• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian “Tantangan Digitalisasi Pendidikan Bagi Orang Tua Dan Anak Di Tengah Pandemi Covid-19 Di Desa Bendanpete” maka variabel yang terdapat di dalamnya perlu ditegaskan lagi agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitiian yang akan dilakukan oleh peneliti.

1.6 Digitalisasi Pendidikan

Digitalisasi Pendidikan adalah proses menerapkan dan memanfaatkan digital dalam pembelajaran, mulai sistem kurikulum hingga perangkat administasi pendidikan. Dengan digitalisasi pendidikan diharapkan memudahkan pelaku dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Digitalisasi pendidikan merupakan

6

suatu inovasi dalam pendidikan, karena hal tersebut merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi agar dapat bersaing dalam era globalisasi. Digitalisasi pendidikan memiliki dampak yang baik jika komponen pendidikan memiliki dampak yang baik jika komponen pendidikan mampu menyesuaikan diri dengan cepat, namun akan menjadi masalah baru apabila komponen-komponen dalam pendidikan tidak dapat berjalan selaras dengan perkembangan yang ada.

1.7 Pandemi Covid-19

Virus Corona adalah virus varian baru yang titik awal penyebarannya berasal dari pasar hewan Hubei, China. Virus jenis baru yang diduga revolusi dari virus MERS ini kenal sebagai Novel Coronavirus atau lebih dikenal sebagai nCoV-2019. Penyebaran Covid-19 diketahui menyebar lewat cairan atau droplet dari orang yang terinfeksi dan akan menginfeksi orang yang belum terpapar.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan menjaga jarak, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menggunakan masker.

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Digitalisasi Pendidikan

2.1.1.1 Pengertian Digitalisasi Pendidikan

Atsani (2020:82) pandemi Covid-19 memaksa seluruh komponen pendidikan di Indonesia untuk beradaptasi dari perubahan yang terjadi secara tiba-tiba untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran daring (online). hal tersebut tidak lepas dari teknolgi sebagai media salaam proses pembelajaran. Digitalisasi pendidikan merupakan isu yang hangat dalam setahun terakhir. Ini dalah respon terhadap pelayanan pendidikan yang berubah secara drastis dan cepat. Baik dari sistem pembelajar, maupun kulturnya. Secara penulisan, digitalisasi pendidikan terdiri dari dua kata yaitu “digitalisasi” dan

“pendidikan”.

Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) digitalisasi adalah proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Digitalisasi berasal dari kata digital yang mendapatkan imbuhan –isasi. Digital sendiri berasal dari bahasa Yunani digitus yang berarti jari jemari manusia. Sehingga digital sendiri berarti gambaran dari suatu gambaran bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 (bilangan biner) yang digunakan oleh komputer sebagai basis dalam sistem digital. Sedangkan menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud menyatakan kata –isasi adalah kata serapan dari kosakata asing izazition yang memiliki makna proses, cara, ataupun dapat diartikan sebagai perbuatan.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyakarat, bangsa dan negara.

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, maupun perbuatan mendidik.

Pendidikan era revolusi industri 4.0 merupakan adaptasi dari kebutuhan revolusi industri akan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan perkembangan situasi saat ini. Banyak ahli yang mengemukakan bahwa pendidikan pada era revousi industri 4.0 ini adalah sebuah gambaran kesatuan teknologi dalam pembelajaran. Dengan mengoptimalkan fasilitas jaringan internet diharapkan mampu membuka jendela dunia pembelajaran maupun pengajaran dengan lebih mudah (Gumelar dan Dinnur, 2020:114).

Perkembangan teknologi tidak hanya menyumbang kepada kemajuan dalam bidang informasi umum, tetapi juga berdampak dalam dunia pendidikan.

Era digital berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat, termasuk bidang pendidikan (Efendi, 2018:176). Dengan adanya fenomena pandemi Covid-19 membuat momentum pengaplikasian digitalisasi pendidikan di Indonesia sepenuhnya dijalankan. Andalas (2020:28) menyebutkan mengingat bahwa pendidikan adalah bagian dari proses pendewasaan seorang individu. Dalam kondisi yang terbatas sekalipun, pendidikan perlu dilakukan dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada dan memiliki potensi penggunaan lebih untuk mewadahi pendidikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa digitalisasi pendidikan adalah proses pemakaian sistem digital dalam dunia pendidikan dalam rangka mewujudkan suatu proses pembelajaran. Dengan adanya digitalisasi pendidikan memungkinkan terjadinya pembelajaran secara tatap maya serta kemudian dalam pencarian materi belajar. Sehingga pengetahuan siswa atau anak menjadi lebih luas dan dalam.

2.1.1.2 Manfaat Digitalisasi Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari hari ke hari semakin pesat di era globalisasi saat ini tidak dapat dihindari lagi pengaruhnya terhadap dunia pendidikan. Budiman (2017:32) menyatakan bahwa pendidikan di masa sekarang dituntut untuk selalu senantiasa menyesuaikan perkembangan

9

zaman dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, terutama untuk proses pembelajaran yang lebih optimal dan efisien. Hal ini membuat terciptanya ide untuk melakukan kolaborasi antara pendidikan dengan teknologi informasi kemudian menciptakan adanya e-learning.

E-learning memiliki berbagai persamaan istilah. Di antaranya adalah online learning, internet learning, networked learning, virtual learning, dan distance learning (pembelajaran jarak jauh). E-learning merupakan suatu proses pembelajaran dimana peserta didik berada jauh atau berbeda tempat dari pengajar (Anshori, 2018:95). E-learning atau belajar daring memungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa harus hadir secara fisik di kelas. Walaupun tidak melaksanakan interaksi secara langsung, namun hal tersebut masih dapat dijalankan secara langsung atau jeda waktu beberapa saat.

Adapaun manfaat dalam digitalisasi pendidikan adalah sebagai berikut (Anshori, 2017:97):

a. Digitalisasi pendidikan memberikan keluwesan dalam pemilihan tempat serta waktu untuk mengakses pembelajaran,

b. Memberikan peserta didik untuk belajar secara mandiri serta memegang kendali diri sendiri atas keberhasilan belajarnya,

c. Digitalisasi memberikan efisiensi biaya baik bagi administrasi, sarana dan prasana maupun akomodasi peserta didik,

d. Dengan adanya digitalisasi pendidikan membuat segenap pelaksana pendidikan dapat menjalin pertemanan lebih luas, sehingga lebih banyak informasi yang didapatkan, serta

e. Digitalisasi lebih interaktif dan inovatif daripada cara konvensional.

2.1.1.3 Bentuk Digitalisasi Pendidikan

Penggunaan internet sebagai produk dari teknologi informasi dan komunikasi yang semakin lama menjadi bagian dari kehidupan membuat kita dapat mengkases informasi dari seluruh dunia. Dengan kehadiran internet juga memberikan kemudahan dalam dunia pendidikan, salah satunya sebagai penyedia media pembelajaran yang semakin dipelajari (Salsabila dkk, 2020:153).

10

Terdapat dua bentuk digitalisasi pendidikan dalam proses pembelajaran, antara lain (Khotimah dkk, (2019:360):

1. Pembelajaran Sinkron (Synchronous Learning)

Synchronous learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara bersamaan sehingga menimbulkan interaksi dua arah yakni dari tenaga pendidik dan peserta didik. Pembelajaran sinkron juga disebut sebagai virtual class. Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran yang mirip seperti pembelajaran tatap muka di kelas seperti biasanya. Pertemuan lewat aplikasi zoom dan google meet merupakan contoh dari bentuk pembelajaran sinkron.

2. Pembelajaran Tidak Sinkron (Asynchronus Learning)

Asynchronous learning merupakan kebalikan dari synchronous learning. Yakni bentuk pembelajaran yang dilakukan secara tidak bersamaan.

Tenaga pengajar dapat memberikan materi pada waktu yang berbeda kepada peserta didik dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas menurut tenggang waktu yang sudah disepakati bersama. Pembelajaran tidak sinkron paling sering digunakan dalam digitalisasi pendidikan karena fleksibilitas waktu.

Pemberian tugas melalui group chat Whats App, google classroom merupakan contoh dari bentuk pembelajaran tidak sinkron.

2.1.1.4 Tantangan Digitalisasi Pendidikan

Hal yang menjadi perhatian bersama dalam proses peralihan pembelajaran konvensional menuju pembelajaran digital adalah sumber daya manusia yang harus melek teknologi (Astini, 2020:243). Proses peralihan pembelajaran digital membuat banyak persiapan yang harus disiapkan terlebih dahulu sehingga menimbulkan tantangan tersendiri baik tenaga pendidik maupun peserta didik. Seperti misalnya tenaga pendidik yang harus menyiapkan materi berbentuk bahan ajar terlebih dahulu, serta peserta didik yang harus mencari materi pembelajaran sendiri jika dirasa dirinya tidak mengerti dengan penjelasan dari tenaga pendidik. Keadaan diatas mengindikasikan bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi dalam digitalisasi pendidikan.

Adapun tantangan digitalisasi pendidikan yakni (Astini, 2020:246-247):

1. Jaringan Internet

11

Letak geografis negara Indonesia yang beragam membuat jangkauan akses internet juga mengalami beragam keluhan. Seperti halnya peserta didik yang masih tinggal jauh dari perkotaan membuat susah mendapatkan akses internet.

2. Paket Data

Digitalisasi pendidikan yang mempertemukan antara tenaga pendidik dengan peserta didik lewat tatap maya membuat penggunaan paket data dilakukan. Tetapi mahalnya harga paket data membuat baik peserta didik maupun tenaga pendidik merasa terbebani.

3. Sarana dan Prasana

Kurangnya sarana dan prasana penunjang yang memadai seperti kepemilikan laptop, handphone membuat digitalisasi pendidikan belum dapat sepenuhnya diikuti oleh peserta didik secara maksimal.

4. Perubahan Pola Belajar

Perubahan pola pembelajaran yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka kemudian beralih menjadi daring menyebabkan kesulitan bagi peserta didik. Hal ini pasti membutuhkan waktu adaptasi yang cukup lama sebab perubahan pola belajar juga mempengaruhi pola budaya akademik seperti budaya sikap, budaya literasi, serta pengetahuan dan keterampilan.

2.1.1.5 Dampak Digitalisasi Pendidikan

Kemajuan teknologi dan informasi membawa dampak positif bagi bidang pendidikan. Adapun dampak positif dari adanya digitalisasi pendidikan adalah (Suripto dkk, 2014:3):

1. Tersedianya media massa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, 2. Terciptanya metode-metode baru dalam pembelajaran,

3. Pembelajaran yang menjadi fleksibel karena tidak mengharuskan terjadinya tatap muka

4. Kebutuhan akan fasilitas untuk menunjang pendidikan dapat terpenuhi dengan cepat, serta

5. Kegiatan pembelajaran dapat menjadi lebih menarik, efektif, efisien dalam memudahkan penjelasan materi kompleks/abstrak, menghadirkan

12

peristiwa yang jarang terjadi ataupun peristiwa berbahaya ataupun peristiwa yang berada diluar jangkauan.

Disamping dampak positif digitalisasi pendidikan, muncul juga dampak negatif dari digitalisasi terhadap pendidikan seperti yang dikemukan oleh Akbar dan Noviani (2019:23) adalah sebagai berikut:

1. Peserta didik menjadi malas belajar,

2. Terjadinya penyalahgunaan penggunaan internet yang digunakan sebagai alat mencari kesenangan, bukan sebagai alat pencari materi pelajaran, 3. Terjadinya cyber crime dan cyber bulliying, serta

4. Memunculkan sikap cuek pada masing-masing invidu, baik peserta didik maupun tenaga pendidik.

2.1.2 Orang Tua dan Anak 2.1.2.1 Pengertian Orang Tua

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2003 Perlindungan Anak menyatakan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu kandung, atau ayah dan ibu tiri, atau ayah dan ibu angkat. Endriani (2016:105) orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyebutkan bahwa orang tua adalah orang yang di anggap tua.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Orang tua menjadi acuan pertama dan pendidik utama bagi anak, baik dari dalam kandungan hingga anak menyelesaikan studinya (Ramdan dan Fauziah, 2019:101).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang lebih tua yang dapat di panggil sebagai ayah dan ibu dari seorang anak baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap segala pemenuhan kebutuhan anak mulai dari kebutuhan fisik maupun psikis.

2.1.2.1.1 Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Selama Pandemi Covid-19

13

Pandemi Covid-19 telah mengubah pola pembelajaran yang biasnaya dilakukan secara tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan disebut daring.

Keterbatasan pengetahuan akan penggunaan teknologi menjadi salah satu kendala dalam sistem pembelajaran daring di tengah pandemi. Terutama bagi orang tua yang dalam situasi ini dituntut untuk membimbing anak-anaknya dalam pembelajaran yang menggunakan layanan internet. Bagi orang tua yang melek teknologi mungkin tidak menjadi masalah, tetapi bagi orang tua siswa yang awam akan penggunaan teknologi menjadi tantangan tersendiri dalam membimbing anaknya dalam situasi ini (Haerudin dkk, 2020:2). Kondisi ini membuat orang tua menjadi lebih banyak waktu dalam membimbing anaknya dan terjalin kedekatan emosional lebih dari sebelumnya. Peran serta orang tua anak dalam sistem belajar dirumah ini tidak bisa dipungkiri. Orang tua menjadi orang paling terdepan yang membimbing anak-anaknya dalam belajar dirumah serta mengawasi penggunaan internet.

Salafuddin dkk (2020:19) orang tua adalah orang yang sangat penting dalam proses pengasuhan serta pendidikan anak. Pola dan kualitas pengasuhan anak maupun pendidikannya di lingkungan keluarga sangat ditentukan oleh kualitas dan kesiapan oleh keluarga untuk melaksanakan tugas tugasnya, khususnya melalui peran edukasi (pendidikan). Pendidikan adalah tanggung jawab bersama baik orang tua, pendidik, maupun masyarakat. Keterpaduan antara mereka dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pendidikan (Natsir dkk, 2018:312).

Jadi dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya dari kecil hingga menyelesaikan studinya.

Ramadhani dkk (2020:102) Pertumbuhan anak tergantung dari keluarganya. Jika di dalam keluarga menerapkan kedisiplinan maka menjadikan anak disiplin tetapi sebaliknya jika terdapat keluarga yang kurang harmonis maka anak akan mencontoh semua tingkah laku orang tua. Orang tua memiliki peran paling besar dalam membina pendidikan anak, karena pendidikan tersebut akan menentukan masa depan anak. Pendidikan khususnya masalah yang berkaitan dengan belajar anak tidak saja menjadi tanggung jawab pihak guru, tetapi juga

14

merupakan tanggung jawab orang tua, karena sebagaian besar aktivitas anak berada dalam lingkungan rumah tangga (keluarga) (Endriani, 2016:105).

Adapun peran orang tua dalam pendidikan anak secara umum adalah sebagai berikut (Winingsih, 2020):

1. Orang tua berperan sebagai guru di rumah, yang memiliki kewajiban membimbing anak selama belajar dari rumah serta memantau waktu dan cara belajar anak,

2. Orang tua berperan sebagai fasilitator, yang mana orang tua memiliki peran sebagai penyedia sarana dan prasana yang dibutuhkan anak selama belajar daring,

3. Orang tua berperan sebagai motivator, kejenuhan anak yang dapat muncul selama pembelajaran daring serta kesulitan belajar yang terjadi membuat orang tua harus dapat menjadi pendorong motivasi belajar anak, serta 4. Orang tua berperan sebagai pengarah atau director, selain mengawal

pembelajaran daring yang dilakukan anak, orang tua juga memiliki peran untuk mengarahkan sesuai minat dan bakat yang dimiliki oleh anak.

2.1.2.2 Pengertian Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan bahwa anak adalah seorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sejalan dengan hal ini, badan dana anak-anak dunia atau UNICEF berpendapat bahwa anak adalah penduduk yang berusia 0 (nol) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyebut bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur delapan tahun tetapi belum mencapai umur delapan belas tahun dan belum pernah kawin.

Undang-Undang nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.

15

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak adalah seorang individu yang berusia dari 0 (nol) dan kurang dari 18 (delapan belas) tahun dan tidak berstatus kawin. Anak adalah individu yang lahir dari akibat suatu hubungan antara lelaki dan perempuan yang terjalin dalam suatu perkawinan.

2.1.2.2.1 Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia 6-12 Tahun

Pekembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan 15sosial15 ketangan fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah mempunyai suatu pengalaman (Hidayati, 2016:153). Sehingga berbekal pengalaman yang sudah pernah dimiliki, seorang individu akan dapat melakukan suatu aktivitas yang sama di masa depan. Untuk melihat perkembangan seorang individu dapat terlihat dari kemampuan yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Latifa (2017:187) menyatakan bahwa perkembangan individu merupakan penggabungan dari beberapa proses, yakni fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Ketiga proses ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pada usia kanak-kanak seluruh aspek perkembangan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Adapun penjelasan dari beberapa aspek perkembangan anak usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala yang pertama kali terlihat dalam pertumbuhan manusia.

Pertumbuhan fisik terjadi sejak masa anak-anak sampai usia lanjut (Latifa, 2017:187).

Terdapat beberapa aspek-aspek perkembangan anak usia 6-12 tahun, sebagai berikut (Sit, 2012:36):

 Perubahan tinggi dan berat badan

 Postur tubuh

 Tulang dan massa otot b. Perkembangan Kognisi

16

Sit (2012:47) Setiap individu dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda-beda. Perbadaan kecerdasan setiap orang ini kemudian membutuhkan perbadaan stimulasi yang tepat dalam pembelajaran. Khaulani dkk (2019:54) aspek perkembangan kognisi adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah yang dimiliki anak. Anak usia 6-12 tahun (usia sekolah dasar) memiliki karakteristik berpikir yang unik. Cara berpikir mereka berbeda dengan anak pra sekolah maupun remaja. Pada usia ini anak-anak masih cenderung berpikir secara konkret

c. Perkembangan Sosial-Emosional

Perkembangan sosial emosional adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk menyelesaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas.

Pada masa ini, anak menjadi lebih senstif terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang di sekitarnya. Anak akan lebih baik mengatur ekspresi emosionalnya dalam situasi sosial dan mereka dapat merespons tekanan emosional orang lain. Kemampuan sosial emosial anak diperoleh dari berbagai pengalaman bersama orang-orang di sekitar. Perkembangan ssosial emosional seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana orang tersebut berada, baik dalam keluarga, lingkup pertemanan, dan masyarakat sekitarnya (Sit, 2012:105).

Pada masa perkembangan ssosial emosional anak, peran orang tua dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap pembentukan aspek perkembangan sosial-emosional. Hal lainnya yang tampak pada aspek perkembangan ini adalah anak sudah mulai membentuk konsep diri sebagai anggota kelompok sosial di luar keluarga. Hubungan sosial anak dengan orang dewasa di luar keluarga memberikan pengaruh penting dalam pengembangan kepercayaan diri serta emosional anak (Khaulani dkk, 2019:54).

d. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk melakukan komunikasi antar manusia. Sit (2012:99) perkembangan bahasa merupakan proses untuk memperoleh, menyusun tata bahasa dari ucapan, memilih ukuran penilaian tata bahasa yang paling tepat dan paling sederhana dari bahasa tersebut. Khaulani dkk

17

(2019:55) menyatakan perkembangan bahasa anak berkembang dari awal masa sekolah dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja. Pada usia late primary (7-8 tahun), bahasa anak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Anak mulai paham mengenai tata bahasa walaupun masih mengalami kesulitan dalam mengeskpresikan bahasa yang dimaksud, tetapi anak dapat memperbaikinya. Anak telah mampu menjadi pendengar yang baik serta anak mampu menyimak dan menceritakan kembali dengan alur yang runtut.

e. Perkembangan Moral Keagamaan

Nilai agama dan moral pada anak usia 6-12 tahundapat diartikan sebagai perubahan psikis yang dialami anak yang menyangkut tentang kemampuan memahami dan menerapkan perilaku yang sesuai ajaran agama yang dianutnya.

Tingkah laku, tutur kata, pola pikir sering dikaitkan dengan moral seseorang. Nilai agama dan moral adalah landasan kehidupan untuk anak dalam menjalani kehidupan (Nabilah, 2019:193). Pada masa anak-anak perkembangan moral keagamaan terlihat lambat, hal ini dikarenakan oleh perkembangan kognitif anak belum bisa mencapai pemahaman menganai prinsip-prinsip benar dan salah. Anak hanya mengikuti peraturan yang telah ada dilingkungan tanpa ia mengetahui kegunaan maupun fungsi dari peraturan yang berlaku (Murni, 2017:30).

2.1.3 Coronavirus 2019 (Covid-19)

Badan Kesehatan Dunia WHO (2020) menyebutkan bahwa coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia seperti batuk, pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Repiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Coronavirus pertama kali muncul di Wuhan pada tahun 2019 dengan gejala mirip SARS, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) dan menyebabkan penyakit coronavirus disease-2019 (Covid-19).

Seseorang yang terinfeksi Covid-19 umumnya memiliki gejala seperti orang terkena virus flu biasa. Seperti demam, batuk dan hidung tersumbat.

Adapun beberapa gejala yang biasanya muncul adalah diare, nyeri seluruh badan, kehilangan indera pembau dan perasa, terdapat ruam pada kulit, dan sakit kepala.

18

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Erin K. Stokes et al (2020:759) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang memiliki penyakit diabetes, penyakit jantung, serta penyakit paru-paru enam kali lebih beresiko terpapar Covid-19.

Penyebaran Covid-19 yakni berasal dari orang ke orang melalui percikan-percikan atau droplet dari hidung atau mulut dari orang yang terinfeksi Covid-19. Droplet tersebut dapat menempel di benda dan permukaan benda seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. penyebaran Covid-19 juga dapat melalui aerosol. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring (2021) menyebutkan bahwa aerosol adalah sistem tersebarnya partikel halus zat pada atau cairan dalam gas atau udara. Covid-19 dapat bertahan hingga 72 jam pada permukaan benda seperti plastik, stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga serta kurang dari 24 jam pada karton.

Masa inkubasi virus serta penularan virus tanpa gejala membuat semakin sulit pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Hal ini sejalan dengan studi kasus yang dilakukan oleh Feng Ye et al (2020:135) di China bahwa penyebaran virus

Masa inkubasi virus serta penularan virus tanpa gejala membuat semakin sulit pemutusan rantai penyebaran Covid-19. Hal ini sejalan dengan studi kasus yang dilakukan oleh Feng Ye et al (2020:135) di China bahwa penyebaran virus

Dokumen terkait