• Tidak ada hasil yang ditemukan

dimulai setelah pemilu 2015.

Dalam dokumen Majalah Desa Medkeu Jan Feb 2015 (Halaman 42-44)

Selain berfungsi sebagai instrumen pendapatan, secara ilosoi cukai juga memiliki tujuan mengendalikan konsumsi masyarakat atau individu atas barang-barang yang memiliki sifat merusak atau berdampak negatif. Cukai juga memiliki karakteristik dasar secara umum diantaranya: pengenaan bersifat selektif hanya kepada barang- barang yang memiliki kriteria sebagai Barang Kena Cukai (BKC), memiliki sifat sebagai instrumen budgeter sekaligus instrumen regulasi serta jenis BKC nya dapat disesuaikan berdasar kebutuhan apakah bersifat limited, intermediate, atau justru bersifat extended.

Meskipun sama, tetapi ada beberapa perbedaan antara cukai dan pajak. Jika pajak lebih menitikberatkan kepada aspek perbuatan atau transaksi yang terjadi maka cukai lebih

memfokuskan diri kepada obyek atau barang yang dikenakan cukai. Jika pajak tarifnya akan bersifat sama untuk seluruh jenis barang, cukai besarannya dapat bervariasi untuk barang yang sama karena adanya perbedaan kualitas dari BKC yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di awal, sekiranya kemasan plastik sudah memenuhi kriteria BKC. Oleh karena itu, sudah selayaknya pemerintah wajib mengendalikan konsumsi, mengawasi peredaran serta memberikan pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan atas konsumsi plastik yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Langkah pertama yang wajib

pemerintah lakukan adalah menambah

jenis BKC atas plastik,

kemudian diajukan kepada DPR bersama dengan pembahasan APBN, untuk disetujui menjadi sebuah peraturan pemerintah, sebagai dasar penetapan cukai plastik. Dasar pengenaan cukai nantinya adalah jumlah produksi plastik, dengan obyek cukai konsumsi plastik dan subyek cukai konsumen pengguna plastik. Mekanisme cukai akan dipungut di muka, seiring dengan produksi plastik di level produsen dan konsumen yang akan langsung membayar cukai plastik di dalam harga jual barang.

Pihak yang memungut cukai seyogyanya adalah pemerintah pusat, untuk dibagihasilkan kepada daerah sesuai dengan besaran konsumsi plastik di wilayahnya. Demi memenuhi asas pemanfaatan, kebijakan cukai plastik dapat menggunakan konsep ear marking sebagai insentif bagi pengembangan kemasan barang daur ulang serta membangun teknologi yang mampu memperpendek proses penguraian sampah plastik. Pemerintah daerah yang tidak menaati aturan dapat dikenakan sanksi dan hukuman, misalnya tidak mendapatkan alokasi dana untuk periode selanjutnya.

Beberapa negara terbukti sukses menerapkan cukai kemasan plastik. Negara Inggris misalnya, di beberapa supermarket dan toko-toko besarnya akan dibebani biaya sebesar Rp900 untuk setiap kantong plastik yang digunakan saat berbelanja dan akan dimulai setelah pemilu 2015. Hasil pungutan ini akan disumbangkan ke yayasan amal. Meskipun ini baru rencana yang digagas oleh Wakil Perdana Menteri Nick Clegg, namun pada akhir pekan ia akan merilis kebijakan ini dalam sebuah konferensi Partai Liberal Demokrat.

Menurut Clegg, kebijakan ini sebagai bagian dari kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik. Clegg mengaku sangat khawatir dengan pengaruh lingkungan yang ditimbulkan oleh kantong plastik, terutama

bagi binatang air. Kantong plastik ini berbahaya bagi binatang yang kemungkinan bisa terjerat plastik atau mengira plastik ini sebagai makanan. Pungutan serupa telah berlaku di Wales dan Irlandia Utara. Sementara Skotlandia sudah memulainya pada Oktober 2014 yang lalu. Menurut sumber di Partai Liberal Demokrat, biaya kantong plastik yang dibebankan di Wales, sejak 2011 silam, telah terbukti berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik sebesar 75 persen. Di Irlandia, cukai plastik ditetapkan 15 persen dan efektif menurunkan pemakaian hingga 90 persen. Negara seperti Singapura, Hongkong, China, Taiwan, dan Belgia adalah contoh lain yang sukses menerapkan cukai plastik serta mereduksi peredarannya. Denmark bahkan tercatat sebagai negara yang sudah menerapkan cukai plastik mulai tahun 1994.

Jika nantinya kemasan plastik ini dapat dijadikan salah satu obyek perluasan BKC bersama dengan beberapa obyek baru lainnya seperti ponsel, minuman berkarbonasi, dan MSG (monosidium glutamate), harapannya dapat membantu kinerja pendapatan yang masih relatif

memprihatinkan di awal tahun 2015 ini. Hingga Februari 2015, realisasi penerimaan perpajakan baru mencapai Rp125 triliun atau setara dengan 9,66 persen besaran target. Hasil ini lebih rendah dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp137 triliun. Artinya realisasi tahun ini 9,19 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2014 dalam periode yang sama. Namun, yang lebih penting lagi tentu saja demi terciptanya Indonesia yang bebas dari sampah plastik sekaligus upaya menyelamatkan bumi yang kita cinta serta menambah penerimaan negara, ide pengenaan cukai plastik sesungguhnya wajib didukung semua pihak. Ide ini perlu diinisiasi oleh pemerintah ke dalam tataran implementasi.

Generasi Emas

dilontarkannya. ”Bagaimana caranya?” tanya Encep kala itu. Narasumber itu pun menjawab,”Kalau ingin tahu bagaimana caranya, nanti sekolah saja di Belanda.” Encep menyimpan jawaban itu dalam hatinya.

Setelah lulus SMA, anak muda kelahiran Bandung, 11 Desember 1988 itu mengambil jurusan pendidikan kimia di Universitas Pendidikan Indonesia. Meskipun, lahir di Kota Kembang, Encep sebenarnya tumbuh besar di Sumedang. Ketika dia masih kecil, orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Sumedang dan bertani setelah sang ayah diberhentikan dari perusahaan tempatnya bekerja. Untuk bisa membiayai kuliah Encep, kedua orang tuanya sampai menjual sawah.

Di bangku kuliah, Encep kembali bersentuhan dengan biogas.”Saat KKN (kuliah kerja nyata), saya ikut membuat program biogas dari kotoran sapi di daerah Pengalengan,” ujar anak kedua dari dua bersaudara itu. Namun, Encep baru benar-benar terjun mempelajari biogas ketika melanjutkan pendidikan di Belanda.

Di Belanda, Encep belajar di Kota

Leeuwarden.”Di kota itu pengembangan biogas sangat maju, bahkan bus menggunakan biogas sebagai bahan bakar,” kata Encep. Ketika pertama kali tiba di sana, dia kagum dengan SPBU yang menyediakan biogas.”Tadinya dari kejauhan saya pikir SPBU itu adalah toko penjual susu karena mesin pengisian bahan bakarnya berbentuk seperti

Dalam dokumen Majalah Desa Medkeu Jan Feb 2015 (Halaman 42-44)

Dokumen terkait