• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.4. Sistem Perwilayahan Daerahg

5.1.3. Dimensi Sosial

a. Hasil Penilaian Kondisi Aktual Faktor Dimensi Sosial

Dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso direpresentasikan dengan delapan faktor yang mendukung keberlanjutan dimensi sosial. Faktor yang merepresentasikan dimensi sosial adalah faktor dengan karakteristik mudah dinilai dengan pengkategorian yang jelas terhadap kriteria penilaiannya. Penilaian masing-masing faktor yang merepresentasikan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso didasarkan kepada beberapa kriteria tertentu. Faktor-faktor yang merepresentasikan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso yaitu, (1) Jumlah rumah tangga petani kopi arabika, (2) Pendidikan formal kepala keluarga petani, (3) Jumlah rumah tangga petani yang mendapat penyuluhan, (4) Pertumbuhan penduduk, (5) Jumlah buruh tani, (6) Aksesibilitas komunikasi desa, (7) Aksesibilitas transportasi desa dan (8) Jumlah desa wilayah pertanian tanaman

perkebunan. Penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi sosial tersebut dituliskan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika kabupaten Bondowoso

No Faktor Skor Kategori Keterangan

1 Jumlah rumah tanggapetani kopi arabika

2 Cukup baik Jumlah rumah tangga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso relatif tetap

2 Pendidikan forma kepala keluarga petani

2 Cukup baik Rata-rata tingkat pendidikan kepala keluarga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso adalah SLTP/sederajat

3 Jumlah rumah tangga petani yang mendapat penyuluhan

1 Kurang baik 25-50% dari jumlah petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso keseluruhan aktif mengikuti penyuluhan

4 Pertumbuhan penduduk

2 Cukup baik Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Bondowoso berkisar antara 0,5-1%/tahun

5 Jumlah buruh tani 2 Cukup baik Jumlah buruh tani untuk usaha tani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso relatif mencukupi 6 Aksesibilitas

komunikasi desa

2 Cukup baik Lebih dari 80% wilayah desa kawasan perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso dapat dijangkau sarana komunikasi

7 Aksesibilitas transportasi desa

2 Cukup baik Lebih dari 80% wilayah desa kawasan perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso dapat dijangkau kendaraan roda 4 8 Jumlah desa wilayah pertanian tanaman perkebunan 0 Buruk

Kurang dari 25% jumlah desa yang wilayahnya adalah wilayah pertanian tanaman perkebunan Sumber : Data penelitian, diolah 2015 (Lampiran I)

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kondisi aktual faktor dimensi sosial dapat dikatakan bahwa dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso berada pada kategori yang kurang baik. Skor maksimal yang diperoleh dari penilaian faktor dimensi sosial adalah 2 dengan kategoricukup baik

dari skala tiga, dan skor terendah yang diperoleh adalah 0 dengan kategori buruk. Terdapat lima faktor yang dikategorikan cukup baik yaitu, (1) Jumlah rumah tangga petani kopi arabika, (2) Tingkat pendidikan kepala keluarga petani kopi arabika, (3) Jumlah buruh tani, (4) Aksesibilitas komunikasi desa dan (5) Aksesibilitas transportasi desa. Faktor dengan kategori kurang baik adalah (1) Jumlah rumah tangga petani dapat penyuluhan dan (2) Pertumbuhan penduduk. Faktor dengan kategori buruk adalah jumlah desa wilayah pertanian tanaman perkebunan.

Jumlah rumah tangga petani kopi arabika merupakan faktor dimensi sosial yang dinilai berdasarkan perkembangan jumlah rumah tangga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Jumlah rumah tangga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso relatif tetap. Jumlah rumah tangga petani kopi arabika yang terdapat pada enam kecamatan yang menjadi sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 sebanyak 1383 keluarga. Jumlah tersebut terdistribusi pada kecamatan Pakem 24 keluarga, kecamatan Maesan 18 keluarga, kecamatan Cermee sebanyak 140 keluarga dengan 113 keluarga memiliki kebun di dalam kawasan hutan dan 27 lainnya memiliki kebun diluar kawasan hutan, kecamatan sempol 270 keluarga, kecamatan Sumber Wringin sebanyak 629 keluarga dan kecamatan Botolinggo sebanyak 303 keluarga (Dishutbun Bondowoso, 2013)

Pertumbuhan penduduk adalah faktor dimensi sosial yang penilaiannya didasarkan pada laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bondowoso secara agregasi Kabupaten Bondowoso. Pertumbuhan penduduk memiliki skor 2 dengan kategori cukup baik. Pertumbuhan penduduk kabupaten Bondowoso pada tahun 2013 memiliki nilai sebesar 0,68 persen. Tingkat pertumbuhan penduduk ini tergolong dalam kategori yang normal karena masih berada dibawah nilai 1%. Pertumbuhan penduduk yang tidak terlalu tinggi memiliki dampak yang baik karena pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memberikan tekanan yang tinggi pada perekonomian secara keseluruhan tidak terkecuali pada sektor pertanian (BPS Bondowoso, 2013).

Jumlah buruh tani memainkan peran yang penting bagi kinerja sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso karena pekerjaan yang dikerjakan pada masing-masing fase baik pada saat pra panen, panen dan pasca panen memerlukan tenaga kerja yang dicukupi melalui tenaga buruh tani. Ketersediaan buruh tani untuk perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso cukup baik dalam ukuran bahwa jumlah buruh tani yang ada relatif mencukupi kebutuhan akan buruh tani dalam sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Ketersediaan buruh tani ini didukung dengan struktur demografi daerah sentra produksi kopi arabika Bondowoso. Jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun) terdapat sebanyak 21.626 jiwa atau sebesar 67,14% dari populasi penduduk. Jumlah ini menjadikan ketersediaan tenaga kerja atau buruh tani untuk perkebunan kopi arabika tersedia dengan baik (Dishutbun Bondowoso, 2013).

Pendidikan formal kepala keluarga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso didasarkan pada rata-rata tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh kepala keluarga petani kopi arabika di Kabupaten Bondowoso. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani memiliki peran penting dalam meningkatkan produtivitas pertanian yang diusahakan terutama berkaitan dengan efisiensi usaha tani yang dijalankan (Weir, 1999). Rata-rata tingkat pendidikan formal kepala keluarga petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso adalah Sekolah Menengah Lanjutan Pertama (SLTP)/sederajat (BPS Bondowoso, 2013)

Jumlah rumah tangga petani yang mendapat penyuluhan dinilai berdasarkan perkiraan jumlah rumah tangga petani kopi arabika yang aktif mengikuti penyuluhan pertanian di kabupaten Bondowoso. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Balai Penyuluhan yang membawahi kecamatan Sempol, Sumberwringin dan Sukosari terdapat 40% atau sebanyak 554 keluarga keluarga petani kopi arabika yang aktif mengikuti penyuluhan yang dilakukan. Penyuluhan memiliki peran penting bagi petani terutama sebagai sumber informasi. Alasan lain yang menjadi dasar pentingnya penyuluhan bagi petani adalah peran penyuluh dalam mempersiapkan informasi yang paling tepat bagi petani serta strategi penyampaian informasi tersebut (Matanmi, 1989).

Aksesibilitas transportasi desa dinilai didasarkan pada persentase luas areal desa yang wilayahnya bisa diakses oleh kendaraan roda empat. Berdasarkan statistik infrastruktur transportasi yang dihimpun oleh BPS Bondowoso pada tahun 2013, kawasan sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso yang bisa dijangkau oleh kendaraan roda empat lebih dari 80% dari seluruh luasan wilayah, Aksesibilitas transportasi merupakan faktor yang penting bagi pengentasan kemiskinan dan pengembangan kawasan pedesaan. Esensi dari pengembangan infrastruktur transportasi adalah minimalisasi waktu dan usaha yang diperlukan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Perekonomian peasantdicirikan dengan pengeluaran waktu dan usaha yang tidak perlu untuk perpindahan barang dan manusia. Transportasi menjadi sentral dari setiap aktivitas pertanian di pedesaan sehingga aksesibilitas transportasi di kawasan pedesaan menjadi faktor penting untuk mendukung pengembangan kawasan (Salaam, 2003).

Aksesibilitas komunikasi desa dinilai berdasarkan persentase areal kawasan sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso yang dapat dijangkau sarana komunikasi. Berdasarkan statistik infrastruktur komunikasi yang dihimpun oleh BPS Bondowoso pada tahun 2013, kawasan sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso yang bisa dijangkau oleh sarana komunikasi lebih dari 80% dari seluruh luasan wilayah. Berdasarkan data tersebut skor faktor aksesibilitas komunikasi adalah 2 dengan kategori cukup baik.

b. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial

Skor yang didapat dari penilaian terhadap kondisi aktual faktor-faktor pada dimensi sosial kemudian digunakan sebagai data input untuk analisis Multi Dimensional Scaling (MDS) RAP-COFFEE (Rapid Appraisal Coffee) ditunjukkan pada lampiran 3.a. Hasil analisis RAP-COFFEE pada faktor-faktor dimensi sosial menunjukkan bahwa dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan dengan nilai indeks berada pada rentang 50,01-75,00 %. Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika adalah 55,62%.

Hasil analisis indeks keberlanjutan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika digambarkan pada diagram dua dimensi dengan sumbu horizontal merepresentasikan nilai indeks keberlanjutan dan sumbu vertikal merepresentasikan variasi faktor yang tidak berkaitan dengan keberlanjutan dimensi sosial. Indeks keberlanjutan dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika kabupaten Bondowoso ditentukan melalui rap analysis yang ditunjukkan pada lampiran 3.b. Hasil analisis RAP-COFFEE pada dimensi sosial ditunjukkan oleh gambar 5.5.

Gambar 5.5. Nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi sosial

Nilai indeks keberlanjutan yang merupakan nilai relatif tidak berarti tidak bisa memberikan gambaran yang tepat mengenai kondisi objek yang dikaji. Nilai indeks yang merupakan nilai relatif menunjukkan bahwa nilai indeks tidak dikalibrasi dengan standar keberlanjutan tertentu, disamping itu nilai indeks yang

55.62 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 O th er D isti n g u sh in g F eatu res Dimensi Sosial RAP-COFFEE Ordination

arbitrary juga menunjukkan gambaran umum mengenai kondisi dan status keberlanjutan dimensi sosial. Pemahaman yang tepat mengenai pengertian

arbitrarydan konsekuensinya akan memudahkan dalam menentukan tindak lanjut terhadap informasi yang diberikan oleh nilai indeks. Tindak lanjut yang bisa dilakukan terhadap nilai indeks dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, (1) memverifikasi nilai indeks dan (2) melakukan justifikasi terhadap nilai indeks.

c. Analisis Leverage Faktor Dimensi Sosial

Analisis leverage terhadap faktor dimensi sosial digunakan untuk mengetahui sensitivitas masing-masing faktor dalam dimensi sosial terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial. Analisis leverage dilakukan terhadap Analisis leverage yang dilakukan terhadap delapan faktor dimensi sosial ditunjukkan pada lampiran 3.c. menunjukkan hasil bahwa faktor (1) Pertumbuhan penduduk, merupakan faktor dalam dimensi sosial dengan tingkat sensitivitas yang tertinggi yakni 3,02. Faktor dengan sensitivitas tertinggi kedua adalah (2) Desa wilayah pertanian dengan nilai sensitivitas sebesar 2,21. Faktor (3) Jumlah rumah tangga petani dapat penyuluhan memiliki nilai sensitivitas terbesar ketiga yakni 2,11. Faktor dengan nilai sensitivitas terbesar selanjutnya adalah (4) Jumlah buruh tani dengan nilai sensitivitas sebesar 1,26. Faktor (5) Aksesibilitas komunikasi desa merupakan faktor dengan sensitivitas terbesar kelima dengan nilai 1,02. Faktor lainnya seperti (6) Jumlah rumah tangga petani kopi arabika, (7) Tingkat pendidikan kepala keluarga tani kopi arabika dan (8) Aksesibilitas transportasi desa memiliki nilai sensitivitas yang kurang dari 1.

Hasil analisis leverage faktor dimensi sosial ditampilkan dalam bentuk diagram batang dua dimensi. Sumbu x diagram tersebut menggambarkan tingkat sensitivitas masing-masing faktor pada dimensi sosial dan sumbu y menunjukkan faktor yang bersangkutan. Hasil analisis leverage terhadap faktor-faktor pada dimensi sosial digambarkan pada gambar 5.6.

Gambar 5.6. Nilai sensitivitas atribut dimensi sosial yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0-100

Nilai sensitivitas menunjukkan besaran perubahan yang diakibatkan oleh ditiadakannya faktor yang bersangkutan terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh bahwa faktor pada dimensi sosial yang paling sensitif adalah Tingkat pertumbuhan penduduk dengan nilai sensitivitas sebesar 3,02. Nilai sensitivitas ini memiliki arti bahwa apabila faktor tingkat pertumbuhan penduduk tidak diikutsertakan dalam analisis ordinasi RAP-COFFEE untuk dimensi sosial sistem perkebunan kopi arabika maka nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial akan mengalami perubahan sebesar 3,02%. Kavanagh (2004) menyatakan bahwa nilai sensitivitas yang umum dalam analisis

rapfishberkisar antara 2-8% apabila kondisi multivariateterpenuhi. Faktor dalam dimensi dikategorikan sebagai faktor yang sensitif apabila nilai sensitivitasnya

0.66 0.71 2.11 3.02 1.26 1.02 0.19 2.21 0 1 2 3 4 Jumlah rumah tangga petani kopi

arabika Tingkat pendidikan KK tani kopi arabika

Jumlah rumah tangga petani dapat

penyuluhan Pertumbuhan

penduduk Jumlah buruh tani

Aksesibilitas komunikasi desa Aksesibilitas transportasi desa Desa wilayah pertanian

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (On sustainability scale 0 to 100)

lebih dari 1. Berdasarkan hal tersebut tiga faktor lain dalam dimensi sosial tidak dikategorikan sebagai faktor yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial karena nilai sensitivitas dari kesepuluh faktor tersebut adalah kurang dari 1, yang artinya apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut ditiadakan dari analisis maka perubahan yang terjadi pada nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial tidak lebih dari 1%.