• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kebutuhan Psikologis ( Need ) dan Tekanan ( Press )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Dinamika Kebutuhan Psikologis ( Need ) dan Tekanan ( Press )

kebutuhan yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan bermain didukung oleh kebutuhan otonomi dimana subjek ingin bebas menentukan pilihannya sendiri. Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kartu 9GF:

“Nana pergi kerumah teman tapi ibu datang membawa baju untuk Nana. Nana mau cuek dan malas memakai baju dari ibu. Nana merasa tidak sabar tapi di pikirkan teman Nana mau mengajak ma Nana untuk bermain. Nana pergi ke rumah teman.”

Di sisi lain, subjek memiliki kebutuhan yang saling berlawanan. Subjek memiliki kebutuhan diterima oleh lingkungan sekitar yang berlawanan dengan kebutuhan subjek untuk bersikap agresif terhadap lingkungan sekitarnya. Contohnya dalam kartu 8BM diceritakan:

“Orang yang membunuh ma Andri. Teman Andri mencari Andri tapi tidak

ada Andri. Andri merasa takut dan khawatir tapi dipikirkan orang mau ngobrol ma Andri. Andri mati membunuh oleh orang karena Andri berebut pekerjaan orang itu. Andri tidak diterima pekerjaan sebuah kantor karena

Andri malas”.

Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan (Press), terihat bagaimana lingkungan sekitar menekan subjek. Meskipun demikian, terdapat pula tekanan yang muncul dari dalam diri subjek sendiri. Subjek memiliki kesulitan dalam mempelajari sesuatu, sehingga menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk menghindari beban. Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kartu 3BM, dimana subjek kesulitan mengerjakan pekerjaan rumahnya sehingga lebih memilih untuk tidur dari pada mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Selain itu, subjek juga memiliki kesulitan dalam mendapatkan sesuatu, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk diterima dan dicintai oleh pasangan. Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kartu 10, dimana tokoh perempuan belum bisa memiliki anak karena masih terlalu muda sehingga ia mengharapkan pengertian dari suaminya, yang dalam cerita subjek suami sedang memeluk istri. Sementara itu, subjek memiliki perasaan kesendirian, yang terlihat dalam kartu 4 dan 6BM sehingga menimbulkan kebutuhan akan rasa aman baik dari pasangan maupun dari ibu, yang diceritakan oleh subjek dalam bentuk keengganan untuk berpisah dengan pasangan maupun ibu.

Subjek membutuhkan dukungan dari seorang ibu, namun tidak subjek dapatkan, yang menjadikan tekanan bagi subjek sehingga menimbulkan subjek membutuhkan rasa aman dari ayahnya. Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kartu 7GF, dimana seorang anak perempuan yang lebih memilih untuk dibacakan cerita oleh ayah dari pada ibunya meskipun ibu sedang duduk disamping anak tersebut dan sedang membacakan cerita.

Seorang ibu digambarkan oleh subjek sebagai seorang penuntut untuk patuh, yang menimbulkan subjek memiliki keinginan untuk mandiri bebas dalam menentukan pilihannya (Need of Autonomy). Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kanrtu 9GF, dimana seorang anak perempuan ingin pergi bermain, namun ibu meminta anak tersebut untuk berganti pakaian yang tidak subjek sukai. Selain itu, subjek juga merasa memiliki tuntutan

untuk merawat saudaranya, yang diceritakan subjek dalam kartu 13MF. Tuntutan untuk merawat saudara ini dipandang subjek sebagai sebuah beban sehingga menimbulkan subjek memiliki kebutuhan untuk menghindari beban.

3. Subjek 3

a. Profil Subjek 3

1) Gambaran diri subjek

Subjek seorang remaja laki-laki tunggal berusia 17 tahun. Bagi subjek, orang tuna rungu itu sama seperti orang biasa lainnya. Tingkat ketunarunguan telinga kiri dan kanan subjek adalah 95dB dan 98dB (tergolong kehilangan pendengaran seluruhnya atau deaf). Masalah yang sedang subjek hadapi saat ini adalah orang tua subjek yang selalu menuntut subjek untuk membantu pekerjaan di rumah. Meskipun subjek merasa terlalu dituntut, subjek menyikapinya dengan berusaha membantu.

Subjek memandang dirinya sebagai seorang yang suka bercanda. Menurut subjek, kelebihan yang dimiliki subjek adalah suka memotret dan suka menolong orang lain. Kelemahan yang dimiliki subjek adalah suka mengganggu teman perempuan.

2) Relasi dengan keluarga

Pengalaman menyenangkan masa kecil yang masih diingat oleh subjek adalah ketika pergi berenang bersama teman-teman

sekolah saat duduk di bangku TK. Sedangkan pengalaman menyedihkan masa kecil yang masih diingat oleh subjek adalah ketika berebut mainan dengan teman disekolah.

Subjek memandang orang tuanya terkadang galak, terkadang menyenangkan. Menurut subjek, subjek sering bertengkar dengan kedua orang tuanya. Meskipun demikian, subjek merasa dekat dengan kedua orang tuanya. Ayah subjek dipandang subjek sebagai seorang yang sabar dan sayang terhadap subjek, meskipun suka menyuruh subjek. Ibu subjek dipandang sebagai seorang yang menyayangi subjek dan suka marah-marah. Subjek tidak memiliki saudara kandung, dan ingin memiliki saudara kandung karena subjek merasa kesepian.

3) Relasi dengan teman sebaya

Subjek memiliki banyak teman baik laki-laki maupun perempuan, baik anak sekolahan maupun mahasiswa. Permasalahan yang sering timbul dalam pertemanan adalah karena subjek sering usil. Menurut kedua orang tua subjek, subjek memiliki banyak sekali teman di beberapa komunitas. Komunitas yang subjek ikuti adalah komunitas motor byson, komunitas pemanah dan sedang mencari komunitas fotografi. Menurut ayah subjek, subjek jarang mau bergaul dengan orang di sekitar tempat tinggalnya. Dalam acara pemuda pemudi,

terkadang, subjek hanya mau mengikuti acara jika ditemani oleh ayahnya.

4) Akademis dan cita-cita

Hobi subjek adalah memotret dan subjek bercita-cita untuk menjadi seorang fotografer. Saat ini subjek ingin memiliki sebuah kamera, tetapi ibu subjek belum membelikan kamera untuk subjek karena subjek belum termasuk dalam sebuah komunitas fotografi. Mata pelajaran yang paling disukai subjek adalah matematika, dan yang paling tidak disukai subjek adalah peternakan.

b. Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek 3 Tabel 7.

Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek 3 Cluster Need Press yang

Muncul Kartu Kebutuhan (Need): 1. Bebas untuk dirinya sendiri:  Kebutuhan bermain

Kartu 7GF: “Anak itu ingin membeli mainan. Setelah selesai membaca, ibu memberi mainan untuk anaknya.”

 Kebutuhan otonomi: bebas menentukan pilihannya

Kartu 3BM: “Fitri ingin

menabung sendiri mau membeli baju itu.”

 Kebutuhan mendapatkan sesuatu

Kartu 3BM: “Fitri ingin membeli baju baru yang mahal. Fitri ingin menabung sendiri mau membeli baju itu.”

Kartu 7GF: “Anak itu ingin membeli mainan. Setelah selesai membaca, ibu memberi mainan untuk anaknya.”

2. Keinginan menyerang

 Kebutuhan agresi terhadap

Kartu 13MF: “Ariel marah sama istri karena istri galak sama

orang lain: pasangan anak.”  Kebutuhan agresi terhadap ibu karena keinginan bermain dihambat

Kartu 7GF: “Seorang ibu sedang membaca buku, tetapi anaknya tidak mau melihat ibu. Anak itu ingin membeli mainan. Anak itu marah dan ibu membiarkan anak itu marah supaya anak itu tenang dan mendengarkan membaca buku.” 3. Keinginan untuk dapat diterima:  Kebutuhan diterima oleh teman

Kartu 1: “Arif sedang berpikir cara membuat lagu. Karena teman mau minta lagu baru. Arif merasa pusing dan berpikirkan berat. Akhirnya Arif bisa membuat lagu baru untuk teman.”

 Kebutuhan diperhatikan oleh ibu

Kartu 6BM: “Nenek merasa sedih dan menangis. Nenek ingin bertemu anaknya.”

 Kebutuhan dipahami oleh ibu

Kartu 7GF: “Seorang ibu sedang membaca buku, tetapi anaknya tidak mau melihat ibu. Anak itu ingin membeli mainan. Anak itu marah dan ibu membiarkan anak itu marah supaya anak itu tenang dan mendengarkan membaca buku”.

 Kebutuhan dipahami orang tua

Kartu 3BM: “Fitri sedang menangis karena orang tua marah sama Fitri. Orang tua marah karena Fitri ingin

membeli baju baru yang mahal.”

 Kebutuhan afiliasi dengan pasangan

Kartu 4: “Ayu merayu Firman jalan-jalan. Ayu mengajak Firman jalan-jalan, tetapi Firman tidak mau karena Firman sedang kerja. Ayu merasa sedih dan kecewa. Ayu ingin jalan-jalan sendiri. Firman tidak mau mengantar, Ayu pergi sendiri.”

 Kebutuhan rasa aman:

menghindari pelaku kekerasan

Kartu 8BM: “Pasien itu dioperasi karena ditembak oleh penjahat. Penjahat mau perampok

ketakutan dan takut kakaknya meninggal.”

Kartu 9GF: “Wati bersembunyi karena takut dipukul oleh Dian. Dian mau minta uang pada Wati karena Dian melihat Wati punya banyak uang. Wati merasa ketakutan dan berharap tidak ketemukan oleh Dian.

 Kebutuhan rasa aman bersama pasangan

Kartu 10: “Irfan dan Wita sedang mempelukan. Mereka berpelukan karena kangen sudah lama tidak bertemu karena Irfan bekerja di kota lain. Mereka merasa senang dan tidak mau berpisah lagi. Akhirnya Irfan dan Wita tidak berpisah dan tidak mau pergi jauh-jauh karena mereka mau menikah.”

 Kebutuhan ditolong oleh figur otoritas

Kartu 6BM: “Kemudian pak polisi membawa nenek ke rumah sakit.”

 Kebutuhan Oral Kartu 2: “Devi merasa kasihan karena keluarga itu miskin.”

Need of Nurturance: membantu keluarga

Kartu 2: “Devi merasa sedih dan ingin membantu mereka.

Kemudian Devi datang dan memberi bantuan.” Tekanan (Press): 1. Perlakuan tidak baik  Perlakuan buruk dari pelaku kekerasan

Kartu 8BM: “Pasien itu dioperasi karena ditembak oleh penjahat. Penjahat mau perampok harta.” Kartu 9GF: “Wati bersembunyi di dekat pohon mangga. Wati

bersembunyi karena takut dipukul oleh Dian.”

 Pertengkaran dengan pasangan

Kartu 13MF: “marah sama istri karena istri galak sama anak.”

 Tidak ada dukungan dari keluarga

Kartu 2: “Devi belum kenal keluarga itu, tapi Devi sering lewat dan melihat di depan rumah. Devi merasa sedih dan ingin membantu mereka.”

dukungan dari orang tua

menangis karena orang tua marah sama Fitri. Orang tua marah karena Fitri ingin membeli baju baru yang mahal. Fitri merasa kecewa dan berpikir bahwa orang tua pelit. Fitri ingin menabung sendiri mau membeli baju itu.”

 Tidak ada dukungan dari pasangan

Kartu 4: “Ayu ingin jalan-jalan sendiri. Firman tidak mau mengantar, Ayu pergi sendiri.”

 Tuntutan untuk patuh terhadap ibu

Kartu 7GF: “Anak itu marah dan ibu membiarkan anak itu marah supaya anak itu tenang dan mendengarkan membaca buku. Setelah selesai membaca, ibu memberi mainan untuk anaknya.” 2.

Ketidak-mampuan

 Kesulitan menciptakan sesuatu

Kartu1: “Arif sedang berpikir cara membuat lagu. Karena teman mau minta lagu baru. Arif merasa pusing dan berpikirkan berat.” 3. Kesendirian  Ketidakhadiran

ibu

Kartu 6BM: “Nenek merasa sedih dan menangis. Nenek ingin bertemu anaknya.”

 Ketidakhadiran pasangan

Kartu 10: “Irfan dan Wita sedang mempelukan. Mereka berpelukan karena kangen sudah lama tidak bertemu karena Irfan bekerja di kota lain.”

c. Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek 3 Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan lainnya dalam beroperasi. Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, subjek dibantu oleh kebutuhan otonomi dan kebutuhan agresi untuk meraihnya. Contohnya dalam kartu 3BM diceritakan:

“Fitri sedang menangis karena orang tua marah sama Fitri. Orang tua marah karena Fitri ingin membeli baju baru yang mahal. Fitri merasa

kecewa dan berpikir bahwa orang tua pelit. Fitri ingin menabung sendiri mau

membeli baju itu”.

Kebutuhan lain yang saling mendukung adalah kebutuhan bermain yang didukung oleh kebutuhan agresi. Hal ini terlihat dalam kartu 7GF, dimana seorang anak ingin bermain namun dipaksa oleh ibunya untuk membaca buku sehingga anak tersebut marah. Sementara itu, subjek tidak memiliki kebutuhan yang saling berlawanan.

“Seorang ibu sedang membaca buku, tetapi anaknya tidak mau melihat ibu.

Anak itu ingin membeli mainan. Anak itu marah dan ibu membiarkan anak itu

marah supaya anak itu tenang dan mendengarkan membaca buku”.

Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan (Press), terihat bagaimana lingkungan sekitar menekan subjek. Meskipun demikian, terdapat pula tekanan yang muncul dari dalam diri subjek sendiri. Subjek memiliki kesulitan dalam menciptakan sesuatu atas permintaan dari teman, yang menimbulkan kebutuhan untuk diterima oleh teman. Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kartu 1, dimana seorang teman meminta untuk dibuatkan lagu, yang membuat tokoh utama pusing dan harus berpikir keras.

Subjek merasa tidak mendapatkan dukungan dari pasangan yang membuat subjek memiliki kebutuhan untuk berafiliasi dengan pasangan. Hal ini terlihat dalam kartu 4, dimana tokoh utama ingin ditemani pasangannya jalan-jalan tetapi pasangan tidak mau menemani. Subjek dituntut untuk patuh terhadap ibu, yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan otonomi untuk bebas menentukan pilihannya sendiri serta

kebutuhan agresi terhadap ibu karena menghambat keinginan subjek. Hal ini terlihat dalam kartu 7GF, dimana ibu menuntut anak untuk mendengarkan cerita ibu, namun anak ingin membeli mainan sehingga anak menjadi marah.

Subjek membutuhkan dukungan dari orang tua, namun tidak subjek dapatkan, yang menjadikan tekanan bagi subjek sehingga menimbulkan keinginan subjek untuk dipahami oleh orang tuanya. Hal ini terlihat dalam cerita subjek di kartu 3BM, dimana subjek ingin membeli baju yang mahal dan orang tua tidak memperbolehkan sehingga subjek memilih untuk menabung sendiri. Subjek mendapatkan perlakuan buruk dari pelaku kekerasan yang menimbulkan subjek memiliki kebutuhan akan rasa aman dalam usahanya untuk menghindari pelaku kekerasan. Hal ini terlihat dalam kartu 8BM dan 9GF, dimana diceritakan tokoh utama sedang bersembunyi dibalik sebuah pohon karena takut dipukul oleh temannya yang ingin meminta uang.

C. Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek 1, 2 dan 3

Hasil dari penelitian ini menunjukkan kebutuhan-kebutuhan psikologis remaja penyandang tuna rungu. Berdasarkan pada tabel kebutuhan subjek 1, 2, dan 3 (tabel terlampir), dapat disimpulkan bahwa ketiga subjek memiliki kebutuhan yang cenderung sama. Kebutuhan ini terbagi dalam tiga cluster, yaitu

keinginan bebas untuk dirinya sendiri, keinginan untuk menyerang orang lain dan keinginan untuk dapat diterima orang lain.

Keinginan bebas untuk dirinya sendiri digambarkan oleh ketiga subjek dengan kebutuhan otonomi untuk bebas menentukan pilihannya sendiri, kebutuhan menghindari beban dan kebutuhan bermain. Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993) mendeskripsikan kebebasan dengan melawan paksaan atau hambatan, menghindari kekuasaan orang lain, mandiri, tidak terikat, berdiri sendiri dalam membuat keputusan, menghindari urusan dan campur tangan orang lain. Pada subjek 1 terlihat dalam 4 dari 10 kartu (kartu 1, 2, 7GF dan 9GF), pada subjek 2 dalam 3 dari 10 kartu (kartu 3BM, 9GF dan 13MF), serta pada subjek 3 dalam 2 dari 10 kartu (kartu 3BM dan 7GF). Contoh dalam cerita subjek 1 di kartu 7GF:

“Seorang ibu membaca cerita untuk anak perempuannya. Anak tidak melihat ibu tetapi

mendengarkan suara. Anak melihat teman-temannya bermain. Anak perempuan marah kepada ibu. Anak ingin bermain teman-teman. Ibunya sudah selesai membaca cerita,

anak sedang bermain temannya”.

Keinginan untuk menyerang orang lain digambarkan oleh ketiga subjek dalam bentuk yang lebih agresif, baik terhadap keluarga, orang tua, saudara, pasangan, lingkungan maupun karena frustasi. Pada subjek 1 terlihat dalam 5 dari 10 kartu (kartu 1, 3BM, 4, 7GF dan 13MF), pada subjek 2 dalam 1 dari 10 kartu (kartu 8BM), serta pada subjek 3 dalam 2 dari 10 kartu (kartu 7GF dan 13MF). Contoh dalam cerita subjek 3 di kartu 7GF:

“Seorang ibu sedang membaca buku, tetapi anaknya tidak mau melihat ibu. Anak itu

ingin membeli mainan. Anak itu marah dan ibu membiarkan anak itu marah. Setelah

Keinginan untuk diterima digambarkan oleh ketiga subjek dalam bentuk penerimaan, pemahaman, pertolongan maupun rasa aman. Maslow (dalam Alwisol, 2009) mendeskripsikan penerimaan dengan menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan karena orang sangat peka terhadap kesendirian, pengasingan, penolakan lingkungan dan kehilangan sahabat atau cinta. Pada subjek 1 terlihat dalam 8 dari 10 kartu (kartu 2, 3BM, 4, 6BM, 8BM, 9GF, 10 dan 13MF), pada subjek 2 dalam 7 dari 10 kartu (kartu 1, 2, 4, 6BM, 7GF, 8BM dan 10), serta pada subjek 3 dalam 8 dari 10 kartu (kartu 1, 2, 3BM, 4, 6BM, 8BM, 9GF dan 10). Contoh dalam cerita subjek 2 di kartu 10, dimana keinginan untuk dapat diterima orang lain digambarkan oleh subjek 2 dengan munculnya kebutuhan untuk diterima oleh pasangan karena ia masih terlalu muda untuk memiliki seorang anak:

“Mereka sedang berpelukan dan istri mau cepat punya anak. Tapi istri masih belum punya anak karena terlalu muda”.

Kebutuhan-kebutuhan ketiga subjek memiliki dinamika yang mencakup kebutuhan yang saling mendukung dan berkonflik. Kebutuhan yang saling mendukung pada subjek 1 terlihat dalam kartu 7GF. Subjek memiliki kebutuhan untuk mendapatkan sesuatu, dimana untuk mendapatkan sesuatu ini subjek perlu memiliki kebutuhan otonomi yang didukung oleh kebutuhan agresi untuk meraihnya. Kebutuhan yang saling mendukung juga terlihat dalam kartu 1. Subjek memiliki kebutuhan untuk menghindari beban, dimana subjek dapat memunculkan sikap agresif yang mungkin dapat ditimbulkan dari perasaan frustasi akibat beban tersebut.

Sementara itu, subjek 2 terlihat dalam kartu 9GF. Subjek memiliki kebutuhan bermain yang didukung oleh kebutuhan otonomi dimana subjek ingin bebas menentukan pilihannya sendiri. Sedangkan pada subjek 3, kebutuhan yang saling mendukung terlihat dalam kartu 3BM, dimana untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, subjek didukung oleh kebutuhan otonomi.

Di sisi lain, ketiga subjek juga memiliki kebutuhan yang saling berlawanan atau berkonflik. Pada subjek 1, terlihat dalam kartu 4. Subjek memiliki kebutuhan afiliasi dengan pasangan, namun di sisi lain subjek juga memiliki kebutuhan agresi terhadap pasangannya karena pasangannya berselingkuh. Pada subjek 2, kebutuhan yang saling berkonflik terlihat dalam kartu 8BM, dimana subjek memiliki kebutuhan diterima oleh lingkungan sekitar yang berlawanan dengan kebutuhan subjek untuk bersikap agresif terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada subjek 3, kebutuhan yang saling berkonflik terlihat dalam kartu 7GF, dimana subjek memiliki kebutuhan dipahami oleh figur ibu, namun disisi lain subjek memiliki kebutuhan agresi terhadap ibu karena figur ibu menghambat subjek dalam melakukan keinginannya.

Berdasarkan pada dinamika kebutuhan yang berkonflik ini, terlihat bahwa ketiga subjek memiliki kebutuhan yang ambivalen, dimana ketiga subjek memiliki keinginan untuk diterima tetapi juga memiliki keinginan untuk menyerang terhadap figur yang bersangkutan. Seorang ahli keterikatan (attachment), Mary Ainsworth (dalam Santrock, 1995), mengklasifikasikan keterikatan menjadi 3 tipe; yaitu security attachment (aman), anxious-avoidant attachment (cemas dan menghindar) dan anxious-resistant (cemas dan menolak).

Sikap ambivalen ketiga subjek ini mungkin mencerminkan anxious-resistant attachment. Anxious-resistant attachment menurut Ainsworth dicirikan dengan memperlihatkan ketidakamanan dengan menolak figur kelekatan terutama ibu. Contohnya, seseorang yang bersandar pada figur kelekatannya tetapi pada waktu yang bersamaan menolak keterikatannya misalnya dengan menendang atau mendorong jauh-jauh.

Dalam Wenar dan Kerig (2000) dikatakan bahwa individu dengan

resistant attachment akan merasa sangat sedih ketika berpisah dengan pengasuh, namun setelah bertemu kembali individu tersebut akan berusaha untuk melakukan perlawanan secara agresi terhadap kedekatan atau menunjukkan ambivalensi dengan meminta untuk digendong yang kemudian diikuti usaha untuk mendorong pengasuh secara agresif.

Anxious-resistant attachment ini juga terlihat dalam dinamika kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan (Press) ketiga subjek yang cenderung sama. Hal ini terlihat dalam ketiga gambara dibawah ini:

Gambar 1. Dinamika kebutuhan psikologis (need) dan tekanan (press) subjek 1 Keinginan menyerang

orang lain (Need) (kartu 1, 7GF, 13MF) (kartu 3BM) Ketidakmampuan (Presss) Kesendirian (Presss) (kartu 2, 10)

Keinginan untuk diterima (Need)

(kartu 4, 6BM, 9GF, 13 MF)

(kartu 3BM, 8 BM)

Perlakuan tidak baik (Presss) Bebas untuk dirinya

sendiri (Need) (kartu 1, 7GF, 9GF)

Gambar 2. Dinamika kebutuhan psikologis (need) dan tekanan (press) subjek 2 (kartu 3BM) Ketidakmampuan (Presss) (kartu 1, 10) Kesendirian (Presss) (kartu 4, 6BM) Keinginan menyerang orang lain (Need) (kartu 8BM) Keinginan untuk diterima (Need) (kartu 2, 4, 7GF, 8BM)

Bebas untuk dirinya sendiri (Need) (kartu 9GF, 13MF)

Perlakuan tidak baik (Presss)

Gambar 3. Dinamika kebutuhan psikologis (need) dan tekanan (press) subjek 3

Dinamika kebutuhan psikologis (need) dan tekanan (press) pada ketiga subjek cenderung sama. Kesamaan ini terutama terlihat dari perlakuan tidak baik yang dialami oleh ketiga subjek yang mengakibatkan keinginan untuk diterima, bebas untuk dirinya sendiri dan keinginan untuk menyerang orang lain. Perlakuan tidak baik yang dialami oleh ketiga subjek ini mencakup tuntutan, tidak adanya dukungan, persaingan dan pertengkaran maupun diperlakukan dengan buruk.

Kebutuhan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang tidak baik memperlihatkan dengan jelas bahwa ketiga subjek mengalami anxious-resistant attachment. Perlakuan tidak baik yang dialami oleh ketiga subjek mengakibatkan

Ketidakmampuan (Presss) (kartu 1) Keinginan untuk diterima (Need) (kartu 2, 3BM, 4, 8BM, 9GF)

Perlakuan tidak baik (Presss) Bebas untuk dirinya

sendiri (Need) (kartu 3BM, 7GF) Keinginan menyerang orang lain (Need) (kartu 7GF, 13MF) Kesendirian (Presss) (kartu 6BM, 10)

ketiga subjek memunculkan kebutuhan yang ambivalen, dimana terkadang ketiga subjek menginginkan penerimaan, kebebasan maupun keinginan untuk menyerang. Dalam Wenar dan Kerig (2000) dikatakan bahwa resistensi dipandang individu sebagai usaha untuk merebut perhatian dari pengasuh, sementara kemarahan muncul akibat frustrasi dari inkonsistensi pengasuh.

Sementara itu, kesamaan ketiga subjek juga terlihat pada tekanan kesendirian yang mengakibatkan ketiga subjek ingin diterima. Tekanan kesendirian ini berbentuk kesendirian maupun ketidakhadiran seseorang yang berarti. Meskipun diperlakukan secara tidak baik, ketika mengalami kesendirian ketiga subjek menginginkan penerimaan. Hal ini mungkin mencerminkan

anxious-resistant attachment.

Sedangkan press ketidakmampuan yang dimiliki oleh ketiga subjek memberikan efek yang berbeda bagi masing-masing subjek. Ketidakmampuan di definisikan secara berbeda oleh masing-masing subjek. Subjek 1 mendefinisikan ketidakmampuan dengan kekurangan (kartu 2 dan 3BM) serta perasaan rendah diri (kartu 8BM), sedangkan subjek 2 dan 3 mendefinisikan ketidakmampuan dengan kesulitan baik kesulitan mempelajari sesuatu (subjek 2 kartu 1 dan 3 BM), kesulitan mendapatkan sesuatu (subjek 2 kartu 10) maupun kesulitan menciptakan sesuatu (subjek 3 kartu 1).

Efek ketidakmampuan pada subjek 1 terlihat dengan jelas bagaimana subjek 1 mengalami anxious-resistant attachment. Saat subjek mengalami tekanan akibat ketidakmampuan yang dimilikinya, subjek merasa bingung apa yang harus dilakukannya sehingga kadang kala subjek akan menyerang dan

kadang kala subjek ingin diterima. Hal serupa juga terjadi pada subjek 2, dimana ketidakmampuan mengakibatkan subjek 2 ingin bebas dan ingin diterima. Dalam Wenar dan Kerig (2000) dikatakan bahwa hal ini diakibatkan oleh pengasuh yang