• Tidak ada hasil yang ditemukan

saMPai diMana rPP teMbakaU?

Dalam dokumen Mediakom Edisi 32 Oktober 2011 - [MAJALAH] (Halaman 38-41)

persaudaraan saat beberapa suku yang berbeda berkumpul, serta sebagai ritual pengobatan. Kru Columbus membawa tembakau beserta tradisi mengunyah dan membakar lewat pipa ini ke “peradaban” di Inggris. Namun demikian, seorang diplomat dan petualang Perancis-lah yang justru paling berperan dalam menyebarkan popularitas rokok di seantero Eropa, orang ini adalah Jean Nicot, darimana isilah Nikoin (dari Nicot) berasal.

Setelah permintaan tembakau meningkat di Eropa, budi daya tembakau mulai dipelajari dengan serius terutama tembakau Virginia yang ditanam di Amerika. John Rolfe adalah orang pertama yang berhasil menanam tembakau dalam skala besar, yang kemudian diikui oleh perdagangan dan pengiriman tembakau dari AS ke Eropa. Secara ilmiah, buku petunjuk bertanam tembakau pertama kali diterbitkan di Inggris pada tahun 1855.

Di Indonesia, Haji Jamahri dari

Kudus adalah orang yang pertama kali meramu tembakau dengan cengkeh pada tahun 1880. Tujuan awal Jamahri adalah mencari obat penyakit asma yang dideritanya, namun pada akhirnya rokok racikan Jamahri menjadi terkenal. Isilah Kretek adalah sebutan khas untuk menamai rokok asal Indonesia, isilah ini berasal dari bunyi rokok saat disedot yang diakibatkan oleh letupan cengkeh (kretek..kretek..).

Dari anggapan sebagai obat penyembuh, lambang persahabatan dan persaudaraan, rokok kemudian berkembang menjadi simbol

kejantanan pria. Hal ini ditandai sejak dijadikannya rokok sebagai ransum wajib seiap prajurit saat Perang Dunia pertama.

Simbol rokok sebagai kejantanan lelaki makin menguat sejak iklan Marlboro Man. Iklan ini juga menjadi simbol kebangkitan Philip Morris sebagai produsen rokok terbesar di dunia dengan bendera Marlboro. Dengan iklan ini, Marlboro mengubah image dari rokoknya perempuan menjadi rokok laki-laki sejai.

Industri rokok mulai redup sejak 1964, sejak persatuan dokter bedah Amerika mengeluarkan pernyataan rokok mengakibatkan kanker paru- paru. Iklan rokok di televisi mulai dilarang sejak 1965 (Inggris) dan 1970 (Amerika). Peringatan kesehatan di kemasan rokok mulai muncul sejak 1970, dan makin diperkuat dengan peringatan melalui gambar.

Merokok ditempat umum mulai dilarang pada tahun 1987 larangan merokok di penerbangan, tahun 1993 larangan merokok ditempat publik mulai dikenal di Amerika dan Inggris, berlanjut dengan tahun 2003 saat New York, London & Irlandia mulai memberlakukan larangan merokok di semua tempat tertutup. Tahun 1998 eksekuif perusahaan rokok terbesar di Amerika mengeluarkan pengakuan bahwa nikoin adalah candu, tuntutan legal terhadap perusahaan rokok mengakibatkan gani rugi yang mencapai 250 Triliun Dollar Amerika.

indOnesia

Kita semua pasi memahami betapa dampak rokok merusak kesehatan manusia, dari janin yang sedang dikandungan ibunya hingga manusia dewasa. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli tentang bahayanya dampak rokok kepada kesehatan untuk menanggulangi hal tersebut namun entah mengapa upaya tersebut seolah tak terasa membawa banyak manfaat.

Menurut data Susenas 1995, 2001, dan 2004 dan data Riskesdas 2007 dan 2010, perokok remaja (usia 15 – 19) meningkat lebih dari dua kali lipat dari 7% di tahun 1995 menjadi 19% di tahun 2010, dan yang lebih mengkhawairkan adalah jumlah perokok remaja

perempuan meningkat tajam dari 0,3% di tahun 1995 menjadi 1,6% di tahun 2010 (naik lebih dari 5 kali lipat). Jumlah perokok anak (usia 10 0 14 tahun) juga diperkirakan meningkat 6 kali lipat selama 12 tahun (1995 – 2007).

Dalam perhitungan sederhana. apabila rata-rata konsumsi 10 batang rokok @ Rp. 600,- per- orang per hari, maka diperkirakan pengeluaran per-hari mencapai Rp. 6.000,- maka pengeluaran untuk rokok per-orang selama satu bulan adalah Rp. 180.000,-. Angka tersebut lebih besar dari Program Keluarga Harapan (Condiional Cash Transfer) untuk keluarga miskin yang hanya Rp. 100.000,- per-bulan/keluarga. Secara makro total biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok pada tahun 2010 adalah sebanyak 230 Milyard batang X Rp. 600,- = 138 Trilyun Rupiah.

Pada tahun 2009, pengeluaran untuk rokok pada rumah tangga termiskin yang ada perokoknya menempai urutan nomor 2. Sebanyak 68% atau 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia memiliki pengeluaran untuk membeli rokok, sementara 57% atau 6 dari 9 rumah tangga termiskin ternyata memiliki pengeluaran untuk membeli rokok. Hal ini tentunya sangat menyedihkan karena ternyata masyarakat miskin memilih untuk membeli rokok ditengah belitan masalah ekonomi yang dihadapinya.

Para ahlipun membuat perhitungan biaya medis penyakit terkait karena tembakau. Hasilnya, biaya medis rawat inap (selekif) sebanyak 629.017 kasus yang terkait dengan penggunaan tembakau di Indonesia pada tahun 2010 adalah penyakit pernapasan, penyakit jantung dan pembuluh darah (termasuk stroke), neoplasma/ kanker, dan gangguan perinatal. Total pengeluaran untuk rawat inap penyakit-penyakit tersebut adalah + Rp. 1,85 Trilyun Rupiah. Perhitungan untuk biaya rawat jalan juga

menunjukkan hasil yang idak jauh berbeda. Total biaya rawat jalan pada tahun 2010, dengan total kunjungan 1.258.034, dengan rata-rata satuan biaya per-penderita/kunjungan (tanpa subsidi) adalah sebesar Rp. 208.337,-, maka total pengeluaran untuk biaya rawat jalan penyakit terkait penggunaan tembakau adalah sebesar 0,26 Trilyun Rupiah.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara makro, tembakau di Indonesia pada tahun 2010 mengakibatkan pengeluaran yang idak perlu sebesar 231,27 Trilyun Rupiah, yang terdiri atas Rp. 138 Trilyun untuk pembelian rokok, Rp. 2,11 Trilyun Rupiah untuk biaya medis rawat inap dan rawat jalan, dan Rp. 91,16 Trilyun Rupiah kehilangan produkivitas karena kemaian premature dan morbiditas-disabilitas atau kecacatan.

Secara ekonomi makro, Indonesia mengalami kerugian karena jumlah tersebut jauh lebih besar dibanding pendapatan Negara dari cukai tembakau pada tahun yang sama yaitu hanya sebesar Rp. 55 Trilyun Rupiah! Data tersebut menggugurkan anggapan bahwa negara akan kehilangan pendapatan dari biaya cukai rokok jika diberlakukan peraturan yang baku pengenai pembatasan penggunaan tembakau.

UP-date PrOses PenyUsUnan rPP teMbakaU

Pemerintah dan DPR tentunya idak bisa diam saja melihat kondisi ini. Sebagai amanat dari Undang-Undang kesehatan Tahun 36 Tahun 2009

khususnya pasal yang menyatakan bahwa zat adikif harus diamankan karena membahayakan kesehatan dan ditetapkan melalui Peraturan pemerintah, perlu ditetapkan

Peraturan Pemerintah pendukungnya, maka sejak Bulan Desember 2010 dimulailah proses penyusunan Rancangan peraturan pemerintah tentang pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adikif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, selanjutnya disebut dengan RPP Tembakau.

Proses penyusunan RPP Tembakau dimulai dengan berbagai pertemuan lintas kementerian dan lembaga yang terlibat dalam penggunaan tembakau, sebanyak 18 K/L, diantaranya adalah Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Perindustrian, Kementerian

Perdagangan, Kementerian Pertanian, dll.

Pada rapat Koordinasi Tingkat Menteri di Kementerian Kesejahteraan Rakyat, 17 Februari 2011 disepakai bahwa idak akan dilakukan

pelarangan total atas iklan rokok. Rpp Tembakau hanya akan melakukan pembatasan, adapun materi pokok yang akan dibatasi adalah:

peringatan kesehatan berupa Gambar dan tulisan, sebagai bentuk edukasi kesehatan masyarakat dan pemenuhan hak konsumen atas informasi yang jelas, benar, dan jujur serta idak menyesatkan,

pengendalian iklan, promosi, dan sponsor Rokok, diperlukan sebagai perlindungan terhadap anak dan remaja dari paparan iklan dan bahaya merokok, dan

kawasan tanpa Rokok(ktR), sebagai perlindungan terhadap masyarakat atas lingkungan hidup yang sehat

Sosialisasi mengenai RPP Tembakau terus dilakukan, salah satunya pada tanggal 10 Mei 2011di Kementerian Kesehatan. Tujuannya memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai Rpp ini, sehingga kesalahpahaman dapat dihindarkan. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Staf Khusus Menteri Bidang Poliik Kebijakan Kesehatan dr. Bambang Sulistomo, dan Kepala Biro Hukum dan organisasi Kementerian Kesehatan dr. Budi Sampurna.

Kubu pertama mengutarakan keberatan, karena RPP Tembakau merugikan rakyat yang hidupnya terkait dengan tembakau, baik secara langsung maupun idak langsung. Memaikan ekonomi petani tembakau, dan mengajukan keberatan terhadap pasal RPP Tembakau, khususnya pada pasal 3, yang berbunyi

“Penyelenggaraan pengamanan bahan yang mengandung zat adikif berupa produk tembakau bagi kesehatan dilaksanakan dengan pengaturan: (a) ruang lingkup produk tembakau; (b) tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah; (c) produksi; (d) peredaran; (e) perlindungan; (f) kawasan tanpa rokok; (g) peran serta masyarakat; dan (h) pembinaan dan pengawasan.” Kubu ini secara tegas menolak RPP Tembakau.

Kubu kedua, membela dan menuntut agar RPP Tembakau segera disahkan. Mereka berargumen bahwa rokok berdampak membahayakan kesehatan masyarakat, telah ada sekitar 70,000 hasil peneliian di seluruh dunia yang membukikan bahwa rokok merupakan factor resiko berbagai penyakit. Karenanya idak diragukan lagi rokok merusak kesehatan.

Kelompok ini menyatakan bahwa generasi muda sebagai generasi penerus bangsa patut diselamatkan dari ancaman bahaya rokok, dan bahwa semua orang punya hak yang sama untuk idak menghirup asap rokok. Karena perokok pasifpun terkena dampak yang sama dengan para perokok akif.

Bambang S menjelaskan

mengatakan selamatkan generasi muda. Perokok pemula SD, SMP ke mana-mana sudah merokok. Itu pasi mempengaruhi kesehatan mereka. Inilah yang dikhawairkan ke depan, Jadi bukanbicara soal pertanian dan keuangan tapi ingin mengatur bagaimana supaya produk tembakau itu idak mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang memang makin memberatkan masyarakat.

“Karena tahu betul beberapa penyakit yang ada di masyarakat itu karena dampak produk tembakau. Faktor risikonya inggi sekali. Itu terbuki dari beberapa ribu peneliian”. ujar Bambang S.

Di kalangan DPR, juga dirasakan dampak dari kontroversi RPP tembakau ini, salah satunya karena masyarakat idak memahami dengan pasi judul RUU itu. Sehingga, ada kesan DPR sedang berencana untuk mengatur produk tembakau dari hulu sampai hilir. Padahal, bila judul RUU dibaca kembali, idaklah seperi itu.

pemahaman yang keliru itu juga yang membuat DPR akhirnya harus berhadapan dengan demonstran pro dan kontra tembakau yang menyampaikan aspirasinya di

Kompleks Parlemen Senayan. Sejumlah 18 anggota DPR dari 9 fraksi sepakat untuk menunda RPP Tembakau sembari mempersiapkan judul yang lebih seimbang dalam hal ekonomi.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, Kementerian Kesehatan opimis RPP Tembakau dapat disahkan pada tahun 2011. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, turut mendukung

pengesahan tersebut. Hal tersebut disampaikan seusai mendampingi Presiden menemui Komisi Nasional Pengendalian Tembakau di Kantor Presiden, pada Senin (26/9/2011). Salah satu hal yang masih terus didiskusikan adalah terkait gambar tentang bentuk rokok.

Menurut Menkes, terkait raiikasi FCTC (Framework Convenion on Tobacco Control) yang mengatur cukai rokok, iklan, peringatan bergambar, kawasan tanpa rokok, kampanye anirokok, dan pendidikan masih banyak hal yang perlu didiskusikan. Saat ini pemerintah tengah

mematangkan roadmap pengendalian tembakau.

“Presiden sangat mendukung dan memberikan instruksi kepada saya agar membuat iklan-iklan yang ininya menganjurkan orang untuk idak merokok bersama-sama dengan LSM, Komnas Pengendalian tembakau. Kemudian kawasan tanpa rokok. Kemudian soal gambar di bungkus ini, nani sesuai dengan RPP”, ujar Menkes.

Pada rapat harmonisasi ingkat Kementerian pada tanggal 5 dan 9 Agustus 2011 di Kementerian Hukum dan HAM, salah satu kesepakatannya adalah akan diselenggarakan Rapat Terbatas Tingkat Menteri yang akan dipimpin oleh Presiden. Hingga kini (17/10/2011) belum ada informasi mengenai waktu pasi pelaksanaan Rapat Terbatas tersebut, namun jajaran Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan bahan-bahan yang akan disampaikan oleh Menteri Kesehatan kepada Presiden, khususnya mengenai peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan.

Jalan panjang penyusunan Rpp Tembakau masih akan terus berlanjut, namun upaya-upaya Pemerintah dan DPR patut diacungi jempol. Diharapkan penyusunan RPP ini dapat segera diselesaikan dan Peraturan Pemerintah tersebut dapat segera diberlakukan, mengingat pembatasan distribusi dan konsumsi rokok di Indonesia sudah memasuki tahap darurat. Generasi muda Indonesia harus diselamatkan dari ancaman bahaya rokok.§ DIS

KOLOM

"N

asib menentukan saya sebagai penderita kanker paru, bahkan stadium lanjut. Kini, waktuku sangat berharga, sebab yang saya terima tak banyak lagi. Saya dan suami memperimbangkan banyak alternaif, kemana harus berobat. Ada saran dari teman seprofesi, akhirnya kami memutuskan datang ke RS fuda Guangzhou, Cina”. Kata dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, kepada Prof. Xu Kecheng, dokter dan sekaligus pemilik fuda Center hospital Guangzhou.

Menurut Prof. Xu, setelah divonis kanker, Menkes sebagai manusia biasa juga merasa terpukul, baik secara isik maupun mental, seperi penderita kanker lainnya. Namun, Ia idak menjadi penakut, tetap bersemangat bekerja dan berobat mengisi

kehidupannya. Bahkan tak ada kesan gelisah yang berkepanjangan.

“Selama 40 tahun bergelut di dunia medis, belum pernah saya menyaksikan seorang pejabat menderita penyakit berat, seolah melupakan kemaian dan bekerja tanpa kenal lelah. Tapi, setelah menjalani perawatan setengah tahun lebih, kesehatannya sudah amat baik”, tulis Kecheng.

Menteri Endang telah menjalani hidup sebagai “kisah kepahlawan” dalam menghapi kanker paru yang mengacam hidupnya. Ia berjuang, mencari kesembuhan, tapi tak merasa

sedang menderita. Bekerja seperi biasa, melakukan perjalanan luar negeri, pertemuan dan berbagai akivitas harian lainnya. Ia seperi menikmai isu penyakit kanker yang sempat menjadi opini publik. Bahkan, keika wartawan bertanya bagaimana kesehatan ibu ? Baik, baik aja... seperi yang Anda lihat, jawab Endang enteng sambil tersenyum.

Kisah kepahlawan memiliki ciri; lebih banyak memikirkan orang lain dari pada diri sendiri. Seperi Jenderal Sudirman. Ia dalam keadaan sakit, bahkan harus digotong pakai tandu, tetap memimpin pasukan keluar masuk hutan berperang melawan penjajah. Tak peduli dengan sakit yang dideritanya. Bahkan, karena semangat yang membara, idak lagi merasa sedang sakit.

Bagaimana dengan Menteri Endang? Disaat menjalani perawatan, Ia pernah menyampaikan kepada Prof. Xu “Saya berharap dalam waktu lima tahun, warga desa seluruh Indonesia dapat menikmai layanan pengobatan dasar. Saya amat berharap disisa hidup ini dapat melaksanakan target itu semua”. Mendengar penjelasan itu saya sangat kagum. Meski menderita kanker paru tak mengubah sikap untuk tetap mensejahterakan rakyat, kata Xu.

Dalam dokumen Mediakom Edisi 32 Oktober 2011 - [MAJALAH] (Halaman 38-41)

Dokumen terkait