• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.4. Sistem Perwilayahan Daerahg

5.1.5. Dimensi Teknologi dan Infrastruktur

a. Hasil Penilaian Kondisi Aktual Dimensi Teknologi dan Infrastruktur

Dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso direpresentasikan oleh Sembilan faktor yang mendukung keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi teknologi dan infrastruktur didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu yang disesuaikan dengan karakteristi masing-masing faktor. Faktor-faktor penyusun dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso yaitu, (1) Luas areal komoditas selain kopi, (2) Pengelolaan lahan dan air, (3) Penggunaan bibit unggul, (4) Pergiliran varietas, (5) Penggunaan alat dan mesin pertanian, (6) Penggunaan pupuk, (7) Pengendalian OPT, (8) Panen dan (9) Pengolahan kopi. Seluruh faktor pada dimensi teknologi dan infrastruktur ini dinilai dengan menggunakan kriteria tertentu dengan rentang penilaian dari kategori baikdengan

skala 3, kategori cukup baikdengan skala 2, kategori kurang baik dengan skala 1 dan kategori buruk dengan skala 0. Hasil penilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi ekologi dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel5.5. Hasilpenilaian kondisi aktual faktor-faktor dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabikakabupatenBondowoso

No Faktor Skor Kategori Keterangan

1 Luas areal komoditas selain kopi arabika

2 Cukup baik Perkembangan luas areal komoditas selain kopi di Kabupaten Bondowoso cenderung menurun

2 Pengelolaan lahan dan air

2 Cukup baik Tingkatpenerapan teknologi pengelolaan lahan dan air di Kabupaten Bondowoso cukup baik

3 Penggunaan bibit unggul

0 Buruk Rata-rata penggunaan bibit unggul di kawasan perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso kurang dari 25%.

4 Pergiliran varietas 1 Kurang baik Kecepatan adopsi dan pergiliran varietas kopi arabika di Kabupaten Bondowoso kurang cepat

5 Penggunaan alat dan mesin pertanian

2 Cukup baik Tingkat perkembangan

penggunaan alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bondowoso relatif berkembang 6 Penggunaan pupuk 2 Cukup baik Persentase petani kopi arabika di

Kabupaten Bondowoso yang menggunakan pupuk sesuai rekomendasi pemerintah sebesar 50-75%

7 Pengendalian OPT 2 Cukup baik 50-75% petani melakukan pengendalian OPT berdasarkan prinsip pendekatan Pengelolaan Hama Terpadu

8 Panen 0 Buruk Kurang dari 25% jumlah petani

kopi arabika Kabupaten Bondowoso yang melakukan panen dengan tepat

9 Pengolahan kopi 0 Buruk Kurang dari 25% petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso mengolah kopi sesuai dengan SOP Pengolahan Kopi dari ICCRI

Berdasarkan hasil penilaian faktor-faktor dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso, dapat dikatakan bahwa dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso berada dalam kondisi cukup baik.Terdapat enam faktor dimensi teknologi dan infrastruktur yang termasuk dalam kategori cukup baik dengan skor 2 yaitu, (1) Luas areal komoditas selain kopi, (2) Pengelolaan lahan dan air, (3) Penggunaan bibit unggul, (4) Penggunaan alat dan mesin pertanian, (5) Penggunaan pupuk dan (6) Pengendalian OPT. Pergiliran varietas kopi arabika merupakan faktor dengan kategorikurang baikdengan skor 1. Faktor lainnya yaitu (1) Panen dan (2) Pengolahan kopi merupakan faktor yang termasuk dalam kategori buruk dengan nilai skor 0.

Pengolahan lahan dan air di kawasan sentra produksi kopi arabika Kabupaten Bondowoso berada pada kondisi yang baik karena mengikuti prinsip

good agricultural practice(GAP) yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Prinsip-prinsip yang diterapkan antara lain (1) Pembersihan lahan, (2) Pembuatan teras, (3) Pengajiran (untuk penaung dan kopi), (4) Penanaman naungan sementara (Moghania, Tephrosia dan Cayanus), (5) Penanaman naungan tetap (lamtoro, jeruk, dadap), (6) Pembuatan lubang tanam dan (7) Pengisian kompos dan penutupan lubang tanam (Dishutbun Bondowoso, 2013)

Penggunaan bibit unggul didasarkan pada rata-rata penggunaan bibit unggul bermutu oleh petani kopi arabika Kabupaten Bondowoso. Tingkat penggunaan bibit unggul pada perkebunan kopi arabika masih berada dibawah 30%. Keberhasilan pengembangan perkebunan kopi sangat ditentukan oleh tersedianya sarana dan prasarana produksi terutama benih unggul bersertifikat yang mampu berproduksi tinggi. Jenis tanaman kopi arabika yang diusahakan oleh petani di wilayah Kecamatan Sumber Wringin pada umumnya belum bersertifikat dan sangat bervariasi. Bahkan tanaman yang sudah berumur lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun. Produktivitas tertinggi dicapai hanya 0,7 ton per Ha. Kondisi ini sangat membutuhkan rehabilitasi, sebagaimana yang telah

diajukan bantuan pendanaan untuk rehabilitasi ke pemerintah pusat melalui Dirjenbun (Dishutbun Bondowoso, 2013)

Penggunaan benih unggul belum pernah dilakukan, hal ini mengingat umur tanaman kopi di Kawasan sentra produksi kopi arabika Sumber Wringin rata-rata berumur di atas 30 tahun. Di sisi lain, Dinas Kehutanan dan Perkebunan membuat skala prioritas menangani off farm dengan program utama akselerasi penambahan jumlah kopi ekspor. Sesuai dengan rencana pengembangan, secara berkala tingkat usahatani/di tingkat budidaya mulai dibenahi secara perlahan dengan target rehabilitasi tanaman kopi arabika dengan bibit unggul 100%.

Pergiliran varietas didasarkan pada kecepatan adopsi dan pergiliran varietas baru kopi arabika di Kabupaten Bondowoso. Pergiliran varietas kopi arabika di Kabupaten Bondowoso tergolong kurang cepat. Kondisi ini disebabkan karena umur tanaman kopi arabika di Kabupaten Bondowoso yang sudah tua yaitu sekitar 30 tahun. Pergiliran varietas adalah program yang menjadi prioritas pengembangan kawasan sentra produksi arabika Kabupaten Bondowoso saat ini dengan introduksi varietas baru kopi arabika yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan tanaman kopi arabika terhadap serangan OPT kopi arabika (Dishutbun Bondowoso, 2013)

Penggunaan alat dan mesin pertanian pada perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso tergolong relatif berkembang. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis areal kebun kopi arabika rakyat yang pada umumnya berada pada lahan kemiringan di atas 20% menjadikan penggunaan alat-alat mesin pertanian berat seperti traktor kurang begitu dibutuhkan. Alat dan mesin pertanian yang lebih sesuai adalah dari jenis alat pertanian kecil seperti Hand sprayer, mist blower, gunting pangkas, gaet, cangkul, parang dan garpu tanah. Akan tetapi untuk meningkatkan pendapatan petani, salah satu caranya dengan meningkatkan kualitas hasil produksi dengan cara mengolah produksinya menjadi hasil olahan. Dengan demikian diperlukan oleh petani saat ini adanya pabrik pengolahan hasil skala kelompok. Karena selama petani masih menjual hasilnya dalam bentuk produk primer (gelondong/HS) petani tidak akan memperoleh nilai tambah (Dishutbun Bondowoso, 2013)

Penggunaan pupuk pada perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso tergolong cukup baik. Sarana produksi yang paling menentukan keberhasilan usahatani kopi arabika setelah benih unggul adalah pemberian pupuk berimbang yang diaplikasikan sesuai dengan teknologi anjuran berdasarkan rekomendasi. Dosis standar penggunaan pupuk untuk tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun: N=160 gram; P2O5 = 80 gram; K2O = 160 gr per batang. Sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakat akan organik, maka sebagian besar kelompoktani sudah mengubah dari sistem budidaya anorganik menjadi organik. Untuk hal tersebut maka sebagian besar anggota kelompoktani lebih inten mengalokasikan pupuk organik dengan porsi berkisar 80%, dan sisanya dipenuhi dengan pupuk anorganik (Dishutbun Bondowoso, 2013).

Pengendalian OPTpada perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso tergolong cukup baik. Salah satu faktor pembatas dalam meningkatkan produksi tanaman kopi arabika adalah adanya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu organisme pengganggu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman kopi dan yang paling sangat merugikan adalah penggerek buah kopi (PBKo)(Hypothenemus hampei). Serangan hama PBKo menyebabkan penurunan prodduktivitas dan kualitas hasil secara nyata. Serangan pada stadia buah muda dapat menyebabkan keguguran buah sebelum buah masak, sedangkan serangan pada stadia buah masak (tua) menyebabkan biji berlubang sehingga terjadi penurunan berat.dan kualitas biji. Salah satu strategi pengendalian hama PBKo yaitu dengan system pengendalian hama terpadu (PHT), yang memadukan anatara komponen bahan tanam tahan hama, agen hayati dan menajemen lingkungan. Secara kultur teknis pengendalian hama PBKo dapat dilakukan untuk memutus daur hidup kumbang PBKo dengan cara melakukan petik bubuk (petik buah merah 15-30 hari menjelang panen besar, lelesan (tindakan pemungutan buah-buah yang terjatuh di tanah, dan racutan (pemetikan buah-buah yang masih tersisa pada akhir masa panen). Pengelolaan tanaman penaung yang tepat, yaitu menjaga kondisi penanung yang tidak terlalu gelap juga dapat menekan perkembangan kumbang Hypothenemus hampei. Pengendalian secara biologis

dapat menggunkan parasitoid cephalonomia stepanoderis Betr., Propops nasuta,

danHeterospilus coffeicola Schm(Dishutbun Bondowoso, 2013).

b. Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi Teknologi dan Infrastruktur

Skor yang didapat dari penilaian terhadap kondisi aktual faktor-faktor pada dimensi teknologi dan infrastruktur kemudian digunakan sebagai data input untuk analisis Multi Dimensional Scaling (MDS) RAP-COFFEE (Rapid Appraisal Coffee) seperti ditunjukkan pada lampiran 5.a. Hasil analisis RAP-COFFEE pada faktor-faktor dimensi teknologi dan infrastruktur menunjukkan bahwa dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika Kabupaten Bondowoso termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan dengan nilai indeks berada pada rentang 50,01-75,00 %. Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika adalah 57,04%. Hasil analisis indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika digambarkan pada diagram dua dimensi dengan sumbu horizontal merepresentasikan nilai indeks keberlanjutan dan sumbu vertikal merepresentasikan variasi faktor yang tidak berkaitan dengan keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur. Penentuan indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastrukutur dilakukan dengan rap analysis seperti dilampirkan pada lampiran 5.b. Hasil analisis RAP-COFFEE pada dimensi teknologi dan infrastruktur ditunjukkan oleh gambar 5.9.

Gambar5.9.Nilaiindeks dan status keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur

Nilai indeks keberlanjutan yang merupakan nilai relatif tidak berarti tidak bisa memberikan gambaran yang tepat mengenai kondisi objek yang dikaji. Nilai indeks yang merupakan nilai relatif menunjukkan bahwa nilai indeks tidak dikalibrasi dengan standar keberlanjutan tertentu, disamping itu nilai indeks yang

arbitrary juga menunjukkan gambaran umum mengenai kondisi dan status keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur. Pemahaman yang tepat mengenai pengertian arbitrary dan konsekuensinya akan memudahkan dalam menentukan tindak lanjut terhadap informasi yang diberikan oleh nilai indeks. Tindak lanjut yang bisa dilakukan terhadap nilai indeks dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, (1) memverifikasi nilai indeks dan (2) melakukan justifikasi terhadap nilai indeks.

57.04 GOOD BAD UP DOWN -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120 O th er D isti n g u ish in g F eatu res

Dimensi Teknologi dan Infrastruktur

RAP-COFFEE Ordination

Memverifikasi nilai indeks adalah jenis tindak lanjut yang didasari dengan premis mempertanyakan akurasi nilai indeks. Memverifikasi nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur dilakukan dengan meninjau kembali faktor yang dinilai. Justifikasi terhadap nilai indeks dilakukan dengan premis membenarkan akurasi nilai indeks. Sehingga tindak lanjut berikutnya adalah mengidentifikasi faktor yang akan diintervensi untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan pada dimensi teknologi dan infrastruktur. Justifikasi nilai indeks juga diperkuat dengan menilai sensitivitas masing-masing faktor terhadap nilai indeks dimensi.

c. Analisis Leverage Faktor Dimensi Teknologi dan Infrastruktur

Analisis leverage terhadap faktor dimensi teknologi dan infrastruktur digunakan untuk mengetahui sensitivitas masing-masing faktor dalam dimensi teknologi dan infrastruktur terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur. Analisis dilakukan terhadap 9 faktor dimensi ekologi untuk menentukan tingkat sensitivitas ditunjukkan pada lampiran 5.c. Analisis leverage yang dilakukan terhadap ketiga belas faktor dimensi teknologi dan infrastruktur menunjukkan hasil bahwa faktor (1) Luas areal komoditas selain kopi arabika, merupakan faktor dalam dimensi teknologi dan infrastruktur dengan tingkat sensitivitas yang tertinggi yakni 3,17. Faktor dengan sensitivitas tertinggi kedua adalah (2) Pergiliran varietas dengan nilai sensitivitas sebesar 3,05. Faktor (3) Pengelolaan lahan dan air memiliki nilai sensitivitas terbesar ketiga yakni 2,07. Faktor dengan nilai sensitivitas terbesar selanjutnya adalah (4) Panen dengan nilai sensitivitas sebesar 2,05. Faktor (5) Penggunaan bibit unggul merupakan faktor dengan sensitivitas terbesar kelima dengan nilai 1,34. Faktor selanjutnya yang termasuk dalam kategori faktor sensitif adalah (6) Penggunaan alat dan mesin pertanian dan (7) Penggunaan pupuk dengan nilai sensitivitas masing-masing adalah 1,12 dan 1,08. Faktor lainnya seperti (8) Pengendalian OPT dan (9) Pengolahan kopi memiliki nilai sensitivitas yang kurang dari 1. Hasil analisis leverage terhadap faktor-faktor pada dimensi teknologi dan infrastruktur digambarkan pada gambar 5.10.

Gambar 5.10. Nilai sensitivitas atribut dimensi teknologi dan infrastruktur yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0-100

Nilai sensitivitas menunjukkan besaran perubahan yang diakibatkan oleh ditiadakannya faktor yang bersangkutan terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur. Berdasarkan hasil analisis leverage diperoleh bahwa faktor pada dimensi teknologi dan infrastruktur yang paling sensitif adalah Pergiliran varietas dengan nilai sensitivitas sebesar 3,05. Nilai sensitivitas ini memiliki arti bahwa apabila faktor tingkat pertumbuhan penduduk tidak diikutsertakan dalam analisis ordinasi RAP-COFFEE untuk dimensi teknologi dan infrastruktur sistem perkebunan kopi arabika maka nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur akan mengalami perubahan sebesar 3,05%. Kavanagh (2004) menyatakan bahwa nilai sensitivitas yang umum dalam analisis

rapfishberkisar antara 2-8% apabila kondisi multivariateterpenuhi. Faktor dalam

3.17 2.07 1.34 3.05 1.12 1.08 0.17 2.05 0.10 0 1 2 3 4

Luas Areal Komoditas Selain Kopi Pengelolaan Lahan dan Air Penggunaan bibit Unggul Pergiliran Varietas Penggunaan Alat dan

Mesin Pertanian Penggunaan Pupuk

Pengendalian OPT Panen Pengolahan Kopi

Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)

dimensi dikategorikan sebagai faktor yang sensitif apabila nilai sensitivitasnya lebih dari 1. Berdasarkan hal tersebut dua faktor lain dalam dimensi teknologi dan infrastruktur tidak dikategorikan sebagai faktor yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur karena nilai sensitivitas dari kesepuluh faktor tersebut adalah kurang dari 1, yang artinya apabila salah satu dari kedua faktor tersebut ditiadakan dari analisis maka perubahan yang terjadi pada nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur tidak lebih dari 1%.