• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Naik-turunnya Produksi dan Harga CPO Indonesia

Dalam dokumen Minyak Kelapa Sawit Sebagai Salah Satu P (Halaman 38-40)

BAB III GAMBARAN DINAMIKA CPO INDONESIA

3.3 Dinamika Naik-turunnya Produksi dan Harga CPO Indonesia

GAPKI mencatat terjadinya tren penurunan volume ekspor dari tahun 2014 ke tahun 2015, baik secara kumulatif maupun secara year on year. Hal menarik adalah tren penurunan harga CPO internasional ternyata tidak berdampak/ berpengaruh secara signifikan terhadap adanya dorongan peningkatan permintaan Internasional atas CPO, padahal pada umumnya, dengan semakin murahnya harga suatu komoditi, akan mendorong meningkatkan permintaan pasar atas komoditi tersebut. Adapun beberapa negara utama tujuan ekspor CPO bagi Indonesia adalah China, India, Uni Eropa, AS, Pakistan dan negara-negara Timur Tengah. Sebagai gambaran, Harga kisaran rata-rata CPO internasional pada 2013 berada di kisaran US$ 841,71 per metrik ton, pada 2014 berada di posisi harga US$ 818,2 dan pada februari 2015 berada di posisi harga US$ 678,5 per metrik ton.30

Secara umum, GAPKI telah melakukan identifikasi beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya penurunan permintaan CPO di pasar internasional, yakni:

1. kondisi lesunya perekonomian negara tujuan ekspor;

2. adanya peraturan bea masuk di negara tujuan ekspor dan juga peraturan lainnya yang memabatasi prosuk CPO masuk ke negara tersebut;

3. kampanye negatif atas produk CPO, khsusunya bagi negara tujuan ekspor Uni Eropa;

4. faktor dari dalam negeri Indonesia, dimana Pemerintah tidak segera melaksanakan kebijakan BBN (Bahan Bakar Nabati) 20 yang berbasis CPO, dimana kebijakan ini di satu sisi, akan meningkatkan demand dalam negeri, sehingga pasokan CPO untuk pasar luar negeri akan berkurang dari pihak Indonesia. Di sisi lain, hal tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan harga CPO yang baik maupun anomali permintaan luar negeri yang meningkat karena spekulasi kekhawatiran pasokan CPO yang terbatas di pasar internasional. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara produsen dan pemasok CPO terbesar di dunia;

30 Press Release GAPKI 18 Maret 2015, diunduh dari http://www.gapki.or.id/Page/PressRelease, pada 1 April 2015

5. adanya komoditi lain sebagai produk substitusi CPO di negara tujuan ekspor, khususnya China. Produk substitusi CPO adalah minyak kedelai, dimana stok kedelai di dalam negeri China masih tinggi dan harga kedelai lebih merah daripada kelapa sawit sehingga sangat diminati oleh pasar dalam negeri China. Hal ini berdampak pada berkurangnya ketergantungan China akan CPO dan permintaan pasar China secara umum atas komoditi CPO.

Penurunan Ekspor CPO dan produk turunannya karena:31

1. Stok minyak nabati di berbagai negara produsen melimpah, termasuk di Indonesia dan Malaysia karena meningkatnya produksi. Berakhirnya kekeringan di Brazil dan Paraguay telah meningkatkan panen kedelai di kedua negara tersebut. Stock rapeseed di Canada juga melimpah karena ekspor yang melambat dan stock biji bunga matahari di region Laut Hitam yang juga melimpah. Melimpahnya stok menimbulkan sentimen negatif yang menyebabkan harga minyak nabati dunia melemah dan tertekan; 2. India yang merupakan pengimport terbesar CPO dan produk turunannya

menurunkan pembeliannya karena peningkatan inflasi dan melemahnya nilai tukar Rupee. Selain itu, untuk menjaga industri minyak nabati di dalam negerinya, India telah menotifikasi WTO untuk menyelidiki impor saturated fatty alcohol yang diklaim telah membuat industri

refinery India cedera berat;

3. China mengurangi pembelian CPO dan produk turunannya karena adanya pertumbuhan ekonomi yang melambat, kesulitan para traders untuk mendapat pinjaman dari bank, dan melemahnya nilai tukar Yuan terhadap dollar Amerika Serikat;

4. Pakistan yang penduduknya mayoritas muslim menurunkan permintaannya karena adanya kebijakan larangan impor minyak goreng dan fatty acid dalam kemasan drum dan pembatasan impor dalam skala besar oleh industri pengguna (seperti industri sabun dan oleochemical) sebagai akibat adanya indikasi impor CPO ilegal;

5. diharapkan menjelang Ramadhan harga dan permintaan CPO dan produk turunannya dapat naik karena biasanya pada bulan Ramadhan konsumsi di negara bermayoritas penduduk muslim akan meningkat.

Untuk itu, GAPKI telah merumuskan beberapa hal yang dapat dilakukan guna meningkatkan permintaan CPO baik oleh pasar dalam negeri maupuan pasar luar negeri dan mendorong kemungkinan terjadinya peningkatan harga CPO di tingkat internasional di level yang menguntungkan bagi produsen. Usaha-usaha yang dapat dilakukan diantaranya:

31 Press Release GAPKI 21 Februari dan 16 Mei 2014, diunduh dari http://www.gapki.or.id/Page/PressRelease, pada 1 April 2015

1. penyelesaian tata ruang. Kepastian hukum tentang tata ruang mutlak dibutuhkan agar rencana usaha dapat dilakukan dengan baik dan berkelanjutan;

2. percepatan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sehingga perusahaan-perusahaan perkebunan di Indonesia dapat segera mendapatkan sertifikat ISPO sesuai dengan perpanjangan waktu yang telah ditentukan;

3. mendorong percepatan pelaksanaan BBN 20 dengan basis CPO. Efek ganda yang diperoleh, pertama adalah permintaan (demand) dalam negeri akan naik, sehingga supply/pasokan untuk pasar luar negeri akan turun/berkurang; kedua, dengan terbatasnya/ berkurangnya jumlah pasokan CPO untuk pasar internasional, harga CPO internasional akan terdorong naik, mengingat Indonesia adalah salah satu negara produsen dan pemasok CPO terbesar di dunia. GAPKI mendorong pemerintah dapat membuat regulasi dan menetapkan harga patokan yang menguntungkan pemerintah maupun produsen biodiesel;

4. mendorong pemerintah untuk meningkatkan hubungan dagang dan mengadakan kerjasama dengan negara tujuan utama ekspor seperti mengadakan PTA, sehingga hambatan dagang ke negara tujuan ekspor dapat diminimalisir;

5. GAPKI mengusulkan kepada pemerintah untuk merevisi PP No. 71 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut dan Revisi UU 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Revisi perlu dilaksanakan supaya peraturan tidak menghambat perkembangan industri sawit di dalam negeri;

6. mengawal beberapa regulasi yang kemungkinan akan berdampak kontraproduktif terhadap investasi seperti usulan Rancangan Undang- Undang (RUU) Pertanahan.32

3.4 CPO dan Produk Turunannya Sebagai Salah Satu Sumber

Dalam dokumen Minyak Kelapa Sawit Sebagai Salah Satu P (Halaman 38-40)

Dokumen terkait