atau mengerjakan tugas disaat para orang tua sudah lelah setelah pulang dari kerja.

Akibatnya para orang tua mengambil alih tugas yang seharusnya dikerjakan oleh siswa tersebut.

Kepemilikan smartphone juga menjadi masalah dalam pembelajaran daring. Beberapap peserta didik tidak memiliki ponsel pribadi yang seharusnya digunakan untuk mendukung digitalisasi pendidikan. Jika ada grup kelas di aplikasi Whatsapp yang digunakan untuk membagi informasi oleh guru, maka orang tua merekalah yang berada di dalam grup tersebut. Sedangkan rata-rata orang tua siswa sibuk bekerja di dari pagi hingga sore sehingga mereka menjadi tertinggal oleh materi maupun tugas yang sudah diberikan oleh wali kelas mereka.

Wahyono dkk (2020:61) sekolah dan guru hanya memberi tugas secara beruntun sesuai rencana pelajaran dan materi pelajaran dalam kondisi non-pandemi.

(12)

4

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian lapangan dengan judul “Tantangan Digitalisasi Pendidikan Bagi Orang Tua Dan Anak Di Tengah Pandemi Covid-19 Di Desa Bendanpete “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka rumusan masalah yang dapat di rumuskan adalah:

1. Bagaimana bentuk digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete?

2. Apa tantangan digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete?

3. Bagaimana dampak digitalisasi pendidikan bagi orang tua dan anak di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat dijelaskan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan bentuk digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete.

2. Untuk mendeskripsikan tantangan digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete.

3. Untuk mendeskripsikan dampak digitalisasi pendidikan bagi orang tua dan anak di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan dua kegunaan baik bersifar teoritis maupun bersifat praktis:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan teori untuk kegiatan-kegiatan penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga dapat menambah pemahaman orang tua serta guru tentang tantangan digitalisasi pendidikan bagi orang tua dan anak di tengah pandemi Covid-19.

1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti

(13)

5

Dari hasil kegiatan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dalam menambah wawasan tentang digitalisasi pendidikan selama pandemi Covid-19.

1.4.2.2 Bagi Siswa/ Anak

Penelitian ini diharapkan dapat mencari tantangan yang dirasakan anak selama belajar lewat teknologi digital dan menemukan solusinya selama pandemi Covid-19.

1.4.2.3 Bagi Guru

1. Memberikan informasi tentang tantangan digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19.

2. Mendorong guru untuk senantiasa menambah wacana dan pengalaman tentang tantangan digitalisasi pendidikan tengah pandemi Covid-19.

1.4.2.4 Bagi Orang Tua

Memberikan pemahaman kepada orang tua dalam meningkatkan pemahaman tantangan digitalisasi pendidikan selama pandemi Covid-19 pada anak agar menjadi sumber daya manusia (SDM) unggul yang siap menghadapi dunia yang memasuki era revolusi industri 4.0.

1.4.2.5 Bagi Sekolah

Memberikan masukan kepada sekolah dalam meningkatkan pemahaman kepada guru dan siswa dengan mengenai tantangan digitalisasi pendidikan bagi siswa sekolah dasar di tengah pandemi Covid-19.

1.5 Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian “Tantangan Digitalisasi Pendidikan Bagi Orang Tua Dan Anak Di Tengah Pandemi Covid-19 Di Desa Bendanpete” maka variabel yang terdapat di dalamnya perlu ditegaskan lagi agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitiian yang akan dilakukan oleh peneliti.

1.6 Digitalisasi Pendidikan

Digitalisasi Pendidikan adalah proses menerapkan dan memanfaatkan digital dalam pembelajaran, mulai sistem kurikulum hingga perangkat administasi pendidikan. Dengan digitalisasi pendidikan diharapkan memudahkan pelaku dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Digitalisasi pendidikan merupakan

(14)

6

suatu inovasi dalam pendidikan, karena hal tersebut merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi agar dapat bersaing dalam era globalisasi. Digitalisasi pendidikan memiliki dampak yang baik jika komponen pendidikan memiliki dampak yang baik jika komponen pendidikan mampu menyesuaikan diri dengan cepat, namun akan menjadi masalah baru apabila komponen-komponen dalam pendidikan tidak dapat berjalan selaras dengan perkembangan yang ada.

1.7 Pandemi Covid-19

Virus Corona adalah virus varian baru yang titik awal penyebarannya berasal dari pasar hewan Hubei, China. Virus jenis baru yang diduga revolusi dari virus MERS ini kenal sebagai Novel Coronavirus atau lebih dikenal sebagai nCoV-2019. Penyebaran Covid-19 diketahui menyebar lewat cairan atau droplet dari orang yang terinfeksi dan akan menginfeksi orang yang belum terpapar.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menggunakan masker.

(15)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Digitalisasi Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian Digitalisasi Pendidikan

Atsani (2020:82) pandemi Covid-19 memaksa seluruh komponen pendidikan di Indonesia untuk beradaptasi dari perubahan yang terjadi secara tiba- tiba untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran daring (online). hal tersebut tidak lepas dari teknolgi sebagai media salaam proses pembelajaran. Digitalisasi pendidikan merupakan isu yang hangat dalam setahun terakhir. Ini dalah respon terhadap pelayanan pendidikan yang berubah secara drastis dan cepat. Baik dari sistem pembelajar, maupun kulturnya. Secara penulisan, digitalisasi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu “digitalisasi” dan

“pendidikan”.

Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) digitalisasi adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Digitalisasi berasal dari kata digital yang mendapatkan imbuhan –isasi. Digital sendiri berasal dari bahasa Yunani digitus yang berarti jari jemari manusia. Sehingga digital sendiri berarti gambaran dari suatu gambaran bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 (bilangan biner) yang digunakan oleh komputer sebagai basis dalam sistem digital. Sedangkan menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud menyatakan kata –isasi adalah kata serapan dari kosakata asing izazition yang memiliki makna proses, cara, ataupun dapat diartikan sebagai perbuatan.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyakarat, bangsa dan negara.

(16)

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, maupun perbuatan mendidik.

Pendidikan era revolusi industri 4.0 merupakan adaptasi dari kebutuhan revolusi industri akan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan perkembangan situasi saat ini. Banyak ahli yang mengemukakan bahwa pendidikan pada era revousi industri 4.0 ini adalah sebuah gambaran kesatuan teknologi dalam pembelajaran. Dengan mengoptimalkan fasilitas jaringan internet diharapkan mampu membuka jendela dunia pembelajaran maupun pengajaran dengan lebih mudah (Gumelar dan Dinnur, 2020:114).

Perkembangan teknologi tidak hanya menyumbang kepada kemajuan dalam bidang informasi umum, tetapi juga berdampak dalam dunia pendidikan.

Era digital berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat, termasuk bidang pendidikan (Efendi, 2018:176). Dengan adanya fenomena pandemi Covid-19 membuat momentum pengaplikasian digitalisasi pendidikan di Indonesia sepenuhnya dijalankan. Andalas (2020:28) menyebutkan mengingat bahwa pendidikan adalah bagian dari proses pendewasaan seorang individu. Dalam kondisi yang terbatas sekalipun, pendidikan perlu dilakukan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada dan memiliki potensi penggunaan lebih untuk mewadahi pendidikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa digitalisasi pendidikan adalah proses pemakaian sistem digital dalam dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan suatu proses pembelajaran. Dengan adanya digitalisasi pendidikan memungkinkan terjadinya pembelajaran secara tatap maya serta kemudian dalam pencarian materi belajar. Sehingga pengetahuan siswa atau anak menjadi lebih luas dan dalam.

2.1.1.2 Manfaat Digitalisasi Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari hari ke hari semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak dapat dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Budiman (2017:32) menyatakan bahwa pendidikan di masa sekarang dituntut untuk selalu senantiasa menyesuaikan perkembangan

(17)

9

zaman dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, terutama untuk proses pembelajaran yang lebih optimal dan efisien. Hal ini membuat terciptanya ide untuk melakukan kolaborasi antara pendidikan dengan teknologi informasi kemudian menciptakan adanya e-learning.

E-learning memiliki berbagai persamaan istilah. Di antaranya adalah online learning, internet learning, networked learning, virtual learning, dan distance learning (pembelajaran jarak jauh). E-learning merupakan suatu proses pembelajaran dimana peserta didik berada jauh atau berbeda tempat dari pengajar (Anshori, 2018:95). E-learning atau belajar daring memungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa harus hadir secara fisik di kelas. Walaupun tidak melaksanakan interaksi secara langsung, namun hal tersebut masih dapat dijalankan secara langsung atau jeda waktu beberapa saat.

Adapaun manfaat dalam digitalisasi pendidikan adalah sebagai berikut (Anshori, 2017:97):

a. Digitalisasi pendidikan memberikan keluwesan dalam pemilihan tempat serta waktu untuk mengakses pembelajaran,

b. Memberikan peserta didik untuk belajar secara mandiri serta memegang kendali diri sendiri atas keberhasilan belajarnya,

c. Digitalisasi memberikan efisiensi biaya baik bagi administrasi, sarana dan prasana maupun akomodasi peserta didik,

d. Dengan adanya digitalisasi pendidikan membuat segenap pelaksana pendidikan dapat menjalin pertemanan lebih luas, sehingga lebih banyak informasi yang didapatkan, serta

e. Digitalisasi lebih interaktif dan inovatif daripada cara konvensional.

2.1.1.3 Bentuk Digitalisasi Pendidikan

Penggunaan internet sebagai produk dari teknologi informasi dan komunikasi yang semakin lama menjadi bagian dari kehidupan membuat kita dapat mengkases informasi dari seluruh dunia. Dengan kehadiran internet juga memberikan kemudahan dalam dunia pendidikan, salah satunya sebagai penyedia media pembelajaran yang semakin dipelajari (Salsabila dkk, 2020:153).

(18)

10

Terdapat dua bentuk digitalisasi pendidikan dalam proses pembelajaran, antara lain (Khotimah dkk, (2019:360):

1. Pembelajaran Sinkron (Synchronous Learning)

Synchronous learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara bersamaan sehingga menimbulkan interaksi dua arah yakni dari tenaga pendidik dan peserta didik. Pembelajaran sinkron juga disebut sebagai virtual class. Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran yang mirip seperti pembelajaran tatap muka di kelas seperti biasanya. Pertemuan lewat aplikasi zoom dan google meet merupakan contoh dari bentuk pembelajaran sinkron.

2. Pembelajaran Tidak Sinkron (Asynchronus Learning)

Asynchronous learning merupakan kebalikan dari synchronous learning. Yakni bentuk pembelajaran yang dilakukan secara tidak bersamaan.

Tenaga pengajar dapat memberikan materi pada waktu yang berbeda kepada peserta didik dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas menurut tenggang waktu yang sudah disepakati bersama. Pembelajaran tidak sinkron paling sering digunakan dalam digitalisasi pendidikan karena fleksibilitas waktu.

Pemberian tugas melalui group chat Whats App, google classroom merupakan contoh dari bentuk pembelajaran tidak sinkron.

2.1.1.4 Tantangan Digitalisasi Pendidikan

Hal yang menjadi perhatian bersama dalam proses peralihan pembelajaran konvensional menuju pembelajaran digital adalah sumber daya manusia yang harus melek teknologi (Astini, 2020:243). Proses peralihan pembelajaran digital membuat banyak persiapan yang harus disiapkan terlebih dahulu sehingga menimbulkan tantangan tersendiri baik tenaga pendidik maupun peserta didik. Seperti misalnya tenaga pendidik yang harus menyiapkan materi berbentuk bahan ajar terlebih dahulu, serta peserta didik yang harus mencari materi pembelajaran sendiri jika dirasa dirinya tidak mengerti dengan penjelasan dari tenaga pendidik. Keadaan diatas mengindikasikan bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi dalam digitalisasi pendidikan.

Adapun tantangan digitalisasi pendidikan yakni (Astini, 2020:246-247):

1. Jaringan Internet

(19)

11

Letak geografis negara Indonesia yang beragam membuat jangkauan akses internet juga mengalami beragam keluhan. Seperti halnya peserta didik yang masih tinggal jauh dari perkotaan membuat susah mendapatkan akses internet.

2. Paket Data

Digitalisasi pendidikan yang mempertemukan antara tenaga pendidik dengan peserta didik lewat tatap maya membuat penggunaan paket data dilakukan. Tetapi mahalnya harga paket data membuat baik peserta didik maupun tenaga pendidik merasa terbebani.

3. Sarana dan Prasana

Kurangnya sarana dan prasana penunjang yang memadai seperti kepemilikan laptop, handphone membuat digitalisasi pendidikan belum dapat sepenuhnya diikuti oleh peserta didik secara maksimal.

4. Perubahan Pola Belajar

Perubahan pola pembelajaran yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka kemudian beralih menjadi daring menyebabkan kesulitan bagi peserta didik. Hal ini pasti membutuhkan waktu adaptasi yang cukup lama sebab perubahan pola belajar juga mempengaruhi pola budaya akademik seperti budaya sikap, budaya literasi, serta pengetahuan dan keterampilan.

2.1.1.5 Dampak Digitalisasi Pendidikan

Kemajuan teknologi dan informasi membawa dampak positif bagi bidang pendidikan. Adapun dampak positif dari adanya digitalisasi pendidikan adalah (Suripto dkk, 2014:3):

1. Tersedianya media massa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, 2. Terciptanya metode-metode baru dalam pembelajaran,

3. Pembelajaran yang menjadi fleksibel karena tidak mengharuskan terjadinya tatap muka

4. Kebutuhan akan fasilitas untuk menunjang pendidikan dapat terpenuhi dengan cepat, serta

5. Kegiatan pembelajaran dapat menjadi lebih menarik, efektif, efisien dalam memudahkan penjelasan materi kompleks/abstrak, menghadirkan

(20)

12

peristiwa yang jarang terjadi ataupun peristiwa berbahaya ataupun peristiwa yang berada diluar jangkauan.

Disamping dampak positif digitalisasi pendidikan, muncul juga dampak negatif dari digitalisasi terhadap pendidikan seperti yang dikemukan oleh Akbar dan Noviani (2019:23) adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik menjadi malas belajar,

2. Terjadinya penyalahgunaan penggunaan internet yang digunakan sebagai alat mencari kesenangan, bukan sebagai alat pencari materi pelajaran, 3. Terjadinya cyber crime dan cyber bulliying, serta

4. Memunculkan sikap cuek pada masing-masing invidu, baik peserta didik maupun tenaga pendidik.

2.1.2 Orang Tua dan Anak 2.1.2.1 Pengertian Orang Tua

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003 Perlindungan Anak menyatakan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung, atau ayah dan ibu tiri, atau ayah dan ibu angkat. Endriani (2016:105) orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyebutkan bahwa orang tua adalah orang yang di anggap tua.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Orang tua menjadi acuan pertama dan pendidik utama bagi anak, baik dari dalam kandungan hingga anak menyelesaikan studinya (Ramdan dan Fauziah, 2019:101).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang lebih tua yang dapat di panggil sebagai ayah dan ibu dari seorang anak baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap segala pemenuhan kebutuhan anak mulai dari kebutuhan fisik maupun psikis.

2.1.2.1.1 Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Selama Pandemi Covid-19

(21)

13

Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran yang biasnaya dilakukan secara tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan disebut daring.

Keterbatasan pengetahuan akan penggunaan teknologi menjadi salah satu kendala dalam sistem pembelajaran daring di tengah pandemi. Terutama bagi orang tua yang dalam situasi ini dituntut untuk membimbing anak-anaknya dalam pembelajaran yang menggunakan layanan internet. Bagi orang tua yang melek teknologi mungkin tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang tua siswa yang awam akan penggunaan teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam membimbing anaknya dalam situasi ini (Haerudin dkk, 2020:2). Kondisi ini membuat orang tua menjadi lebih banyak waktu dalam membimbing anaknya dan terjalin kedekatan emosional lebih dari sebelumnya. Peran serta orang tua anak dalam sistem belajar dirumah ini tidak bisa dipungkiri. Orang tua menjadi orang paling terdepan yang membimbing anak-anaknya dalam belajar dirumah serta mengawasi penggunaan internet.

Salafuddin dkk (2020:19) orang tua adalah orang yang sangat penting dalam proses pengasuhan serta pendidikan anak. Pola dan kualitas pengasuhan anak maupun pendidikannya di lingkungan keluarga sangat ditentukan oleh kualitas dan kesiapan oleh keluarga untuk melaksanakan tugas tugasnya, khususnya melalui peran edukasi (pendidikan). Pendidikan adalah tanggung jawab bersama baik orang tua, pendidik, maupun masyarakat. Keterpaduan antara mereka dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pendidikan (Natsir dkk, 2018:312).

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya dari kecil hingga menyelesaikan studinya.

Ramadhani dkk (2020:102) Pertumbuhan anak tergantung dari keluarganya. Jika di dalam keluarga menerapkan kedisiplinan maka menjadikan anak disiplin tetapi sebaliknya jika terdapat keluarga yang kurang harmonis maka anak akan mencontoh semua tingkah laku orang tua. Orang tua memiliki peran paling besar dalam membina pendidikan anak, karena pendidikan tersebut akan menentukan masa depan anak. Pendidikan khususnya masalah yang berkaitan dengan belajar anak tidak saja menjadi tanggung jawab pihak guru, tetapi juga

(22)

14

merupakan tanggung jawab orang tua, karena sebagaian besar aktivitas anak berada dalam lingkungan rumah tangga (keluarga) (Endriani, 2016:105).

Adapun peran orang tua dalam pendidikan anak secara umum adalah sebagai berikut (Winingsih, 2020):

1. Orang tua berperan sebagai guru di rumah, yang memiliki kewajiban membimbing anak selama belajar dari rumah serta memantau waktu dan cara belajar anak,

2. Orang tua berperan sebagai fasilitator, yang mana orang tua memiliki peran sebagai penyedia sarana dan prasana yang dibutuhkan anak selama belajar daring,

3. Orang tua berperan sebagai motivator, kejenuhan anak yang dapat muncul selama pembelajaran daring serta kesulitan belajar yang terjadi membuat orang tua harus dapat menjadi pendorong motivasi belajar anak, serta 4. Orang tua berperan sebagai pengarah atau director, selain mengawal

pembelajaran daring yang dilakukan anak, orang tua juga memiliki peran untuk mengarahkan sesuai minat dan bakat yang dimiliki oleh anak.

2.1.2.2 Pengertian Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sejalan dengan hal ini, badan dana anak-anak dunia atau UNICEF berpendapat bahwa anak adalah penduduk yang berusia 0 (nol) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyebut bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur delapan tahun tetapi belum mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin.

Undang-Undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

(23)

15

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak adalah seorang individu yang berusia dari 0 (nol) dan kurang dari 18 (delapan belas) tahun dan tidak berstatus kawin. Anak adalah individu yang lahir dari akibat suatu hubungan antara lelaki dan perempuan yang terjalin dalam suatu perkawinan.

2.1.2.2.1 Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun

Pekembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan 15sosial15 ketangan fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah mempunyai suatu pengalaman (Hidayati, 2016:153). Sehingga berbekal pengalaman yang sudah pernah dimiliki, seorang individu akan dapat melakukan suatu aktivitas yang sama di masa depan. Untuk melihat perkembangan seorang individu dapat terlihat dari kemampuan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Latifa (2017:187) menyatakan bahwa perkembangan individu merupakan penggabungan dari beberapa proses, yakni fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pada usia kanak-kanak seluruh aspek perkembangan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Adapun penjelasan dari beberapa aspek perkembangan anak usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala yang pertama kali terlihat dalam pertumbuhan manusia.

Pertumbuhan fisik terjadi sejak masa anak-anak sampai usia lanjut (Latifa, 2017:187).

Terdapat beberapa aspek-aspek perkembangan anak usia 6-12 tahun, sebagai berikut (Sit, 2012:36):

 Perubahan tinggi dan berat badan

 Postur tubuh

 Tulang dan massa otot b. Perkembangan Kognisi

(24)

16

Sit (2012:47) Setiap individu dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda-beda. Perbadaan kecerdasan setiap orang ini kemudian membutuhkan perbadaan stimulasi yang tepat dalam pembelajaran. Khaulani dkk (2019:54) aspek perkembangan kognisi adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang dimiliki anak. Anak usia 6- 12 tahun (usia sekolah dasar) memiliki karakteristik berpikir yang unik. Cara berpikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah maupun remaja. Pada usia ini anak-anak masih cenderung berpikir secara konkret

c. Perkembangan Sosial-Emosional

Perkembangan sosial emosional adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk menyelesaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas.

Pada masa ini, anak menjadi lebih senstif terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang di sekitarnya. Anak akan lebih baik mengatur ekspresi emosionalnya dalam situasi sosial dan mereka dapat merespons tekanan emosional orang lain. Kemampuan sosial emosial anak diperoleh dari berbagai pengalaman bersama orang-orang di sekitar. Perkembangan ssosial emosional seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana orang tersebut berada, baik dalam keluarga, lingkup pertemanan, dan masyarakat sekitarnya (Sit, 2012:105).

Pada masa perkembangan ssosial emosional anak, peran orang tua dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap pembentukan aspek perkembangan sosial-emosional. Hal lainnya yang tampak pada aspek perkembangan ini adalah anak sudah mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Hubungan sosial anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri serta emosional anak (Khaulani dkk, 2019:54).

d. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar manusia. Sit (2012:99) perkembangan bahasa merupakan proses untuk memperoleh, menyusun tata bahasa dari ucapan, memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut. Khaulani dkk

(25)

17

(2019:55) menyatakan perkembangan bahasa anak berkembang dari awal masa sekolah dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Pada usia late primary (7-8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Anak mulai paham mengenai tata bahasa walaupun masih mengalami kesulitan dalam mengeskpresikan bahasa yang dimaksud, tetapi anak dapat memperbaikinya. Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik serta anak mampu menyimak dan menceritakan kembali dengan alur yang runtut.

e. Perkembangan Moral Keagamaan

Nilai agama dan moral pada anak usia 6-12 tahundapat diartikan sebagai perubahan psikis yang dialami anak yang menyangkut tentang kemampuan memahami dan menerapkan perilaku yang sesuai ajaran agama yang dianutnya.

Tingkah laku, tutur kata, pola pikir sering dikaitkan dengan moral seseorang. Nilai agama dan moral adalah landasan kehidupan untuk anak dalam menjalani kehidupan (Nabilah, 2019:193). Pada masa anak-anak perkembangan moral keagamaan terlihat lambat, hal ini dikarenakan oleh perkembangan kognitif anak belum bisa mencapai pemahaman menganai prinsip-prinsip benar dan salah. Anak hanya mengikuti peraturan yang telah ada dilingkungan tanpa ia mengetahui kegunaan maupun fungsi dari peraturan yang berlaku (Murni, 2017:30).

2.1.3 Coronavirus 2019 (Covid-19)

Badan Kesehatan Dunia WHO (2020) menyebutkan bahwa coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia seperti batuk, pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Repiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Coronavirus pertama kali muncul di Wuhan pada tahun 2019 dengan gejala mirip SARS, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan menyebabkan penyakit coronavirus disease-2019 (Covid-19).

Seseorang yang terinfeksi Covid-19 umumnya memiliki gejala seperti orang terkena virus flu biasa. Seperti demam, batuk dan hidung tersumbat.

Adapun beberapa gejala yang biasanya muncul adalah diare, nyeri seluruh badan, kehilangan indera pembau dan perasa, terdapat ruam pada kulit, dan sakit kepala.

(26)

18

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Erin K. Stokes et al (2020:759) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang memiliki penyakit diabetes, penyakit jantung, serta penyakit paru-paru enam kali lebih beresiko terpapar Covid-19.

Penyebaran Covid-19 yakni berasal dari orang ke orang melalui percikan-percikan atau droplet dari hidung atau mulut dari orang yang terinfeksi Covid-19. Droplet tersebut dapat menempel di benda dan permukaan benda seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. penyebaran Covid-19 juga dapat melalui aerosol. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyebutkan bahwa aerosol adalah sistem tersebarnya partikel halus zat pada atau cairan dalam gas atau udara. Covid-19 dapat bertahan hingga 72 jam pada permukaan benda seperti plastik, stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga serta kurang dari 24 jam pada karton.

Masa inkubasi virus serta penularan virus tanpa gejala membuat semakin sulit pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Hal ini sejalan dengan studi kasus yang dilakukan oleh Feng Ye et al (2020:135) di China bahwa penyebaran virus dari klaster keluarga terjadi karena tidak adanya gejala dari orang pembawa virus atau carrier dalam enam hari pertama sejak kontak fisik dengan orang yang terpapar Covid-19. Sehingga dapat disimpulkan bahwa selain dari orang yang positif terpapar, Covid-19 juga dapat ditularkan dari orang yang sudah terpapar tetapi hanya merasakan gejala Covid-19 yang ringan. Hal ini biasa disebut sebagai orang tanpa gejala (OTG). Kebanyakan orang tidak memiliki tingkat imunitas yang baik ketika melawan virus pandemi. Karena Covid-19 merupakan virus baru, vaksinnya tidak mungkin langsung tersedia. Oleh karena itu virus corona lebih mematikan daripada virus flu pada umummya (Pennington, 2020:24).

Berikut adalah anjuran dari badan kesehatan dunia WHO yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 diantaranya:

a. Rutin mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, atau menggunakan cairan antiseptic yang memiliki kandungan alkohol 70%, b. Jaga jarak minimal 1 (satu) meter dengan orang lain untuk mencegah

penyebaran droplet,

(27)

19 c. Menggunakan masker

d. Hindari kerumunan, serta

e. Hindari kebiasaan menyentuh aera mata, hidung, dan mulut.

2.1.3.1 Covid-19 Dan Digitalisasi Pendidikan

Salah satu cara pemutusan rantai penyebaran Covid-19 dengan ssosial distancing membuat sektor pendidikan juga harus menetapkan pencegahan ini.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam sektor pendidikan sebagai akibat dari pandemi Covid-19 yang melangsungkan pembelajaran melalui sistem online.

Melalui metode belajar ini tentu tidak dapat terlepas dari peran teknologi. Effendi (2018:176) berkembangnya dunia digital berdampak terhadap pola belajar siswa dengan menggunakan optimalisasi perpustakaan digital sebagai bentuk kebutuhan atas keingintahuannya terhadap materi ajar.

Digitalisasi pendidikan memerlukan waktu yang lama agar semua aspek dapat disiapkan secara sempurna. Namun karena pandemi Covid-19 yang melanda membuat segala sektor pendidikan menjadi harus siap. Efendi (2018:176) digitalisasi pendidikan membantu siswa untuk mengisi kebutuhan belajar agar menjadi lebih efisien dan efektif. Seperti munculnya bimbingan belajar secara daring dengan presensi guru secara tatap maya maupun video animasi.

Keberhasilan program digitalisasi pendidikan sangat bergantung terhadap kesiapan dari aspek sumber daya manusia dan aspek infrastrukturnya. Era digital membuat masyarakat mulai meninggalkan batasan ruang dalam penerimaan sistem pendidikan. Cara konvensional mulai ditinggalkan dalam mencari pengetahuan, masyarakat dalam memiliki dan mengakses pengetahuan melalui dunia maya.

Walaupun masih banyak banyak tenaga pendidik maupun peserta didik yang mengeluhkan betapa berbedanya belajar daring dan belajar tatap muka, tidak dipungkiri bahwa dengan adanya digitalisasi pendidikan memiliki dampak positif dan negatif bagi pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu digitalisasi pendidikan seutuhnya akan terjadi secara alamiah karena hal tersebut cepat atau lambat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan efektitivitas dan efisiensi dunia pendidikan (Amarulloh dkk, 2019:16). Adanya dampak positif dan

(28)

20

negatif yang ditimbulkan membuat peranan guru menjadi sangat penting sebagai pencegah dan penyeimbang penggunaan teknologi digital oleh peserta didik dalam ranah pendidikan.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan digunakan sebagai bahan kajian yang berpengaruh dengan masalah yang diteliti oleh peneliti. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh gambaran-gambaran serta mencari titik perbedaan dan persamaan. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Kajian Relevan

No Nama

Peneliti

Jenis

Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Bella Elpira Kuantitatif

Sama-sama meneliti tentang penggunaan teknologi sebagai bagian dari digitalisasi pendidikan.

Metode penelitian menggunakan

metode kuantitif.

2 Ni Komang

Suni Astini Kualitatif

Sama-sama meneliti penggunaan

digitalisasi selama pademi Covid-19.

Penelitian tersebut fokus terhadap guru.

3

Agus Purwanto dkk

Kualitatif

Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama akan meneliti penggunaan

digitalisasi pendidikan selama pandemi Covid-19.

Perbedaan penelitian adalah obyek penelitian yang diteliti. Dimana penelitian tersebut fokus terhadap anak- anak, orang tua, dan guru.

Sumber: Peneliti (2021)

Penelitian yang dilakukan oleh Bella Elpira (2018) dengan judul

“Pengaruh Literasi Digital Terhadap Peningkatan Pembelajaran Siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang kuat dari literasi digital terhadap peningkatan pembelajaran siswa dengan hasil pengujian korelasi product moment 0,60-0,779. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti tentang digitalisasi. Perbendaannya adalah metode penelitian yang digunakan serta tingkat sekolah yang diteliti. Dimana penelitian

(29)

21

tersebut dilaksanakan di SMP Negeri 6 Banda Aceh. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan berada di Desa Bendanpete.

Penelitian yang kedua adalah dari Ni Komang Suni Astini (2020) dengan judul “Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran selama pandemi terlaksana secara efektif. Tetapi pemanfaatan teknologi informasi masih terbatas dikarenakan masih banyak orang tua yang tidak terlalu paham mengenai berbagai macam aplikasi yang dapat digunakan ketika belajar dari rumah. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti penggunaan digitalisasi selama pandemi Covid-19. Perbedaannya adalah tempat obyek penelitian. Penelitian tersebut fokus terhadap guru SD Insan Mandiri. Sedangkan penelitian yang peneliti akan lakukan lebih berfokus terhadap orang tua dan anak.

Penelitian yang ketiga adalah dari jurnal Agus Purwanto dkk (2020) dengan judul “Studi Eksploratif Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing masing dari anak-anak, orang tua, maupun guru memiliki kendala masing masing. Anak-anak merasa jenuh belajar secara daring dan ditakutkan hilangnya jiwa ssosial anak akibat terlalu lama berdiam diri di rumah. Orang tua mengalami kendala yaitu mereka harus meluangkan waktu lebih untuk mendampingi anak selama kegiatan belajar daring. Sedangkan kendala untuk guru adalah masih banyak guru yang gagap teknologi dan pengeluaran biaya tambahan untuk membeli kuota internet. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti penggunaan digitalisasi pendidikan selama pandemi Covid-19.

Perbedaannya adalah obyek penelitian dimana penelitian ini memiliki fokus terhadap anak-anak, orang tua dan guru. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan akan berfokus kepada orang tua dan anak.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut meneliti tentang penggunaan teknologi digital sebagai media pendidikan dengan dua penelitian dilaksanakan ketika pandemi Covid-19 dan satu penelitian yang dilaksanakan ketika pembelajaran dilakukan secara konvensional.

(30)

22

Subyek penelitian penelitian terdahulu terfokus pada anak-anak, orang tua, serta guru. Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan hanya berfokus kepada orang tua dan anak.

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan keterkaitan antar teori yang dijadikan sebagai dasar penelitian yang disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Tantangan, bentuk, dampak digitalisasi pendidikan bagi orang tua dan anak TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN BAGI ORANG TUA DAN

ANAK DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Orang tua

Adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga (Endriani, 2016:105).

Anak

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah seorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Covid-19

WHO menyebutkan bahwa Covid-19 adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan maupun manusia yang menginfeksi saluran pernapasan dengan gejala mirip penyakit flu dan batuk pada biasanya.

Digitalisasi Pendidikan

Merupakan pemberdayaan teknologi sebagai aspek dalam pembelajaran, mulai dari kurikulum hingga dalam aspek sistem administrasi pendidikan (Gumelar dan Dinnur, 2020:114).

(31)

23

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Peneliti (2021)

Pandemi Covid-19 sedang melanda seluruh penjuru dunia. Coronavirus 2019 atau lebih dikenal sebagai Covid-19 adalah kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan maupun manusia yang menginfeksi saluran pernapasan dengan gejala mirip penyakit flu dan batuk pada biasanya. Virus yang menyerang sistem imun manusia dengan resiko kematian yang tinggi membuat semua orang harus mentaati protokol kesehatan demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Virus dengan cara penyebaran melalui cairan orang yang terinfeksi kepada orang lain membuat dilaksanakannya peraturan menjaga jarak. Sehingga aturan untuk bekerja dan bersekolah dari rumah menjadi cara paling baik demi mencegah penularan virus. Hal ini membuat orang tua dan anak memiliki waktu yang lebih banyak daripada aktivitas biasanya yang orang tua bekerja dan anak berada di sekolahan. Orang tua dalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga. Sedangkan anak adalah seorang yang belum berusia delapan belas tahun. Kondisi ini membuat pelaksanaan pembelajaran yang semula berjalan secara tatap muka kini berganti lewat teknolgi digital. Digitalisasi pendidikan merupakan pemberdayaan teknologi sebagai aspek dalam pembelajaran, mulai dari kurikulum hingga dalam aspek sistem administrasi pendidikan. Digitalisasi pendidikan dapat terjadi akibat adanya kemajuan teknologi dan informasi yang menyebabkan terjadinya kolaborasi antara teknologi dengan sektor pendidikan.

Digitalisasi pendidikan menjadi jalan tengah untuk mempermudah segala keperluan dunia pendidikan, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Namun perubahan yang cepat menimbulkan berbagai macam fenomena tersendiri bagi orang tua maupun anak. Terlebih aktivitas belajar menggunakan teknologi digital dimana orang tua masih awam dengan cara belajar seperti ini. Oleh karena itu digitalisasi pendidikan menjadi tantangan baik bagi orang tua maupun anak.

Orang tua dan anak harus bekerjasama agar dapat mengatasi tantangan digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19.

(32)

24 2.4 Kerangka Berpikir

Pendidikan merupakan hak yang harus terpenuhi oleh setiap manusia.

Ketercapaian pendidikan yang baik dipengaruhi oleh teknik penyampaian materi pembelajaran dari tenaga pengajar kepada siswa. Akan tetapi pandemi Covid-19 membuat penyerapan pengetahuan anak tidak sepenuhnya terlaksana seperti biasanya. Pembelajaran tatap muka kini beralih menggunakan tatap maya dimana penggunaan teknologi sangat penting dalam hal ini. Penggunaan teknologi digital dipilih sebagai bagian dari cara agar pendidikan tidak terhenti di tengah pandemi Covid-19.

Keberhasilan digitalisasi pendidikan tidak lepas dari andil orang tua. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas bekerja serta belajar dilaksanakan dari rumah. Orang tua menjadi memiliki peran ganda yang membuat kewalah seperti misalnya mengakses pendidikan anak menggunakan teknologi ataupun tidak dapat membagi waktu antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk mengawasi belajar anak. Sedangkan anak usia 6-12 tahun masih belum awam dengan adanya teknologi. Munculnya berbagai masalah ini menyebabkan tantangan digitalisasi pendidikan yang harus dicari solusinya agar kegiatan belajar anak menjadi lebih optimal. Adapun alur kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(33)

25

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Sumber: Peneliti (2021)

Pandemi Covid-19

 Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Social dan physical distancing

Belajar Dari Rumah (BDR)

 Sekolah lewat tatap maya

 Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran

 Pemberian tugas yang berlebihan

Orang Tua

 Bekerja dari rumah.

 Membantu anak

mengerjakan tugas,

 Mengawasi anak dalam menggunakan teknologi

Anak

 Kesulitan mengerjakan tugas.

 Tidak paham dengan materi yang disampaikan secara tatap maya.

 Tidak terlalu paham teknologi.

Digitalisasi Pendidikan

Bentuk Digitalisasi Pendidikan

Dampak Digitalisasi Pendidikan Tantangan Digitalisasi

Pendidikan

(34)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang akan dijadikan penelitian ini dilaksanakan di Desa Bendanpete Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara. Penulis memilih penelitian di Desa Bendanpete karena desa tersebut merupakan desa asal peneliti. Selain itu Desa Bendanpete juga berperan aktif dalam kegiatan digitalisasi pendidikan selama pandemi Covid-19 yaitu dengan cara belajar secara daring.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 sampai Mei 2021.

Penelitian ini mencakp tiga tahap yakni, tahap perencanaan, pengumpulan data dan tahap pelaporan. Pada bulan Agustus 2020 penelitian masuk pada tahap perencanaan. Pada bulan April-Mei 2021 masuk pada tahap pengumpulan data dan tahap pelaporan akhir pada bulan Juni 2021.

3. 2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Moleong (2016:6) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan meneliti suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kalimat. Dengan penelitian kualitatif deskriptif ini diharapkan dapat mengungkapkan berbagai fenomena dalam masyarakat serta tata cara berlaku serta kondisi-kondisi dalam masyarakat, termasuk sikap, tindakan yang berlangsung dan pengaruh dari fenomena dalam suatu masyarakat. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Dalam hal ini, fenomenologi berartimembiarkan sesuatu datang mewujudkan dirinyasebagaimana adanya. Hasbiansyah (2008:166) menyatakan bahwa fenomenologi merupakan penampakan suatu peristiwa dalam persepsi diri sendiri dengan cara hasil interaksi antara subyek yang diteliti dengan fenomena yang dialaminya

3. 3 Peranan Peneliti

Moleong (2016:168) karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti yang menjadi instrumen kunci, hal ini dikarenakan penelitilah yang merencanakan

(35)

27

semua rancangan penelitian yang akan berjalan. Sejalan dengan hal tersebut, Sugiyono juga mengemukakan bahwa (2014:307) instumen utama penelitian adalah peneliti tersebut yang akan terjun ke lapangan, mengumpulkan data, mengolah data sampai membuat sebuah kesimpulan data.

Secara operasional peranan peneliti pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pengamatan terhadap tatangan digitalisasi pendidikan yang dialami orang tua dan anak di tengah pandemi Covid-19 di Desa Bendanpete, 2. Melaksanakan wawancara dengan orang tua yang memiliki anak usia 6-12

tahun dan anak berusia 6-12 tahun,

3. Mengolah data yang telah didapatkan dari penelitian lapangan dan melakukan pengumpulan data, serta

4. Menyajikan data yang telah di olah sesuai dengan kaidah penulisan yang telah ditentukan.

3. 4 Data dan Sumber Data

Data merupakan bukti fisik atau fakta suatu peristiwa yang digunakan sebagai bahan pemecahan masalah. Sumber data adalah sumber dari mana data akan di dapatkan. Sumber data dibedakan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Dalam penelitian ini, data yang diperolah peneliti dengan cara observasi, wawancara, serta dokumentasi. Subyek dalam penelitian dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak usia 6-12 tahun atau usia anak sekolah dasar serta dengan kategorisasi bedasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaannya.

Pemilhan subyek penelitian untuk anak adalah anak-anak dengan usia 6-12 tahun.

Pemilihan usia anak ini dikarenakan pada usia tersebut anak masih duduk di bangku sekolah dasar yang belum sepenuhnya paham dalam pengoperasian teknologi dan memerlukan pengawasan orang tua. Adapun datanya sebagai berikut:

(36)

28

Tabel 3.1 Data Orang Tua

No Nama

Orang Tua Umur Tingkat

Pendidikan Pekerjaan

1. Bapak : D 45 SMP Pekerja Bangunan

Ibu : S 35 SMP Buruh Pabrik

2. Bapak : DA 45 D2 Wiraswasta

Ibu : K 42 SMA Wiraswasta

3. Bapak : KM 43 D2 Perangkat Desa

Ibu : HL 42 S1 Guru Sekolah Dasar

4. Bapak : Y 39 S1 Wiraswasta

Ibu : USP 34 S1 Guru Sekolah Dasar

Sumber: Peneliti (2021)

Tabel 3.2 Data Peserta Didik/ Anak

No Nama Jenis Kelamin Kelas Hasil Belajar Selama Pandemi

1. MK Laki-laki 5 Rendah

2. RA Perempuan 6 Tinggi

3. FA Laki-laki 6 Sedang

4. ABP Perempuan 6 Sedang

Sumber: Peneliti (2021) 2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk melengkapi sumber data primer. Adapun sumber data primer pada penelitian kali ini berupa hasil dokumentasi penelitian, catatan hasil wawancara serta data pendukung lainnya.

3. 5 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Secara umum observasi merupakan suatu prosedur dalam menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara runtut terhadap fenomena yang sedang dijadikan bahan penelitian. Observasi merupakan catatan kenyataan yang sesuai dengan kenyataan. Maka dari itu observasi haruslah dituliskan dengan kalimat yang tepat tentang apa yang sedang diteliti oleh peneliti.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di Desa Bendanpete dengan fokus penelitian pada anak usia 6-12 beserta orang tua mereka yang bertujuan

(37)

29

untuk mengetahui bagaimana bentuk, tantangan, serta dampak digitalisasi pendidikan di tengah pandemi Covid-19.

2. Wawancara

Moleong (2016:186) menyebutkan bahwa wawancara adalah kegiatan saling bertukar informasi dengan maksud tertentu. Dimana kegiatan tersebut melibatkan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang memberikan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan tersebut.

Wawancara merupakan bentuk pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara dianggap sebagai langkah paling tepat untuk mengumpulkan informasi langsung dari subyek penelitian.

Karena data yang akan didapatkan dari subyek penelitian menjadi lebih jelas dan mendalam.

Penelitian kali ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur.

Sugiyono (2014:320) wawancara semi terstruktur memiliki tujuan untuk menemukan masalah lebih terbuka dimana pihak subyek penelitian dimintai keterangan dari pertanyaan peneliti. Sehingga peneliti lebih banyak menemukan data dari subyek penelitian.

Dalam hal ini, narasumber yang akan di wawancari adalah orang tua yang memiliki anak usia 6-12 tahun atau usia anak sekolah dasar. Serta anak-anak dengan usia 6-12 tahun. Wawancara ini diharapkan memberikan data yang jelas dan mendalam mengenai partisipasi orang tua dan anak dalam digitalisasi selama pandemi Covid-19.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah catatan atau rekaman peristiwa yang sudah berlalu yang dapat dalam bentuk tertulis maupun foto (Sugiyono, 2014:329). Studi dokumen merupakan suatu cara lanjutan dalam mengumpulkan data yang dapat ditandai dengan cacatan tertulis maupun gambar yang dibutuhkan dalam penelitian mengenai digitalisasi pendidikan di Desa Bendanpete selama pandemi Covid-19.

3. 6 Keabsahan Data

Moleong (2016:320) keabsahan data pada dasarnya digunakan sebagai alat untuk menyanggah tentang penelitian kualitatif yang tidak di anggap ilmiah.

(38)

30

Dengan kata lain bila peneliti melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data dengan teliti, maka dapat dipastikan bahwa penelitian tersebut benar-benar dipertanggungjawabkan oleh peneliti.

Uji keabsahan data dalam penelitian merupakan tingkatan ketepatan antara data pada obyek dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Terdapat empat cara pengujian keabsahan data yakni kredibilitas (credibility), trasferbilitas (transferability), dependabilitas (dependability) serta konfirmabilitas (confirmability) dengan penjelasan sebagai berikut (Sugiyono, 2014:366):

3.5.1 Kredibilitas (Credibility)

Uji kredibilitas atau uji kebenaran pada hasil data penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak diragukan sebagai sebuah karya ilmiah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan memungkinkan peneliti untuk kembali melaksanakan penelitian kembali dengan konteks yang sama. Perpanjangan pengamatan dengan cara peneliti ikut terjun langsung ke lapangan adalah dengan tujuan agar membangun kepercayaan para subyek terhadap peneliti dan juga untuk membangun kepercayaan subyek sendiri. Karena dengan adanya perpanjangan pengamatan ini dapat membuat subyek lebih terbuka kepada peneliti, sehingga data yang dikumpulkan akan jelas.

b. Triangulasi

Triangulasi adalah cara pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber, ataupun sesuatu yang lain. Terdapat tiga cara triangulasi yang digunakan, yaitu:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji krebilitas data dilakukan dengan cara memeriksa data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber tersebut kemudian peneliti menarik kesimpulan dan kembali dimintakan kesepakatan dengan sumber yang bersangkutan.

2) Triangulasi Teknik

(39)

31

Triangulasi teknik adalah teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama tetapi dengan teknik pengumpulan data yang berbeda. Ketika peneliti menggunakan teknik yang berbeda dan menghasilkan data yang berbeda-beda dari sumber yang sama, maka peneliti melaksanakan diskusi lanjutan kepada subyek penelitian untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

3) Triangulasi Waktu

Data yang dihasilkan dari subyek penelitan kadang berbeda-beda.

Tergantung waktu yang peneliti pilih untuk melaksanakan penelitian. Untuk itu perlu dilakukan penelitian ulang di waktu yang berbeda agar menemukan kepastian data.

3.5.2 Transferabilitas (Transferability)

Transferabilitas merupakan validasi eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan nilai ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Bagi penelitian kualitatif nilai transfer bergantung terhadap pemakaian sehingga apabila hasil penelitian dapat digunakan dalam situasi ssosial lain.

3.5.3 Dependabilitas (Dependability)

Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat meniru suatu proses penelitian. Uji dependabilitas dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Hal tersebut untuk mengurasi tingkat kecurangan dalam mengumpulkan data. Seorang peneliti harus memiliki jejak aktivitas agar dependabilitas penelitian tersebut tidak diragukan.

3.5.4 Konfirmabilitas (Confirmability)

Pengujian konfirmabilitas juga disebut sebagai uji obyektivitas penelitian. Penelitian dianggap obyektif apabila hasil penelitian telah disetujui oleh banyak orang. Uji konfirmabilitas hampir mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersama.

3. 7 Analisis Data

Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis sebuah data yang diperoleh dari observasi, wawancara serta dokumentasi dengan

(40)

32

cara pengelompokan data, pemilahan data dan membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh semua orang. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dari Miles dan Huberman. Aktivitas penganalisaan data terdapat tiga tahap, yaitu (Sugiyono, 2014:337):

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan kegiatan menyederhanakan dan membuang data kasar dari lapangan yang tidak akan dipakai. Reduksi data dilakukan sejak awal pengumpulan data dengan membuat rangkuman, memo, dan sebagainya dengan tujuan untuk memisahkan data yang tidak relevan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah kegiatan analisis mendeskripsikan data lanjutan yang memungkinkan adanya pemahaman dan pengambilan tindakan selanjutnya.

Dengan adanya penyajian membuat data lebih terstruktur daripada saat reduksi data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian data juga dapat dalam bentuk tabel, grafik dan sejenisnya.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion)

Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Kesimpulan merupakan jawaban akhir dari rumusan masalah sebuah penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian berupa sebuah deskripsi kesimpulan untuk menggambarkan fakta yang terjadi di lapangan.

Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman Sumber: Sugiyono (2014)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Kesimpulan

(41)

33

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A., Noviani, N. 2019. Tantangan dan Solusi Dalam Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Prosiding disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Program PascasarjanaUniversitas PGRI Palembang, Palembang 3 Mei 2019.

Anshori, Sodiq. 2018. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran. Civic-Culture: Jurnal Pendidikan PKn dan Sosial Budaya. 2(1), 88-100.

Amarulloh dkk. 2019. Refleksi Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Berbasis Digital. METAEDUKASI. 1(1), 13-23.

Ardiansyah, Arda. 2020. Peran Orang Tua Dalam Proses Belajar Anak Di Masa Pandemi Covid-19 Dalam Menumbuhkan Sikap Ilmiah (Studi Kasus Pada Siswa Usia 10-12 Tahun Pada Mata Pelajaran IPA). MUSAWA.

12(1), 140-164.

Astini, N K S. 2020. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal LAMPUHYANG. 11(2), 13-25.

Astini, N K S. 2020. Tantangan Dan Peluang Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran Online Masa Covid-19. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan. 3(2), 241-255.

Atsani, Lalu Gede M. 2020. Transformasi Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam. 1(1), 82-93.

Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. Sufiks-Isasi:

Antara Penerimaan dan Penolakan. (online), (https://badanbahasa.kemendikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/2808/sufiks -%E2%80%93isasi-antara-penerimaan-dan-penolakan), diakses pada tanggal 29 Januari 2021.

Budiman, Haris. 2017. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pendidikan. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. 8(1), 31-43.

Efendi, Neng Marlina. 2018. Revolusi Pembelajaran Berbasis Digital (Penggunaan Animasi Digital Pada Start Up Sebagai Metode Pembelajaran Siswa Belajar Aktif). Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi. 2(2), 173-182.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan Penambahan cinnamon essential oil pada edible coating kitosan memberikan pengaruh terhadap kualitas fillet ikan kakap merah selama masa

Strategi BBRI agar KUR tetap tumbuh secara sehat di tengah pandemi Covid-19 adalah dengan melakukan digitalisasi dalam penyaluran kredit dan tetap tumbuh secara selektif.. Oleh

disebut sebagai kasus yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai macam sumber data. Sedangkan pada penelitian ini

Bisnis Islam bertujuan menge- depankan nilai kemanusaan, yaitu setiap bisnis yang dilakukan dapat memperkuat jiwa yang berbisnis dan orang lain, dapat menjga harta

Kedua, Problem solving dari orang tua dalam mendampingi anak pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di masa pandemi covid-19 yaitu Guru memberikan atau memperpanjang

Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua siswa memiliki persepsi yang tidak positif dikarenakan minimnya ketidaksiapan guru dalam mengajar dengan moda daring,

Skripsi yang berjudul : PENDAMPINGAN ORANG TUA KEPADA ANAK DALAM MEMAHAMI DAN MEMPRAKTIKAN MATERI WUDHU PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN BASIRIH

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menjelaskan penyebab kesulitan dalam belajar siswa di Desa Bendanpete pada masa pandemi Covid-19 (2) mengkaji faktor-faktor yang