• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi penilaian keberlanjutan perikanan tangkap yang digunakan berupa : 1) dimensi ekologi; 2) dimensi ekonomi; 3) dimensi sosial; 4) dimensi

5 ANALISIS KEBERLANJUTAN SUMBER DAYA PERIKANAN TANGKAP

5.3 Dimensi Sosial

Hasil analisis terhadap 10 (sepuluh) atribut dimensi sosial secara parsial, diperoleh bahwa nilai indeks tingkat keberlanjutan pada dimensi sosial sebesar 60,82 (berada di atas 50,00) berarti cukup berkelanjutan. Hasil analisis keberlanjutan dimensi sosial disajikan pada Gambar 27.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis leverage factor diperoleh atribut yang keberadaannya berpengaruh sensitif terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan (Gambar 28). Nilai RMS (root means square) semakin besar maka semakin besar pula peranan atribut tersebut terhadap sensitivitas status keberlanjutan. Hasil analisis leverage factor dari dimensi ekologi diperoleh 2

77

kelompok atribut, yaitu atribut yang berpengaruh sensitif (4 atribut) dan berpengaruh tidak sensitif (6 atribut).

a. Atribut yang berpengaruh sensitif

Diperoleh 4 (empat) atribut yang berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan (nilai indeks keberlanjutan sosial) yaitu : (1) Usia kepala keluarga nelayan (RMS=5,37); (2) Jumlah rumah tangga nelayan pemanfaatan sumberdaya perikanan (RMS=4,79); (3) Ketergantungan rumah tangga nelayan pada perikanan tingkap (RMS=4,79); dan (4) Pengetahuan nelayan tentang peralatan tangkap ramah lingkungan (RMS=3,75).

1. Usia kepala keluarga nelayan

Umur atau usia merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam bidang usahanya. Umumnya seseorang yang masih muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibanding dengan yang berumur tua. Seseorang yang masih muda lebih cepat menerima hal-hal yang baru, lebih berani mengambil resiko dan lebih dinamis. Sedangkan seseorang yang relatif tua mempunyai kapasitas pengelolaan yang matang dan memiliki banyak pengalaman dalam mengelola usahanya, sehingga ia sangat berhati-hati dalam bertindak, mengambil keputusan dan cenderung bertindak dengan hal-hal yang bersifat tradisional, disamping itu kemampuan fisiknya sudah mulai berkurang

Selain berkaitan dengan tingkat kedewasaan teknis seseorang, usia juga mempunyai kaitan dengan tingkat kedewasaan psikologis. Dalam hal ini berarti semakin lanjut usia seseorang, diharapkan akan semakin mampu menunjukan kematangan jiwa (dalam arti semakin bijaksana), semakin mampu berpikir secara rasional dan semakin mampu mengendalikan emosi dan sifat-sifat lainnya yang menunjukan kematangan intelektual dalam psikologis, sehingga semakin tua usia seseorang, motivasi yang dimiliki akan semakin tinggi. Usia dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, mempersepsi dan menyikapi sesuatu yang menjadi objeknya (Heryanto, 1998).

2. Jumlah rumah tangga nelayan

Jumlah rumah tangga mencerminkan pengeluaran rumah tangga. Jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga akan berdampak pada besar – kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Demikian juga anggota keluarga yang lanjut usia. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka bergantung kepada kepala keluarga. Anak – anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan dan biaya hidup lainnya. Jumalah anggota yang di tanggung baik yang tinggal bersama dalam satu rumah maupun di tempat lain tetapi masih menjadi tanggung jawab rumah tangga tersebut. Jumlah angka keluarga menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Setiap individu mempunyai kebutuhan sendiri, sehingga dalam keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarganya banyak maka kebutuhannya akan banyak pula. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan.

Gambar 27 Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial perikanan tangkap Provinsi Sulawesi Selatan

79

Gambar 28 Leverage factor pada dimensi sosial perikanan tangkap Sulawesi Selatan

3. Jumlah rumah tangga nelayan

Jumlah rumah tangga mencerminkan pengeluaran rumah tangga. Jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga akan berdampak pada besar – kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Demikian juga anggota keluarga yang lanjut usia. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka bergantung kepada kepala keluarga. Anak – anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan dan biaya hidup lainnya. Jumalah anggota yang di tanggung baik yang tinggal bersama dalam satu rumah maupun di tempat lain tetapi masih menjadi tanggung jawab rumah tangga tersebut. Jumlah angka keluarga menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Setiap individu mempunyai kebutuhan sendiri, sehingga dalam keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarganya banyak maka kebutuhannya akan banyak pula. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan.

4. Ketergantungan rumah tangga nelayan

Nelayan dapat diartikan sebagai orang yang hasil mata pencaharian utamanya berasal dari menangkap ikan di laut. Menurut Setyohadi (1998), nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala dan jaring, bagan, bubu sampai dengan perahu atau jukung yang dilengkapi dengan alat tangkap ikan. Namun dalam perkembangannya nelayan dapat pula dikategorikan sebagai seorang yang profesinya menangkap ikan dengan alat yang lebih modern berupa kapal ikan beserta peralatan tangkapnya yang sekarang dikenal sebagai anak buah kapal (ABK). Di samping itu juga nelayan dapat diartikan sebagai petani ikan yang melakukan budidaya ikan di tambak dan keramba-keramba di pantai

Pemberdayaan nelayan diperlukan untuk menciptakan keberlanjutan prikanan tangkap di Sulawesi Selatan. Menurut Sitorus (1999) dalam Ihromi (1999), strategi ekonomi keluarga nelayan miskin menunjuk pada alokasi potensi sumberdaya rumahtangga secara rasional kedua sektor kegiatan sekaligus, yaitu sektor produksi dan sektor non produksi. Di bidang produksi, rumahtangga nelayan miskin menerapkan pola nafkah ganda, yaitu melibatkan sebanyak mungkin potensi tenaga kerja rumahtangga di berbagai kegiatan ekonomi pertanian dan luar pertanian, baik dalam status berusaha sendiri maupun status memburuh. Sektor non produksi atau lembaga kesejahteraan asli merupakan bagian penting dalam strategi ekonomi rumahtangga nelayan miskin. Sekalipun sifatnya tidak rutin, keterlibatan anggota rumahtangga di lembaga kesejahteraan asli dapat memberikan manfaat ekonomi yang penting bagi rumahtangga, secara langsung maupun tidak langsung. Penerimaan dari lembaga arisan, memungkinkan rumah tangga nelayan miskin untuk dapat membiayai kebutuhan yang memerlukan biaya cukup besar, antara lain perbaikan rumah, biaya sekolah anak, dan modal usaha.

Penerimaan tersebut tidak saja membantu rumahtangga nelayan miskin dalam mengatasi konsekuensi kemiskinan (berupa kekurangan konsumsi) tetapi pada tingkat tertentu juga dapat mengatasi penyebab kemiskinan berupa kekurangan modal produksi. Menurut Kusnadi (2000), strategi nelayan dalam menghadapi kemiskinana dapat dilakukan melalui:

81

o Peranan anggota keluarga nelayan (istri dan anak).

Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota rumahtangga nelayan (istri dan anak) merupakan salah satu dari strategi adaptasi yang harus ditempuh untuk menjaga kelangsungan hidup mereka

o Diversifikasi pekerjaan

Dalam menghadapi ketidakpastian penghasilan, keluarga nelayan dapat melakukan kombinasi pekerjaan.

o Jaringan sosial

Melalui jaringan sosial, individu-individu rumah tangga akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai atau memperoleh akses terhadap sumberdaya yang tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial memberikan rasa aman bagi rumahtangga nelayan miskin dalam menghadapi setiap kesulitan hidup sehingga dapat mengarungi kehidupan dengan baik. Jaringan sosial secara alamiah bisa ditemukan dalam segala bentuk masyarakat dan manifestasi dari hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Tindakan sosial-budaya yang bersifat kreatif ini mencerminkan bahwa tekanan-tekanan atau kesulitan ekonomi yang di hadapi nelayan tidak direspon dengan sikap yang pasrah. Secara umum, bagi rumahtangga nelayan yang pendapatan setiap harinya bergantung sepenuhnya pada penghasilan melaut, jaringan sosial berfungsi sangat strategis dalam menjaga kelangsungan kehidupan nelayan.

5. Pengetahuan nelayan tentang peralatan tangkap ramah lingkungan

Pendidikan yang rendah membatasi seseorang untuk terserap dalam akses sumber-sumber ekonomi yang lebih baik sehingga seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami kemiskinan dan ketertinggalan. Persoalan kemiskinan inilah yang menjadi penyebab ketidakmampuan nelayan untuk meningkatkan kualitasnya sehingga inovasi dan transfer pengetahuan tidak terjadi (Dahuri 2002). Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah. Rendahnya pendidikan pula menyebabkan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan yang dilakukan oleh nelayan di Sulawesi Selatan seringkali tidak mengindahkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan. Kerusakan lingkungan yang terjadi diakibatkan oleh penggunaan alat tangkap yang merusak.

Tingkat perekonomian yang kurang mapan/rendah karena rendahnya tingkat pendidikan nelayan, sehingga dalam memenuhi kehidupan sehari-hari lebih lanjut mengakibatkan nelayan di Sulawesi Selatan tidak menyadari telah melakukan kerusakan di lingkungan wilayah pesisirnya. Sifat dasar nelayan yang boros didalam membelanjakan kebutuhan sehari-hari yang tidak dipikirkan penting tidaknya barang tersebut dibeli sehingga menyebabkan pengeluaran yang banyak, hal tersebut mengakibatkan tidak adanya simpanan atau tabungan untuk kehidupan yang akan datang hal ini juga harus di pahami karena tingkat pendidikan rendah oleh sebagian besar para nelayan.

Kurangnya kesadaran nelayan karena sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang menyebabkan apapun akan dilakukan demi untuk mendapatkan hasil tangkapan yang banyak dan kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Sampai-sampai nelayan tidak menyadari kalau dalam menangkap ikan menggunakan alat tangkap yang dapat menyebabkan kerusakan dalam sumberdaya laut.

b. Atribut yang berpengaruh tidak sensitif

Terdapat 6 (enam) atribut yang tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan (nilai indeks keberlanjutan sosial), artinya memiiki peranan yang kecil dalam penentuan status keberlanjutan. Atribut yang paling tidak berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan sosial yaitu : (1) jumlah anggota keluarga nelayan (RMS = 0,05)

1. Jumlah anggota keluarga nelayan

Tanggungan keluarga adaiah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala kelaurga, yaitu istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Lebih lnjut jumlah tanggungan keluarga secara langsung tidak mempengaruhi tingkat produksi, namun akan mempengaruhi produksi yang dilakukan (Asih 2008). Berdasarkan hal tersebut, atribut yang berpengaruh terhadap produksi perikanan tangkap merupakan atribut yang lebih penting dalam menciptakan keberlanjutan dimensi sosial. Lebih lanjut, Hamid dan Islamiah (2008) menyatakan jumlah tanggungan keluarga dengan bertambahnya tanggungan keluarga tidak meningkatkan pendapatan, malah justru memperkecil pendapatan perkapita (apalagi tanggungan keluarga tidak bekerja).

83